Dua Belas

Our Little Sister

Kyuhyun sedang tidur-tiduran di kasur Changmin saat dilihatnya handphonenya berbunyi. Ketiga namja yang lain melirik penasaran saat Kyuhyun berdecak kesal melihat ID peneleponnya. Awalnya ia malas untuk mengangkatnya namun ia penasaran juga apa yang akan hyungnya itu katakan. Tepat sebelum dering telepon berakhir Kyuhyun menekan tombol jawab pada handphonenya.

            Kini setelah mendengar apa yang hyungnya katakan, refleks Kyuhyun bangun dengan tergesa-gesa dengan raut wajah panik. Perasaannya sungguh tidak enak. Changmin yang melihat perubahan wajah sahabatnya itu ikut berdiri dan menahan Kyuhyun yang akan segera berlari keluar kamar.

            “Ada apa Kyu? Apa yang terjadi?” Mata Kyuhyun nampak tidak fokus, tanda pemuda itu benar-benar panik. “Kyu!!”

            “Raekyo.. Raekyo.. Adikku.. Dia..”

            “Hyung, bernafas perlahan. Ceritakan pada kami apa yang terjadi.” Minho mengelus punggung Kyuhyun perlahan. Membuat pemuda itu bisa sedikit fokus.

            “Wanita jahat itu berencana meracuni Teuki hyung. Entah bagaimana bisa gagal, kini wanita itu membawa Teuki hyung entah ke mana. Dan Raekyo mengejar mereka. Changmin-ah, bagaimana ini? Raekyo.. Bagaimana ini?” Kebiasaan Kyuhyun bila panik keluar. Ia tidak akan berhenti berbicara.

            “Mwo?? Ayo kita susul!! Pakai mobilku saja!” Kyuhyun bersyukur teman-temannya cepat tanggap. Sedikit terburu-buru mereka keluar rumah dan masuk ke mobil Changmin. Jonghyun dengan tenang mengambil hendphone Kyuhyun untuk mengecek GPS mobil Leeteuk karena dirasa sahabatnya itu belum bisa mengendalikan diri.

            “Kyu, mobil Teuki hyung menuju ke pinggiran kota. Tidak jauh mobil yang biasa dipakai Kibum hyung mengejar. Jangan bilang itu Raekyo?” Jonghyun memperlihatkan kedipan-kedipan di layar kepada ketiga temannya. Kyuhyun hanya mengangguk mengiyakan. Dirinya cemas luar biasa. Ia tahu adiknya itu belum mahir mengendarai mobil. “Di belakang ada mobil lagi,  sepertinya itu hyungdeul. Changmin-ah, lebih baik di depan kau belok ke kiri. Kita lewat jalan pintas sehingga bisa menyusul mereka.”

            Mendengar komando Jonghyun, Changmin semakin menaikkan kecepatan. Dia tahu kini mereka semua berkejaran dengan waktu. Dalam hati pemuda bertubuh tinggi itu memanjatkan doa agar semua selamat. Ia tidak ingin ada kejadian buruk menimpa keluarga Kyuhyun karena Changmin tahu itu akan menghancurkan sahabatnya juga. Di sisi lain Kyuhyun juga nampak memejamkan matanya, mulutnya komat-kamit merapalkan doa. Walau selama ini hubungan mereka merenggang, tapi pemuda itu juga menyempatkan diri berdoa untuk keselamatan Leeteuk juga.

 

* * *

            Di dalam mobil, Leeteuk memandang heran tunangannya. Wanita itu nampak marah terlihat dari cara menyetirnya yang serampangan. Walau memakai mobilnya, Leeteuk tidak protes karena baginya miliknya berarti milik wanita yang sebentar lagi jadi istrinya itu. Sepanjang jalan Yura hanya diam, membuat Leeteuk bisa memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Saat ingatan akan ekspresi Raekyo terlintas, entah mengapa hatinya terasa tercubit.

            Dari awal, Leeteuk selalu suka bernyanyi. Cita-cita terdalamnya adalah menjadi seorang penyanyi. Namun semua harus pupus saat kedua orangtuanya meninggal. Ia harus menanggung beban yang tidak sedikit yaitu memegang perusahaan warisan ayahnya dan mengasuh kesebelas adiknya. Perlahan-lahan impiannya terkubur dalam, ia mulai menerima perannya sebagai pengganti orangtuanya dan juga menjadi pebisnis sukses seperti ayahnya. Walau awalnya sulit, Leeteuk mulai bisa menikmati kewajiban yang harus ia jalani. Toh ia juga sangat menyayangi adik-adiknya dan kesejahteraan mereka adalah prioritasnya yang terutama. Tapi sekarang setelah kebenaran itu ia terima, rasa egonya muncul kembali, berbagai kalau saja terus menghampiri benaknya. Kalau saja Raekyo tidak lahir maka orangtuanya pasti masih hidup. Kalau orangtuanya masih hidup ia tidak harus memikul beban mengurus semua adiknya. Kalau saja tidak ada beban ini, maka sekarang ia pasti sudah jadi penyanyi terkenal sesuai cita-citanya.

