Day 2

Fantasy The Series Eps. 1 : The Knight

“Bagaimana? Apa kamu sudah melakukannya?”

Laki-laki itu berdiri disana, menghadap keluar jendela. Sambil memegangi ponsel dan mendekatkan benda itu ke telinganya, ia memperhatikan angkasa. Langit malam itu lumayan cerah. Dipenuhi bintang yang berkelap-kelip bagai kristal.

Suara di ujung sana kembali terdengar. “Mereka sudah berada disana. Mereka memang sangat ahli, tapi saya yakin Anda dapat mengenali mereka.”

Ia menyeringai. Mereka memang tangguh. Terkenal sebagai kelompok yang meninggalkan kejahatan tanpa pernah bisa terlacak oleh siapapun, termasuk kepolisian dan militer. Tetapi, ia juga bukan orang bodoh.

“Kamu tidak akan melakukan kesalahan, kan?”

Hening.

Beberapa detik kemudian, laki-laki itu menyahut.

“Anda tahu saya tidak boleh melakukan kesalahan. Anda sendiri yang sudah mengatakannya. Dan saya tidak main-main. Tidak dengan nyawa saya yang menjadi taruhannya.”

Ia mengangguk. Bagus. Dia mengetahui bahwa ancamannya bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Ia memutuskan sambungan, kemudian meletakkan ponsel itu ke atas meja.

Ketika ia kembali menatap keluar jendela, pandangannya tertuju pada pemandangan yang cukup menyenangkan.

Ia tersenyum.

Seorang gadis dan beberapa orang laki-laki berkumpul disana. Berbincang dan tertawa. Untuk beberapa menit, ia hanya memperhatikan mereka. Sebetulnya ia merasa aneh karena tak ada seorangpun yang memergoki mereka. Tetapi, ia langsung mengerti.

Pasti mereka sudah melakukan sesuatu.

Mungkin mereka memang hebat, namun mereka tak akan selamanya bisa lolos.


Selama 19 tahun kehidupannya, Jisoo hanya beberapa kali merasa khawatir.

Pertama adalah ketika ia dan Jimin berusia 10 tahun. Saat itu, krisis keuangan yang hebat tengah melanda Razior. Banyak perusahaan yang bangkrut. Kriminalitas dan pembunuhan meningkat. Jadi tak heran jika Jisoo merasa was-was saat mendengar suara tembakan berasal dari lantai bawah rumahnya.

Ia dan Jimin langsung bersembunyi di kloset tak terpakai dan mengunci pintunya. Jimin berusaha menenangkannya, tetapi Jisoo tahu apa yang sedang terjadi.

Ada perampok yang memasuki rumah mereka.

Dan ternyata instingnya benar. Paginya mereka menemukan ayah dan ibu mereka tergeletak kaku dan bersimbah darah di kamarnya.

Kedua adalah ketika mereka hidup di jalanan dan tertangkap mencuri. Setelah kematian orang tua mereka, Jisoo dan Jimin tinggal bersama nenek dari pihak ayahnya. Tetapi lagi-lagi mereka harus kehilangan. Dan mau tak mau mereka harus merasakan kerasnya hidup sebagai orang yang mencari makan dengan mencuri dari toko makanan yang tutup saat tengah malam.

Ia menangis.

Rasa bersalah dan ketakutan menjalari batinnya ketika melihat Jimin di pukuli hingga babak belur. Jisoo merasa lemah karena tak dapat berbuat apapun.

Orang-orang itu berukuran dua kali besarnya dari tubuhnya yang mungil. Apalagi laki-laki yang tengah memegangi tangannya.

Malam itu, ia merasa hidupnya akan berakhir di sana.

Tetapi, keajaiban terjadi. Seolah Tuhan mendengar perkataannya dan mengirimkan satu kesempatan lagi untuknya. Ia melihat dua orang laki-laki menghajar orang-orang itu. Gerakannya sangat cepat dan menawan.

Malam itu adalah saat ia bertemu dengan Seokjin dan Hoseok untuk pertama kali. Dan malam itu juga, ia berjanji untuk tak menjadi lemah lagi.

Dan yang ketiga kalinya….

Sekarang.

Jisoo tak mengerti. Misi yang mereka lakukan benar-benar terasa janggal. Instingnya mengatakan bahwa seharusnya mereka tak melakukan ini. Seharusnya mereka langsung kembali ke Razior.

Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Kepalanya tersandar ke bahu Jimin. Saat ini mereka sedang duduk di padang rumput di tengah hutan. Ia tak akan bertanya bagaimana Hoseok menemukan tempat ini karena pemandangannya benar-benar indah.

“Aku tak bisa menghubungi Mark dan Jackson.”

Seokjin sibuk mengetikkan sesuatu di laptopnya. Dahinya berkerut. “Sore tadi kami pergi ke markas mereka, dan kalian tahu apa yang kami temukan? ”

“Kosong,” sambung Namjoon. “Markas itu kosong. Tanpa jejak, seperti mereka tak pernah berada di sana.

