Love in the Air

Perfect 21
Please Subscribe to read the full chapter

Yerin tersenyum lemah melihat postingan terbaru instagram Eunbi beserta komentar yang dilontarkan teman-teman gadis itu. Dia mematikan ponselnya sebelum meletakkan benda tersebut ke meja. Yerin menarik napas dan membuangnya perlahan.

Sudah lebih dari setahun dia berpisah dengan Eunbi. Berpisah dalam artian, beribu-ribu mil jauhnya. Yerin tidak melihat Eunbi setahun belakangan karena gadis yang lebih muda pindah sekolah ke Indonesia. Dia mendapat tawaran berlatih di klub terkenal Indonesia yang telah mencetak atlet-atlet berbakat. Bukan hanya sekolah saja yang bisa bertukar pelajar, klub bulutangkis pun bisa. Setidaknya setelah Eunbi berlatih selama setahun di naungan klub Indonesia, kesempatan dilirik Timnas Korea meningkat. Karena bagaimanapun Korea menaruh respect nya terhadap para atlet Indonesia dan juga pelatihannya. Atau itu yang Yerin tangkap dari cerita Sojung.

Setahun telah berlalu dan banyak hal telah terjadi. Banyak hal telah berubah. Dan banyak penyesalan menghampiri. Yerin tidak bisa menguraikan satu-persatu karena itu hanya akan membuka luka lama. Senyum samar lagi-lagi terukir saat ia teringat foto baru Eunbi yang ia lihat barusan. Gadis itu berubah menjadi makin cantik dari sebelumnya. Bahkan dia juga mewarnai rambutnya sekarang. Dan itu sangat cocok untuknya.

Kepala Yerin kemudian menoleh melihat foto berbingkai yang telah menghiasi meja belajarnya selama dua tahun belakangan. Foto dirinya bersama Eunbi, tersenyum lebar dengan pipi saling bersentuhan. Foto yang diambil ketika mereka melakukan kencan pertama setelah resmi berpacaran. Yerin menggigit bibir bawahnya ketika merasakan sesak di dada yang tiba-tiba muncul.

"Eunbi-ya, aku sangat merindukanmu." gumam nya disertai tetesan kristal bening yang meluncur sempurna menuruni pipi.

***


Langkah kaki berbalut converse putih menapak lantai luas bandara. Suara langkahnya hampir tak terdengar mengingat betapa ramainya situasi di bandara. Pandangan Eunbi menyapu sekitar. Kedua sudut bibir tertarik keatas ketika tatapannya menangkap sekumpulan orang yang paling ia rindukan berdiri berjajar di arrivals hall. Eunbi menarik kopernya dan berjalan cepat ke arah mereka.

"Eunbi-ya!" seru Jessica saat melihat puteri bungsunya berjalan mendekat.

Ibu dan anak itu memeluk satu sama lain dengan erat. Yuri dan Soojung bergabung bersama mereka setelah itu. Sedangkan teman-teman Eunbi hanya bisa tersenyum. Meski mereka juga merindukan Eunbi, namun tidak ada yang bisa mengalahkan kerinduan kepada sesama anggota keluarga. Mereka membiarkan keluarga Eunbi menyalurkan rasa rindu satu sama lain.

Setelah puas berpelukan, Eunbi mengarahkan pandangan kearah teman-temannya. Dia tersenyum, yang juga dibalas senyum tak kalah lebar dari mereka semua. Eunbi mengamati satu-persatu wajah teman-temannya. Ekspresinya berubah ketika tidak menemukan seseorang yang dicarinya. Yewon melihat itu. Tentu saja. Eunbi sudah seperti open book yang mudah sekali untuk dibaca.

"Kenapa? Kau mencari seseorang?"

Gadis Hwang terhenyak. Dia buru-buru menggelengkan kepala.

"Tidak."