            Leeteuk tahu dongsaengnya yang lain selalu mempertanyakan kebenaran yang Yura katakan. Terutama Kyuhyun, anak itu terus saja mendesak dirinya untuk mengecek kebenaran yang Yura katakan. Tapi Leeteuk bergeming, ia merasa semua dongsaengnya tidak mengenal Yura sebaik dirinya. Yura adalah anak sahabat appanya, Yura sudah bersahabat dengan Leeteuk sejak kecil, Yura adalah cinta pertamanya, Leeteuk merasa mereka tidak mengerti. Yura tidak akan pernah berbohong padanya. Lagipula untuk apa wanita itu berbohong mengenai Raekyo, apa untungnya bagi wanita itu?

            Kalau di dalam sup ini ada racun mematikan, dengan meminumnya aku akan mati, oppa akan tetap menyuruhku memakannya? Kata-kata ketus dan dingin Raekyo kembali terngiang. Seumur hidup Leeteuk tidak pernah mendengar gadis itu berbicara dengan nada seperti itu pada orang lain. Walau nadanya ketus, tapi sorot mata Raekyo nampak sangat sedih. Hampir menyerupai orang yang putus asa. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Sebersit keraguan mulai mendatangi Leeteuk, bagaimana kalau selama ini ia salah? Perlahan ia melirik wanita yang amat dicintainya itu, yang kini masih menyetir mobilnya dalam diam. Ditepisnya pemikiran itu, Leeteuk percaya pada Yura, wanita itu tentu tidak akan membohonginya, kan?

            Lamunannya terganggu ketika handphonenya berbunyi. Heechul menelepon dirinya, pasti dongsaengnya itu ingin menanyakan keberadaan dirinya. Baru saja menekan tombol jawab, handphone Leeteuk diambil tiba-tiba dari tangannya dan dilempar ke jok belakang oleh Yura.

            “Yura.. Apa yang kau lakukan? Barusan Heechul yang menelepon.” Leeteuk nampak kaget, tangannya terulur ke belakang merogoh-rogoh mencari handphonenya.

            “Sudah terlambat. Tidak ada gunanya menjawab telepon itu.” Nada suara Yura membuat Leeteuk berhenti mencari. Kini ia menatap Yura dengan pandangan bingung.

            “Apa maksudmu?”

            “Oppa, di dunia ini tidak semuanya bisa berjalan sesuai harapan. Seperti bulan yang mencintai matahari, sampai kapanpun bulan dan matahari tidak akan pernah bersanding di tempat yang sama. Karena mereka begitu berbeda. Kita itu seperti bulan dan matahari. Bulan tidak akan bersinar bila dirinya tidak menenggelamkan matahari begitu pun sebaliknya.” Leeteuk semakin bingung. Bulan? Matahari? Apa maksudnya? Apa Yura mabuk? Namun ekspresi getir dari wanita disampingnya membuat ia terdiam. “Oppa, matahari sudah terlalu lama bersinar, kini waktunya bulan yang bersinar. Maaf oppa, aku terpaksa harus melakukan ini. Namun bulan tidak bisa hanya menenggelamkan matahari karena suatu saat matahari akan berusaha merebut singgasananya kembali, bulan harus menyingkirkan matahari. Selama-lamanya.”

            “Yura-ya, kau sebenarnya kenapa? Apa yang kau maksud?” Leeteuk berusaha menggenggam tangan Yura namun wanita itu menepisnya kasar. “Yura? Sebenarnya ada apa?”

