십세

FATE
Please Subscribe to read the full chapter

----

----

 

YG Building
 

"Kami?! Jadi model Moonshot?" ucap Jiyong terkejut, memandang Dara sejenak sebelum kemudian kembali menatap pria paruh baya di hadapannya.

Hyun Suk tersenyum lebar, "Wae? Apa ada yang salah?"

"Anieyo. Hajiman, abeoji.. uri-"

"Aku tau, Jiyong. Aku belum mengatakan bila kalian mungkin akan mendapatkan peran yang berbeda dalam pemotretan, bukan begitu?"

Jiyong mengerutkan keningnya, "Kita tidak dalam satu frame?"

CEO-nya lantas mendesah pelan sambil mengangkat bahu, "Sepertinya begitu. Jadi kalian tidak perlu terlalu cemas. Promosi tidak akan dilakukan dalam waktu yang mendadak, menurut informasi dari pihak Moonshot, Dara akan lebih dulu melakukan pemotretan. Ini kusetujui karena aku ingin 'melatih' para fans kalian agar kelak, mereka tidak terlalu terkejut."

Dara tersenyum tipis, memahami sepenuhnya maksud ucapan 'Appa'nya. Lalu ia menoleh, memandang kekasihnya yang masih nampak berpikir keras dan memutuskan untuk menggenggam tangannya, menenangkan. "Gwenchanha. Kau tau ini mungkin ide yang sama sekali tidak buruk, Ji."

Namja itu pun akhirnya mengangguk.

Hyun Suk melirik keduanya dan berdeham, "Ehm. Kalian sangat serasi. Siapa yang menyangka akan seperti ini. Apa aku membuka sebuah agensi untuk pencarian jodoh? Setelah Bom dan Seunghyun, kini kau dan Dara-ku. Omoya.." ucapnya seraya memegang tengkuknya seolah-olah itu akan patah.

Dara hanya terkikik, diikuti Jiyong disisinya.

"Jadi, liburan kalian beberapa hari kemarin menyenangkan?" tanya Hyun Suk lagi.

"Sangat menyenangkan, meskipun kami tidak benar-benar menikmati pemandangan Monsant berdua. Kau mengirim Soon Ho, abeoji?"

Pria bertopi itu tersenyum, "Siapa lagi yang bisa menghentikan perilakumu?"

Jiyong mengerucutkan bibirnya. Masih terperangkap dalam tubuh orang dewasa sementara tingkah kekanak-kanakannya itu selalu saja muncul. "Kau mengacaukan kencan kami."

Hyun Suk kini duduk lebih tegak, "Dan kau mengacaukan rekeningku, nak."

Dara mengamati keduanya dengan gugup lalu berusaha mengalihkan suasana, "Terima kasih, appa.. selalu memberikan yang terbaik untuk kami. Saranghaeyo." Dara pun membentuk sebuah 'Love Sign' dengan salah satu lengannya, meminta Jiyong untuk melakukan hal yang sama, sebelum akhirnya berdiri, yang dibalas dengan sebuah gelengan kepala dari Yang Hyun Suk.

"Aigoo, arasseo arasseo. Geunyang ga, nideul..ga!"

****

"Babe, kau akan makan siang disini?" tanya Jiyong sembari menggandeng tangan lembut Dara di dalam lift. Yeoja itu mengangguk dan tersenyum.

"Kau akan menemui Dami eonni, geji? Pergilah. Aku akan meminta Dina menjemputku nanti, atau aku akan naik taksi."

Raut wajah Jiyong berubah.

Uh-oh.

 

Dara baru mengingat betapa over-protective namja tampan ini bila itu menyangkut apapun tentang dirinya. Salah satunya adalah ketidaksukaan Jiyong bila Dara bepergian sendiri.

"Kau tidak boleh naik taksi, babe. Astaga."

Dara tersenyum lebar. "Aku membawa peralatan menyamarku untuk jaga-jaga. Lagipula aku masih ingin disini bersama yang lain, Jiyoooong. Ng? Nggggg?"

"Andwe."

"Jiyoooooong."

"Tck."

"Jiiiiyooooooong."

Kali ini Dara menghentikan langkah mereka dan melangkah di hadapan namja itu. Dengan kedua tangan dilipat di depan dada dan kedua sisi pipinya yang menggembung.Yeoja itu kesal. Dan ini adalah salah satu senjata ampuh yang dapat meluluhkan kekasihnya.

"Ah.. arasseo. Pas-ti-kan kau akan memberiku kabar bagaimana kau akan pulang nanti."

Mata Dara berbinar senang, tepat pada saat itu pintu lift pun terbuka.

Ting

"Oh, Dara! Jiyong!" Sebuah suara khas yang familiar menyapa mereka tak jauh dari sana. Park Bom.

Masih dengan senyumannya, Dara menarik tangan Jiyong menghampiri sahabatnya.

"Kalian disini?"

Youngbae menyapa dari balik meja makan cafetaria, bersama member Bigbang lain yang tengah menikmati makan siang mereka.

"Ya.. Kami baru saja kembali dan ketika aku mengaktifkan ponselku, aku baru menyadari bila sajangnim berusaha menghubungiku beberapa kali."

Mata Seunghyun menyipit, "Dan juga Dina, geji?"

"Bagaimana kau bisa tau?"

Seunghyun pun melirik kekasihnya yang baru saja menghela nafas panjang. "Adikmu pasti sangat gelisah karena kakak perempuannya yang kasmaran ini sama sekali tidak bisa dihubungi.."

"Memangnya ada apa, Bom-ah?" tanya Dara.

