Sebelas

Our Little Sister

Raekyo duduk termenung di ruangan yang sudah beberapa hari ini menjadi kamarnya bersama Kyuhyun. Hari ini hari libur dan ia merasa cukup bosan. Pasalnya Kyuhyun hari ini harus pergi ke rumah Changmin untuk kerja kelompok. Memang Kyuhyun mengajaknya untuk ikut namun duduk diam memperhatikan oppa dan gengnya belajar bukan pilihan yang menyenangkan. Jadi Raekyo memutuskan untuk diam saja di rumah. Walau sudah beberapa hari berlalu, tidak ada perubahan sedikitpun di rumahnya. Perlakuan Yura dan semua oppanya tidak semakin memburuk namun juga sama sekali tidak ada peningkatan. Raekyo sadar setidaknya ada beberapa oppanya yang menatap padanya saat ia lewat namun hanya sebatas itu, tak ada senyuman tak ada teguran. Hanya tatapan yang Raekyo sendiri tidak bisa mengartikan arti tatapan mereka.

            Berbeda dengan dirinya yang kini bersikap acuh pada sekitarnya, Kyuhyun malah terus mencoba menarik atensi semua orang padanya. Sudah tidak terhitung berapa kali oppanya itu mengajak Leeteuk beradu mulut, menjahili Yura sampai wanita itu ngamuk habis-habisan yang mengakibatkan lagi-lagi kata-kata pedas bahkan tamparan mendarat di wajah mulus oppanya itu. Bahkan akhir-akhir ini oppa evilnya itu seakan meng-upgrade tingkah lakunya, ia dengan bangganya membawa anggota kyuline untuk ikut membuat ulah di rumahnya hingga membuat Leeteuk dan Yura kewalahan. Ya, target mereka memang hanya tertuju pada Leeteuk dan Yura, entah kenapa Kyuhyun seolah tidak meilirik oppanya yang lain.

            Walau khawatir Leeteuk dan Yura akan berakhir menyakiti Kyuhyun, namun mau tidak mau Raekyo mengakui bahwa tingkah oppanya itu menghibur. Tidak jarang ia tertawa mendengar oppanya beraksi walau tetap saja ikut meringis saat tamparan lagi-lagi dilayangkan pada Kyuhyun.

            “Siapa di sana?” Raekyo agak sedikit terkejut mendengar pintu kamarnya diketuk. Mendapatkan tamu saja sudah hal yang tidak biasa, ini tiba-tiba tamunya datang mengetuk pintu pula. Kemewahan yang tidak biasa kan? Raekyo ragu-ragu, kecurigaannya yang pertama jatuh pada Kyuhyun, oppanya itu memang jahil kan, jadi bisa saja ini rencana jahilnya. Namun Raekyo yakin Kyuhyun baru saja pergi 15 menit yang lalu, rasanya agak tidak mungkin oppanya pulang secepat itu. Raekyo pun akhirnya membuka pintu kamarnya saat seseorang di depan kembali mengetuk pintu kamarnya dan jujur gadis itu terkejut setengah mati mendapati Yura berdiri di sana sambil tersenyum. Tersenyum? Ya, wanita itu tersenyum penuh kasih membuat Raekyo refleks mundur ke belakang.

            “Rae, kau sedang apa? Eonni tidak mengganggu kan?” suara Yura mengalun lembut.

            “Eo..Eonni?”

            “Ne. Ini aku. Sebenarnya aku mau minta tolong padamu. Bolehkah?” Yura mendekati Raekyo, wanita itu menuntun Raekyo keluar menuju ke dapur rumah. Raekyo berjalan dengan bingung, kenapa wanita itu jadi tiba-tiba baik begini. “Begini, Rae, kudengar Teuki oppa menyukai sup, dan hanya dirimu yang bisa membuat sup kesukaannya. Benar kan? Nah aku mau minta diajari sama kamu, kamu mau kan?”

            Raekyo bingung mau menjawab apa. Mengenai sup itu, memang Raekyo dulu suka membuatkan oppa tertuanya itu sup, dan Leeteuk selalu memuji sup buatannya yang paling mirip dengan buatan eomma. Bahkan Ryeowook dan Sungmin pun tidak bisa membuat sup yang mirip persis dengan buatan eomma. Raekyo tersadar Yura masih memandanginya, menunggu jawaban.

            “Ne, eonni.” Yura pun bertepuk tangan senang seperti anak kecil. Raekyo pun sadar Yura termasuk wanita yang cantik yang dengan senyumannya bisa membuat orang lain mudah tersenyum bersamanya. Raekyo tahu itulah kenapa Leeteuk bisa suka pada Yura. Namun mau tidak mau Raekyo jadi menduga-duga keadaan apa yang membuat Yura sejahat sekrang. Apakah ada hubungannya dengan keluarganya?

            Dengan cekatan, Yura sibuk mempersiapkan peralatan dan bahan untuk memasak sementara mata Raekyo melihat ke sekeliling rumah. Nampaknya semua penghuni rumah sedang tidak ada, rumah tampak sepi.

            “Kamu mencari siapa, Rae?”

            “Eh, tidak eonni. Em, sini kubantu.” Raekyo pun buru-buru membantu Yura. Dirinya berharap ini bukan mimpi, Yura begitu baik padanya. Mereka pun mulai kegiatan memasak dengan Raekyo yang mengajari Yura. Wanita itu dengan penuh perhatian menyimak apapun yang Raekyo ucapkan, bahkan sesekali menyela untuk bertanya bagian yang ia tidak pahami. Walau awalnya agak canggung, namun lama-lama Yura mengajak Raekyo mengobrol tentang hal di luar memasak, bahkan menanyakan nilai-nilai di sekolahnya. Awalnya ia agak terkejut, namun lama-lama Raekyo menikmati perhatian Yura. Walaupun Kyuhyun sangat memperhatikannya, namun ia yang terbiasa mendapatkan perhatian berlimpah dari sebelas orang oppanya jelas merasa kurang kan?

            “Wah, supnya benar-benar terlihat enak. Wanginya pun enak. Aku tidak sabar mencobanya. Gomawo, Rae, sudah mau mengajarkanku. Teuki oppa pasti senang.” Yura tersenyum sambil tangannya mengaduk perlahan sup yang mulai mendidih itu.

            “Aku senang bisa membantu.” Raekyo membalas senyum Yura, “em, tapi eonni, maaf jangan tersinggung. Kenapa eonni tiba-tiba baik padaku? Eonni tidak takut kalau ketahuan oppa?”

            “Hem. Bagaimana menjelaskannya ya. Akhir-akhir ini aku sadar apa yang kulakukan itu salah. Salah besar bila berpikir dengan menyingkirkanmu semua akan selesai.” Yura mengoper sendoknya pada Raekyo mengisyaratkan gadis itu untuk meneruskan kegiatannya mengaduk sup sementara dirinya mencuci tangannya.

            “Ne? Apa maksudnya, eonni?”

            “Yah, kau tidak sadar? Kupikir awalnya membuatmu keluar dari hidup semua oppamu akan mengancurkan mereka, namun ternyata aku salah. Kamu itu tidak ada harganya, lihat saja tanpamu semua oppamu bisa tetap melanjutkan hidup seolah tidak ada apa-apa. Aku jadi kasihan padamu.” Raekyo yang terkejut segera berbalik menghadap Yura. Wanita itu masih asyik mencuci tangannya sambil tersenyum.

            “Ne?”

            “Jadi, kurubah rencanaku. Ternyata memang bukan kamu yang harus disingkirkan, tapi seseorang yang dibebankan dengan tanggung jawab. Bila kamu mau menyingkirkan seekor ular, bukan buntutnya yang kau penggal tapi kepalanya bukan begitu? Dan menurutmu, siapa kepala di keluarga ini, hm?” Yura menghampiri Raekyo perlahan, senyuman masih di wajahnya.

            “Eo…eonni, maksud eonni…” Raekyo sebenarnya paham arah pembicaraan Yura namun ia mencoba menyangkal. Senyum penuh kasih Yura kini nampak menyeramkan di matanya.