            “ Direktur utama Kim Cooperation ditemukan gantung diri di dalam kamarnya setelah sebelumnya menggantung istri dan anak bungsunya. Itu adalah hari terburuk dalam hidupku, oppa. Dalam sehari aku kehilangan orangtua dan maknaeku. Eomma dan maknaeku dibunuh appa lalu appa bunuh diri. Bisa kau bayangkan? Appa yang selalu tersenyum hangat pada semua orang itu membunuh ISTRI dan ANAK BUNGSUNYA!! Bisa kau bayangkan bila saat itu aku dan dongsaengku yang satu lagi ada di rumah? Apa yang mungkin terjadi pada kami?” setetes air mata meluncur perlahan di pipi Yura. Leeteuk memang mengetahui sedikit banyak yang terjadi pada sahabat ayahnya itu. Saat itu berita tentang kematian keluarga Kim disiarkan besar-besaran. Menurut gossip yang beredar, direktur Kim ketahuan menggelapkan pajak dan melakukan transaksi illegal. Saat itu keluarganya juga mengalami imbasnya terutama appanya. Appanya sempat depresi mengetahui sahabat baiknya melakukan tindakan ekstrem semacam itu. Wajar saja Appanya dan Kim Ahjussi sudah seperti kakak adik. Karena kejadian ini, appanya yang dulu bekerja sebagai polisi memutuskan mengundurkan diri lalu membawa keluarganya pindah ke luar kota dan mendirikan usaha sendiri yang berkembang pesat hingga seperti sekarang.

            “Yura-ya… Oppa mengerti perasaanmu, kau tiba-tiba teringat dengan keluargamu, hm?” Tangan Leeteuk kembali ditepis kasar oleh Yura. Membuat pemuda itu semakin bingung dengan sikap wanita di sampingnya. “Yura-ya, sebenarnya ada apa? Oppa tidak mengerti. Ucapanmu dari tadi seperti orang bingung. Matahari, bulan dan sekarang keluargamu. Sebenarnya ada apa?”

            “Oppa, kalau saja keluargamu tidak egois, kalau saja kalian tidak mementingkan kepentingan kalian sendiri, aku mungkin akan hidup lebih baik. Aku akan jadi orang baik.”

            “Apa maksudmu?” Leeteuk punya firasat apapun yang akan Yura jawab, dirinya tidak akan suka.

            “Saat itu saat appaku begitu frustasi dan malu, appamu yang katanya sahabat yang katanya keluarga itu ke mana?? Saat aku lihat dengan mata kepalaku sendiri appaku berlutut memohon pertolongan appamu, apa yang dilakukan appamu? Saat itu Cho Ahjussi hanya terdiam tidak mau menolong. Cho Ahjussi dengan entengnya menyuruh appaku mengakui semua kesalahannya, mengakui penggelapan pajak dan transaksi illegal yang selama ini ia lakukan, appamu dengan dinginnya menyuruh appaku menanggung malu!! Appaku hanya minta agar kasusnya ditutup, appaku bersumpah akan berjalan di jalan yang benar ke depannya namun appamu bergeming. Bergeming dengan alasan kebenaran harus ditegakkan, dengan alasan seorang pria harus sanggup mengakui dan menanggung kesalahannya sendiri, dengan alasan appamu tidak bisa kehilangan pekerjaan karena dongsaengmu yang penyakitan itu butuh biaya besar!! Bahkan appaku sudah bersedia memberikan uang dalam jumlah besar agar dongsaeng penyakitanmu itu tidak mati, tapi apa??!! Appamu dengan sikap sok malaikatnya tetap teguh pada keputusannya. Appamu yang seperti tidak pernah berbuat dosa dalam hidupnya!! Semua orang berhak memiliki kesempatan kedua, tapi apa??!! Keluargamu begitu egois!! Saat akhirnya appaku menerima takdirnya, ia dengan patuh mengikuti saran appamu untuk menyerahkan diri, namun saat di pengadilan, saat appamu diminta untuk bersaksi, untuk sekedar memberi pembelaan pada appaku agar hukumannya diperingan, apa yang appamu lakukan?! CHO AHJUSSI YANG TERHORMAT TIDAK DATANG!! Begitukan yang namanya sahabat? Begitukah yang namanya sudah seeperti keluarga sendiri?!” Leeteuk terhenyak mendengar penuturan Yura. Kata-kata itu dilontarkan begitu penuh kebencian hingga Leeteuk butuh waktu lama untuk memprosesnya. Sedikit banyak yang Yura katakan Leeteuk mengerti karena ia juga ada di sana ketika Kim Ahjussi berlutut memohon pada appanya. Masih jelas di ingatannya raut wajah sahabat ayahnya itu.

            “Yu-Yura.. Aku sungguh minta maaf, a-aku, saat pengadilan appamu, appaku tidak bisa datang karena….”

            “Karena Raekyo kambuh, ya kan?” Pandangan dan nada suara Yura terdengar dingin, “Cho Raekyo, gadis manja itu kambuh di saat yang sangat tepat. SANGAT TEPAT! Kalau saja keluarga kalian tidak egois, kalian bisa menyelamatkan 3 nyawa. TIGA NYAWA!!”

