Chapter 1 : The Target
Fantasy The Series Eps. 1 : The Knight“Kamu benar-benar lemah.”
Jisoo yang tersungkur di tanah dengan kedua siku dikunci erat oleh lawannya itu menyeringai. Bahunya mulai terasa pegal. Tetapi tak sedetikpun ia mengendurkan pertahanannya. Ia membiarkan laki-laki bertubuh bersar di belakangnya berbicara.
“Perempuan lemah sepertimu tak akan bisa melawan kekuatan kami. Seharusnya—”
“Apa kamu sudah selesai?”
Laki-laki itu menatapnya heran. Berani-beraninya bocah tengik berambut merah ini menyela perkataannya. “Apa?”
Jisoo menendang betis laki-laki itu. Ketika pertahanannya melemah, ia menyiku kepalanya. Kemudian Jisoo berdiri menghadapnya. Laki-laki itu mengerang, memegangi wajahnya yang kesakitan. Namun tampaknya dia masih belum juga ingin menyerah.
Kedua tangannya yang besar berusaha menggapai Jisoo.
Tetapi langkahnya terhenti seketika.
Jisoo memasang tampang datar ketika melihat espresi panik laki-laki itu. Sebuah belati tajam tertancap ke perutnya. Dia berusaha melepaskan belati itu. Namun gerakannya semakin kaku hingga dia tersungkur dengan kedua mata menatap Jisoo ketakutan.
“Benar sekali, Gyo. Kamu telah diracuni,” ujar Jisoo sambil tersenyum seolah sedang menyampaikan berita bahagia. “Tetapi bukan dari belati itu. Melainkan dari wine yang kamu minum tadi.”
Laki-laki itu tak dapat berkata apa-apa. Penglihatannya mulai buram. Sekelilingnya terasa berputar.
Jisoo melipat kedua tangannya di depan dada.
“Kamu tidak akan mati. Tubuhmu hanya akan terasa lumpuh dan kamu akan kehilangan kesadaran. Tetapi jika tidak ada orang yang mengobatimu sesegera mungkin….”
Ia mendekati Gyo. Ekspresi wajahnya datar. Kemudian, ia menghantukkan kepala laki-laki itu ke lantai dengan menggunakan kaki. Gyo tak bergerak sedikitpun.
“Maka kamu akan mati.”
Jisoo berjalan menyusuri lorong istana itu dengan santai. Ah, sayang sekali ia belum sempat menyicipi makanan penutup. Padahal Crueland terkenal akan makanan penutup yang enak.
Coba saja Gyo tidak menyerangnya secepat itu.
Ia membersihkan bagian bawah gaun cokelat mudanya. Bibir Jisoo mengerucut ketika melihat bercak darah Gyo di gaunnya. Gaun ini adalah kesukaannya dan sekarang tidak bisa dipakai lagi.
Jisoo membuka pintu. Sebelah alisnya terangkat ketika melihat seorang tentara berdiri dihadapannya sambil menodongkan senjata.
Tetapi, sedetik kemudian tentara itu jatuh tersungkur di hadapannya.
Bagian belakang kepalanya mengeluarkan darah. Jisoo mendongak dan mendapati Taehyung berdiri tak jauh darinya. Laki-laki itu tersenyum lebar lalu meniup ujung pistolnya.
“Tembakan yang bagus,” puji Jisoo.
Taehyung menepuk-nepuk dadanya. “Terima kasih. Kamu tahu aku adalah yang terbaik.”
Jisoo menghampiri Taehyung. Mereka menuruni tangga menuju ruang utama. Pemandangan yang ironis tampak di depannya. Ruangan yang sebelumnya digunakan untuk pesta dansa terlihat seperti kamar mayat dengan banyaknya tentara yang tersungkur karena tak sadarkan diri. Lantai ruangan yang sebelumnya tak bernoda dibanjiri dengan darah.