"Ey, kau tidak usah kecewa begitu. Seseorang yang kau cari ada disini. Dia sedang mengangkat panggilan tadi. Sebentar lagi dia juga akan kesiㅡ Oh itu dia!" Yuna berseru seraya menunjuk seseorang menggunakan telunjuknya.

Kepala Eunbi menoleh, dan dia bisa melihat seorang gadis berambut kecoklatan berjalan menghampiri mereka. Dia tersenyum, meski dia tahu senyumnya tidaklah penuh.

"Ya Tuhan, Hwang Eunbi!"

Dan bisa Eunbi rasakan tubuhnya terdorong kebelakang akibat pelukan gadis itu.

"Omo mianhae mianhae. Aku hanya begitu merindukanmu, Eunbi-ya." Gadis itu segera melepaskan diri ketika mendengar rintihan kecil gadis Hwang.

Eunbi tersenyum sebagai balasan. "Tidak apa-apa, Jieqiong-ah."

"Ehem, bukannya aku ingin menginterupsi kalian love birds. Tapi, bisakah kita pergi? Kami sudah mem-booking salah satu restoran untuk acara penyambutan kepulanganmu, dongsaeng. Dan aku benar-benar lapar sekarang." kata Soojung.

"Soojung unnie benar. Sejak tadi perutku berbunyi terus." sahut Juyeon, tidak tahu malu.

Yuri tertawa kecil. "Kalau begitu ayo kita pergi, anak-anak. It's lunch time~!"

Mereka semua mulai berjalan meninggalkan bandara menuju mobil masing-masing. Yuri, Jessica, Eunbi, dan Jieqiong satu mobil. Soojung, Moonbin, Suji, dan Juyeon satu mobil. Dan terakhir, Sojung, Eunha, Yuna, dan Yewon satu mobil.

Perjalanan terasa begitu panjang. Eunbi yang pada dasarnya merasa lelah setelah penerbangan mulai menutup mata, bersiap memasuki alam mimpi. Itu juga bentuk alibinya agar tidak ditanyai macam-macam oleh kedua orangtuanya. Terlebih dengan adanya Jieqiong bersama mereka sekarang. Bukannya Eunbi berniat mengabaikan, tapi dia tidak bercanda saat dia mengatakan tubuhnya lelah. Eunbi sungguh lelah karena semalam dia kurang tidur. Bersyukur kedua orangtuanya tidak mempermasalahkan.

Berpuluh menit kedepan, Eunbi merasa bahunya diguncang oleh seseorang. Dia membuka mata beratnya dan mengerjap beberapa kali. Setelah itu menguap kecil.

"Sudah sampai?" tanya Eunbi dan dibalas anggukan oleh Jieqiong.

Yuri mulai mematikan mesin mobil, dilanjut membuka sabuk pengaman, begitu juga Jessica.

"Ayo keluar, anak-anak. Kau sudah cukup tidur kan, Bi?"

Eunbi mengangguk kecil. "Yes, Dad. Thanks for the long ride."

Mereka berempat mulai keluar dari mobil. Dapat Eunbi lihat mobil milik Soojung dan Sojung menyusul mereka lalu terparkir tepat disamping satu sama lain.

"Daddy kenapa lambat sekali menyetirnya, sih? Aku sampai ingin menyalip kalau saja aku tahu dimana lokasi restorannya." gerutu Soojung setelah keluar dari mobil merah hadiah kelulusannya tidak lama kemarin.

"Daddy mu hanya ingin Eunbi beristirahat lebih lama di mobil, sayang." ucap Jessica memberikan pembelaan.

Soojung melirik Eunbi yang melambaikan tangan kearahnya sambil menguap lagi. Melihatnya membuat Soojung melunak. Dia mengembuskan napasnya pelan.

"Okay. Tidak perlu menunggu lebih lama lagi, cepat kita masuk." titahnya seperti seorang ratu. Kemudian menarik tangan adiknya.

