Revealed

Peculiar Fate

Di antara bauran desing mesin traktor yang menyapu lapisan es di permukaan aspal dan detak Junghans yang tua namun kokoh itu, mereka berakhir kembali mengitari lingkaran meja makan. Ada segelintir cemas yang sarat dari dalam sorot mata Yoongi, ketika lelaki itu memperhatikan tatapan kosong menuju dasar meja dan sepasang tangan bertautan—seperti tengah memohon—milik adiknya yang tampak gusar. Taehyung yang melihat itu, menyentuh lengan Yoongi perlahan-lahan, lalu mengangguk, berharap mampu meraih batin lelaki itu supaya melakukan sesuatu.

Yoongi menarik napas panjang sebelum mengembuskannya dengan hati-hati.

"Bi," ucap Yoongi, membuat Yoonbi yang terkejut menatapnya, seolah terkoyak pekikkan halilintar. Mata gadis itu membulat, roman wajahnya menyemburkan ketakutan, "kau pasti bertanya-tanya bagaimana bisa seseorang yang asing mengetahui panggilan masa kecilmu, 'kan?" Lelaki itu tersenyum.

"Kupikir kau seorang penguntit," kata Yoonbi, "itu mungkin, 'kan?" Kemudian desau napasnya berembus kasar. "Tapi aku merasa kau orang yang baik di waktu bersamaan. Bagaimana itu mungkin? Seorang penguntit yang baik, bukankah terdengar konyol? Kau adalah orang asing, tapi aku malah merasa kau sudah lama mengenaliku. Apa ini tanda-tanda seseorang akan gila? Oh, tidak, jangan sekarang. Dan sebaliknya, kakakku ...," kerlingan frustrasi Yoonbi mengarah gamblang ketika menatap Taehyung, yang menghentikan sirkulasi napasnya segera, "apa kau benar-benar kakakku?"

Taehyung tidak bisa merasakan tangan dan kakinya, layuh, pun selintas suara dalam rungunya menipis lantaran tertelan udara yang memanas, bahkan fiksasi lain yang mengelilingi mereka terasa mengabur dan menjadikan figur Yoonbi sebagai tokoh utamanya. Taehyung paham betul apa yang harus ia katakan, namun entahlah, lidahnya seperti dijerat oleh tali yang berujung seonggok batu yang menggantung sehingga sukar sekali untuknya berbicara. Tetapi kemudian beban yang berat itu nyaris hilang ketika seutas senyum perempuan itu mengembang, meskipun garis ekspresinya dilingkupi kelabu bimbang.

Meski ia sadari, kegugupannya pasti bukanlah apa-apa dibandingkan histeria Yoongi yang lebih kuat seribu kali lipat.

"Tentu saja," kata Yoonbi yang diselubungi udara penyesalan, "itu salah satu pertanyaan konyol juga, bukan? Tapi apa kau tahu? Ini semua terasa janggal, Yoongi," masih tatapannya tenggelam ke dalam dwimanik Taehyung, "tiba-tiba kau menyukai musim dingin, dan warna hitam, dan kau menjadi ahli memakai tangan kiri untuk melakukan segala hal. Akhir-akhir ini aku selalu bertanya-tanya, apakah itu sesuatu yang normal?"

Ketika akhirnya Taehyung memutuskan untuk melepas segudang kata dalam benaknya, dan membuka mulutnya, ada dering bel yang menggema. Bola mata Yoonbi yang berputar tampak sedikit kesal, tetapi ia segera meninggalkan tempat. Taehyung menghela napas, memberi jeda bagi Yoonbi membukakan pintu, lalu seseorang masuk. Seorang lelaki, tercipta kesan arogan mengelumuni presensinya, tubuhnya jangkung dan berhidung mancung, mengekori Yoonbi setelah menyerahkan sesuatu berwadah kantong kertas yang tebal pada gadis itu.

"Terima kasih," kata Yoonbi, mengeluarkan beberapa potong roti dari dalam kantong itu setelah sampai di konter dapur, "maaf kemarin aku lupa mengembalikan panci ibumu."

"Tidak masalah, nanti sekalian saja kubawa," tutur lelaki itu, kemudian menghampiri Taehyung dengan senyuman lega dan tangan yang menepuk pundaknya, "syukurlah kau sudah sehat, Hyung."

"Te-terima kasih." Gugup, Taehyung terbata. Ia ingat siapa lelaki ini, pastilah seorang keturunan yang disebut Yoonbi 'keluarga Jeon' kemarin. Taehyung menatap Yoongi yang tetap diam, oh, ia tidak ingin membuat Yoongi semakin geram, maka ia menghentikan usahanya untuk mencari tahu lebih jauh mengenai lelaki yang baru datang itu.

"Namanya Jeon Jungkook," Yoonbi menjelaskan, entah kepada siapa—tapi Taehyung seketika berjengit—tatkala ia meletakkan keranjang bambu berisi roti di atas meja makan, "aku hanya merasa perlu mengatakannya. Itu saja." Detik berikutnya ia memindahkan piring-piring kotor menuju wastafel tempat mencuci.

