Chapter 4

Nodus Tollens : Broken Wings
Please Subscribe to read the full chapter

NODUS TOLLENS

n. the realization that the plot of your life doesn't make sense to you anymore-that although you thought you were following the arc of the story, you keep finding yourself immersed in passages you don't understand.

 

DEATH - 61022103

I'm trapped inside of myself and I'm dead.

Chaeyoon berulang kali membaca isi kertas yang ada dalam genggamannya. Keningnya berkerut selagi  ia berusaha untuk mengerti apa maksud dari angka-angka dan kalimat itu. Ia enggan untuk menanyakan kepada Jungkook, karena ia merasa kalau laki-laki itu selalu berusaha untuk menghindarinya. Sejak kemunculannya di apartemen dua hari yang lalu, Chaeyoon dapat menghitung berapa banyak kata yang keluar dari mulut laki-laki itu. Biasanya, Jungkook hanya akan menatapnya tajam dan mengangguk atau menggelengkan kepala setiap kali ia berusaha untuk mengobrol dengannya.

Ia mengacak-acak rambutnya, frustasi.

Siapa Jungkook sebenarnya? 

Bayangan tentang kematian Jungkook yang ia lihat kemarin muncul dalam ingatan, membuatnya menghela napas berat. Ia tak mungkin membiarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pikirannya terus menghantui tanpa penjelasan yang pasti. 

Ia akan membuat laki-laki itu berbicara kepadanya.

Chaeyoon bangkit dari tempat tidur. Ia melangkah keluar kamar dengan tergesa-gesa. Kedua matanya menyipit saat ia tak melihat laki-laki bersayap itu duduk di sofa seperti yang biasa dilakukannya. Dimana dia? Ia menoleh, senyum tipis yang samar tersungging di bibirnya saat ia melihat Jungkook tengah duduk di kursi besi yang ada di balkon.

"Uh, Jungkook?"

Jungkook meliriknya sebentar kemudian bangkit dari kursi. Chaeyoon menarik napas panjang, jengah. Ketika Jungkook ingin melangkah masuk ke dalam apartemen, ia menarik lengan laki-laki itu. Dari sudut matanya, ia bisa melihat Jungkook menatapnya tajam. Dengan wajah datar tanpa ekspresi, ia berujar, "Kita harus bicara. Kamu tidak bisa menghindar terus."

Laki-laki itu menepis tangannya, tapi kembali duduk di kursinya semula. Chaeyoon menggeleng melihat kelakuannya. Ia merogoh sesuatu dari saku celana, lalu memperlihatkannya kepada Jungkook. Awalnya, laki-laki itu tampak kebingungan. Dahinya berkerut selagi ia berusaha untuk mengingat sesuatu. Kemudian, kedua matanya melebar saat ia menyadari sesuatu.

"Bagaimana... kamu menemukannya?"

"Oh, jadi ini benar milikmu?" tanya Chaeyoon dengan sebelah alis terangkat. "Kemarin aku ingin menyuci kemeja yang kamu pakai waktu itu, dan aku menemukan ini di dalam keranjang."

Jungkook tidak mengatakan apapun. Ia mengambil kertas itu dari tangan Chaeyoon. Ia menarik napas panjang ketika pandangannya mulai kabur dan hitam mengambil alih kesadarannya.

•••••••

Suara klakson membuat Jungkook terkesiap. Ia menoleh dan melihat beberapa mobil berada tepat di belakangnya. Ia berlari menuju trotoar.

 "Kalau mau mati, jangan disini!"

Jungkook menatapnya tajam, membuat supir taksi itu langsung menekan pedal gas dan  melajukan kembali mobilnya. Ia menoleh ke segala arah, kebingungan. Bukankah tadi ia sedang berada di apartemen? Bagaimana ia bisa berada di tengah jalan? Dahinya mengernyit ketika ia ingat bahwa hal yang terakhir ia lakukan adalah memegang kertas aneh itu.

Ia menghela napas panjang. Jadi, ini semua tidaklah nyata?

Jungkook terdiam saat ia menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh. Detik sebelumnya, ia masih bisa mendengar suara bisik-bisik para pejalan kaki yang melewatinya. Ia juga dapat mendengar deru mobil di jalanan. Tapi, mengapa tiba-tiba semuanya menjadi hening?

Ia mendongak. Kedua matanya melebar, tak percaya. Orang-orang di sekitarnya tampak mematung, seolah waktu baru saja berhenti. Seorang anak perempuan kecil yang baru saja melewatinya seolah melayang beberapa senti di udara saat melompati genangan air di trotoar. Di seberang jalan, ia melihat seorang laki-laki melayang ketika sedang berusaha memasukkan bola basket ke dalam ring.

What the ?!

"Mengesankan, bukan?"

Jungkook berbalik. Kedua matanya menyipit saat melihat seorang laki-laki berdiri di belakangnya dengan seringaian lebar di bibir. 

"Siapa kamu? Apa ini semua adalah ulahmu?" tanya Jungkook sambil menunjuk anak kecil tadi.

Laki-laki itu mengangkat kedua bahunya, tak mengacuhkan pertanyaan Jungkook. Ia tersenyum lebar, kemudian melangkah menjauh. Saat ia melihat Jungkook masih tak beranjak dari tempatnya, dengan sebelah alis terangkat tinggi ia berujar, "Tidakkah kamu ingin tahu jawaban dari pertanyaanmu?"

 Dengan langkah cepat, Jungkook mengikuti laki-laki itu. 

Mereka berhenti di depan sebuah bangku taman. Laki-laki itu duduk di atasnya, lalu mengisyaratkan Jungkook untuk melakukan hal yang sama. Untuk beberapa saat, mereka hanya diam sambil memperhatikan orang-orang yang mematung di sekitar mereka.

"Kamu sadar kalau ini

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet