Prolog

Peculiar Fate

Ngilu mendera bola mata Kim Taehyung ketika optik yang buram dan menyilaukan menyusup ke dalam celah kelopaknya. Ruangan putih dengan kasur dan nakas kosong di sebelahnya yang dikelilingi korden hijau muda tampak begitu asing karena seingatnya, terakhir kali ia mengecat langit-langit kamarnya dengan warna gelap dan tidak pernah sekali pun ia mengijinkan seprai putih untuk mengambil alih kasur biru lautnya. Sesuatu yang perih menjalari punggung tangan kirinya saat ia mencoba menopang dirinya untuk bangun perlahan-lahan. Itu adalah sebuah infus yang menembus kulitnya, terhubung dengan tabung yang menggantung di atas tiang besi berkaki roda yang cairannya menetes teratur melalui selang bening dan menyalur ke dalam tubuhnya.

Hal yang buruk pasti terjadi sebelum ia berakhir di rumah sakit ini. Pening di kepalanya berdenyut seolah tengah ada seseorang yang menendang-nendangnya di dalam tanpa ampun, dan ketika ia meraba ubun-ubunnya, secarik yang mirip seperti kain dengan tekstur berjaring-jaring terasa menempel di sana. Kain perban itu juga melilit lengan kanan atasnya, lutut kanannya, dan sepotong kecil di keningnya. Kejadian seperti kecelakaan mungkin yang menyebabkannya mengalami hal ini. Namun betapapun Taehyung mencoba mengingatnya, denyut dalam kepalanya tak menyisakan baginya waktu untuk berpikir.

Korden hijau muda itu bergerak menggelombang sebelum Taehyung sukses menemukan alasan mengapa semua ini terjadi. Seorang gadis asing bermantel merah gelap datang menyibak korden itu dan masuk dengan membawa sebuah rantang plastik berwarna hijau daun di tangan kanannya. Sekarang adalah pertama kali dalam hidup Taehyung bertemu dengan gadis itu, namun begitu natural dia membuka rantang berisi bubur kacang merah yang tersusun paling atas seraya melontarkan biji-biji kalimatnya.

"Kau belum dibolehkan bangun." Ucapan santai yang jauh dari impresi formal itu keluar dari bibir si gadis yang bergerak menarik kursi rendah di dekat nakas dan mendudukinya di sisi kasur Taehyung. Ketika Taehyung berniat hendak meminta kejelasan atas segala yang masih kabur, gadis itu melayangkan sesendok bubur kacang merah hangat ke tepi bibirnya setelah meniupnya tiga kali. Respons Taehyung yang tak bergeming membuat gadis itu menghela napas dan berkata, "Ini percobaan kali ketigaku hari ini dan ... jangan remehkan rasanya, menurutku tidak buruk."

Tatapan sang gadis kepadanya seolah-olah dirinya adalah sesosok yang terlampau familier, tetapi Taehyung betul-betul tidak mengenali wajah, kontur, bahkan tidak pernah melihat gadis itu meski sekilas. Mungkin luka di kepalanya mengakibatkan memorinya sedikit memburam seperti ia melupakan kejadian yang menyebabkan dirinya terbaring di sini, mungkin butuh beberapa waktu lagi untuk seluruh ingatannya kembali, atau mungkin tidak sama sekali.

Lima menit didominasi oleh kepasifan Taehyung, sorot mata gadis itu perlahan gamang. Bola matanya bergetar dan pandangannya seperti menyimpan kecemasan yang besar.

"Jangan menatapku seperti itu, Yoongi. Jangan berpura-pura tidak mengenalku."

Jantung Taehyung nyaris melompat begitu sang gadis memanggilnya dengan nama asing itu. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sedia kala memusingkan organ dalam tempurung kepalanya mau tak mau semakin jauh dari titik terang.

"Katakan sesuatu, tolong. Sebutkan namaku."

"Tapi aku ...." Tiba-tiba Taehyung merasa tidak harus melanjutkan ucapannya ketika sang gadis menyentuh dahinya, beralih memastikan suhu lehernya, kemudian mencoba memeriksa keadaan luka di belakang kepalanya. Entah mengapa Taehyung menganggap bahwa mengungkap identitas dirinya yang sebenarnya sekarang hanya akan memperburuk keadaan.

"Aku Yoonbi, adik perempuanmu, kita memang sering bertengkar karena hal-hal sepele tapi itu bukan berarti kau boleh melupakanku." Kedua mata si gadis mulai berkaca-kaca, namun Taehyung belum dapat mencerna makna ucapannya. Yoonbi, adik perempuan, sering bertengkar, Taehyung pikir ia idiot sampai tidak mampu menemukan jalan keluar yang berhubungan dengan semua itu dalam memori yang ia punya.

"Bisakah kau menceritakan apa yang terjadi?"

"Sebelumnya, kau harus berjanji untuk tidak marah padaku dan mencurigai rekanmu." Gadis bernama Yoonbi itu memutar bola matanya yang merah ke atas, tampak menahan cairan yang hendak keluar dari sana. Taehyung mengangguk dan menunggu dia berbicara.

"Kudengar kau sedang mengintai pebisnis narkoba terbesar di Korea yang bersembunyi di gereja bersama petugas kepolisian yang menyamar hari Minggu yang lalu. Kemudian entah bagaimana kau terpisah dengan petugas intel yang lain, dan ketika mereka berhasil menemukanmu," Yoonbi bangkit dari duduknya dan menyampirkan korden sehingga tampak seorang pemuda lain yang berbaring dengan alat bantu pernapasan di mana tak jauh dari keberadaan Taehyung, "kau sudah terkapar bersama pria itu dan mendapat luka separah ini."

Tidak peduli seberapa kasar tangannya mengucek mata, usaha itu tidak kunjung membangunkan Taehyung dari mimpinya. Tidak mungkin ini nyata, batinnya. Pemuda yang berbaring dengan bantuan alat pernapasan itu sungguh mirip dengan dirinya. Bukan, itu memang dirinya, tubuh yang tergeletak tak berdaya itu memang raganya. Napas Taehyung tercekat. Wajah fisik yang dihuninya sekarang memucat.

"Sekarang kau ingat, 'kan, Min Yoongi?"

=====

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
Chapter 3: Ditunggu updatenya ^^
Sky_Wings
#2
❤_❤
Sky_Wings
#3
Kereeennn