It's You

Perfect 21
Please Subscribe to read the full chapter

Eunbi berlari menuju satu-satunya toilet yang ada di tempat karaoke tersebut. Tidak sulit baginya menemukan letak toilet karena tempat karaoke tersebut sering ia kunjungi bersama teman-temannya jika memiliki waktu luang. Eunbi masuk kedalam toilet dan mendengar suara isakkan di salah satu bilik. Tidak diragukan lagi, itu adalah Yerin.

"Unnie, kau baik-baik saja? Unnie ini aku Eunbi, tolong buka pintunya." Eunbi mengetuk pintu bilik dengan tak sabaran. Tentu saja, dia panik sekarang.

Yerin tidak menyahut, hanya suara tangisnya yang makin mengeras. Eunbi menggigit bibir bawahnya. Tanpa berpikir panjang, gadis yang lebih muda memasuki bilik disampingnya dan menaiki kloset. Dia sedikit melompat menuju dinding pembatas lalu memanjatnya. Ketika Eunbi sampai diatas, dia langsung menurunkan tubuhnya kebawah dimana Yerin berada. Gadis Hwang segera meraih tubuh kekasihnya untuk ia peluk.

"Ssst, ada aku disini. Tidak apa-apa, unnie." Eunbi mengusap punggung kekasihnya dengan lembut, membiarkan Yerin menangis sepuasnya.

Begitu tangisan Yerin reda, keduanya masih dalam posisi awal. Tidak ada yang melepas pelukan. Yerin terus menenggelamkan wajahnya di dada Eunbi selagi mengatur napas. Gadis yang lebih muda tidak mempermasalahkannya. Dia mengecup puncak kepala Yerin sebelum kembali mengusap punggungnya dengan sayang.

"Lebih baik?" tanya Eunbi dan dibalas anggukan kecil oleh Yerin.

"Ingin bercerita?" tanya Eunbi lagi, namun kali ini Yerin hanya diam. Genggamannya di kaosnya juga menguat.

Petunjuk itu sudah cukup bagi Eunbi memahami jika kekasihnya belum siap bercerita. Eunbi mengangguk kemudian mengecup kening Yerin.

"Tidak apa kalau unnie belum ingin bercerita. Sekarang bagaimana? Unnie ingin kembali menemui teman-teman kita atau pulang?"

"Aku i- ingin pulang." balas Yerin dengan suara seraknya akibat menangis.

Eunbi mengerti. Dia sedikit melonggarkan pelukan mereka untuk meraih ponsel di saku, kemudian mengirim pesan kepada teman-teman mereka di grup chat. Memberitahu jika ia dan Yerin akan pulang lebih awal. Setelah itu, Eunbi menghadap Yerin. Tangannya terulur untuk menghapus sisa airmata milik gadis yang lebih tua. Eunbi melempar senyumnya kepada sang kekasih.

"Ayo kita pulang."




















 

Perjalanan menuju asrama cukup hening. Eunbi membiarkan Yerin mengistirahatkan kepalanya di bahunya. Jari-jari lentik Eunbi menggenggam tangan Yerin dan mengusapnya lembut, menyalurkan kekuatan untuk gadis yang lebih tua. Dia tidak berani membuka percakapan karena Eunbi pikir, ini bukan saatnya untuk berbicara. Di situasi seperti ini, tindakan lebih dibutuhkan.

Begitu taxi yang mereka tumpangi sampai di area gedung asrama universitas, keduanya keluar setelah membayar ongkos lalu berjalan memasuki gerbang. Tangan kanan Eunbi melingkar di pinggang Yerin secara protektif.

Ketika sampai ke dalam asrama milik Sojung dan Yerin, Eunbi menyuruh gadis yang lebih tua untuk berbaring. Setelah menangis cukup lama, tenaga dan emosi Yerin pasti terkuras habis. Eunbi menyarankan kekasihnya untuk beristirahat saja. Yerin tidak mengucapkan apapun dan menurut.

Setelah menaikkan selimut hingga sebahu dan mengecup kening Yerin, Eunbi hendak beranjak pergi. Namun gadis Jung mencegatnya sebelum Eunbi berhasil menjauh.

"Jangan pergi." mohonnya.

Eunbi menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Dia hanya ingin duduk di kursi tempat Yerin belajar, menunggu kekasihnya terlelap sebelum pulang ke rumahnya sendiri.

