Chapter 2

In Your Arms

“Taehyun-ssi, aku butuh hasil otopsi itu secepatnya. Temui dr. Shin dan lihat apakah mereka sudah selesai. Dan kau, Hyun moo-ssi, bawakan padaku berkas-berkas kasus 15 tahun yang lalu.” Setengah berteriak pada anak buahnya yang bergerak terlalu lamban, Kyuhyun berjalan cepat menuju ruangannya.

Ketika ia memutuskan untuk pindah ke Korean National Police Agency (NPA), ia sudah tahu resikonya. NPA hanya mengurus kasus-kasus kelas berat, seperti yang saat ini sedang ia tangani, serial killer. Melawan serial killer selalu membuatnya bermain kejar-kejaran oleh waktu. Ia harus cepat melihat pola permainan sebelum sang pembunuh menambah korbannya. Tapi tetap saja, mengetahui seberapa berat pekerjaannya bukan berarti ia siap dibanting kesana kemari.

Mengusap wajahnya kasar, ia dapat merasakan kepalanya mulai berdenyut pelan. Tak heran mengingat sudah beberapa hari ia meninggalkan tidurnya hanya untuk menyelesaikan kasus ini. Tubuhnya sudah terasa seperti zombie, antara hidup dan tak hidup.

“Detektif Cho, aku sudah memeriksa. Seperti yang kau katakan, pola pembunuhan ini sama persis dengan pembunuhan 15 tahun yang lalu. Sepertinya memang ada kemungkinan pembunuhan ini di rancang untuk mengungkap bahwa tersangka kasus 15 tahun yang lalu telah dipalsukan.”

“Sudah kuduga” Kyuhyun bergumam pelan dan mengangguk cepat, “Inspektur Jung, bersiaplah. Aku sudah tahu dimana kita akan menemukan tersangka kasus ini.”

***

“Oppa, apa kita jadi makan di luar hari ini?”

Jessica Lee mengalungkan kedua lengannya di leher sang kekasih. Mengecup bibirnya singkat, seraya tersenyum manis. Wanita muda berparas cantik itu sadar akan anugerah Tuhan padanya, dan mengerti benar cara memanfaatkannya dengan baik. “Kau tahu, akhir-akhir ini kau selalu terlihat murung. Dan sibuk, apakah kasus-kasus terakhir terlalu berat? Kau harus beristirahat sejenak, oppa.” Lanjutnya dengan nada setengah merajuk. Manja. Ia tahu betapa sang kekasih tidak bisa menahannya jika ia bersikap manis seperti itu.

“Ah. Ya, tentu saja. Tunggu sebentar aku akan segera bersiap-siap.”

Jessica Lee menatap sosok kekasihnya yang menghilang dari balik kamar. Sudah ia duga, kekasihnya itu pasti lupa akan janji mereka. Janji itu sendiri sendiri dibuat karena ia yang meminta, atau boleh dibilang, sedikit memaksa. Entah kenapa, Siwon-Oppa nya terlihat sedikit menjauh akhir-akhir ini. Mereka tidak seperti pasangan yang baru saja bertunangan dan tak bisa dipisahkan satu sama lain. Mungkinkah karena pekerjaan? Inspektur muda itu terkadang terlalu workaholic dan melupakan keadaan sekitar.

Tapi ia sedikit khawatir juga, apakah mungkin karena ia terlalu memaksa? Kalau dipikir-pikir, memang ia yang lebih banyak melakukan sesuatu untuk mempertahankan hubungan ini. Sejak awal, ialah yang pertama kali menyukai sosok inspektur muda itu, meski sikapnya sedikit dingin. Tapi seiring waktu sosok itu menjadi lebih hangat, bahkan beberapa kali ia memberikan kejutan yang sangat manis hanya untuk menyenangkan dirinya, dan membuatnya merasa lebih baik ketika ia sedang terpuruk.

Menghela nafas pelan, wanita muda itu menghabiskan waktu dengan melihat sekeliling. Meski sudah hampir 1 tahun mereka bersama, ia tidak begitu sering berkunjung ke rumah sang kekasih. Siwon tidak begitu menyukainya, lebih senang menghabiskan waktu di luar. Ia bahkan tak tahu bahwa Siwon senang membaca buku sampai beberapa bulan yang lalu. Ia tersenyum kecil melihat betapa banyaknya buku yang tersimpan di lemari ini, dan itu baru yang tampak di ruang tamu, belum yang berada di ruang kerjanya.

Tatapannya terhenti pada sebuah buku kumpulan soal olimpiade matematika.

Ia mengernyit heran, Siwon tak pernah bercerita kalau ia sepintar itu dahulu saat masih duduk di bangku sekolah. Merasa penasaran, ia mengambil buku yang berukuran cukup tebal itu.