            “Kalau Teuki oppa memakan sup ini, apa yang kira-kira akan terjadi?” Yura mengeluarkan sebuah botol kecil dari saku celananya, dengan fasih ia menunangkan semua isi botol tersebut ke dalam sup yang kini mendidih. Raekyo memang tidak terlalu mengerti obat-obatan, namun sebotol obat dimakan langsung bersama sup bukankah efeknya akan mematikan?

            “Ada apa ini?” suara Leeteuk membuat Raekyo dan Yura sama-sama terlonjak. Raekyo masih bisa melihat Yura buru-buru mengantongi botol obat yang kini kosong itu ke sakunya.

            “Oppa, kau sudah pulang?” Yura menghampiri Leeteuk dan memeluknya manja. Sementara si sulung kini tengah menatap Raekyo tajam. Ada pertanyaan tersirat di mata itu. “Oh, ini, aku minta anak itu mengajariku membuatkan sup kesukaanmu, chagi. Tidak apa-apa kan?”

            “Aku tidak akan memakannya. Apalagi buatan dia.” Leeteuk menatap Yura kesal.

            “Oppa, aku sudah susah-susah memasakannya untumu.” Yura memasang mode ngambek. Melihat itu Leeteuk sedikit melunak. Sementara Raekyo hanya terdiam tidak bisa berkata-kata. Tiba-tiba semua oppanya sudah berada di dapur, penasaran kejadian apa yang sedang terjadi. Raekyo merasa keadaan sekelilingnya sekan tidak nyata, kata-kata Yura masih terus terngiang-ngiang di kepalanya. Terus berulang-ulang bagaikan kaset rusak.

            Kamu itu tidak ada harganya, lihat saja tanpamu semua oppamu bisa tetap melanjutkan hidup seolah tidak ada apa-apa. Aku jadi kasihan padamu.

            “Hyung, ada apa?” Sungmin berkata sambil melirik Raekyo ragu-ragu.

            “Aku membuatkan sup dibantu sama Raekyo. Kudengar Teuki oppa sangat menyukai sup ini, tapi maaf kubuatkan hanya untuk Teuki oppa seorang.” Yura tersenyum meminta maaf.

            “Yah, noona, padahal aku juga mau dibuatkan sup sama noona.” Heechul protes sementara Yura sekarang sudah menuangkan sup itu ke dalam mangkuk. Ia mengajak semua di sana untuk menuju ke ruang makan meninggalkan Raekyo yang masih terdiam.

            “Nanti ya, Chullie-ah. Ini untuk hyungmu dulu. Kalau enak akan kubuatkan lagi.”

            “Chagi, jadi aku kelinci percobaan?” Ucapan Leeteuk disambut tawa semua orang di sana.

            “Hahaha, bukan begitu. Oppa curigaan sekali. Nah ayo coba dimakan.” Yura berkata sambil melirik pada Raekyo. Seolah baru tersadar dengan sekelilingnya, Raekyo menatap ngeri Leeteuk yang mulai menyendokkan sup ke mulutnya.

            “Oppa jangan!!” Raekyo refleks berlari dan melempar sendok yang sudah setengah jalan menuju mulut Leeteuk. Kemudian Raekyo mengambil mangkuk sup itu dan menyembunyikannya di belakang punggungnya. Membuat semua yang ada di sana terbelaklak kaget menatapnya. Suasana tiba-tiba berubah menjadi mencekam tidak ada satupun yang bersuara, Raekyo tidak mengindahkan yang lain, ia menatap tajam pada Yura. Wanita itu balas menatap Raekyo dengan pandangan geli.

            “Apa yang kau lakukan?!” Leeteuk berdiri sambil berkacak pinggang. Matanya menyiratkan kemarahan. “Kau sudah berani lancang hah?!”

            “Op..oppa.”