"A- Aku hanya ingin duduk disana, unnie."

Yerin menggeleng. Dia menggeser tubuhnya dan menepuk sisi kosong ranjang di sebelahnya.

"Temani aku tidur."

Eunbi menatap Yerin ragu. Dia memang beberapa kali berkunjung ke asrama Yerin. Namun mereka hanya duduk, mengobrol, makan atau menonton film bersama saja. Tidak pernah sekalipun Eunbi tiduran satu ranjang bersama Yerin. Memikirkan gadis itu akan berbaring di satu ranjang yang sama dengan kekasihnya membuat pipi Eunbi memerah. Terlebih ranjang milik Yerin adalah single bed. Meski ranjang tersebut muat untuk dua orang bertubuh kurus seperti mereka, tapi tetap saja, keduanya pasti akan bersentuhan.

"Bi?"

Eunbi tersadar dari lamunannya. Dia menatap sekali lagi wajah Yerin yang penuh harap. Menghela napas pelan, Eunbi mengangguk kemudian mulai memposisikan diri berbaring disebelah Yerin. Tanpa membuang waktu lama, gadis Jung segera memeluk tubuh Eunbi. Wajahnya ia sembunyikan di ceruk leher gadis Hwang.

Eunbi menahan napas. Bisa ia rasakan jantungnya terpompa dengan kencang. Gadis Hwang pikir, Yerin juga bisa mendengarnya. Eunbi menelan salivanya gugup.

Keduanya bertahan dalam posisi hening seperti itu selama beberapa saat sebelum gadis Jung mengeluarkan suara,

"Bi," panggil Yerin.

"Y- Ya?"

"Terimakasih."

Kening Eunbi mengernyit mendengar kata 'terimakasih' yang tiba-tiba itu.

"Terimakasih untuk?"

"Semuanya."

Eunbi tidak merespon. Kepalanya sedikit menunduk agar bisa melihat wajah Yerin. Merasa Eunbi tengah menatapnya, Yerin ikut mendongak. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inchi saja. Yerin kemudian tersenyum. Senyum yang Eunbi tahu bukan senyum Yerin yang biasa. Senyumnya tidak sampai ke mata. Dan Eunbi yakin, apa yang disembunyikan Yerin saat ini bukanlah masalah kecil dan sepele. Ada sesuatu yang besar yang Yerin akan atau sedang hadapi.

Tidak ingin berpikir lebih jauh, Eunbi meraih wajah Yerin dan menciumnya dalam. Yerin sedikit terkejut namun tidak lama sebelum akhirnya membalas ciuman Eunbi. Ciuman mereka kali ini lebih panjang dan lebih menuntut dari yang sebelumnya. Meski begitu, Yerin masih bisa merasakan perasaan tulus Eunbi dalam ciuman tersebut. Bahkan lebih besar dari ciuman pertama mereka.

Keduanya melepas kontak bibir mereka dengan napas tersengal. Yerin membuka matanya dan bertemu orbs kecoklatan Eunbi yang menatapnya dengan penuh cinta.

"Aku akan selalu berada disamping unnie apapun yang terjadi. Kuharap unnie tahu itu." ucap Eunbi sebelum mencium kening Yerin cukup lama.

"Saranghae."

Dan Yerin tidak bisa menjawab apapun selain menarik Eunbi kedalam pelukannya. Kedua matanya berkaca-kaca dan dia siap untuk menangis lagi.

***


Yewon melirik sahabatnya yang kini tengah melamun. Meski pandangannya fokus menatap kearah guru yang sibuk menjelaskan materi di depan, namun Yewon tahu, tatapan Eunbi kosong. Seperti, ada sesuatu yang tengah ia pikirkan. Gadis bermarga Kim menggeleng pelan sebelum kembali fokus dengan pelajaran. Dia akan menyimpan pertanyaannya untuk nanti.

Begitu bel istirahat berbunyi, Yewon segera menarik lengan Eunbi sebelum gadis itu bisa berdiri dan keluar dari kelas. Eunbi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Incarnadinejourney
#1
Chapter 13: Asik, akhirnya mendebutkan semua karya ciamiknya disini. Aku udah jarang buka tetangga sebelah soalnya.
avicennialba
#2
Chapter 7: Wohooo, senpai launching cerita baruuu. Otw baca