FATE
Please Subscribe to read the full chapter

---

 

Jiyong mulai membuka kedua matanya, bersamaan dengan cahaya matahari yang menyambutnya dari celah-celah jendela.

"Nggh.."

Ia baru saja akan bangun dari posisinya ketika ponselnya kembali bergetar di sisi meja tempat tidur.

Drrt Drrt Drrt ..

'Damn', pikirnya.

Jiyong telah menghiraukan itu untuk kesekian kalinya pagi ini, 23 missed call kini menghiasi layar ponselnya.

Ia bangkit, duduk di atas king size bed miliknya dan mulai menyipitkan kedua mata melihat nama seseorang yang terus menelponnya sepanjang malam.

KIKO.

"Aish.. Apa maunya kali ini." jiyong mengacak rambutnya frustasi lalu melempar ponselnya sembarangan.

Drrt..Drrt..Drrt..Drrt.

Yeoja itu menelponnya lagi untuk yang ke 24 kali. Dengan alis berkerut Jiyong mengambil ponselnya lagi, menekan tombolnya dan menempelkannya ke telinga dengan raut wajah malas.

"Yeoboseyo"

"Jiyong?"

"Ada apa, Kiko? Tolong..hentikan ini." Jiyong mendesah pelan.

Kiko terdiam sesaat di ujung sana, "...Maaf. Aku hanya, sangat merindukanmu."

"Jangan memulainya lagi. Hanya tinggalkan aku sendiri dan berhentilah menggangguku." balasnya dingin.

"J-Jiyong bisakah kita bertemu? A-aku akan segera ke Korea, ini belum berakhir!"

"Sudah berakhir, Kiko. Kita sudah lama berakhir. Kenapa kau seperti ini?"

"..aku mencintaimu, Jiyong. Aku tau aku telah menyakitimu, tapi bisakah kau mendengarkanku sekali lagi hm? Aku percaya ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk bersama lagi seperti dulu.."

Jiyong mengusap wajahnya dengan satu tangan yang lain dan tertawa, "Mwo?! Kau mencintaiku? Kau ingin kita kembali? Dream on, Kiko. Stop it. Kita punya kehidupan sendiri sekarang, lanjutkan hidupmu dan akan kupastikan kau akan selalu baik-baik saja, arasseo?"

"Tidak! Aku tidak pernah sekalipun baik-baik saja, Jiyong. Tidak tanpamu! Aku-"

Tut

Jiyong segera menekan tombol End call bahkan sebelum yeoja itu menyelesaikan kata-katanya, "Pagi yang buruk." Ucapnya lagi sebelum berjalan menuju kamar mandi lalu menutup pintunya dengan cukup keras.

***

YG Building

"DARA NOONA!" suara TOP a.k.a Tabi, a.k.a Choi Seunghyun menggema di seluruh hall lantai 1.

Yeoja yang dipanggilnya lantas menoleh dengan terkejut, "Seunghyun-i?!"

"Mianhaeyo, noona! nollasseojyo?"
(maaf,noona! Terkejut,bukan?)

Seunghyun tersenyum lebar, mendekat dan merangkul pundak Dara yang hanya menatapnya heran.

"Ya! Kau belum juga berubah!"

"Peace!" Seunghyun masih dengan senyum lebarnya. "Ah, kudengar dari Jiyong jika noona akan kembali berakting, geu majayo?"

Dara mengangguk, "Hm maja. Kurasa bulan depan.. bagaimana denganmu, dengan Bigbang? Apa konser sudah sepenuhnya selesai?"

"Ya, begitulah. Kami baru saja menyelesaikan tour terakhir dan itu saaaaaangat melelahkan." Seunghyun bertingkah kekanak-kanakkan dengan bersandar di pundaknya, memeluknya erat.

"Kau ini..sungguh mengingatkanku padanya. Bagaimana bisa kalian memiliki sikap yang mirip seperti ini?"

Seunghyun berkedip polos sembari berdiri tegap di sampingnya, "Bom?"