Mereka keluar dan menemukan sebuah mobil tengah menunggu. Laki-laki yang berada di belakang kemudi tersenyum melihat gaun yang Jisoo kenakan.
“Ah, aku lihat kamu mengotori gaun kesayanganmu itu.”
Jisoo memasuki mobil terlebih dahulu kemudian disusul oleh Taehyung. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Kedua matanya menatap sinis keluar jendela.
“Ini diluar rencana, Seokjin. Aku pikir tugasku hanya menggodanya dan mengajaknya makan malam. Mana aku tahu kalau dia akan menyerangku.”
“Bagaimana dengan Jungkook dan Namjoon? Apa mereka berhasil?”
Seokjin mengangguk. “Tentu saja. Mereka bukan amatir. Sebenarnya mereka justru sudah selesai sejak setengah jam yang lalu. Jadi aku membiarkan Jungkook bermain dengan pasukan mereka yang tersisa.”
Jisoo mengalihkan pandangannya dari jendela. Ia menatap Seokjin tak percaya. “Kalian sudah selesai sejak tadi dan tidak membantuku? Mengapa kalian tega sekali! Setidaknya gaunku dapat terselamatkan!”
“Berisik. Aku akan membelikanmu yang baru dalam perjalanan kita ke Astoc.”
Mereka memasuki Astoc ketika matahari mulai memasuki peraduan esok harinya. Semburat kuning, jingga dan violet tampak menghiasi langit. Mobil mereka sekarang tengah menyusuri jalanan berdebu di pinggir hutan.
Jisoo memandang keluar jendela dengan tampang bosan. Taehyung yang duduk di sebelahnya tengah sibuk mengutak-atik ponselnya.
“Seokjin,” panggil Taehyung.
“Hm?”
“Apa misi kita selanjutnya? Namjoon menyuruh kita untuk berkumpul di Astoc, tapi dia belum memberitahuku apa yang akan kita lakukan disana.”
Jisoo melirik Taehyung dari sudut matanya. Kemudian pandangannya teralih pada Seokjin. Ujung bibir laki-laki itu terangkat. Pandangannya masih tetap fokus pada jalanan didepannya.
“Kalian masih ingat dengan Jaeri?”
Sebelah alis Jisoo terangkat. Tentu saja ia ingat laki-laki itu. Mereka pernah beberapa kali bekerja sama di masa lalu. Jaeri merupakan seorang pebisnis sukses yang menguasai perdagangan anggur di Astoc. Tetapi seperti yang bisa di perkirakan, laki-laki itu menggunakan jalur ilegal.
Kali ini Jiso yang bersuara, “Jadi dia yang akan mengontrak kita? Apa masalahnya kali ini? Apakah saingan baru yang mengancam bisnisnya itu?”
Seokjin menggeleng.
“Bukan. Tetapi pemerintah mulai mencurigainya. Kalian ingat pangeran Kerajaan Astoc yang bernama Min Yoongi? Aku dengar dari Mark, dia pernah membeberkan tentang penyuapan yang dilakukan salah satu menteri kerajaan itu.”
Jisoo mematung.
Min Yoongi….
Taehyung mengalihkan pandangannya dari ponsel dan bersiul. “Dia masih hidup? Bukankah setelah kejadian itu mobil yang dia tumpangi terbalik dan terbakar?”
“Oh. Aku ingat kejadian itu. Laki-laki itu cukup beruntung karena melompat sesaat sebelum mobilnya jatuh ke jurang dan terbakar.”
“Jackson,” ujar Taehyung. “Jackson yang melakukannya, bukan? Dia benar-benar kesal ketika laki-laki itu selamat.”
Seokjin mengangguk. Ia melirik ke belakang, seringai lebar di bibirnya.
“Laki-laki itu memang beruntung. Tetapi saat ini keadaannya akan berbeda. Min Yoongi tak akan tahu apa yang sedang menunggunya. Dia tidak akan selamat.”
Comments