The 1st time

I LIKE YOU OPPA!

 

“OMO..OMO..OMO…….Oh God! Please don’t let her touch him! Oppaaaaaa jangan mau disentuh olehnyaa. Aiiisssh jinjja!!” Yuni berteriak-teriak sendiri di depan layar laptopnya yang sedang memutar drama korea kesukaannya. Adegan saat itu sedang menunjukkan saat si pemeran wanita akan memeluk si cowok dari arah belakang. Sontak saja Yuni yang merasa cowok itu adalah pacarnya (gue rasa si Yuni lagi mimpi-_-) secepat kilat bertindak seakan-akan wanita lain akan menyentuh pacarnya tersebut.

“WOAAAAAAAAAA OPPA KENAPA KAU MAU DISENTUH OLEHNYAAAAAA…HUAAA HUAAAAA” Yuni menjerit-jerit gak jelas -_-. Merasa bahwa teriakan kekecewaannya akan terdengar dan adegan drama akan berubah.

“YUNIIIIIIIIII…. YUNIIIIIIIIII…………..” Mama Yuni memanggil dari lantai bawah karena mendengar anaknya yang berteriak-teriak kayak orang kemalingan.

Gak ada jawaban dari lantai 3. Disini ceritanya rumah Yuni berlantai 3 (agak lebay sih). Merasa tak ada jawaban, maka mamanya memanggilnya kembali.

“YUNIIIII!..YUNIIIIII!! JANGAN TERIAK KENCENG-KENCENG!” Mama Yuni teriak untuk yang kedua kalinya.

Hening. Gak ada sautan. Krik krik

Merasa tak di gubris, maka mama Yuni langsung menghampiri anaknya d lantai 3.

“Hosh..hosh..hosh..” suara nafas mama Yuni yang terengah-engah karena kelelahan menaiki tangga ke lantai 3 (lagian siapa suruh punya rumah ketinggian. Lebay tau gak-___-).

Setelah sesaat mengatur nafas, langsung saja ia membuka pintu kamar anaknya yang ternyata sedang serius bin asik dengan laptopnya. Namun yang membuat ia heran adalah banyaknya sampah tissue yang tergeletak di lantai. Belum lagi suara anaknya yang masih mengganas (kayak hewan ya-_-) dengan kehebohannya sendiri. Merasa kehadiran dirinya masih di kacangin juga oleh buah hatinya tersebut, iapun langsung mengambil sikap dengan mendekati Yuni lalu menekan tombol off di laptopnya tersebut.

“MWOOOOOOOOOO????!!!!!! EOMMA, WHY YOU DO THAT HUH??? ARRRGGHHHHHH. OPPA KUUUUUUUUUUUUU……….” Sontak aja anaknya tersebut berteriak kaget karena eommanya (panggilan untuk ibu dalam bahasa Korea) mematikan laptopnya disaat adegan si cowok akan memberi gamparan untuk si cewek karena cewek tersebut secara sembarangan memeluk dirinya dari belakang (ini cerita mengarang bebas, penulis juga gak tau ini jalan ceritanya kayak gimana..).

“YA!! KAU INI, EOMMA MANGGIL-MANGGIL KAMU DARITADI DI LANTAI DASAR!!!! GAK DENGER KAMU?” Eomma Yunipun kesal dengan anaknya yangmalah balik bertanya.

“Ada apa sih eomma? Mau minta bantuin bikin kue lagi? Bosen ah, gak mau aku!”

“aiissshh ni anak bener-bener ya. Yaudah, sekarang kamu ganti baju deh. Tolong beliin mama bahan-bahan ini nih d pasar.”

“arrgghh, eomma…arrasso. Oppa, bentar ya, aku tinggal dulu sebentar.” Yunipun bersiap siap untuk membeli bahan bahan d pasar.

Setibanya di Pasar Hongdae~

“Huh, seandainya pasar ini bersih kayak di Korea dan pedagangnya ganteng ganteng kayak boybandnya so pasti aku mau dengan tulus ikhlas tiap hari kemari.” Yuni menggerutu selama di perjalanan menuju pasar.

            Ya, pasar Hongdae. Sebenarnya itu hanya sebutan yang diberikan oleh Yuni. Nama asli pasarnya sih ‘Pasar Sukarame’. Pasarnya memang selalu ramai dan gak pernah sepi (yaiyalah namanya juga pasar) pembeli. Yuni memang gak pernah suka kalo udah kesini, bawaannya pengen pulang aja karena memang disini gak ada yang bagus buat cuci mata.

            Ketika Yuni sedang membeli bahan kue, tiba-tiba ada seorang cowok yang menginjak kakinya tanpa sengaja. Sontak saja Yuni berteriak.

            “KYAAAAAAAAAAAAAAA SAKIIIIIIITTT. HADUUUUUUH SAKIIIIIT…..” teriak Yuni membuat semua orang disekitarnya kaget.

