Who Are You?

Peculiar Fate

Yoonbi merasa canggung dan tidak nyaman setiap kali berada di sekitar orang yang tak dikenalnya—ia berulang kali berkata demikian—maka saat waktu sarapan tiba, Taehyunglah yang mengetuk lapisan kayu itu dan menunggu Min Yoongi di muka pintu kamar tamu. Tapi kedengarannya seperti tak ada tanda-tanda kehidupan di sana, Taehyung memajukan telinga ke bibir pintu, satu suara—bahkan sehela napas—pun tak menembus keluar dari ruangan itu.

"Yoonbi sudah menyiapkan semuanya, keluarlah ...," Taehyung menengok ke belakang sejenak dan memastikan bahwa tidak ada Yoonbi di dekatnya, "... Min Yoongi."

Lima menit lamanya ia membatu tanpa kemajuan, Taehyung memberanikan diri untuk menggenggam gagang pintu yang diiringi oleh tiupan keras napasnya. Jantungnya berdenyut seolah ratusan peluru yang siap ditembakkan telah menantinya di balik sana.

Sayangnya baik peluru atau Min Yoongi, bagi Taehyung keduanya sama-sama efektif mampu menghabisinya sampai tewas.

Satu gerakan membuat pintu itu terbuka, bukan oleh Taehyung, melainkan Yoongi yang kini hanya berjarak satu kaki di depannya dengan tatapan menilai. Taehyung mengambil sebuah langkah mundur, tangan menggaruk kulit kepalanya yang mendadak panas.

"Oh, kau sudah bangun?" tanyanya, sekaligus merasa bodoh.

Yoongi tak mengatakan apa pun, tapi pandangannya bergulir naik-turun pada Taehyung yang semakin kehabisan napas.

"Sudah merasa lebih baik?" Taehyung memulai lagi setelah menyadari merah jambu di bibir Yoongi telah kembali.

Tabrakan bahu yang menghempas Taehyung adalah satu-satunya yang Yoongi lakukan, dan itu membuat Taehyung semakin merasa bodoh. Anehnya, detik selanjutnya derap kaki Yoongi terdengar berhenti, tak ada suara yang tercipta kemudian. Hening. Maka dengan setumpuk heran di pundaknya, Taehyung berbalik, lantas menemukan tatapan Yoongi yang terpaku pada presensi adiknya yang berdiri dengan nyalang.

Sejak kapan Yoonbi ada di sana?

"Tolong jelaskan apa maksud tindakanmu tadi." Desisan Yoonbi menusuk udara pagi, seringai kebenciannya sehitam mendung bersalju saat ini.

Secepat mungkin, Taehyung memutar otak.

"Tidak ada, tidak ada." Taehyung mengambil langkah seribu untuk menghampiri Yoonbi, menyentuh kedua pundaknya dan menggeleng. "Apa yang kaulihat? Memangnya apa yang harus dijelaskan?"

"Kau bisa lihat sendiri, Yoongi, tempat ini tidak cocok buatnya." Yoonbi bergeser dari hadapan Taehyung yang sengaja menghalangi pandangannya untuk kembali menatap Yoongi—atau secara fisik, Kim Taehyung—hingga kegeraman membuat sinar matanya semakin menggelap.

"Kau sangat menyayangi kakakmu, rupanya," kata Yoongi, dengan kepingan perih menciprat dari senyuman tipisnya.

"Sayangnya kau melenceng dari jalan yang seharusnya, Tuan." Yoonbi bergumam tajam, menantang Yoongi dengan sorot matanya yang semakin menepis jarak di antara mereka, seolah siap menerkam. "Jawab saja pertanyaanku."

"Kakakmu pasti sangat bersyukur memiliki adik sepertimu." Senyuman patah Yoongi tampak nyaris putus sekarang.

"Sekali lagi kau meracau—"

"Bukan begitu?" Yoongi melengos ke arah Taehyung.

"Apa?!" Notasi tinggi Yoonbi berseru sengit.

Demi jantung yang merosot ke dasar perut, Taehyung baru menyadari bahwa Yoongi mencibirnya secara tidak langsung, ketika pemuda berfisik miliknya itu mendadak melemparkan tatapan menuntut padanya.

"Bukankah begitu, Min Yoongi?" Yoongi mengulang, dengan menambahkan tekanan yang mengintimidasi, sampai-sampai Taehyung tak kuasa berkata-kata.

"Aku-aku ...." Betapa menyedihkannya ia terlihat, Taehyung ingin menyumpahi lidahnya sendiri.