"Aigoo, kau langsung mengerti maksud ucapanku hm?" Kali ini Dara menaik-turunkan alisnya menggoda. Well, Seunghyun tak pernah sekalipun memanggil Bom dengan sebutan 'noona' sejak masih di akademi sekalipun.

Entahlah, chemistry keduanya cukup kuat. Bahkan, Bom justru terlihat lebih muda darinya.

"Aih noona, bagaimana mungkin aku bisa menebak orang lain eoh? Hanya dia yang memiliki sikap sepertiku di dunia ini..aku yakin itu! Geunde..b-bagaimana kabarnya?"
Seunghyun mengelus tengkuknya dan tertawa , membuat senyum Dara merekah.

"Baik! Dia sangat baik. Oh, saat ini Bommie memiliki cafenya sendiri di Gangnam. Chaerin juga mengelola butik disana. Datanglah, Seunghyun. Aku yakin dia sangat merindukanmu." balas Dara, menyenggol pelan perut Seunghyun dengan telunjuknya.

"Aku..sungguh tidak tau apa yang harus kukatakan padanya. Ini sudah bertahun-tahun sejak kami terakhir bertemu."

"Geuraedo, neo Bommiereul manhi bogosippeojanha? Geunyang wa, ng?" jawab Dara.
(Walau begitu, bukankah kau juga merindukannya? Datanglah).

Tersenyum, Seunghyun pun menggenggam liontin kalungnya.

"Eoh! Kau masih menyimpannya!" Mata Dara berbinar.

"Eo. Aku selalu membawanya kemanapun. Ini seperti sebuah jimat keberuntungan."

"Seharusnya kau mengungkapkan perasaanmu padanya dulu. Ah..tidak masalah! Apa sampai saat ini pun masih sama, Seunghyun-a?" Dara mendesah pelan, dilihatnya Seunghyun menatap lekat liontin kalung yang bergantung di permukaan dadanya.

"Tentu, dan aku pasti akan segera menemuinya, noona."

"Geurae? Fighting!" Dara dan Seunghyun mengepalkan kedua tangan mereka dan tertawa. Namun..

"Noona, hyung."

Seunghyun dan Dara menoleh ke asal suara. Kwon Jiyong.

Ya, Kwon Jiyong.
Leader arogan baru saja datang dengan aura badass mengelilinginya.

"Wasseo?" Seunghyun merangkul pundak Jiyong yang hanya menanggapinya dengan acuh.

"Eo."

"Heol.. Apa kau sedang datang bulan? Apa yang membuat pagimu berantakan, eoh?"

"A ." Balas Jiyong dengan raut wajah muram.

Dara terkejut, menatap Seunghyun yang tengah membelalakkan kedua matanya.

"Oh. Geu..y?"

Jiyong mengangguk, lalu segera menatap Dara yang masih memandang mereka tak mengerti. "Jangan kau hiraukan. Ah, apa jadwalmu hari ini noona?"

"Um, tidak banyak. Hanya akan mengambil naskah drama yang akan kumainkan di ruangan 'appa', lalu pergi menemui Bom dan yang lain."

Seunghyun berubah menjadi kaku mendengar nama itu, membuat Dara tertawa.

"Wae?" Jiyong menatap Dara dan Seunghyun bergantian.

Dara mengangkat alisnya, memberi Jiyong isyarat.

"Aaah..keugeo?" (ah, itu?)

"Mwo?" Seunghyun menatap Jiyong panik. Ia tau bahwa Jiyong mungkin sedang menyusun sebuah rencana.

"Bom noona?"


 

SMIRK.

GASP.

Uh-Oh.


 

"Gotcha."
Jiyong dan Dara tertawa ketika melihat Seunghyun mengalihkan pandangannya. Wajahnya merona merah.

"Kajja geurom." Jiyong menepuk pundak Seunghyun.

Seunghyun memandangnya ngeri, "Eo-eodi?"