Yuri memesan satu ruangan privat untuk keluarga dan teman-teman Eunbi. Tidak setiap hari juga mereka bisa berkumpul bersama seperti ini. Jadi, ketika puterinya pulang ke tanah air setelah setahun lebih menetap di Indonesia, Yuri mengadakan perjamuan ini. Hitung-hitung merayakan kembalinya sang puteri ke rumah.

"Bagaimana Indonesia?" tanya Juyeon yang duduk disamping Eunbi sambil menunggu pesanan mereka datang.

Eunbi sudah menceritakan hal ini kepada keluarganya berkali-kali, namun teman-temannya belum. Jadi, Eunbi mulai menjelaskan kepada mereka.

"Orang-orang disana begitu baik dan ramah. Komunikasi kami tidak terhalang bahasa karena mereka bisa menggunakan bahasa inggris. Dan juga, aku sekolah di sekolah internasional. Jadi tidak ada kesulitan apapun. Hanya saja, aku selalu merindukan masakan buatan Mommy meskipun rasanya tidak terlalu enak."

"Yah! Hwang Eunbi!" Jessica mengangkat sendok di udara, membuat Eunbi menutup wajah menggunakan dua tangannya sebagai perlindungan.

Semua orang yang ada disana tertawa melihat interaksi Ibu dan anak itu.

"Itu kan fakta. Bukan begitu, Dad? Unnie?" ucap Eunbi meminta dukungan kepada Ayah dan juga kakak perempuannya.

"Itu..."

Yuri hendak menjawab, namun segera tertahan ketika melihat wajah menakutkan sang isteri.

"Yah! Kau jangan berbicara seperti itu! Kau mau jadi anak durhaka?" Yuri menunjuk Eunbi, berbalik memarahi sang puteri. Itu karena Yuri tidak ingin berakhir di sofa malam ini.

Kedua bola mata Eunbi memutar jengah. Dasar suami takut isteri.

"Lalu bagaimana dengan klub bulutangkisnya? Apa ada yang berbeda dengan sistem pelatihan di Korea?" tanya Eunha dengan kepala bersandar di bahu Sojung.

Bersandar?

Betul. Kalian tidak salah membacanya.

Eunha dan Sojung adalah sepasang kekasih sekarang, begitu juga Yuna dan Yewon. Ada banyak hal yang terjadi setahun belakangan. Keempat manusia itu mengalami beberapa drama sebelum akhirnya bersama dengan pasangan masing-masing. Jika diceritakan, mungkin akan menambah beberapa chapter hanya untuk menuliskan kisah percintaan mereka. Tapi tidak. Di bagian ini, penulis hanya akan meninggalkan konklusi singkat mengenai hubungan mereka saja.

Intinya, Sojung - Eunha dan Yuna - Yewon kini bersatu. Dan itu adalah final.

"Tentu saja berbeda. Jika di Korea kami diharuskan untuk sempurna dan terus dipaksa maju, di Indonesia justru sebaliknya. Mereka tidak menyuruh kami menjadi sempurna, namun kami diajari secara perlahan. Diberitahu kesalahan kami hingga kami bisa memperbaikinya selanjutnya. Di Indonesia serba santai namun serius. Tidak membuat kami merasa stress dengan pelatihan. Aku berharap klub di Korea meniru gaya pelatihan di Indonesia." Eunbi menjawab panjang lebar.

"Sungguh? Aku tidak tahu pelatihan di Korea se-strict itu." Suji mengernyit.

"Kau tahu bagaimana orang Korea bekerja." kelakar Sojung, membuat orang-orang disana tertawa. As expected dari manusia tertua setelah dua orangtua Eunbi dan Soojung yang sudah merasakan kerasnya hidup.

Obrolan mereka berlanjut sampai pesanan mereka datang, juga saat acara makan. Berbagai macam topik mereka diskusikan. Bahkan hingga kehilangan jejak waktu saking asiknya bertukar percakapan. Semua pembicaraan normal dan baik-baik saja sebelum pertanyaan dari Yuri membuat Eunbi tak bisa berkutik.

Pertanyaan yang jelas ia hindari setibanya ia di bandara.