Tepat ketika ia menariknya keluar, sebuah kertas yang terselip diantara lembarannya terjatuh. Sebuah kertas foto.

Jessica Lee membungkuk untuk mengambilnya, dan terpaku melihat kedua sosok yang tampak dekat di foto itu.

Kekasihnya, dan … Detektif Cho?

***

“Terimakasih banyak Detektif Cho. Aku tahu kau memang bisa diandalkan.”

Kyuhyun hanya tersenyum simpul menanggapi pujian Inspektur Jung, ketua tim penyelidikan dalam kasus ini.

“Sudah menjadi tugas saya, sir.” Kyuhyun menjawab singkat.

“Rekan-rekan yang lain akan makan malam bersama, kau ingin ikut?”

“Ah, itu …”

Kata-katanya terhenti ketika dering ponsel menyela percakapan mereka.

Lee Hyukjae is calling….

Nama salah satu anak buah Siwon tertera di layar ponsel membuatnya mengernyit heran.

“Maaf sir,”

“Tidak apa-apa. Kami masih akan berangkat satu jam lagi, ikutlah jika kau ada waktu senggang.” Sang inspektur muda menepuk bahunya pelan sebelum berlalu, memberikan Kyuhyun privasi untuk mengangkat telfonnya.

“Yoboseyo.”

“Detektif Cho! Lama tidak berjumpa!”

Telinganya sedikit berdenging mendengar teriakan seseorang diseberang sana.

“Tidak bisakah kau tidak berteriak?” ia membalas dengan nada datar, mungkin sedikit ketus, tapi salahkan orang di seberang sana yang berteriak di telinga orang sesuka hati. Telinganya masih berdenging, asal tahu saja.

“Ouch. Dingin dan galak seperti biasa.”

Kyuhyun mengusap wajahnya lelah, memang selalu melelahkan jika berbicara dengan makhluk satu ini. Entah bertatap muka atau melalui telefon.

“ada yang bisa aku bantu, Hyukjae-ssi?”

“Ah ya, apa kau sudah mendapat undangan pernikahan Inspektur Choi dan Jessica-ssi?”

Pernikahan? Mungkinkah ia salah dengar?

“Apa?”

Tuhan, biarkan ini hanya salah faham semata. Mungkin ia terlalu lelah dan kurang tidur, atau mungkin ..

“Iya, pernikahan, 3 minggu lagi. Kami ingin mengajakmu untuk pergi bersama kami, dan seluruh anggota Tim 1 jika kau mau. Undangannya memang belum di sebar, tapi kudengar pernikahan mereka akan dilaksanakan di … “

Sakit.

Detektif muda itu terdiam. Pandangannya kosong. Tak lagi mendengar apa yang dibicarakan sang asisten inspektur di seberang sana. Ia pikir ia sudah merelakan. Ia tahu ia sudah merelakan. Buktinya, ia bisa menerima ketika pertama kali mendengar kabar bahwa Siwon sudah memiliki kekasih. Empat tahun waktu yang cukup untuk membuka lembar baru, ia tahu dan ia mengerti, sangat mengerti jika Siwon melakukan hal itu.

Tapi kali ini, ia merasa seolah mereka berpisah untuk kedua kalinya. Dan mungkin, untuk  selamanya.

Setetes air mata yang jatuh tanpa bisa dicegah, diusapnya cepat. Ia tertawa miris.

Siapa sangka? Hatinya masih merasakan sakit meski sudah dijatuhkan untuk kesekian kalinya.

“Yoboseyo, Detektif Cho?”

Kyuhyun menatap ponselnya dan mematikan sambungan telfon. Ia akan menghubungi asisten inspektur itu nanti, tidak percaya dengan suara yang sanggup ia keluarkan saat ini.

***

“BERHENTI MENGANCAM DENGAN PERPISAHAN, CHO KYUHYUN!” Teriakan amarah Siwon menggelegar kala ia –untuk kesekian kalinya- selesai mengungkapkan ancaman dengan menyebut kata sakral itu, berpisah.

Terkejut dengan amarah yang kekasihnya tunjukkan, emosinya kembali tersulut, “DAN KAU BERHENTI MENGATUR HIDUPKU!”

Siwon menatap Kyuhyun tajam, “Kau dan ego-mu. Apa kau tak pernah sedikitpun mendengarkan? Berapa kali kukatakan bahwa aku melakukan itu untuk kebaikanmu!”