"Suasananya agak ... apa terjadi sesuatu?" Jungkook menyusul, dengan membawa serta tiga buah gelas yang tadinya digunakan untuk meminum susu, ia berdiri di sebelah gadis itu.

"Tidak," kata Yoonbi, "terima kasih," ujarnya lagi setelah mendapati Jungkook membantu pekerjaannya, lantas mulai menghilangkan bekas makanan yang menempeli piring-piring.

"Kurasa ada." Tampaknya Jungkook belum ingin menyerah.

"Kau sudah makan?" Yoonbi mengalihkan.

"Sudah."

"Kalau begitu duduklah. Bergabung saja dengan mereka."

"Tapi dia siapa?" Jungkook semakin mendesak.

"Aku juga tidak tahu."

"Bagaimana bisa?"

"Aku heran, mengapa orang-orang selalu bilang kalau kau sangat pendiam dan maskulin?"

"Mereka salah."

"Aku sepakat."

"Karena aku yang sebenarnya sangat lucu dan menggemaskan?"

"Kau ingin busa sabun ini meracuni tenggorokanmu?"

Taehyung menyadari sudut bibir Yoongi yang perlahan naik, senyuman kecil terpeta di sana, ketika konversasi Yoonbi dan Jungkook mencapai setiap sudut ruangan yang sunyi.

"Mereka terlihat sangat dekat." Taehyung berucap pelan.

"Lebih dari yang kaupikirkan," kata Yoongi, "mereka seusia, dan Si Ambisius itu yang biasanya kuberi tanggung jawab untuk menjaganya."

"Si Ambisius?"

Yoongi mengangguk.

Yoonbi tengah terbahak ketika Taehyung menatapnya lagi, akibat ulah Jungkook yang merengek karena hampir terpeleset jika saja gadis itu tidak meraih tangannya dengan sigap, tanpa memedulikan lengan lelaki itu jadi bermandikan sabun juga. Yoonbi menepuk-nepuk lengan teman seusianya itu, seiring sepasang bulan sabit di matanya mengiringi tawa renyahnya yang baru Taehyung temui pertama kali.

Melihat mereka, pertarungan sengit berlatar belakang degup jantung terjadi di dalam dada Taehyung yang memanas.

Gaung bel pintu kembali menarik atensi semua orang di dalam rumah itu, Taehyung menopang tubuhnya untuk berdiri, namun Jungkook yang terlebih dulu bergegas menyambut para tamu. Tiga orang pria di balik pintu utama langsung mengerubungi Taehyung setelah dipersilakan masuk oleh Jungkook. Salah seorang dari mereka, yang memiliki senyuman paling cerah dua empat per tujuh, memukul punggungnya dengan dramatis hingga Taehyung merintih sakit.

"Kenapa kau tidak memberitahu kami kalau sudah keluar dari rumah sakit?" tanya lelaki pemilik senyuman tercerah itu.

"Yoongi baru dibolehkan pulang kemarin, Tuan Jung Hoseok," jawab Yoonbi, mendorong keranjang roti untuk menyajikannya kepada mereka, "sekarang pun masih pagi. Aku berniat menginfokan nanti siang, sebenarnya."

"Tapi sekarang sudah melewati waktu berangkat sekolah," kata lelaki satunya setelah memeriksa jam dari sakunya, padahal melingkar sebuah arloji di pergelangan tangannya, "kalian libur hari ini?"

"Arlojimu rusak lagi rupanya, Tuan Kim Namjoon?" Yoonbi tersenyum, dan kekeh Namjoon tampak sedikit malu. "Sebenarnya tidak, aku hanya mengambil cuti beberapa hari."

"Sekolah jaman sekarang bisa mengambil cuti? Wah, kemajuan yang bagus," ujar lelaki yang lain lagi, seraya mengambil potongan roti ketiganya meski mulutnya belum berhenti mengunyah.

"Lebih tepatnya ijin, maksudku, Tuan Kim Seokjin." Yoonbi mencegah kesalahpahaman. "Omong-omong rumah sakit, aku harus menyelesaikan administrasi yang belum tuntas hari ini. Tuan-tuan, bolehkah aku meminta tolong pada kalian untuk menjaga kakakku selama—"

"Tidak, kita harus bersama," Taehyung menyela, semua orang serentak menatapnya, "aku tidak bisa membiarkanmu mengurus sesuatu yang harusnya dilakukan orang dewasa seperti itu seorang diri."

"Beristirahatlah saja, Min Yoongi," kini Yoongi yang mengangkat tubuhnya, "aku akan menemaninya, tenang saja."

Sesuatu dalam diri Taehyung membuatnya berat untuk setuju, ia menggeleng, bersikukuh pada keputusannya kendati tatapan Yoongi memerintahkannya supaya mundur.

Ketika itu Yoonbi beringsut mendekati Taehyung, berada tepat di sampingnya kemudian membisikkan sesuatu, "Aku sudah memperkenalkan mereka semua padamu dan mereka datang untuk menemuimu, jadi tidak bisakah kau tinggal sebentar saja, Tuan Kim Taehyung?"

:::

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
Chapter 3: Ditunggu updatenya ^^
Sky_Wings
#2
❤_❤
Sky_Wings
#3
Kereeennn