"Kapan kalian official?"

Hanya tiga kata, namun mampu membuat seluruh kinerja syaraf Eunbi membeku.

Sejak berakhirnya hubungan Eunbi dan Yerin, gadis Hwang memang sering berhubungan lewat chat hampir setiap hari dengan Jieqiong. Dari hanya bertukar kata lewat aplikasi perpesanan, keduanya mulai bertemu tiap akhir pekan. Seoul - Ansan tidak sejauh itu, jadi memungkinkan Jieqiong atau Eunbi mengunjungi rumah satu sama lain.

Dan satu hal terungkap saat mereka melakukan rutinitas tersebut. Tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya jika ternyata Ayah Eunbi dan Ayah Jieqiong merupakan sahabat baik ketika masa kuliah. Tentu, hal tersebut membuat hubungan mereka menjadi makin dekat. Ada intervensi dua keluarga baik disini. Awalnya Eunbi merasa senang karena bagaimanapun Jieqiong adalah teman yang baik. Tapi semakin lama Eunbi merasa.. bagaimana mendeskripsikannya..

Sedikit kurang nyaman?

Mungkin begitu karena kini kedua orangtuanya dan orangtua Jieqiong berharap lebih pada hubungan mereka. Bukannya Eunbi tidak menyukai Jieqiong, hanya saja.. Eunbi tidak tahu. Rasanya dia belum siap untuk berhubungan lagi. Terlebih dengan apa yang ia dengar dari mantan kekasihnya sebelumnya.

Beruntung Eunbi menerima tawaran klub itu. Setidaknya dia bisa berlari dari semua tekanan yang ia rasakan. Tapi Eunbi lupa jika cepat atau lambat, dia harus menghadapi ini semua. Dan sekarang, waktunya telah tiba.

Eunbi melirik Jieqiong disampingnya yang menunduk malu dengan wajah memerah. Dia lalu menghela napas sepelan mungkin. Sungguh, gadis Hwang tidak berencana untuk membuat anak orang jatuh kepadanya dan membuatnya terluka. Eunbi menyayangi Jieqiong, namun belum sampai ke tahap asmara. Dan dia tidak tahu harus berbuat apa di situasi sekarang.

Eunbi menatap Ayahnya dengan wajah serius. "Kupikir belum saatnya, Dad."

Bisa Eunbi rasakan jika jawabannya membuat hampir semua orang disana kecewa, terutama Jieqiong. Namun Eunbi tidak bisa berbuat banyak. Dia juga merasa bersalah.

"Okay. Dad tidak akan memaksa kalian. Kau ingin pesan lagi? Yedeura, ingin pesan lagi?" Yuri menatap satu persatu teman Eunbi.

"Ehm, kalau tidak keberatan, bisa pesan soup nya lagi, uncle?" pinta Eunha malu-malu.

Melihat keberanian sang mantan pujaan hati, membuat jiwa tak tahu malu Yuna keluar.

"Aku juga ingin kepiting nya lagi, uncle!" seru Yuna lantang.

"Jumeok bab nya tambah juga, uncle!" Kini giliran Juyeon.

"Uh, aku.. kalau boleh, cumi pedas nya, uncle." Moonbin menggaruk belakang kepalanya.

Melihat ketidak-tahu-malu teman-temannya membuat Suji memutar bola mata malas.

"Apa kau juga ingin sesuatu, Suji?" Jessica bertanya.

"Ne. Daging sapi nya ditam... bah." Ucapannya melirih saat tahu dirinya juga tidak berbeda jauh dengan mereka. Suji menghela napas, berusaha mengabaikan teman-temannya yang menahan tawa.

Eunbi tersenyum. Sudah sangat

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Incarnadinejourney
#1
Chapter 13: Asik, akhirnya mendebutkan semua karya ciamiknya disini. Aku udah jarang buka tetangga sebelah soalnya.
avicennialba
#2
Chapter 7: Wohooo, senpai launching cerita baruuu. Otw baca