Pemuda dengan iris sewarana-karamel itu balas menatap kekasihnya tajam, ia tahu bahwa ia seringkali egois dan memikirkan diri sendiri, tapi jauh lebih sakit mendengar itu dari kekasihnya, salah satu orang terdekat dalam hidupnya. Ia mendesis pelan menahan amarah, “Menolak kasusku sesuka hatimu untuk kebaikanku kau bilang? Kebaikanku, atau kebaikanmu?”

Siwon mengeraskan rahanganya, “You don’t understand my reason, Cho Kyuhyun-ssi.”

“AND YOU DON’T WANT TO UNDERSTAND MINE!” Kyuhyun berteriak keras, merasa frustasi. “Kau tahu? Aku rasa kita lebih baik berpisah saat ini.” Ia mendesis tajam sebelum berbalik dan melangkah pergi.

Siwon terdiam dan menatap punggung Kyuhyun tajam, “Berhenti! Kau melangkah keluar, dan kita berakhir sampai disini, Cho Kyuhyun!”

Kyuhyun berhenti melangkah, namun tidak berbalik, bayangan pertengkaran demi pertengkaran beberapa bulan terakhir ini memenuhi kepalanya, dan ia berbisik pelan, namun cukup keras untuk Siwon mendengarnya, “Untuk apa mempertahankan sesuatu yang tak bisa dipertahankan?”

Cho Kyuhyun tidak menoleh satu kali pun ketika ia melangkah keluar dan membanting pintu apartemen.

Jika ia berbalik, bahkan sedetik saja, ia akan melihat raut tak percaya, terluka, dan sakit hati di wajah Siwon untuk pertama kalinya.

***

Ia yang pertama kali meninggalkan, tapi ia yang untuk kesekian kalinya masih kembali, dan menunggu disini.

Dan hancur berkali-kali.

Tapi apa yang bisa ia lakukan? Jika kesalahan semua ada padanya.

Penyesalan, memang selalu datang terlambat, bukan?

Malam itu, dalam diam dan gelapnya malam, Kyuhyun lagi-lagi menangis mengingat sosok yang pernah begitu melengkapi hidupnya, dan membuat hidupnya terasa sempurna.

Malam itu, untuk kesekian kalinya, Kyuhyun menangis. Sendiri. Dalam sunyi apartemen yang ramai dengan memori akan mantan kekasihnya.

Memori, yang sampai detik ini, tak bisa ia lupakan.

***

Jessica Lee menatap sang kekasih yang sedang memainkan secangkir Americano nya dalam diam. Perhatian kekasih nya sedang teralih, sama seperti beberapa hari, bahkan minggu terakhir. Tidak, jika ia memikirkan lebih jauh bahkan di hari pertunangan mereka, kekasihnya tampak berbeda.

Jessica Lee adalah seorang wanita yang hampir tidak bisa diam. Terutama pada orang-orang terdekat dalam hidupnya. Ia pandai bercerita, cerdas dan berwawasan luas, salah satu hal yang Siwon kagumi dari dirinya. Tapi kali ini, ia seolah tak menemukan topik apapun untuk dibicarakan. Tidak, ketika respon yang diberikan hanyalah “ya”, “tidak”, “terserah kau saja”, dan sebuah senyum sopan.

Ia menarik nafas dalam, merasa frustasi. Perasaannya tidak enak. Foto yang ia temukan masih mengganjal di benaknya, tapi ia bahkan tidak bisa menanyakan hal itu pada sang kekasih. Tidak, ketika kekasihnya saja bahkan tidak sadar bahwa pikirannya sedang sedikit kalut saat ini. Ya Tuhan, mereka adalah pasangan kekasih yang akan menikah. Apakah seperti ini sikap satu sama lain? Ia ingin sekali meluapkan perasaannya, tapi pada siapa? Siwon jelaslah bukan pilihan. Karena ia tahu, bahkan sejak dari awal, ketika ia memilih untuk melepas Siwon, kekasihnya itu akan benar – benar pergi darinya. Hubungan mereka memang cenderung berat di satu pihak, tapi sampai detik ini, semua yang Siwon berikan masih sanggup untuk membuatnya bertahan demi lelaki itu. Apalah artinya sedikit pengorbanan untuk orang yang ia cintai?

Tapi untuk pertama kalinya, Jessica Lee mulai mempertanyakan prinsip yang ia pegang selama ini.

“Ehm” wanita itu berdeham pelan, membuat sang kekasih dihadapannya mengalihkan pandangan dari secangkir Americano yang kini telah dingin.

“ya?”

“Apa ada masalah? Kau terlihat sedang bingung” ia tersenyum lembut, senyum keibuan yang ia tahu begitu Siwon suka.

Siwon hanya tersenyum kecil, “Tidak ada apa-apa, ah maaf, apa aku terlalu diam dan membosankan? Haruskah aku bicara lebih banyak?”