            “Ta-tapi saat itu Raekyo pun dalam keadaan gawat, Yura-ya. Kalau tidak segera ditangani Raekyo bisa meninggal.”

            “Apa ruginya??!! Kehilangan satu nyawa tapi bisa menyelamatkan tiga nyawa lainnya, itu sepadan kan??! Harusnya kalian membiarkan gadis penyakitan itu mati saja!!”

            “KIM YURA!!” Leeteuk sangat terkejut dengan pemikiran lancang wanita itu. Bagaimana bisa wanita itu, Yuranya memiliki pemikiran mengerikan macam begini. “Kau.. Kau.. Berarti selama ini..”

            “Hahaha.. Tentu saja Cho Leeteuk. Semua yang aku katakan pada kalian? Semua itu bohong. BOHONG. Tujuanku hanya satu, agar gadis itu mati. Agar kalian semua merasakan rasanya kehilangan orangtua dan maknae kalian.” Perkataan Yura bagaikan petir di siang bolong bagi Leeteuk. Semua kelakuannya selama beberapa bulan terakhir seolah diputar ulang di kepalanya. Sudah tidak terbayang seberapa besar penyesalan yang Leeteuk rasakan.

            “Ja-jadi, sup beracun itu…”   

            “Tentu saja benar. Kuberikan padamu untuk memancing gadis itu ke dalam perangkapku. Tapi kau lihat sendiri kan, gadis egois itu bahkan tidak berani mengorbankan nyawanya untukmu, dengan angkuhnya ia berkata ‘Kalau di dalam sup ini ada racun mematikan, dengan meminumnya aku akan mati, oppa akan tetap menyuruhku memakannya?’. Cih, angkuh dan egois rupanya sifat turunan ya.”

            “Hen-hentikan mobilnya! Kubilang hentikan mobilnya!!” Leeteuk mengguncang-guncang pegangan pintu mobilnya namun nihil. Jendela dan pintu mobil sudah dikunci otomatis oleh Yura. Kini Leeteuk menatap Yura dengan horror. “A-apa maumu?”

            “Apa mauku?” Yura tersenyum manis yang kini terlihat memuakkan di mata Leeteuk, “Oppa beruntung, rasa cintaku padamu bukan pura-pura. Kini aku memberimu pilihan, kuharap kini seorang Cho bisa memilih dengan benar. Nyawa Raekyo atau nyawa kita berdua?”

            “Apa yang akan kau lakukan, Yura?!”

            “Pilihlah dengan bijak, oppa. Nyawa Raekyo atau nyawa kita berdua? Bayangkan dengan pilihanmu itu oppa, kita berdua bisa pergi yang jauh, hanya kita berdua. Tidak ada lagi dongsaeng penyakitan yang harus diurus, tidak ada lagi beban perusahaan yang harus kau pikul, tidak ada lagi tanggung jawab untuk dongsaengmu yang lain. Hanya kita. Kau cukup memilih. Aku tahu kau sangat mencintaiku, ya kan?” Kini Yura menggenggam tangan Leeteuk erat. Ekspresi wajahnya berubah menjadi Yura yang selama ini Leeteuk kenal, yang pemuda itu cintai.

            “Aku memang mencintaimu, Yura. Sangat.” Senyum Yura otomatis mengembang sempurna. Matanya berbinar senang. “Aku sudah memilih, tolong selamatkan Raekyo. Selamatkan adikku.” Leeteuk tidak merasa menyesal, pilihan yang Yura kasih bukanlah pilihan sulit baginya. Jawaban dari pilihan itu sudah mutlak, Leeteuk pasti akan memilih Raekyo. Adiknya, adik yang sudah sangat kecewakan. Adik kandungnya.

            Yura meraung marah. Ia mencekik leher Leeteuk dengan kedua tangannya sambil terus meneriakkan umpatan-umpatan. Sementara itu Leeteuk yang panik karena tangan Yura lepas dari setir, berusaha menjaga kendali mobil dengan satu tangan, satu tangannya yang lain berusaha melepaskan cengkeraman Yura di lehernya yang semakin kencang.

            Sekian lama mereka tetap bertahan di posisi itu. Leeteuk merasa tenaganya sudah terkuras, kesadarannya makin menipis. Di saat-saat terakhir terdengar bunyi benturan keras dan Leeteuk merasa semuanya berubah gelap.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
putripdian #1
Chapter 10: Please update
Taeyeon_ssJH
#2
Daebak!!!!!♡♡♡♡♡