The 1st time

I LIKE YOU OPPA!

 

Dalam perjalanan pulang~

“Apa kata dokter tadi Jin? Aku tidak mendengarnya karena tadi suara kalian terlalu kecil, hampir seperti berbisik.” Tanya Yuni yang masih bertengger(?) di pundak Jin Woo.

“Hmm, lukamu tidak parah kok. Hanya tidak bisa berjalan normal selama 3 minggu.” Jawab Jin Woo datar.

“OMO! 3 MINGGU AKU TIDAK BISA BERJALAN???? HAH… ANDWEEEEEEE! HIKS HUHUHU..” Yuni sontak kaget dan menangis sesenggukan.

“YA!! JANGAN CENGENG KAU! Tidak perlu khawatir, selama kakimu masih sakit aku akan selalu menemanimu kalau kau ingin ke suatu tempat.” Hibur Jin Woo pada Yuni.

“Hiks..hiks.. aku baru saja mengenalmu 1 jam yang lalu, mana mungkin aku langsung percaya padamu. Kau memang tampan, tapi bukan berarti kau mudah untuk menipuku.” Yuni masih terisak di punggung Jin Woo.

“Kau mau menggunakan tongkat? Dokter tadi menyarankan begitu. Mana yang lebih kau pilih? Menggunakan tongkat atau aku temani kemana saja tujuanmu?” Jin Woo menawarkan pilihan untuk gadis di pundaknya tersebut. Sebenarnya ia berharap gadis ini memilih pilihan yang kedua. Namun karena tidak ingin Yuni merasa PD maka ia berpura-pura menawarkan pilihan.

Hmm, rambutnya harum. Lehernya juga sangat haruuuum. Ummm berbau mint… Secara gak sadar Yuni yang saat ini sedang di gendong Jin Woo agak sedikit mencondongkan wajahnya ke depan hingga tepat di samping telinga sang pemilik pundak.

“-aku suka” reflek Yuni berbicara pelan namun cukup terdengar oleh Jin Woo.

“Apa? Kau suka apa?” Jin Woo kaget karena secara tiba-tiba Yuni berbicara namun bukan jawaban atas pertanyaannya.

“Ahh, aniya.. ani ani.. mak- maksudku aku lebih suka pilihan yang terakhir. Aku tidak mau menggunakan tongkat ke sekolah. Hal itu sangat memalukan bagiku.” Jawab Yuni sedikit terbata di awal namun mencoba normal.

“Aaah baiklah, pilihan yang bagus. Eh maksudku baguslah kalau kau sudah memilih. Aku pikir kau akan memikirkannya dulu.” Dalam hati Jin Woo merasa sangat senang. “YA!! DARITADI KITA BERJALAN NAMUN KAU BELUM MENGATAKAN PADAKU ALAMAT RUMAHMU!!! DASAR KAU INI!” Bentak Jin Woo karena baru tersadar bahwa ia berjalan tanpa arah dan tujuan.

“Omo omo.. kau ini BISA TIDAK JANGAN BERTERIAK DI DEPANKU- EH MAKSUDKU DI BELAKANGKU!! Sebentar lagi sampai kok, di depan halte itu lalu belok ke kiri dan gak jauh dari situ adalah rumahku.”

“Huhh lumayan juga ya. Kau ini berat sekali. Akuhh lelahhh sekalih menggendongmuhh.” Jin Woo sudah mulai kelelahan dan berbicara ngosh ngoshan.

Yuni langsung mengeluarkan sapu tangan lalu mengusapkan dengan lembut ke kening Jin Woo. Yuni tidak sadar dengan perbuatannya karena ia terbiasa melakukan hal itu kepada ayahnya ketika sedang sibuk bekerja dengan pekerjaannya.

“Eh mian udah gak sopan..” Yuni langsung sadar kalau cowok yang ada di dekatnya sekarang bukan ayahnya melainkan cowok yg baru saja dikenalnya. Namun tetap saja tangan Yuni tidak berhenti mengusap peluh tersebut.