Jessica ingin mengutuk dalam hati. Ia harus menjawab apa jika ditanya seperti itu? Sejak kapan berbicara jadi sebuah kewajiban?

Wanita muda itu menggeleng pelan, “ah, aku tadi melihat buku kumpulan soal Olimpiade Matematika. Kau tidak pernah menceritakan padaku kau sepintar itu saat di bangku sekolah?”

Siwon tampak terkejut selama beberapa saat sebelum menjawab pelan, “bukan milikku, milik teman.”

“Teman? Siapa?”

Siwon sedikit mengernyit dan kembali menatap cangkir kopinya, “Seorang teman.” Ia berhenti sejenak, “Pasti tidak sengaja terbawa”, lanjutnya pelan.

Keduanya terdiam setelah itu, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tidak ada pembicaraan sedikit pun hingga waktunya Siwon mengantar Jessica pulang.

***

Teman, ya? Tapi wanita muda itu tak bisa menghilangkan fakta bahwa ketika foto itu diambil, dua tangan kekasihnya berada di pinggang sang pemuda berkulit putih pucat, memeluknya erat, dan dagunya ia sandarkan di bahu pemuda itu. Sementara sang pemuda berkulit putih pucat, Detektif Cho, menyandarkan kepalanya di kepala Siwon, dengan satu tangan terjulur untuk mengambil foto mereka.

Apakah teman akan sedekat itu?? Kalaupun hubungan mereka lebih dari teman, kenapa Siwon tidak terbuka saja?

Jessica Lee terpaku ketika sebuah memori terlintas di benaknya.

Bahwa pada malam pertunangan mereka, beberapa kali ia mendengar kekasihnya mencari detektif muda itu. Kala itu ia tidak terpikir apapun, melihat kasus yang baru saja mereka selesaikan bersama, mungkin ada beberapa hal yang perlu mereka bicarakan. Tapi jika mengingat itu sekarang, malam itu Detektif Cho tidak pernah hadir, dan kekasihnya, Choi Siwon, tidak bisa melepas pandangan dari pintu utama.

Seolah menunggu seseorang untuk datang.

***

Malam itu hujan deras, dan ia menangis tanpa henti di kamar Changmin, sahabat dekatnya. Ia menangis karena marah, Siwon, dari semua orang yang terdekat dalam hidupnya, kenapa harus Siwon yang menyodorkan fakta di hadapannya bahwa ia seorang yang egois. Perkataan tajam itu menyakitinya lebih dari yang ia kira. Dan ia berjanji, bahwa ia tak akan memaafkan Siwon dengan mudah. Ia tidak akan kembali meskipun jika Siwon memintanya. Mereka terlalu sering bertengkar dan mereka membutuhkan jarak untuk kembali memikirkan ulang hubungan mereka.

Ia berjanji tidak akan mengangkat telefon semudah itu. Dan memilih untuk mematikan ponselnya.

***

Kyuhyun menarik nafas dalam dan melangkah menuju kantor Inspektur Jung. Ia mengambil cuti satu minggu ini, mencoba mengembalikan hatinya yang kini sudah tak terbentuk. Hatinya seolah sudah diremukkan, dipatahkan, dijatuhkan, dipecahkan berkeping-keping dan masih dapat diinjak-injak. Perasaannya tidak menentu beberapa hari ini, tapi ia tahu ia tidak bisa mengambil cuti lebih lama lagi. Lagi pula, mungkin, mungkin saja, pekerjaan dapat mengalihkan pikirannya. Ia baru saja hendak mengetuk pintu yang sedikit terbuka ketika ia tidak sengaja mendengar suara seorang wanita dari dalam.

“Siwon oppa? Ya, ia tahu aku hamil, itu sebabnya ia setuju dengan pernikahan ini.”

Ia mematung di tempat.

“Jess! Astaga, bagaimana jika ia tahu janin itu bukan anaknya? Bukankah kalian sendiri tidak pernah melakukannya? Siwon sangat tegas mengenai hal ini bukan?”

Sang wanita terdiam sejenak.

“Ia berfikir pernah melakukannya, ketika, kau tahu, mabuk. Meskipun sebenarnya tidak.” Wanita itu menarik nafas dalam, “Aku benar-benar mencintainya, Yunho oppa. Kau tahu itu kan? Hubungan semalam ku dengan Mr. Han adalah sebuah kesalahan. Aku tidak bisa berfikir jernih malam itu, ketika pertengkaran kami terjadi.”

“Kau tahu itu tidak bisa dijadikan alasan, Jess.”