            “Hoah, sorry. Im so sorry. Are u okay?” cwok itupun langsung meminta maaf.

            Yuni merasa ada yang aneh dari logat orang yang meminta maaf padanya. Yuni yang masih mengusap-usap kakinya tersebutpun menoleh ke arah orang yang menginjak kakinya tersebut.

“OMO…KYAAAAAAAA Jinyoung oppa!!” Sontak Yuni berteriak memanggil nama biasnya.

“Apa? Apakah kamu baik-baik saja?” cowok itupun mengulangi pertanyannya lagi dan sedikit bingung karena jawaban Yuni yang malah berteriak Jinyoung.

“JI….NYOUNG!! JINYOUNG OPPA! JINYOUNG OPPA!! KAMU JINYOUNG OPPA KAN?” Yuni bertanya lagi dengan volume masih maximum hingga membuat kerumunan memutuskan untuk bubar karena teriakannya.

“YA!! AKU TAU AKU MEMANG TAMPAN TAPI BISAKAH KAU KECILKAN SUARAMU ITU HEY!” Cowok itupun akhirnya membalas dengan berteriak karena kesal.

“a… baiklah oppa. Tapi aku masih gak percaya kalo kau itu Jinyoung oppaku. Aku tanya sekali lagi. Apakah namamu Jinyoung? Kau mirip sekali dengan oppaku.” Suara Yunipun kembali normal dengan ekspresi masih tidak percaya dengan orang yang ada di hadapannya sekarang.

“aiiiisshh, selalu begini. Huh, baiklah. Aku bukan Jinyoung orang yang kau sebut sebut itu. Aku juga bukan oppamu. Okay!”

“Tapi kau mirip sekali dengan Jinyoung. Kalau kau bukan Jinyoung, pasti kau berkebangsaan Korea ya?”

“Ya, aku memang ada keturunan Korea. Tapi aku tidak tinggal di Korea. Oya, bagaimana dengan kakimu itu?”

Selama memperhatikan cowok itu, Yuni melupakan rasa sakit di kakinya. Setelah cowok itu menanyakannya lagi, barulah ia sadar dengan kakinya. Otomatis Yuni langsung kaget melihat kondisi kakinya yg ternyata telah membengkak.

“GYAAAAAAAAAAA KAKIKUUUUUU” Sontak Yuni berteriak lagi dan menangis.

“YA!! Kau kebiasaan sekali berteriak teriak. Mari kuantar kau ke rumah sakit. Aku akan bertanggung jawab.” Cowok itupun menawarkan bantuannya pada Yuni.

Yuni yang merasa kesakitan karena kakinya membengkak dan tidak bisa berjalan mengangguk setuju. Diapun berfikir sangat beruntung karena ia bertemu dengan orang yang mirip dengan biasnya itu.

“Baiklah, tapi bagaimana ini eomma menyuruhku untuk membelikan pesanannya. Karena kau, aku belum beli semua pesanannya.”

“Tenang saja, rumahmu dimana? Apa sekarang kau bawa kendaraan?”

“Rumahku dekat jadi tidak bawa kendaraan.”

“oke, sekarang kita ke rumah sakit terdekat dengan mobilku. Mari kubantu kau.” cowok itupun dengan segera membopong Yuni menuju tempat parkir. Namun, Yuni masih kesulitan berjalan karena kakinya benar-benar sakit dan suasana pasar yang ramai membuatnya sulit bergerak.

“Naiklah ke punggungku.” Cowok itu menyuruh Yuni untuk naik ke punggungnya karena takut kaki Yuni yang sudah membengkak itu tambah parah dengan terinjak injak orang pasar.

“Gak, gak mau! Kau memang tampan, tapi gak bisa seenaknya menyuruhku untuk di gendong olehmu! Bisa bisa nanti kau membawaku kabur! Kalau di bawa kabur ke Korea sih gak apa. Huh.” Yuni takut orang ini membawanya kabur lalu tidak bertanggung jawab. Tapi ia punya harapan kecil kalo saja orang ini membawanya kabur ke Korea, tidak masalah baginya karena disana ia bisa bertemu dengan bias aslinya dan meminta pertolongannya. (author terlalu jauh berandainya)

“Terserah kau mau bicara apa. Sekarang cepatlah naik ke punggungku agar kita cepat sampai mobil dan ke rumah sakit!” Cowok itupun memaksa Yuni sehingga ia akhirnya menurut.

Di pundak cowok tersebut Yuni merasa jantungnya berdegup kencang. Wajahnya terlalu dekat dengan wajah cowok tersebut. Yuni berusaha untuk fokus melihat ke depan sementara tanpa sepengetahuannya cowok tersebut juga sedang menahan diri karena gugup.

“Ehm. Kau siapa? Eh maksudku namamu siapa?” Yuni mulai membuka pembicaraan. “Namaku Jiny…Jin woo” jawab cowok itu sedikit kaget.

