Sepuluh

Our Little Sister

Sudah tiga hari Kyuhyun tidur di rumah sakit. Sudah tiga hari juga Raekyo dirawat di rumah sakit dan belum sedetikpun adiknya itu menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Setelah kejadian itu, Kyuhyun kembali ke kamarnya untuk merawat Raekyo. Di tengah malam Raekyo dilarikan ke rumah sakit karena kejang-kejang. Dokter mengatakan kejang itu adalah efek dari demamnya namun Kyuhyun tidak bisa ditenangkan. Memang saat itu Raekyo demam tinggi dan penyakitnya kambuh lagi.

            Kyuhyun kini duduk di samping ranjang adiknya, tangannya menggenggam tangan Raekyo. Tubuh gadis itu mengurus, wajar saja tiga hari ini hanya infus yang menjadi asupan gizinya. Tidak sekalipun Kyuhyun beranjak meninggalkan sisi adiknya, ia ingin ada di sana saat Raekyo membuka matanya, ia ingin Raekyo tahu sekarang dirinya tidak sendirian lagi.

            Pemuda itu menghela nafasnya, selama tiga hari ini tidak ada satupun hyungnya yang datang untuk Raekyo. Padahal harusnya Heechul dan Sungmin tahu Raekyo dirawat di sini, staff rumah sakit pasti memberikan laporan pada mereka. Kalau Leeteuk, Kyuhyun tidak lagi mengharapkan apa-apa dari hyungnya itu. Jujur saja Kyuhyun juga merasa kesepian, dirinya tidak pulang ke rumah selama tiga hari juga tidak ada satupun yang mencarinya atau sekedar menanyakan keadaannya. Ia tahu ancaman Leeteuk mungkin sudah lebih parah dari yang pertama.

            “Hey putri tidur, sudah waktunya bangun kan?” Kyuhyun mengelus pelan tangan Raekyo. Bagaimana bila mata itu tidak pernah terbuka lagi? Kyuhyun menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Bukan waktunya memikirkan yang aneh-aneh. Tiba-tiba tangan Raekyo bergerak. Walau sedikit, tapi Kyuhyun yakin itu bukan khayalannya. Refleks ia melompat berdiri dari kursinya dan menatap Raekyo. Semangatnya timbul menunggu adiknya bangun.

            Perlahan genggaman tangan Raekyo semakin menguat. Gadis itu membuka matanya sedikit, menutupnya lalu membuka kembali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya. Awalnya semua nampak bergoyang namun pupilnya bisa menangkap sepasang mata bulat yang balik memandangnya. Ia kenal mata milik siapa itu. Ia tidak sedang bermimpi kan?

            “Rae? Kau bisa mendengarku?” Raekyo merasa tenggorokannya kering. Ia ingin mengeluarkan suara namun terasa sulit. Kyuhyun menyadari itu, ia pun segera mengambilkan gelas dan menyodorkan sedotannya ke mulut Raekyo. Gadis itu menyeruput perlahan, membiarkan air menyejukkan tenggorokannya.

            “O..oppa?” Akhirnya suara parau berhasil keluar dari mulutnya. Kyuhyun dengan bahagia mengangguk antusias.

            “Rae, tunggu di sini ya jangan ke mana-mana, oppa panggilkan dokter dulu.” Raekyo hanya tersenyum kecil, ia merasa oppanya itu lucu. Bagaimana bisa ia pergi ke mana-mana bila berbicara saja ia harus mengerahkan seluruh kekuatannya?

            Sambil menunggu Raekyo mengingat-ingat kejadian yang baru ia alami. Ia tidak mengingat apapun sampai ia pingsan di taman. Siapa yang menolongnya? Mungkinkah Kyuhyun? Lalu kenapa oppanya itu sekarang menemaninya? Bukankah dilarang oleh Leeteuk? Apakah ini mimpi? Kalaupun iya, Raekyo berharap tidak akan bangun lagi selamanya.

            Tidak lama kemudian dokter dan suster datang. Mereka memeriksa Raekyo, berbincang sebentar dengan Kyuhyun lalu pergi. Raekyo yang masih merasa tidak mengerti menatap oppanya bingung.

            “Oppa, apa yang terjadi? Kenapa aku bisa di rumah sakit? Kenapa oppa bisa bersamaku? Bagaimana kalau Teuki oppa marah?”

            “Aku yang membawamu ke sini Rae. Sudah jangan pikirkan yang macam-macam, mulai sekarang oppa akan selalu ada untukmu, oke?”

            “Oppa yang lain mana? Apakah.. Apakah mereka masih marah?”

            “Hey, apakah aku saja tidak cukup?” Kyuhyun berpura-pura marah. Padahal ia hanya menghindar karena tidak tahu harus menjawab apa.