“Aku tahu, tapi aku tidak mungkin mengakhiri hubungan dengan Siwon oppa. Hidupku bisa hancur tanpanya, lagipula, karirku juga bisa kacau jika anak ini lahir tanpa seorang ayah. Lalu bagaimana dengan hidup anak ini nantinya? Kesalahanku dapat menghancurkan banyak orang, oppa.” Suara wanita itu sedikit bergetar, menahan tangis. “Oppa, aku mohon bantu aku.”

“Aku tahu, Jess..” ia mendesah pelan dan melanjutkan, “tentu saja, aku akan memastikan pernikahan ini berjalan. Sampaikan salamku pada paman dan bibi, aku akan mengunjungi mereka akhir pekan ini.”

Kyuhyun tidak bermaksud mencuri dengar pembicaran. Ia hanya terlalu terpaku untuk pergi ketika pertama kali mendengar percakapan pribadi itu, tapi kemudian, informasi itu mengalir begitu saja dan ia terkejut dengan fakta yang baru saja ia dengar. Sangat.

Ia terlalu terpaku, hingga tidak menyadari ketika dua pasang kaki melangkah mendekati pintu.

“Detektif Cho? Ada yang bisa aku bantu”

Dan ia hanya bisa menoleh, terkejut, ketika namanya dipanggil oleh Inspektur Jung. Sepasang matanya menangkap raut terkejut yang juga terlintas di wajah wanita cantik itu. Kedua mata mereka saling bertemu, dengan pandangan yang tak bisa dibaca.

***

Siwon tidak pernah menelepon. Satu kali pun. Setelah pertengkaran mereka.

Genap hari ketiga ia bermalam di rumah Changmin dan belum ada panggilan maupun pesan masuk dari Siwon ketika ia menyalakan ponselnya. Changmin, -seperti biasa-, langsung mengabari kekasihnya itu ketika Kyuhyun pertama kali menginjakkan kaki di rumahnya. Jadi, meskipun ponselnya dimatikan, kekasihnya itu seharusnya tahu untuk menghubungi kemana jika ia tidak bisa menjangkau Kyuhyun melalui ponselnya. Tapi tidak ada panggilan masuk ke telepon rumah Changmin, pun sama halnya dengan ponselnya.

Ia tahu ada yang berbeda dari pertengkaran besar mereka kali ini.

Siwon bukan orang yang meninggalkan apartemen mereka, tapi Kyuhyun lah yang melakukannya. Biasanya setelah itu Siwon akan kembali, tapi kali ini, menghubunginya saja tidak ia lakukan.

Siwon terdiam dan menatap punggung Kyuhyun tajam, “Kau melangkah keluar dari pintu, dan kita berakhir sampai disini, Cho Kyuhyun!”

Ingatan itu masih jelas di benak Kyuhyun, bagaiman Siwon tampak marah sekali hari itu. Kyuhyun menatap ponselnya bimbang, haruskah ia yang menghubungi Siwon terlebih dahulu? Setelah semua yang ia lakukan kemarin? Setelah ia meninggalkan Siwon seperti itu? Ia akan tampak sebagai pihak yang kalah nanti. Apakah Siwon masih marah atas sikapnya kemarin? Kalau ia meminta maaf tetapi Siwon tidak memaafkannnya, akan ditaruh mana mukanya nanti? Tidak, Siwon harus menghubunginya dahulu.

Tapi panggilan dan pesan yang ia tunggu tak pernah terjadi.

Dan ia terlambat, terlambat menyadari ia sudah kehilangan sosok yang begitu berharga untuknya

***

Keduanya duduk dalam diam, Jessica Lee duduk dengan kaki disilangkan, anggun dan cantik, namun raut wajahnya keras, sedikit angkuh, sementara sang detektif muda mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

Jessica Lee merasa cemas, ia tahu itu. Terlihat dari jari tangannya yang mengetuk meja dengan pelan. Seolah ia terlihat bosan, tapi irama ketukan tidak teratur itu menunjukkan hal yang sebaliknya. Postur duduknya anggun, sempurna, sedikit angkuh, tapi Kyuhyun tahu itu hanya sikap yang ia tunjukkan, untuk menutupi ketakutannya. Terlihat dari kedua mata yang tak pernah menatapnya bahkan sedetik pun. Dan percakapan yang tidak pernah di mulai bahkan sejak mereka duduk disini 10 menit yang lalu.

Kyuhyun tetap diam, menunggu. Dari sikap angkuh dan sedikit bermusuhan yang Jessica Lee tunjukkan padanya, dan fakta bahwa wanita muda itu mengajaknya untuk minum kopi bersama ketika mereka berpapasan di luar kantor Inspektur Jung tadi sudah menunjukkan semuanya. Bahwa Jessica, mungkin mengetahui perasaannya pada Choi Siwon atau mengetahui hubungan yang pernah ada diantara mereka.

