Kebenaran yang Sesungguhnya (II)

100 Hari Mengejar Irene Bae
Please Subscribe to read the full chapter

Kejadian beberapa hari yang lalu tampaknya menjadi sebuah jembatan besar untuk hubungan Seulgi dan Irene.

Jika tadinya mereka tidak bisa berbicara tanpa bertengkar.

Beberapa hari ini,
Mereka dapat bertukar cerita tanpa harus membuat satu sama lain tersinggung.

Irene.. Saat ini, dengan bangga menceritakan perkembangan Roseus.

Sebuah bunga yang berarti untuk kaum hawa dari para Custos.

Sebuah bunga..
Yang memberi pernyataan bahwa,
Custos yang telah memiliki bunga itu, sudah dipinang oleh orang lain.

Tapi sayangnya.. Ketika Irene tengah asyik bercerita tentang bunga kebanggaannya itu.
Seulgi memilih untuk menyela Irene, dengan alasan bahwa dia tidak tertarik dengan perkembangan sebuah tangkai bunga, 

Oh Seulgi, andai kau tahu. .
Kalau Roseus bukan bunga sembarangan.

Roseus adalah sebuah simbol,
Roseus adalah sebuah penanda..
Roseus adalah sebuah rasa.. Yang terungkap.

Tanpa Seulgi sadari.
Gadis yang berbicara padanya.
Yap! Dihadapannya ini..

Adalah tunangannya.

Irene mencoba meyakinkan Seulgi bahwa dia menceritakan segala perkembangan Roseus itu karena, Roseusnya adalah pemberian dari Seulgi.

"Tapi bunga itu sudah menjadi milikmu sekarang, itu sudah bukan urusanku lagi" dan lagi.. Itu yang keluar dari bibir Seulgi.

Irene kecewa

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?"


"..."

"Kau membayar mahal untuk mendapatkan Roseus, kau rela menukarkan darahmu untuk setangkai bunga.. Semua itu untuk siapa?"

Dengan mantap Seulgi menjawab;
"Untukmu"

Irene tersenyum, sesungguhnya dia benar-benar bahagia.
"Kau ingat saat kau memberikan Roseus padaku, katamu aku harus menjaga bunga itu dengan baik. Dan percayalah padaku Seulgi.. Aku menjaganya seperti aku menjaga thesaurus Dewa" 

"Aku percaya, lagipula kau adalah Custos, itu sudah menjadi tugasmu"

Dan sejenak kensunyian menyelimuti mereka berdua.

Irene memandang bunga pemberian Seulgi dengan penuh arti,
"Namanya Iglues"

"Huh? Siapa?" Tanya Seulgi bingung

"Aku memberikan nama pada Roseus yang kau berikan padaku.. Namanya Iglues"
Irene berusaha tenang, mengatakan semua hal itu pada Seulgi ternyata sedikit memalukan.

"Emm oke? Nama yang bagus?" Balas Seulgi dengan nada yang tak pasti.

'Huh? Apakah dia tidak menyadarinya?' Batin Irene.

Irene kembali menatap kedua mata Seulgi, mencoba melihat setiap lekuk wajah Seulgi.
Ekspresi kosong dan tampak kebingungan jelas tergambar diwajah kesukaan Irene itu.

Dan itu tentunya menjadi bukti bahwa Seulgi sama sekali tidak memiliki petunjuk tentang apa yang coba Irene sampaikan.

Irene kembali kesal.

*ring*
Bel berbunyi, tanda bahwa istirahat telah selesai. Irene  segera beranjak dari tempat duduknya 

"Bodoh"  Irene pun langsung meninggalkan Seulgi karena tak tahan dengan tingkah laku Seulgi, yang tampaknya selalu menemukan cara untuk membuat suasana Irene berubah-ubah.

Dan sekali lagi..
Irene larut dalam kekecewaan.

-----------------------------------------------
Beberapa hari setelahnya, Irene membawa Roseus yang bernama Iglues itu ke sekolah.

Dan benar saja reaksi Seulgi yang terlihat senang terhadap bunga yang kini telah lebih besar bahkan sudah mempunyai bibit baru, membuat Irene bahagia.

Saat tengah asyik berbincang-bincang tiba-tiba Seulgi mengeluarkan pertanyaan yang lagi-lagi..

Membuat Irene kesal.

"Irene aku ingin tahu, kenapa dari sekian banyak nama yang bisa kau pilih, kau menamai bungamu dengan Iglues? Sejujurnya nama itu terdengar konyol"

Dan parahnya lagi, setelah menanyakan pertanyaan yang menyinggung itu, Seulgi dengan penuh percaya diri.. Tertawa.

Irene mengerutkan dahinya,

'Apakah dia benar-benar berpikir bahwa nama itu terdengar KONYOL?!' Batin Irene kesal.

Jika saja dia tahu..
Dari mana asalnya nama itu.. Pastilah dia akan berpikir dua kali untuk mengejek nama pemberian dari Irene.

"Apakah kau akan benar-benar menertawakan NAMA itu?"