            “Gomawo oppa. Mianhe.” Raekyo tersenyum, ia tahu Kyuhyun hanya menghindari pertanyaannya. Hatinya sedikit sedih tapi ia tepis kuat-kuat. Salah satu oppanya sudah mau menerimanya kembali bagaimana ia bisa tidak bersyukur?

            “Rae, ceritakan pada oppa, kamu sebenarnya kenapa hari itu? Kenapa sampai tubuhmu luka-luka?” Kyuhyun menatap Raekyo. Raekyo pun menceritakan hal yang sudah ia alami dengan tersendat-sendat. Hatinya masih sakit mengingat Woobin. “Jadi, Woobin itu hanya suruhan begitu? Dan siapa yang mencoba menabrakmu kemarin? Kamu lihat kan wajah pelakunya?”

            “Ah, itu, oppa…”

            “Jawab sejujurnya, Rae. Oppa ingin tahu yang sebenarnya. Jangan-jangan Yura noona?” Diamnya Raekyo sudah Kyuhyun anggap sebagai jawaban. Kecurigaannya sudah terbukti, ia memang tidak terlalu suka pada kekasih Leeteuk itu sejak awal. Ada sesuatu pada diri Yura yang terasa tidak menyenangkan. Ia menjadi geram, semua ini berarti berawal dari wanita itu.

            “Oppa, jangan bilang siapa-siapa, ne? Aku tidak mau oppa semakin dibenci, lagipula siapa yang akan percaya? Tidak ada bukti dan saksi.” Raekyo memegang tangan Kyuhyun.

            “Untuk saat ini, tapi nanti aku akan berusaha mencari bukti. Kamu tenang saja Rae, keluarga kita akan kembali seperti semula. Oppa janji. Kamu percaya oppa kan?” Raekyo tersenyum dan mengangguk. Keduanya pun tersenyum dan kembali berbincang dengan riang.

 

* * *

            “Apa yang kau khawatirkan, Rae?” Kyuhyun menggenggam tangan Raekyo erat. Mereka berdua kini sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dari rumah sakit. Kyuhyun memperhatikan adiknya nampak tidak bersemangat, gadis itu terus saja melihat murung keluar jendela.

            “Ah, ani oppa.”

            “Jangan murung begitu. Semua akan kembali seperti semula. Walau butuh waktu tapi kita akan berkumpul lagi seperti dulu. Sementara ini tidak apa-apa kan hanya denganku dulu?”

            “Dengan oppa saja, rasanya sudah lebih dari cukup. Walau kita bukan saudara kandung…”

            “Hei, hei, semua itu kan belum terbukti” Kyuhyun memotong, “Walaupun benar apa bedanya? Kamu tetap dongsaengku, ara?”

            Tidak terasa mereka telah sampai di rumah. Kyuhyun melirik sekilas ke tempat parkir, semua hyungnya ada di rumah. Semoga saja mereka terlalu acuh untuk memperdulikan kepulangan mereka berdua. Kyuhyun tidak mau ada masalah lagi, ia takut itu akan mempengaruhi Raekyo.

            Perlahan mereka berdua masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah cukup lengang, nampak penghuni lainnya sibuk di dalam kamar masing-masing. Mereka berdua pun segera ke atas menuju kamar Kyuhyun, saat membuka pintu, mereka berdua membeku. Kamar Kyuhyun nampak sudah kosong, tidak ada perabot apapun di sana.

            “Oppa, kamarmu…” Kyuhyun dengan tergesa keluar kamar dan membuka pintu kamar Raekyo. Kamar gadis itu tidak kalah kosongnya dengan kamarnya. Ke mana semua barang mereka?

            “Wah, wah, lihatlah siapa yang sudah pulang. Memang kamu pikir rumah ini hotel bisa datang dan pergi seenaknya?” Yura terlihat bersandar di dinding sambil melipat tangannya. Tatapannya nampak meremehkan.

            “Ada apa ini? Ke mana semua barang kami? Lalu kami akan tidur di mana?” Pertanyaan Raekyo dijawab tawa meremehkan dari Yura.

            “Anak buangan tidak pantas tidur di kamar mewah seperti ini kan? Tentu saja kalian berdua akan tidur di gudang, jangan khawatir, untung aku masih berbaik hati menyuruh maid membereskannya untuk kalian. Kalau tidak kalian harus berurusan dengan tikus, kecoa dan semua hal-hal menjijikan lainnya. Bagaimana? Tidak ada ucapan terima kasih?”

            “Kau!! Apa hakmu mengatur-atur rumah ini, hah?!” Suara Kyuhyun nampak marah.