Kyuhyun tidak sempat memikirkan perasaannya terkait informasi yang baru saja ia dengar. Tentang fakta dibalik pernikahan mantan kekasihnya. Tentang Choi Siwon, dan kehamilan Jessica Lee.  Karena sejak tadi, sejak mereka keluar dari kantor NPA, ada dua hal yang lebih penting yang memenuhi pikirannya.

Dan Kyuhyun, saat ini, sedang menunggu kedua hal itu terjadi. Dalam diam ia melirik ponselnya, mengamati bayangan dipantulkan pada layar yang gelap.

Jessica Lee yang berbicara adalah hal pertama yang terjadi.

“Aku akan langsung pada poinnya. Aku yakin bahwa kita berdua sama-sama mengerti kenapa kita perlu berbicara.”

Kyuhyun, masih dengan wajah datarnya, memilih untuk menatap Jessica, tepat pada kedua matanya, dengan ekspresi tak terbaca, “Ya”.

Wanita muda itu menarik nafas dalam, terlihat kesal. “Aku tidak ingin kau menghancurkan pernikahanku dengan Siwon Oppa.”

Kyuhyun mengangkat kedua alisnya, “Tenang saja, aku tidak punya alasan untuk itu.”

Jessica memutar matanya, kesal dengan sikap sang detektif muda yang tampak tak acuh, “Tentu saja. Kau, Cho Kyuhyun-ssi, punya seribu satu alasan untuk itu.”

Kyuhyun tidak menjawab, memilih untuk melirik layar ponselnya.

Dan hal selanjutnya yang ia tunggu akan segera terjadi. Sebentar lagi, ia tahu itu.

Seorang pelayan wanita dengan rambut blonde pendek menghampiri mereka, meletakkan secangkir Cappucino untuk Jessica dan Espresso untuknya.

“Bisakah kau mengatakan sesuatu? Aku tidak kemari untuk berbicara dengan patung!” desisnya kesal.

Salah satu tangan wanita muda itu hendak meraih cangkir Cappucinonya ketika Kyuhyun meraih pergelangan tangannya, mencengkeram tangannya erat.

Jessica Lee memicingkan kedua matanya, “Apa yang kau lakukan, Detektif Cho.”

Kyuhyun menarik nafas dan tersenyum simpul, “Tatap kedua mataku, Jessica Lee. Dan dengarkan aku baik-baik.”

Senyuman di wajahnya tidak menutupi nada tegas dan tidak menerima penolakan yang ia gunakan, membuat Jessica Lee semakin marah dibuatnya.

“Lepaskan tanganku sekarang, Detektif Cho, apa yang kau lakukan!” Desisnya tajam

“Seseorang sedang mengincarmu, jadi dengarkan aku baik-baik.”  Bisiknya pelan

Jessica jelas mendengar apa yang ia ucapkan, terlihat dari wajah terkejutnya dan pikirannya yang mendadak kosong.

“A-apa?”

“Dengar, tatap mataku.” Kyuhyun terdiam sejenak, menunggu Jessica benar-benar menatap ke dalam kedua matanya sebelum melanjutkan dengan pelan, “kau akan baik-baik saja. Aku akan melindungi mu. Tapi aku butuh kau untuk bekerja sama. Kau mengerti?”

Ketika dilihatnya Jessica mengangguk pelan, ia kembali melanjutkan. “Sekarang aku butuh kau untuk tetap tenang, tarik nafas dalam – dalam dan dengarkan baik-baik. Kau hubungi seseorang untuk mengambil mobilmu disini, kita akan pulang dengan mobilku.”

Kyuhyun harus memuji kemampuan wanita itu untuk menjaga sikap dan kontrol dalam dirinya. Jessica Lee cukup cepat untuk mengembalikan fokusnya terhadap apa yang ia hadapi.

“Apapun yang aku katakan, jangan panik.” Ia memberi jeda sejenak agar Jessica mampu mencerna dan memahami urgensi kata-katanya dengan baik. “Jangan melirik, atau melihat. Tapi empat kursi di belakang ku, arah jam 2, ada seseorang yang sedang memata-matai kita, dan ia membawa senjata api. Kita akan keluar dari sini, namun  kau harus tetap tenang, jangan terkejut atau membuat gerakan yang tiba-tiba.”