"Kami tidak akan memaksa jika kau ingin keluar dari rumah ini, Tuan Kim Taehyung," ujar Yoonbi, sarkastik, sampai telinga Taehyung pun ngeri-dan perasaan bersalahnya meningkat drastis. Kemudian menyuarakan 'kutunggu di ruang makan' yang kecil pada Taehyung saat hendak melintasi ambang pintu.

Tak siapa pun menyangka, sejemang kemudian Yoonbi kembali untuk menambahkan, "Hanya kau, Yoongi."

Dan dengusan Yoongi mencabik Taehyung segera.

"Bahagiakah kau?"

::

Pola duduk mereka berbentuk segitiga di tepi meja makan lingkaran itu. Sepengamatan Taehyung, Yoonbi terus bergerak gusar entah mengapa, mungkin karena Yoongi yang berwajah kusut ikut bergabung bersama mereka, atau memang ada sesuatu lain yang mengusiknya. Ketiga piring masih tetap dihuni oleh sepotong roti isi yang utuh. Taehyung membasahi bibirnya, sejatinya tak sabar ingin menjelaskan segala keanehan yang terjadi kepada Yoonbi sehingga dapat berdamai dengan Yoongi, tetapi ia khawatir hanya akan menghilangkan selera makan pagi ini.

"Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan," kata Yoonbi, menarik atensi Taehyung dan Yoongi, "tapi nanti setelah perut kita terisi."

"Baiklah," ujar Taehyung, karena tahu bahwa Yoongi yang lesu tidak mungkin menanggapi.

Lima atau enam menit kemudian, semua roti isi telah lenyap kecuali setengah bagian di atas piring Taehyung. Perasaan bersalah yang terlalu kuat memblokir nafsu makannya sebelum ia melepaskan semua hak milik Yoongi. Akan sangat tidak sopan dan menyebalkan bila ia benar-benar makan dengan lahap di depan Yoongi yang dibuatnya terluka, pikirnya.

"Katakan apa yang membuatmu penasaran." Taehyung memulai ketika Yoonbi selesai meneguk segelas susunya. Namun alih-alih mengutarakan pertanyaan, Yoonbi beranjak dan menarik kursinya ke samping Taehyung, mengambil alih roti isi yang tersisa di piring kakaknya.

"Seusai ini singgah seluruhnya di perutmu." Dan Yoonbi melayangkan roti isi itu ke bibir Taehyung.

Nyaris menyuapinya.

Oh, gawat!

"Oke, oke, akan kuhabiskan." Taehyung menyambar makanan itu dengan tangan kirinya, melahapnya dalam sekali gilingan. "Selesai, 'kan?" ucapnya dengan mulut yang penuh.

"Kapan pun tanganmu masih sakit, katakan saja, ada aku." Yoonbi tersenyum. "Tapi ingat, cuma sementara. Setelah kau sembuh total, jangan harap aku mau." Lantas lirikkan malas gadis itu yang mendominasi.

Keakraban terasa. Dengusan kasar Yoongi membuat Taehyung memejam frustrasi.

"Sebelumnya, Tuan Kim Taehyung," ujar Yoonbi, "bukan aku bermaksud untuk menahanmu tinggal lebih lama. Jangan salah paham. Tapi memang ada sesuatu yang tidak aku mengerti semalam," Yoonbi beralih menatap Taehyung, "saat kau membicarakan tentang masalah yang belum terpecahkan atau apalah itu."

Taehyung bersiap membuka kata namun tiba-tiba Yoongi menyelanya.

"Tunggu!" kata Yoongi. "Aku ingin bicara dengan Taehyung—ah, bukan—maksudku Yoongi lebih dulu."

"Apa? Kenapa?" Taehyung mengernyit. Bukankah dia yang selalu mendorongnya untuk segera merampungkan masalah ini?

"Bisakah kau ...," Tiba-tiba Yoongi bergegas memeriksa jam antik yang berdiri sejarak dua kaki dari letak cerobong asap, kemudian berbicara tergesa-gesa pada Yoonbi, "acara masak idolamu sudah dimulai, pergilah menonton sebentar."

"Apa?" Yoonbi membelalak. Taehyung kesulitan bernapas.

Tapi Yoongi masih sibuk menyalakan televisi dan memindah-mindah saluran tayangan. "Tunggu di sini sebentar saja, Bi."

Taehyung memijat pelipisnya saat Yoonbi berteriak.

"SIAPA KAU SEBENARNYA?!"

:::

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
Chapter 3: Ditunggu updatenya ^^
Sky_Wings
#2
❤_❤
Sky_Wings
#3
Kereeennn