“aah, namamu juga keKoreaan sekali. Oya, kau umur berapa? Bukannya aku tidak sopan karena bertanya umurmu. Tapi karena aku ingin tau kau lebih tua dariku atau tidak. Kalau kau lebih muda, untuk apa aku terlalu sopan padamu. Kalau kau trnyata lebih tua dariku, yaaaaa akan kuusahakan agak sedikit sopan padamu.”

“YA!!! KAU INI!! Aisshh… kau cerewet sekali. Yang jelas aku lebih tua darimu! Kau memang harus LEBIH SOPAN padaku bukannya SEDIKIT SOPAN.” Cowok yg bernama Jin Woo itu akhirnya semakin kesal karena Yuni yg terlalu banyak bicara.

“hyaaa baiklah…hemmm ngomong-ngomong kau parkir mobilmu dimana sih? Daritadi kita belum sampai juga di mobilmu.” Yuni agak bingung karena sudah ada 10 menit ia di punggung Jin Woo namun belum juga menemukan mobilnya. Padahal tempat parkir di pasar tidak terlalu luas.

“Aku juga bingung. Jelas jelas aku parkir disini. Kemana mobilku? Haduuuh..”

“Hey, apa jangan-jangan mobilmu di curi?!” perkataan Yuni sontak membuat Jin Woo kaget.

“HAH!! APA KAU BILANG??? DICURI!!!” Sontak Jin Woo panik dan refleks melepaskan kedua tangannya yang sedang menggendong Yuni.

“GYAAAAAHH aduuuuh sakiiiit..huhuhuu” Yuni meringis karena tiba-tiba ia jatuh ke tanah. “kenapa sih kau?” tanya Yuni dengan polosnya.

“KENAPA? KAU YANG MENGATAKANNYA MOBILKU DICURI!! LALU KAU BILANG KENAPA HAH!!!” TERIAK JIN WOO YANG MASIH SHOCK DENGAN MOBILNYA YANG ENTAH KEMANA DAN DITAMBAH DENGAN CEWEK YANG BARU DITEMUINYA ITU DENGAN TANPA RASA BERSALAH MALAH BERTANYA KENAPA. Eeeehh kenapa author jadi emosi begini juga -_____- mian mian mian reader. He he he terlalu menjiwai.

“Maaf maaf deeeh. Lalu bagaimana?”

“Huh, yasudahlah. Nanti aku hubungi pamanku saja untuk mengurus ini semua.” Jin Woo membantu kembali Yuni untuk berdiri. “maaf karena membuatmu terjatuh. Aku tadi kaget karena mobilku tiba-tiba gak ada. Ayo kita lanjutkan ke rumah sakit.”

“Kau yakin kau sudah tenang karena mobilmu baru saja hilang?” Yuni masih ragu dan khawatir karena cowok yang baru saja dikenalnya ini terlihat sudah tenang padahal tragedi baru sedang menimpanya.

“YA!!! KAU BILANG TENANG?!! APA WAJAHKU INI TERLIHAT TENANG HAH??!” Omel Jin Woo. “Huft, baiklah sekarang kau cepatlah naik ke punggungku. Masalah pesanan ibumu biar aku yg urus nanti.”

“Oke” segera Yuni naik ke punggung Jin Woo karena takut kalau ia bertanya lagi maka akan terkena omelan kembali.

Setibanya di Rumah Sakit BANA~

“Bagaimana dok lukanya?” tanya Jin Woo pada sang dokter.

“Tidak perlu khawatir, dia hanya luka ringan saja. Namun untuk beberapa minggu ini memang dia akan kesulitan untuk berjalan normal. Paling hanya 3 minggu ia akan menggunakan tongkat.” Terang dokter pada Jin Woo. (Sepertinya ada yg aneh ya ._. luka ringan= tiga minggu pake tongkat. Dokter macam apa ini-__- *plak)

“HAH 3 MINGGU DOK??!!! ASTAGA!” sontak saja Jin Woo kaget setengah die _-_ namun rasa kaget Jin Woo lebih kepada kekhawatiran.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Karima123 #1
Mitha: Gomawoo chingu~^^<br />
Amanda: Nyehehehe campuran cyiiiin :p gak bisa kalo full romantis *penulis gagal*<br />
All: Nantikan ffku berikutnya. thank you:)
amandakvn
#2
kar ini sebenarnya niat mau romantis apa komedi sih? -__- hahahahahahahaha .-.v
MithaChan
#3
kerenn.. FF nya lucu^^
ronanisa
#4
tambahin konfliknya aja biar ceritanya panjang heehee:)
Karima123 #5
nyehehehe lebay na. tau tuh authornya -__- *plak
Karima123 #6
Aiiiihh gomawoyong Roniiiiisss:** menurut kamu perlu aku cepet" akhirin atau tambah konflik ?
ronanisa
#7
lucu banget ff nya, suasana romantisnya juga dapet kar hehe, tapi kenapa cuma karena diinjek bisa jadi pake tongkat begitu :D hehehe lucu bangetttttt!!!!