Kyuhyun melirik sekilas pada layar ponselnya yang gelap dan menampilkan bayangan orang tersebut, sebelum melanjutkan, “Aku curiga ada sesuatu dalam minumanmu. Kau berpura-puralah meminumnya. Angkat cangkir ke mulutmu, tapi jangan buka mulutmu sedikit pun. Setelah itu ambil tisu dan berpura-puralah mengelap bibirmu, keluarkan jika memang ada sedikit minuman itu yang masuk ke mulutmu. Jangan menelan sebelum kau yakin tidak ada yang tersisa. Setelah itu pergilah ke kasir, minta dua cup kertas dan satu susu kotak kemasan. Aku melihat mereka menjualnya tadi, harus susu kemasan, bukan susu yang disediakan oleh cafe ini. Aku tidak percaya dengan salah satu pelayan mereka. Kau mengerti?”

Jessica mengangguk pelan, ekspresinya angkuh seperti semula.

Kyuhyun melembutkan suaranya,  mencoba menenangkan, “Aku melindungimu dari belakang, jangan khawatir.” 

Sesuai dengan rencana yang ia susun, posisi tubuh Kyuhyun dan Jessica dibuat sedemikian rupa untuk menghalangi pandangan orang-orang yang mengintai mereka ketika mereka menuang minuman ke dalam cup kertas, Kyuhyun membutuhkannya untuk uji lab nanti, dan mereka berdua berhasil masuk ke mobil Kyuhyun dengan selamat. Sedikit acting Jessica yang meminum Cappuccino nya sudah cukup untuk membuat mereka merasa misi mereka berhasil dan melemahkan pengawasan mereka, sesuai perkiraan Kyuhyun. Dan ketika kedua orang itu tersadar dengan apa yang baru saja Kyuhyun dan Jessica lakukan, keduanya sudah berjalan cepat menuju mobil Kyuhyun.

“Apa susu kemasan ini langsung diberikan padamu langsung dari kulkasnya? Susu ini tidak dibawa ke suatu tempat yang kau tidak melihatnya, bukan?” Kyuhyun bertanya seraya memasang sabuk pengaman.

“Ya,” jawab Jessica pelan,

“Coba berikan susu itu padaku.” Kyuhyun menerima susu kemasan yang Jessica berikan dan mengamati kemasannya cepat sebelum kembali memberikannya pada Jessica dan menjalankan mobilnya pergi.

“Ada gunting di dashboard mobilku. Coba kau ambil dan gunting satu sisi kemasan susu, hati-hati tumpah. Berikan padaku jika sudah.”

Jessica melakukan semuanya dalam diam, Kyuhyun meliriknya dan mengerti. Setelah bahaya dan adrenalin yang memacu mereka untuk fokus hilang, yang tersisa hanyalah syok atas peristiwa tersebut.

Kyuhyun menerima kemasan susu itu dan mengangkatnya sedikit jauh dari mulut, menuang hati-hati ke mulutnya. Susu bisa menetralkan racun jika ada, meskipun sedikit, yang masuk kedalam tubuh Jessica, tapi ia harus memastikan bahwa susu kemasan itu aman sebelum ia memberikannya pada wanita itu.

Ketika dirasanya tidak ada yang berubah dari rasa susu kemasan itu, Kyuhyun mengembalikannya pada Jessica.

“Minumlah, kalau bisa sampai habis. Aku tidak tahu apa yang mereka campurkan dalam minumanmu.”

Lagi-lagi Jessica melakukan semuanya dalam diam. Kyuhyun memberikan sebatang cokelat yang hampir selalu ia bawa. Disaat seperti ini ia bersyukur ia rutin membawa sebatang cokelat di tasnya, ia tidak pernah tahu kapan ia menemui seorang korban yang butuh ditenangkan.

“Cokelat akan membuat perasaanmu lebih baik.”

Kyuhyun menelfon seseorang sementara kedua matanya berkali-kali mengecek spion untuk memastikan bahwa mereka tidak dibuntuti siapapun.

“Kita akan mampir sejenak ke laboratorium milik temanku, untuk melihat apa yang ada dalam kedua minuman ini. Setelah itu kita akan ke apartemenku. Ini masalah serius, kita perlu membicarakan mengenai keselamatanmu lebih lanjut.”

“Ya,” Jessica menjawab pelan, sebelum berdeham dan melanjutkan, “Bagaimana kau bisa tahu?”