            “Oh, kalian belum dengar ya? Dua hari lalu aku resmi tunangan dengan Leeteuk. Jadi, aku jelas berhak karena aku calon sah nyonya rumah ini.”

            “Ada apa ini?” Tiba-tiba Leeteuk datang diikuti Sungmin yang terus menatap Raekyo tanpa berkedip. Terlihat ekspresi kekhwatiran di sana.

            “Chagi, mereka seperti tidak terima kusuruh tidur di gudang. Padahal sudah kusuruh maid membereskan untuk mereka, aku baik kan Chagi?” Yura bergelayut manja pada Leeteuk.

            “Hyung, benarkah itu hyung? Sampai segitunya kah kau memperlakukan kami? Kami juga dongsaengmu, hyung.” Kyuhyun menatap Leeteuk tanpa berkedip.

            “Dongsaeng? Dongsaeng katamu? Wah chagi, mereka benar-benar tidak tahu diri.” Yura memotong apapun yang tadinya sempat Leeteuk katakan. Kyuhyun sudah akan mengamuk kalau saja Raekyo tidak segera memeluk lengan oppanya itu. Gadis itu membisikkan kata-kata menenangkan pada Kyuhyun dan menyeret paksa oppanya bersamanya. Ia tidak mau cari ribut lagi.

            Selama pembicaraan itu Sungmin terus menatap Raekyo tanpa berkedip, ia sebenarnya khawatir bagaimana kabar gadis itu tapi ia tahu sekali ia buka suara ia akan langsung menjadi buangan seperti mereka. Sungmin menghela nafasnya, jahatkah ia? Egoiskah ia? Pengecutkah ia? Pertanyaan itu terus saja berkumandang dalam hatinya tanpa bisa ia jawab. Sungmin sadar Raekyo sama sekali tidak menatap padanya, Leeteuk ataupun Yura, tatapan gadis itu sepenuhnya terkunci ke lantai. Sampai saat ia menenangkan Kyuhyun dan menyeret pemuda itu bersamanya, tatapannya tidak pernah terangkat. Apa yang sebenarnya kamu rasakan tentang kami Rae? Takutkah? Bencikah?

            Sementara itu Kyuhyun yang masih emosi, dengan ogah-ogahan membiarkan dirinya ditarik oleh Raekyo. Mereka berdua terdiam saling pandang di depan pintu sebuah gudang yang berada dekat dengan tempat tinggal para maid. Raekyo dengan tekad bulat, membuka pintu gudang perlahan dan menyalakan lampu. Berdus-dus barang tidak terpakai memenuhi hampir sebagian besar ruangan hingga menutupi dinding, di tengah-tengah terdapat ruang kosong yang tidak terlalu besar. Di atas lantai diataruh dua buah matras dan bantal, sisanya tidak ada apa-apa lagi. Raekyo tahu ini semua masih lebih baik daripada diusir keluar rumah namun mau tidak mau ia merasa bersalah pada Kyuhyun. Gara-gara dirinya oppanya harus merasakan hal yang sama. Kyuhyun sendiri nampak tidak peduli, pemuda itu masuk ke dalam, mencari-cari barang-barangnya dan nampak lega melihat pakaian dan seluruh barang mereka dipisahkan kedalam dua dus besar di dekat pintu.

            “Oppa, mianhe. Semua gara-gara aku.” Raekyo menatap bersalah pada Kyuhyun.

            “Kamu ngomong apa sih? Sudahlah, sini, duduk di sini.” Kyuhyun menepuk tempat di sebelahnya, “Ini bukan salah kita, Rae. Ini semua gara-gara wanita itu. Jadi jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri lagi. Ara? Lagipula aku lebih senang ini daripada kamarku yang dulu, selain aku bisa menemani dongsaengku tidur, di sini tidak akan ada kemungkinan hantu bisa muncul, dengan kita saja sudah sempit, hantu itu mau muncul di mana lagi?” perkataan Kyuhyun sukses membuat Raekyo tertawa.

            “Oppa masih takut hantu? Oppa sudah tua juga.”

            “Yak! Aku tidak setua itu juga. Tapi walaupun aku menua, aku tetap tampan.”

            “Oppa itu imut bukan tampan.”

            “Hya, matamu rabun? Aku tampan begini.” Keduanya pun tertawa. Kyuhyun senang setidaknya Raekyo sudah lebih santai dan tidak tegang seperti tadi. Ia menatap Raekyo sayang. Tetaplah tersenyum seperti itu, Rae, oppa akan menjagamu. Jangan takut, kamu tidak akan pernah sendirian lagi.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
putripdian #1
Chapter 10: Please update
Taeyeon_ssJH
#2
Daebak!!!!!♡♡♡♡♡