            “Sudah kubilang jangan memanggilku oppa!! Dan kembalikan sup buatan Yura itu!!” Raekyo menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia mundur selangkah menjauhi Leeteuk yang berusaha menggapai mangkuk supnya. Semua menatap adegan di depan mereka dengan penuh pertanyaan.

            “Wah, wah, Raekyo ada apa denganmu? Kau juga menginginkan sup itu?” Yura menggelengkan kepalanya.

            “Kembalikan. Sekarang. Juga!!” Leeteuk berucap penuh penekanan sementara itu Raekyo masih menatap Yura tajam.

            “Oppa, dia seram sekali. Kenapa dia melihatku seperti itu? Oppa kalau memang dia begitu menginginkan sup itu, berikan saja padanya, mungkin selama ini dia tidak bisa makan makanan enak. Nanti oppa kubuatkan yang baru lagi, otte?” Yura berkata dengan nada membujuk. Tanpa sadar Raekyo tersenyum sinis. Wanita itu memang paling jago dalam hal tipu muslihat. “Nah, makan supnya! Jangan bengong saja, kamu menolak kebaikan hatiku?”

            “Kalau bukan Yura yang meminta, tidak akan kukabulkan, nah ayo dimakan, kau begitu menginginkannya kan? Makan sekarang!” Leeteuk melempar sendok yang ia pegang ke atas meja. Raekyo kini memandang oppa tertuanya dengan pandangan sedih. Raekyo tahu dirinya tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Leeteuk, oppa tertuanya itu tidak tahu apa yang ada di dalam sup ini. Raekyo mencoba mencari jalan lain, haruskah ia jatuhkan saja mangkuk di tangannya agar tidak perlu ia makan sebab ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya bila sampai Raekyo memakannya.

            “Yak! Kau tuli hah? Duduk dan makan sup itu. Jarang-jarang kami berbaik hati seperti sekarang.” Yura menarik kasar Raekyo hingga gadis itu duduk di meja makan. Mangkuk supnya ditaruh di hadapan Raekyo. Semua yang di sana kini menanti dengan raut penasaran bercampur kasian, membuat Raekyo segera menundukkan kepalanya. Ia masih bisa menahan caci maki dan bentakan, tapi dirinya tidak kuat bila dikasihani.

            Raekyo manatap miris mangkuk sup di hadapannya. Gadis itu menimbang-nimbang apa yang sebaiknya ia lakukan. Memakan sup di hadapannya sama saja dengan membunuh dirinya sendiri. Apakah memang begini akhir hidupnya? Sisi dirinya yang satu ingin dirinya meminum sup itu, hingga bila ia mati semua oppanya akan merasakan penyesalan yang mendalam namun sisi dirinya yang lain merasa takut. Semua perlakuan yang ia terima beberapa bulan terakhir ini terus berulang di kepalanya. Jujur saja, kali ini Raekyo merasa marah. Marah pada semuanya, pada Appa dan Eommanya, pada semua oppanya terlebih pada dirinya sendiri. Mengapa Tuhan membuatnya lahir ke dunia bila hanya jadi sumber kesialan semua orang?

            Ini bukan salah kita, Rae. Ini semua gara-gara wanita itu. Jadi jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri lagi. Ara?

            Tiba-tiba perkataan Kyuhyun terbersit membuat Raekyo tersentak kaget. Raekyo menegakkan kepalanya menatap semua orang yang ada di sekelilingnya. Ia seolah mendapat kekuatan baru. Ia tidak perlu merasa sendirian lagi, ada Kyuhyun, oppa yang percaya padanya, terlebih sayang padanya. Gadis itu membulatkan tekad, ia tidak akan mati hari ini. Bukan karena ia sayang nyawanya, tapi karena ia tidak mau perjuangan Kyuhyun untuk membelanya selama ini menjadi sia-sia.

            “Apa lagi yang kau tunggu anak sial? Cepat makan sup itu!” Yura menghampiri Raekyo dan menarik rambut gadis itu. Raekyo tidak mengeluh walau kepalanya terasa sakit, matanya menghujam tepat ke arah oppa tertuanya.

            “Kalau di dalam sup ini ada racun mematikan, dengan meminumnya aku akan mati, oppa akan tetap menyuruhku memakannya?” Bukan pertanyaan Raekyo yang membuat Leeteuk terperangah, namun nada yang digunakan gadis itu. Sangat dingin. Semua yang ada di sana juga menatap Raekyo dengan pandangan terkejut. Tidak pernah mereka melihat sisi dingin Raekyo sebelumnya.

            “Ra-racun? Apa maksudnya?” Heechul menatap bergantian antara Leeteuk dan Raekyo. Namun tidak ada yang menjawabnya, semua dongsaengnya pun terdiam. Yura melihat ke arah Leeteuk dan ia tahu, tunangannya itu mulai ragu-ragu. Merasa kesal karena rencananya bisa gagal, Yura kembali menarik rambut Raekyo dengan kencang memaksa gadis itu menghadap ke arahnya. Dengan cepat ia mencekokan mangkok sup itu ke mulut Raekyo. Tapi gadis itu hanya mengatupkan mulutnya rapat-rapat, membuat sup itu akhirnya tumpah ke pangkuannya. Paha Raekyo memerah terkena sup panas namun gadis itu tetap bergeming, matanya tetap menatap tajam pada oppa tertuanya. Yura yang kesal karena sudah gagal akhirnya membanting mangkuk di tangannya hingga pecah berserakan, ia kemudian berlalu sambil menyeret Leeteuk bersamanya. Keduanya keluar dari rumah menyisakan kesunyian di meja makan.

            “Apa maksudmu tadi dengan racun? Benarkah sup itu beracun?” Heechul kembali mengulang pertanyaannya. Hati Raekyo berdesir, ini pertama kalinya oppa tercantiknya itu mengajaknya bicara.

            “Hueks, hyung rasa supnya memang aneh.” Enhyuk nampak meludahkan kembali sup yang tadi ia coba cicipi dengan tangannya. Jujur ia penasaran, rasa supnya memang pahit dan membuat lidahnya langsung kebas.

            “Hyung, berarti benar…” Donghae menatap ngeri genangan sup di seputar kaki Raekyo.

            “Ini artinya, Yura Eonni berencana meracuni Teuki hyung? Bagaimana ini sekarang Yura eonni membawa Teuki hyung ke mana?” Nada panik dalam suara Yesung membuat semua kini tersadar. Begitupun Raekyo. Pemahaman merasuki benak gadis itu, oppa tertuanya bisa saja dalam bahaya. Raekyo segera berlari menuju ke luar rumah, tidak lupa menyambar kunci mobil dalam prosesnya. Ia tidak menghiraukan panggilan oppanya yang lain. Hanya Leeteuk yang ada dalam pikirannya sekarang.

            “Rae!! Kau mau ke mana Raekyo!! Rae!!” Semua oppanya berebutan berlari mengejar Raekyo namun gadis itu lebih cepat. Dengan kalut ia masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan mencengangkan. Sepintas ia melihat ke arah garasi, mobil Leeteuk tidak ada berarti oppanya itu pergi menggunakan mobilnya. Ini merupakan berita bagus, dengan tangan gemetar, Raekyo menyalakan GPS radio mobil dan melacak ke mana mobil Leeteuk menuju. Untunglah dulu Appanya bersikukuh untuk memasang pelacak di semua mobil yang mereka miliki entah untuk apa alasannya. Namun kini gadis itu memanjatkan rasa terima kasih pada appanya, kini ia dengan mudah mengikuti jejak oppa tertuanya. Dengan tekad bulat, Raekyo menekan pedal gas, berharap dirinya tidak terlambat.

 

* * *

 

            “Hyung! Bagaimana sekarang?” Siwon berkata dengan panik selepas kepergian Raekyo. Ia takut sesuatu terjadi pada Leeteuk namun dirinya juga mengkhawatirkan Raekyo. Gadis itu belum mahir menyetir mobil.