Tampaknya nada serius Irene berhasil menghentikan tawa Seulgi.

"Kenapa berhenti.. Teruslah tertawa Kang Seulgi.. Aku tak keberatan!"

"Irene.. Ayolah jangan marah, aku hanya berc-

"Kau tidak menyadarinya kan?" kali ini suara Irene mengecil

"..." Tak ada reaksi dari Seulgi

Irene mendesah,
"Apakah kau benar-benar sebodoh ini?!"

"Irene.. tenangkan dirimu"

Karena kekesalan yang sudah tidak dapat dibendungnya lagi, Irene dengan kasarnya merobek sebuah kertas dari buku tulisnya, dan dengan geramnya menulis sebuah kata diatas secarik kertas yang malang itu.

IGLUES'
Tertulis dengan besar dan tebal.

Irene segera menyodorkan kertas itu tepat didepan wajah Seulgi.

"Baca" pintah Irene

"Iglues? Irene apa mak-

"Baca"

"Irene.. Baiklah aku minta maaf, aku tidak bermaksud mengejek nama pemberianmu. Jika dipikir-pikir namany-

"Bodoh.. Apakah nama ini terlihat begitu ASING bagimu?"

'Bodoh.. Bodoh.. Tidak kah ini sudah begitu jelas' dalam hati Irene bergejolak.

Terdengar Seulgi mendesah, kali ini dia terlihat berusaha untuk memahami makna dibalik tulisan IGLUES itu.

Seulgi pun kembali mendesah
'Berhentilah mendesah Kang!' Batin Irene frustasi.

"Irene.. Maaf aku benar-benar tidak tahu"

Irene benar-benar kecewa dan dia tidak peduli lagi jika kekecewaannya tampak jelas diraut wajahnya.

"Tidak apa-apa.. Aku mengerti"


*ring*
Bel berbunyi menandakan bahwa waktu istirahat telah selesai.

Dengan penuh rasa pahit Irene bersiap beranjak dari tempat itu, namun suara Seulgi berhasil menghentikan Irene,
"Irene bolehkan aku minta satu bibit Roseus itu?"

Irene terkejut,
karena seorang Clepta baru saja meminta bibit bunga.
Dan rasa curiga tak bisa Irene tolak dari pikirannya.

"Ingin kau apakan? Menjualnya?"

Karena kesal.. Irene sudah tidak dapat menyaring perkataannya.

"Aku ingin menanamnya"

'Kau pasti bercanda'

Irene melayangkan pandangannya pada wajah Seulgi, mencoba membaca raut wajahnya agar dia tahu bahwa Seulgi tidak berbohong.

Saat tidak menemukan ekspresi yang mencurigakan, Irene mendesah dan menyerahkan sebiji bibit kecil Roseus itu pada Seulgi.

"Jika kau menjaganya dengan baik, menyiraminya secara teratur dan dengan sedikit bantuan dari sinar matahari maka daun bunga pertama dari bibit itu akan tumbuh dalam waktu 5 hari"

"Secepat itu?"

".. Menumbuhkan daun dan tangkainya secepat itu, tapi menunggu bunganya mekar perlu waktu berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan"

"Ah begitu, aku mengerti sekarang.. Terima kasih Irene, kau cepatlah pergi ke kelasmu" perintah Seulgi sambil tersenyum pada Irene.

Irene menganggukan kepalanya dan melambaikan tangannya pada Seulgi.

"Aku duluan ya.. Jumpa lagi" dengan itu Irene berlalu dari hadapan Seulgi.

Dalam perjalanannya menuju kelasnya, Irene mendesah.

Irene tidak bisa berbuat apa-apa, dia terlalu bangga dengan dirinya untuk mengakui bahwa sebenarnya dia memakai nama Seulgi pada Roseus miliknya itu. Dia takut jika dia mengatakannya secara langsung pada Seulgi.. Seulgi akan sadar bahwa sesungguhnya..Irene sudah terlebih dahulu jatuh hati padanya.

Dan Irene takut,
Jika pada akhirnya Seulgi menyadari p

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
SilverKnight93
Saya udah memutuskan ending apa yang paling pas untuk ff ini.

Comments

You must be logged in to comment
casperkim
#1
Chapter 21: Selalu menunggu
Chillbear #2
AAAAAA UPDATE
BunnyBeep
#3
Chapter 21: Makasih thor udah update T.T udh ditunggu" banget updatenya
BaePolarBear
#4
Chapter 21: Selalu nunggu ini cerita kapan update..pas giliran update penasaran bgt selanjutny bakal gmn
Chillbear #5
Chapter 20: saya masih disini thor
nailyq #6
Chapter 20: Happy ending plis.. with seulrene and taeny kasih happy ending :/
BunnyBeep
#7
Chapter 20: Karena aku suka:(
SoneTw_ss
#8
Chapter 20: Why I'm always keep reading it even I knew it took a long time for an update, simply because it was worth the wait.
BaePolarBear
#9
Chapter 20: Selalu bikin penasaran..
casperkim
#10
Chapter 19: Tiffany sepertinya