"Eomma-mu.. datang beberapa hari yang lalu. Dan.."

Dara kembali bersuara, "Dan?"

"Dan dia tau kalau kau sedang berkencan."

Jiyong menyemburkan jus strawberry yang baru saja masuk ke dalam mulutnya.

"Mwo?" Dara berkedip.

"Dina tidak akan bisa menghindar dari introgasi Ny.Park, angeurae?" Kali ini jawaban sahabatnya itu membuat Dara terdiam. 'Benar juga.'-pikirnya.

Dengan sedikit tergesa-gesa ia pun merogoh isi tasnya, mencari ponselnya. Kemudian menekan dial call nomor pertama. Oh. Itu karena Dara paling membutuhkan Dina Park bila itu mengenai putranya sehingga ia menggeser urutan 1 yang sebelumnya terisi oleh nomor eomma-nya.

"Yeoboseyo?! EONNI!"

Dara menjauhkan ponselnya dari telinga untuk sesaat. Bom terkikik bersama Seunghyun.

"Y-yeoboseyo? Dina-ya! Mianhae...."

"Aish! Kenapa kau harus mematikan ponsel selama kau pergi waeeee?! Kau tau eomma sangat menyeramkan bila ia sedang mendesak sesuatu dari anak-anaknya!"

Youngbae menatap Jiyong dengan tatapan penuh rasa prihatin, begitu pula dengan Daesung dan Seungri, yang dibalas dengan sebuah death-glare.

"Mian! Jeooongmal mian! Lalu.. apa yang kau katakan pada eomma, ng?"

"Apa lagi?! Tentu..semuanya."

Dara menggigit ujung jemarinya, cemas. "S-semuanya? Aku.. dan Jiyong?"

"Ya. Karena kau tidak punya pilihan lain, eonni. Na do mian."

Oh. Wajah Dara sedikit memucat, namun masih bisa ia tutupi dengan baik. Setelah ia mengakhiri panggilannya, ia menoleh ke arah Jiyong. Namja itu cemas seperti dirinya. Untuk saat ini, tidak ada yang lebih ia inginkan dari restu eomma-nya.

Dara mengerti, akan sangat sulit memberitahu eomma-nya tentang hal seperti ini.. karena eomma-nya itu sangat menyayangi menantunya. Eomma-nya itu masih sangat menyayangi Jaejoong, suaminya. Dan Dara hanya dapat berharap, kali ini.. hanya kali ini.. eomma-nya dapat menerima pilihannya lagi.

Pilihan yang awalnya begitu berat ia putuskan, pilihan yang perlahan telah membuat hari-hari menyedihkannya menjadi berwarna. Pilihan yang telah membuatnya kembali tersenyum, tertawa, dan.. dicintai. Dara pun mengerti, bahwa Jiyong memang bukan cinta pertamanya. Jiyong bukanlah Jaejoong-nya.. Dara adalah yang paling mengerti soal itu lebih dari siapapun.

Tapi saat ini yang ia mengerti, Jiyong telah membuatnya yakin bahwa namja itu bisa menjadi cinta terakhirnya.

"Ji?"

"Hm? Mwonde?"

Yeoja itu tersenyum, menggenggam jemari namjanya. "Kurasa ini saatnya kita bilang pada eomma soal hubungan kita."

****

 

R A R E M A R K E T ramai seperti biasa hari ini.

Para pegawai butik nampak sibuk berlalu-lalang melayani pembeli,sementara sang pemilik justru tengah berkacak pinggang sembari memicingkan kedua matanya di depan ruangannya. Mengamati seorang namja yang diam melamun, tidak berbicara satu patah kata pun sejak kedatangannya kemari kurang lebih setengah jam lalu.

"Jiyong?"

"..."

"Kwon Jiyong."

"..."

Kwon Dami meniup helaian poninya dengan kesal dan heran. "Apa kau hanya akan berada disini, melamun.. dan mengganggu konsentrasi bekerjaku, eoh?" Ucapnya, namun berhasil membuat Jiyong menoleh dan terkejut.

"Eoh, noona. Mian."

"Apa yang kau pikirkan? Kau melamun begitu lama. Kupikir kau hanya sekedar mengantarkan oleh-oleh dan membicarakan soal makan malam keluarga."

Jiyong duduk sedikit lebih tegak, menghela nafasnya. "Tadinya begitu tapi.. aku mendadak terpikirkan oleh sesuatu."

"Sesuatu? Apa itu, adikku sayang?" Respon kakaknya yang kemudian mendekat, menempatkan dirinya di kursi kosong di hadapannya.

"Ini tentang Dara."

"Dara? Ada apa dengannya, kenapa kau cemas seperti ini?"

"Kau tau, noona.. bagaimana perjuanganku menahan perasaan ini kepadanya selama bertahun-tahun. Dan kini ketika kau sudah berhasil membuat Dara melihatku, disaat aku yakin aku bisa benar-benar memilikinya.. aku menjadi takut dan khawatir."

Dami mengerutkan keningnya, menyingkap blazer orange cerahnya ke samping. "Kenapa kau harus takut? Kau tidak pernah lagi murung seperti ini sejak kalian bersama."

"Aku tau. Tapi, begini noona.. baru-baru ini eomma Dara mengunju

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
dinasptvd
hi, there Indonesian-daragon-fans! please kindly check my stories and subscribe thankyou!

Comments

You must be logged in to comment
mistyblack
#1
hi is there an English version?
kang2noh
#2
is this jaedara?
it looks like jaedara.
is there anyway to have an english
translation?
mars2611
#3
Can you make it in English version, please??
Maria0801 #4
English translation pls