"Bom noonareul mannahaeyaji!"
(tentu bertemu Bom noona!)

Seunghyun menggeleng keras.

"Ah,waeee? Kajja, hyung. Ah, uri dongsaengdeul do eodinya.." Jiyong mengambil ponselnya di saku celana dengan tangannya yang bebas, lalu menghubungi seseorang.

"Jebal, Jiyong-a. Aku tau mood-mu sedang kacau pagi ini tapi bisakah kau tidak melibatkanku, ng? Jigemeun andwe, ng?" (jangan sekarang) Seunghyun memelas disamping Jiyong yang hanya menaikan alis menghiraukannya.
 

Oh, Seunghyun baru saja akan kabur namun Jiyong cukup cekatan dengan menggenggam erat pergelangan tangannya.

"Yeoboseyo? Youngbae-a. Naya! Bisakah kau hubungi yang lain dan kita bertemu di suatu tempat? Kebetulan hari ini kita tidak ada jadwal. Hm? Ya, bawa semuanya. Akan ku sms alamatnya. Aniya.. Kita hanya akan bertemu dengan teman lama. Seunghyun hyeong dan Dara noona akan pergi bersamaku. Ng, arasseo."

Tut

"Aish.." Seunghyun menutupi wajahnya dengan kedua tangan, sedangkan Jiyong terlihat sangat menikmati.

Dara tersenyum.

"Daehan tidak bersamamu?" Jiyong menoleh padanya.

"Mm, adikku membawanya ke butik Chae hari ini. Ia mulai bekerja disana dan bersedia menjaga Daehan bila aku sedang ada urusan. Paling tidak..hingga aku menemukan seorang babysitter."

"Geurae? Kalian berdua pasti cukup kewalahan. Ah, cham.. ni dongsaeng ireumeun, Dina Park.. majyo?"

Alis Dara berkerut, "Eoh? Neo eottohke ara? Kurasa hanya Bommie dan yang lain yang tau tentangnya."

Jiyong terdiam sejenak, "Geunyang..."

 

Well.. Ini adalah bagian dari rahasianya. Kenangan yang disimpannya sewaktu ia masih berusia 16 tahun, tepatnya saat masih 1 SMA.

Sebenarnya, di saat itulah pertama kalinya Jiyong melihat seorang Park Sandara lalu jatuh cinta padanya pada pandangan pertama.

Geunde, bagaimana Jiyong bisa tau tentang Dina Park?

 

Flashback

 

2005년: Red String of Fate..

Jiyong tengah sibuk memainkan ponselnya sambil mengunyah sebuah permen karet, menunggu bus yang akan dikendarainya menuju sekolah di halte yang cukup dekat dengan rumahnya. Sesekali ia meniup dan membentuk beberapa balon berwarna dari mulutnya sembari menatap langit Seoul yang cerah.

Brug

Ia menoleh, melihat seorang yeoja dengan raut wajah kesal tengah membereskan buku-bukunya yang berserakan akibat senggolan keras dari seorang ajeossi.

"Aigoo.." ucap yeoja itu lirih sambil terus memungut satu demi satu buku-buku itu.

Jiyong mengerutkan dahinya, sebelum akhirnya melangkahkan kaki mendekat dan berjongkok, menolong yeoja itu memungut buku-bukunya.

Ia mengamati, yeoja itu sangat cantik dengan rambut hitam ikalnya yang hanya sebatas bahu. Kulitnya putih bersinar dan sangat halus ketika ia tak sengaja menyentuhnya. Dan manik matanya.. coklat hazel yang serupa dengan miliknya namun lebih

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
dinasptvd
hi, there Indonesian-daragon-fans! please kindly check my stories and subscribe thankyou!

Comments

You must be logged in to comment
mistyblack
#1
hi is there an English version?
kang2noh
#2
is this jaedara?
it looks like jaedara.
is there anyway to have an english
translation?
mars2611
#3
Can you make it in English version, please??
Maria0801 #4
English translation pls