Kyuhyun melirik Jessica sejenak dan kembali memfokuskan pada jalanan di hadapannya, menjelaskan perlahan, “Aku tidak sengaja berpapasan dengan gadis yang menyamar sebagai pelayan tadi sewaktu di kantor NPA. Awalnya aku tidak curiga apapun, tapi ketika melihat sebuah mobil membuntutimu sejak kau keluar NPA, gadis yang sama keluar dari dalam mobil, dan gadis yang sama pula kemudian di café dengan seragam pelayan, aku tahu ada yang tidak beres. Dan saat kita masuk, ada seorang pria yang sedang membaca surat kabar, saat kita datang secangkir kopi sudah ada di hadapannya. Namun kopi itu masih tak tersentuh, bahkan ketika kita sudah cukup lama disana. Apa yang seorang pria lakukan di café, membaca surat kabar, memesan kopi tanpa meminum kopinya? Jika ia sedang menunggu seseorang, ia seharusnya tampak gelisah menunggu selama itu, atau paling tidak melirik ponselnya. Tapi ia tidak membawa apapun, hanya dirinya, surat kabar, dan secangkir kopi. Aku memerhatikannya dari pantulan pada layar ponselku. Aku harus menunggu mereka bergerak, agar ada bukti bahwa ya, mereka memang mengincar keselamatanmu,”

Jessica hanya menatapnya untuk beberapa saat, dan kemudian mengangguk pelan, “Kau sangat observant.”

“Karirku membutuhkanya.” Kyuhyun menjawab singkat.

Keduanya terdiam setelah itu. Kyuhyun menyadari bahwa sosok disampingnya pasti masih syok atas kejadian tadi dan memilih untuk membiarkan Jessica terdiam menatap keluar jendela, menenangkan perasaannya.

***

Sepanjang perjalanan menuju apartemen Detektif Cho, Jessica hanya terdiam memandang keluar jendela. Tapi bukan karena ia masih syok atas peristiwa yang baru saja menimpanya, tetapi karena respect yang muncul begitu saja terhadap sosok disampingnya ini. Mereka bertemu sebagai musuh, atau paling tidak ia mengannggapnya demikian. Dan ia yakin Cho Kyuhyun juga menatapnya dengan pandangan yang sama.

Cho Kyuhyun adalah mantan kekasih dari calon suaminya, yang ternyata kehadirannya masih memiliki pengaruh begitu besar di hati calon suaminya.

Dan dirinya adalah calon istri dari mantan kekasih detektif muda itu. Yang, eskipun ia malu untuk mengakuinya, menghalalkan segala cara agar dapat menikahi mantan kekasih detektif muda itu.

Ia mempunyai hak sepenuhnya untuk membenci sosok Cho Kyuhyun, dan begitu pula sebaliknya.

Tapi ketika nyawanya terancam, detektif muda itu mengesampingkan semua fakta yang ada terkait hubungan mereka dan memilih untuk fokus akan satu hal. Keselamatan dirinya. Seorang Jessica Lee.

Ia tidak tahu harus merasa seperti apa bergantung dan dilindungi oleh musuhnya sendiri.  

 


a/n: How could this suppossed to be one shot turns into a monster instead? I blame it to your warm welcome towards this fic. Your reviews just made my day.. Just like before, I actually  would be posting this as final chapter, yang aku gak tau bakal di update kapan, mungkin berminggu-minggu lagi. Tapi baca review jadi pengen update cepet, dan hasilnya di update seadanya..  #shameless me is shameless#
There are only 2 or 3 more events left. I'm pretty sure the next chapter gonna be the final one and we'll get some closure in our wonkyu relationship. Almost there's no wonkyu moment here, but please do not worry, let's hope there are more wonkyu moments at the final chapter.
Thank you for reading! O/
 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
queenie2975 #1
Chapter 1: English subtitle please
kyuona #2
Chapter 4: Meski sad ending tpi ini cerita keren.. Thanks buat ff nya authornim...
gyu1315 #3
Chapter 4: Kenapa sad ending.........
Aku baru baca ff ini dan sad ending.....
;;;;;;_;;;;;;
cath260797 #4
Chapter 4: Author knp hrs sad ending :((((...... gak ada sequalnya chingu???? Sedih bgt.. please sequal jd happy end :(
LienaQyu #5
Chapter 4: Eh,,, Kyu.nya meninggal??
terus WonKyu gmna?? seq.donk!!!!¡¡¡:-)
DesvianaDewi #6
Chapter 4: kok gini????? gak elit banget siiih.. -_- gak ada ide yaa????
DesvianaDewi #7
Chapter 3: kyunnie kecelakaan??? ayooooo lanjuuuutt gece wkwkek
meeKayla #8
Chapter 4: Eeeh kok gini??
Malah makin ga bisa komen ini
meeKayla #9
Chapter 3: Kirain ini belum lanjut. Akuuu nungguu lamaaaa banget rasanya. Eeh ternyata akunya yang ga punya notif tuk ff ini. Aku msh blm konsen komen. Heee
Mian mau lanjut baca next chap dlu. Ga sabar
JengDevy #10
Chapter 4: Haaa...
udah author.
Trus how about kyuuuuu??