“Gak apa, aku suka kok. Ibuku selalu bersikap seperti ini padaku. Gomawo Yuni.” Jin Woo berusaha untuk bersikap biasa karena memang eommanya selalu menyeka peluhnya. “Oya, yang mana rumahmu? Kita sudah berbelok nih.” Ucap Jin Woo membuyarkan lamunan Yuni.

“oh, yang itu disana. Bercat hijau daun.“(-_- kayak band indo ya. jiaaah) jawab Yuni sambil menunjukkan letak rumahnya.

Setibanya di depan rumah Yuni~

Jin Woo memperhatikan rumah yang ada didepannya sekarang. “Wah rumahmu cukup berbeda dan mencolok dibanding yang lain. Rumahmu berlantai 3 dan halaman depan hampir seperti kebun yang didominasi oleh warna hijau. Waaah orang tuamu pasti yang rajin merawat ini semua.” Wajah Jin Woo menunjukkan ketertarikan terhadap pemandangan di rumah Yuni. Iapun belum menyadari kalau Yuni masih berada di punggungnya dan belum juga ia turunkan.

            “Ehm, Jin…bisakah kau turunkan aku sekarang? Emm, aku ingin menekan bel.” Ucap Yuni menyadarkan Jin Woo terhadap kekagumannya.

            “Eh oh ya, maaf. Hehe aku terlalu kagum pada rumahmu yang indah ini. Haha kau sangat beruntung tinggal ditempat sejuk seperti ini.” Jin Woo dengan hati-hati menurunkan Yuni agar tidak terjatuh.

            Tak berapa lama keluarlah eomma Yuni. ”Kau darimana saja nak? Eomma daritadi khawatir karena kau lama sekali ke pasar. Omo, kenapa kakimu itu?” eomma Yuni baru menyadari kaki anaknya yang diperban. “Oh, ada teman Yuni ya. Maaf tante gak langsung nyapa.”

            “Bukan tante, aku baru saja bertemu Yuni di pasar dan yang menyebabkan insiden ini. Aku minta maaf sebesar-besarnya tante, aku benar-benar tidak sengaja.” Jin Woo menjelaskan secara rinci semuanya kepada eomma Yuni dan setelah itu berpamitan pulang.

            “Oya, besok akan ku jemput kau untuk sekolah. See ya.” Jin Woo langsung berlari meninggalkan Yuni dan eommanya setelah melihat jam tangannya.

“HEY. YA! Ugh.. aku kan belum mengucapkan terimakasih padanya.” Tidak sempat Yuni memanggilnya karena Jin Woo sudah menghilang.

“Yu, dia tampan dan sepertinya dia baik. Eomma setuju kok.” Eomma berlalu setelah mengantarkan Yuni ke kamarnya sembari mengerling padanya.

“iiihh eomma!”

Di sisi lain di rumah pamannya, Jin Woo meminta bantuan untuk pengurusan mobilnya yang hilang dan ia menjelaskan bahwa ia memundurkan jadwal kepulangannya hingga 3 minggu yang akan datang.

***

“KRIIIIIIING” Alarm di kamar Yuni berbunyi menunjukkan pukul 5 pagi. Waktunya untuk bersiap-siap berangkat sekolah. “Ma, aku gak mau bawa bekal hari ini ya.”

            “Loh knapa Yu? Biasanya kan kamu yang semangat minta dibawain bekal. Waaahh eomma tau nih pasti cowok kemarin kan yang akan membawakan kamu bekal.” Goda eomma membuat Yuni yang sedang minum susu tersedak.

            “Uhk...uhkk…khh (gitu bukan ya suara orang tersedak *penulis oon*)” sontak Yuni terbatuk batuk karena ia baru ingat kalau hari ini Jin Woo akan menjemputnya. “OMO!! JIN WOO!!” Teriak Yuni mengagetkan eommanya.

            “YA!! YUNI! JANGAN KAU BERTERIAK SEPERTI ITU!!!” Teriak eomma Yuni gak mau kalah. “Oya, Jin Woo itu cowok kemarin? Dia sepertinya lupa memperkenalkan diri dengan eomma.”