            “Tentu saja kita susul. Ayo!” Kibum yang berkepala dingin itu nampak berlari dari dalam rumah sambil membawa kunci mobil mereka yang lain. Tanpa disuruh dua kali mereka bersembilan masuk ke dalam mobil. Kibum pun segera mengaktifkan radio GPS di mobil mereka dan tancap gas menyusul adiknya.

            “Ya Tuhan, ya Tuhan, semoga semua akan baik-baik saja.” Semua hanya terdiam mendengar ocehan Shindong yang terus diulang-ulang. Semua terasa bagaikan mimpi, benarkah selama ini mereka salah menilai orang? Apakah benar Yura eonnie memang tidak seperti yang mereka pikirkan? Dan lagi Raekyo, gadis itu nampak sudah tau sifat asli Yura namun kenapa gadis itu hanya diam?

            “Hyung, lebih baik hyung mengabari Kyuhyun.” Lagi-lagi hanya Kibum yang berpikiran jernih. Mereka semua lupa Kyuhyun tidak bersama mereka dari tadi. Sungmin berinisiatif untuk menelepon adiknya itu. Mereka semua menunggu selagi nada sambung terdengar.

            “Hyung mau apa?” terdengar suara Kyuhyun di seberang telepon. Namja itu nampak menjawab telepon dengan ogah-ogahan. Hubungan mereka memang agak kurang baik akhir-akhir ini namun Kyuhyun yang mengangkat telepon pada percobaan pertama membuktikan bahwa dibalik sikap acuhnya, namja itu masih perhatian pada semua hyungnya.

            “Kyu, kau di mana? Segera menyusul, a-ada sesuatu terjadi. Teuk-teuki hyung…”

            “Hyung, bicara yang jelas. Suaramu terputus-putus. Ada apa dengan Teuki hyung?”

            “Teuki hyung sepertinya dalam bahaya, Hyun. Yura noona sepertinya merencanakan sesuatu yang jahat, tadi juga sup untuk Teuki hyung dibubuhi racun. Cepat menyusul! Kami juga sedang dalam perjalanan, buka aplikasi pelacak GPS mobil Teuki hyung dari handphonemu. Cepatlah! Kami khawatir!” Nada suara Kangin memang terdengar khawatir. Pemuda itu merebut handphone dari tangan Sungmin karena dirasa dongsaengnya itu tidak dapat menjelaskan karena panik.

            “Oh.. Kalian baru menyadarinya sekarang dan meminta bantuanku? Lalu berbulan-bulan kemarin kalian anggap apa aku dan Raekyo? Kami sudah berusaha memperingatkan kalian namun kalian tidak menggubris. Kini, apa yang kalian harapkan? Aku sudah terlanjur kecewa pada kalian. Biarkan saja Teuki hyung, biar dia benar-benar lihat seberapa jahat tunangannya itu!” amarah Kyuhyun seakan meluap keluar. Semua kekesalannya yang ia tahan beberapa bulan belakangan ia tumpahkan dalam setiap perkataannya.

            “Hyun-ah… Kami tau kami salah, kami minta maaf, tapi ada hal mendesak…”

            “Hyung, kurasa kalian bersembilan bisa menyelamatkan Teuki hyung kan? Untuk apa bawa-bawa aku, tidak ada akupun kalian tetap bisa melanjutkan kan?”

            “Dengarkan hyung dulu, Hyun-ah! Ini….”

            “Sudahlah hyung, aku…”

            “RAEKYO!!” Kangin menyela perkataan Kyuhyun dengan berteriak. Benar saja mendengar nama gadis itu, Kyuhyun langsung terdiam. “Hyun-ah! Dengarkan hyung dulu. Yura noona membawa Teuki hyung dan kini Raekyo, dia mengejar Teuki hyung sendirian. Ia membawa mobil. Cho Kyuhyun, kita harus menolong mereka! Halo? Halo? Ya! Cho Kyuhyun!!” Namun sambungan sudah terputus. Kangin menatap yang lain dengan muram. Ia hanya bisa berdoa semoga semua akan baik-baik saja.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
putripdian #1
Chapter 10: Please update
Taeyeon_ssJH
#2
Daebak!!!!!♡♡♡♡♡