Hal itu menarik perhatian Jisoo. Ia ikut mengernyitkan dahinya. Pikirannya tertuju pada pemberitahuan yang biasa diberikan oleh Assassins yang akan melakukan tugas. Sebelum ia dapat menyuarakannya, Taehyung langsung berkomentar.

"Bukankah mereka sedang tidak memiliki tugas? Aku yakin aku sudah mengeceknya kemarin. Mereka baru saja menyelesaikan misi minggu lalu.”

Seokjin mengangguk. Ia melirik Namjoon, kemudian menatap kelima orang di hadapannya.

“Aku tahu. Kami juga sudah mengeceknya. Bahkan kami sudah menghubungi Junmyeon untuk menanyakan tentang mereka. Tetapi hasilnya nihil. Mereka benar-benar menghilang.”

“Aneh,” ujar Jungkook.

Laki-laki itu menunjukkan ponselnya. Di layar tertera sebuah titik kecil berwarna merah di tengah peta. Jisoo memicing. “Ponsel siapa itu, Kook?”

“Milik Yugyeom. Jika memang mereka menghilang, mengapa GPS ini menunjukkan kalau ponsel Yugyeom masih berada di markas mereka? Dan aku juga menemukan ini.”

Jungkook kembali memencet beberapa tombol dan kembali memperlihatkan layar ponselnya.

|^| | |\|  |-| ^ 3 6 1

“Ini berasal dari pemberitahuan mereka yang paling baru. Tetapi ini tersembunyi. Tak ada yang bisa melihatnya karena ini masih dalam bentuk draft. Mereka belum mengirimkannya.”

Kedua mata Jisoo melebar. Jeon Jungkook memang benar-benar ahli dalam urusan seperti ini.

“Itu adalah kode. Tetapi… apa maksudnya?”

Jungkook menggeleng. “Aku juga tak mengerti. Biasanya mereka hanya akan menggunakan angka. Tetapi ini hanyalah kumpulan simbol yang random.”

Helaan napas panjang terdengar dari Namjoon. Laki-laki itu meminta Jungkook untuk memberikan ponselnya.

“Sepertinya kita harus mengunjungi Junmyeon. Baekhyun pasti mengerti soal ini,” ujarnya sambil melirik Seokjin.

“Tetapi bukankah mereka sedang berada di Quemier? Kalian memerlukan dua hari perjalanan untuk sampai kesana!”

Namjoon menyeringai. “Tidak kalau kami bisa terbang.”

Dahi Jisoo berkerut. Terbang? Memangnya manusia benar-benar bisa terbang? Ketika ia menyadari apa yang dimaksud oleh Namjoon, kedua matanya langsung membulat. Mulutnya terbuka, tak percaya. Ia menatap Namjoon dan Seokjin bergantian.

“Kalian… kapan?”

Anggota yang lainnya menatap Jisoo heran. Apanya yang kapan?

“Dua hari lalu. Sebelum kita berangkat ke Crueland. Sebetulnya instingku juga mengatakan kalau akan ada masalah yang terjadi jika kita mengerjakan misi ini. Jadi, aku dan Namjoon memutuskan untuk berjaga-jaga. Kalian tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.”

“Apa yang kalian bicarakan, sih?” Jimin bolak-balik menatap Seokjin dan Jisoo bergantian.

Seokjin mengibas-ngibaskan tangannya. “Tak perlu khawatir. Aku hanya ingin kalian kembali ke istana dan lakukan tugas kalian.”

“Untuk sekarang, aku ingin Jungkook mencari tahu menu apa yang akan mereka pakai untuk pesta nanti. Mungkin jika ada sesuatu yang salah, kita bisa melakukan cara lama,” sambung Namjoon. Wajahnya berubah serius. “Jimin, pelajari kapan Min Yoongi akan menghadiri pesta dan siapa saja tamu penting yang akan ada disana. Untuk kalian berdua, aku ingin kalian mencari tahu tentang pasokan senjata dan berapa banyak pasukan tentara yang akan kita hadapi.”

Ia menoleh ke arah Jisoo.

“Dan kamu. Kamu harus berusaha mendekati Min Yoongi secara personal. Cari tahu segalanya tentangnya. Aku merasa ada sesuatu yang aneh tentang dia.”


Pagi harinya, saat Jisoo bersama dua orang pelayan lainnya tengah membersihkan koridor di menara barat daya istana, ia mendengar alunan piano berasal dari pintu kayu besar di ujung lorong.

Ketika memastikan pelayan lainnya tidak melihat, ia mulai melangkah menuju pintu itu.

Napasnya tercekat ketika melihat rambut platina milik Min Yoongi. Laki-laki itu tengah duduk membelakanginya. Jemarinya dengan lincah menekan tuts-tuts piano. Jisoo tak pernah tertarik dengan seni musik.

Tetapi, ia yakin Min Yoongi cukup hebat.

Untuk beberapa menit, ia hanya berdiri di sana. Menatap punggung laki-laki yang memakai setelan jas berwarna abu-abu itu. Ia terkesima.

“Apa kamu menyukainya?”

Jisoo tersentak. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan berusaha fokus. Min Yoongi sudah tak lagi membelakanginya. Laki-laki itu kini berdiri beberapa meter darinya dengan seringai lebar dan tangannya dimasukkan ke saku celana.

Uh….

Ia mengangguk. “Maafkan saya karena lancang, Pangeran. Tetapi Anda sangatlah berbakat.”

Yoongi tersenyum.

Kedua mata Jisoo melebar ketika laki-laki itu melangkah mendekat. Tanda tanya dapat terlihat dari tatapan Yoongi. “Aku tak pernah melihatmu disini. Apakah kamu pelayan baru? Siapa namamu?”

Uh-oh.

“Jihyo. Nama saya adalah Lee Jihyo, Pangeran.”

Samar-samar, Jisoo dapat mendengar seseorang memanggil nama samaran nya. Oh, seharusnya ia tak berada disini. Pasti pelayan-pelayan itu akan memarahinya habis-habisan karena melalaikan tugas.

Ia benar-benar benci menyamar sebagai pelayan.

Jisoo membungkuk ke arah Min Yoongi. “Sekali lagi saya minta maaf, Pangeran. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya harus pergi sekarang.”

Yoongi memperhatikan gadis itu melangkah menjauh. Ia tersenyum lebar, kemudian berbalik menatap jendela tinggi di ruangan itu. Sinar matahari pagi memenuhi ruangan.

“Menarik,” gumamnya.


Voila! Chapter 4 is up! Soalnya lagi gabut dan gak ada kerjaan. So... ayo di subscribe dan tinggalkan komentar. It'll make my day❤

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
abigailileo
#1
Chapter 5: aaaah....ngegantung...
abigailileo
#2
Chapter 3: menarik
abigailileo
#3
Chapter 1: jadi Suga ga satu team sama BTS...?
Faerycalista #4
Chapter 5: hmmm, mau kasi masukan ^^
alur ceritanya unpredictable aku suka.
walaupun masih ada kalimat yang aneh ketika dibaca, dan masih ada typo tapi overall bagus.
ehmm saranku si, sebelum kamu upload ceritanya lebih baik kamu baca lagi cerita ketikanmu, ampe beberapa kali sampai kamu merasa yakin untuk di upload.
ahh iya masalah tokoh cerita, aku bingung tokoh cerita disini fokus ke siapa, aku ngerasa kok ke Jisoo, tapi diawal description/foreword ada Min Yoongi juga.
Kalo misal tokohnya Jisoo, kamu belum menjabarkan sosok Jisoo. dia cewek kayak apa, seperti apa sosok parasnya biar para pembaca bisa membayangkan.
kalo Minyoongi yg dijadikan seorang tokoh, dia sudah terdeskripsikan paras dan sosoknya karena dia jadi target pembunuhan.
(kalo misal Jisoo artis, kan ada juga pembaca yg gag kenal nama Jisoo. Jadi ada juga pembaca yg gag bisa bayangin bentuk Jisoo kayak apa kalo misal kamu gag jabarin sosoknya).
hmmm maaf itu lebih ke curhatan ku si karena aku agak gag bisa bayangin sosok Jisoo hehehehe ^^ harap maklum yaa...
ditunggu nextchap nya ... semangattt >< ❤❤
maaf yaa banyak komen ... keepgoing... ganbatte ne ( / *0*)/ ❤
cursemelody
#5
Chapter 5: Oooh chapter baru *-*
Aih ini chapter bikin geregetan aja hahaha
As expected from Jung Hoseok, easily touched.
Oooh Jiminnie~~ nice nice!
Makasih buat updatenya❤ ditunggu chapter berikutnyaa
cursemelody
#6
Nanya dong..
Ini settingnya semi-modern gitu kah?

Aaaah thanks sudah update❤
Ditunggu chappie berikutnyaaa
cursemelody
#7
Chapter 4: Ga nyangka updatenya cepet, tapi makasih wkwkw
Karna hasrat baca jadi terpenuhi wkwkwk
Anw, chapter ini bagus, banget!!!
And indeed makes me fangirling over yoongi //again
kyarania #8
Chapter 3: yoongi... pangeran dan berantem pake pedang... aku.. pusing......

Kayaknya ga ada typo kok :) penulisanmu masih enak di baca ♡ semangat update selanjutnya!
cursemelody
#9
Chapter 3: Hai hai~~
New subbie disini~~
To the point aja ya..
Pertama kali gue baca ff indo trus main charanya yoongi, bikin gue kepo //karna jarang//
And indeed alurnya bagus, trus penulisannya juga lumayan enak dibaca. You did a good job there '-')b //dan bikin gue ngebayangin si yoongi beneran a prince, thanks gurl
kyarania #10
Chapter 2: menarik menarik~! udah lama ga baca ff indo jadi rada kaku tapi penulisanmu enak sekali di baca ;_; ditunggu update selanjutnya♡

((yoongi... jadi pangeran... mohon belas kasihanmu tuhan.... ;;;; ))