“TING TONG…TING TONG…” Bel rumah Yuni berbunyi.

            “Biar aku aja ma yang bukain. Mungkin Jin Woo.” Entah kenapa Yuni merasa senang ketika bel berbunyi dan berharap itu memang benar Jin Woo. “Eh hai oppaaaa… eh maksudku Jin Woo” Yuni spontan membukakan pintu dan menyapa dengan panggilan oppa. Karena di ingatan Yuni hanya oppa oppanya itu yang di ingat.

            “Kakimu bagaimana? ” tanya Jin Woo di depan pintu. Melihat jalan Yuni yang masih terseok-seok Jin Woo merasa sangat bersalah. Padahal bukan ini yang ingin aku lakukan selama disini. Hmm baiklah, aku akan melakukan yang terbaik untuknya. Aku gak ingin dia menderita seperti ini lagi. Seru Jin Woo dalam hati.

            Melihat orang dihadapannya diam memandangi kakinya Yunipun mencoba menyadarkan orang tersebut. “Halooo anyeooong Jin Woo hoii…” Yuni mengibas-ngibaskan kedua tangannya didepan wajah Jin Woo.

            “Eh… ” barulah Jin Woo tersadar dari lamunannya. “Ohya, mana eommamu? Mari kita berangkat.” Jin Woo langsung masuk kedalam dan meminta izin kepada eomma Yuni lalu membawakan tasnya. “Eomma, aku akan mengantarkan Yuni selama beberapa minggu. Aku meminta izin padamu. Jangan khawatir, aku pri baik-baik kok bu.”

            Eomma Yuni memperhatikan Jin Woo dan tersenyum. “Hahaha aku tau kau anak yang baik Jin Woo. Pergilah antar Yuni ke sekolahnya. Oya, kau sudah tau belum sekolahnya?”

            “Sudah tau eomma. Yuni sudah memberitahukan aku kemarin. Oia, eomma nanti aku akan mengajaknya makan setelah pulang sekolah. Bolehkah?” pinta Jin Woo kepada eomma Yuni. “Aku janji sore Yuni sudah tiba di rumah.” Jin Woo melayangkan senyum termanisnya kepada eomma Yuni dan berharap agar di izinkan.

            “Kau tidak usah sungkan. Bawalah Yuni kemanapun kau mau. Dia sering di kamar terus makanya eomma takut dia jadi anak rumahan yang tidak tau dunia luar.” Aku tau anak ini sangat baik dan terlihat tulus menolong Yuni. Ya Tuhan semoga saja ia yang terbaik untuk menjaga anakku. Ucapnya dalam hati.

            “Baiklah eomma kami berangkat ya.” Jin Woo berpamitan kepada eomma Yuni yang segera saja membuat Yuni agak kaget karena Jin Woo memanggil ibunya eomma seperti dirinya. Padahal Jin Woo baru mengenal eommanya.

            “Ma, aku berangkat ya. Muah …” Yunipun yang sejak tadi sudah menunggu di luar berpamitan kepada eommanya dan seperti biasa mencium eommanya sesaat sebelum berangkat.

            “Hati hati ya… ”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Karima123 #1
Mitha: Gomawoo chingu~^^<br />
Amanda: Nyehehehe campuran cyiiiin :p gak bisa kalo full romantis *penulis gagal*<br />
All: Nantikan ffku berikutnya. thank you:)
amandakvn
#2
kar ini sebenarnya niat mau romantis apa komedi sih? -__- hahahahahahahaha .-.v
MithaChan
#3
kerenn.. FF nya lucu^^
ronanisa
#4
tambahin konfliknya aja biar ceritanya panjang heehee:)
Karima123 #5
nyehehehe lebay na. tau tuh authornya -__- *plak
Karima123 #6
Aiiiihh gomawoyong Roniiiiisss:** menurut kamu perlu aku cepet" akhirin atau tambah konflik ?
ronanisa
#7
lucu banget ff nya, suasana romantisnya juga dapet kar hehe, tapi kenapa cuma karena diinjek bisa jadi pake tongkat begitu :D hehehe lucu bangetttttt!!!!