Chapter 1

In Your Arms

6 Bulan Kemudian

.

.

 

Pagi itu, langit biru, kicau burung, dan sisa-sisa dinginnya musim dingin yang baru saja berlalu menjadi hal pertama yang menyambutnya kala ia membuka pintu, siap berangkat bekerja. Oh, pagi yang indah memang. Namun sayang, tidak seindah suasana hati sang inspektur muda kepolisian, Choi Siwon.  Kasus pembunuhan dan perampokan yang belum terselesaikan dan pertengkaran dengan Jessica, kekasihnya, membuat sang inspektur muda memilih untuk berangkat lebih pagi hari ini dengan suasana hati yang tak baik. Menutup mata, perlahan ia hirup udara pagi itu dalam – dalam, menenangkan pikiran dan moodnya yang naik turun akibat stressor berlebih satu pekan terakhir ini.

“Inspektur Choi?”

Sebuah suara mengagetkannya, ia menoleh, dan mendapati seorang pemuda  dengan rambut cokelat gelap, mantel cokelat panjang dan kacamata full-frame besar, tengah menatapnya dari balik pagar.

“Ah! Detektif Cho? Apa yang kau lakukan disini?”

Pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya, hanya mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan cup kertas dengan lambang Kona Beans, sebuah Coffeeshop yang berjarak hanya satu blok dari rumahnya.

“Oh, banyak sekali. Untuk siapa?” Siwon menatap cup yang ia yakin berisi kopi panas di tangan pemuda itu, Cho Kyuhyun, detektif muda dan berbakat yang sudah menempatkan namanya di jajaran detektif ternama bahkan sejak ia masih duduk di  bangku perkuliahan. Ah ya, coffeeshop bernama Kona Beans itu memang menyajikan kopi yang enak. Siwon membuat mental note untuk mampir sejenak dalam perjalanannya ke kantor nanti. Kopi panas untuk memulai hari? Boleh juga. Satu cup Americano panas favoritnya mungkin bisa memperbaiki suasana hatinya pagi ini.

“Tim investigasi, aku akan ke kantor hari ini.”

“Oh ya? Aku juga akan ke kantor. Tunggulah sebentar, kita berangkat bersama.” Siwon berlari kecil dan segera mengeluarkan Porsche Cayenne hitam miliknya. Melihat Kyuhyun yang kesulitan dengan tangan penuh dengan cup kopi membuat Siwon kembali keluar dan membukakan pintu untuk sang detektif.

“Silahkan, tuan muda” Sedikit bercanda, ia membungkuk hormat layaknya seorang buttler, yang hanya dibalas Kyuhyun dengan memutar matanya malas. Siwon tertawa kecil melihatnya.

“Apa yang membuatmu ke kantor? Tumben sekali” Siwon melirik pemuda di sampingnya yang tengah menatap ke luar jendela. Semilir angin dari jendela yang terbuka memainkan helaian rambut cokelatnya. Kyuhyun yang meminta untuk tidak menggunakan aircon dan membuka jendela saja. Udara pagi masih terlalu segar untuk dilewatkan, belum banyak polusi, begitu katanya.

“Hmm? Ah, menginap di kantor sampai kasus ini selesai.” Kyuhyun  menjawab tak acuh, matanya menatap tajam jajaran pohon yang bergerak, namun jelas pikirannya tak disana. Entah apa yang pemuda itu pikirkan, mungkin terlalu larut dengan kasus mereka yang belum selesai. Ya, mereka berdua memang berada dalam kasus yang sama. Siwon merupakan ketua tim penyelidikan pada kasus perampokan dan pembunuhan seorang wanita berusia 28 tahun, dan Cho Kyuhyun merupakan detektif yang diminta bantuan kepolisian untuk bekerja bersamanya.

“Tapi, tidak ada kasus lain yang kau kerjakan?” Siwon melirik Kyuhyun heran, tidak biasanya detektif muda itu menginap di kantor hanya untuk menyelesaikan kasus. Ia lebih sering bekerja dari rumah, dan mengumpulkan bukti sendiri dibandingkan dengan mengandalkan bukti-bukti yang dimiliki pihak kepolisian. Selain itu, ia juga terlalu sibuk menangani beberapa kasus sekaligus, paling tidak dua atau tiga kasus bisa ia kerjakan secara bersamaan.

Kyuhyun menoleh pada Siwon sebentar sebelum mengembalikan pandangannya ke depan, ekspresi wajahnya berubah ragu sekilas, sebelum kembali datar. Perubahan itu begitu cepat, Siwon sendiri ragu apa memang ia melihatnya atau itu hanya ilusi semata. “Ada sesuatu yang..”

“Yang?” Siwon mengangkat kedua alisnya, merasa heran. Ada sesuatu apa? Kenapa Kyuhyun tidak memberitahunya?

“Entahlah. Ada sesuatu yang tidak pas dalam kasus ini. Aku tidak bisa bilang sekarang karena aku sendiri belum yakin.” Kyuhyun menggumam pelan sebelum kembali terdiam dan larut dalam pikirannya.

Siwon memilih untuk tidak membahas masalah itu lebih lanjut karena mobil yang ia kendarai telah sampai di Headquarter of Seoul Local Police Agency. Lagipula, jika memang Kyuhyun sudah menemukan apa yang ia cari dan butuhkan, ia akan segera memberitahu dirinya. Detektif muda itu lebih suka jika orang di sekelilingnya tidak terlalu berisik dan bertanya banyak hal jika ia sedang berfikir, paling tidak sebagai rekan kerja, Siwon harus menghargai itu.

“Kita sudah sampai. Tunggu sebentar, princess, biar ku bukakan pintunya.” Siwon bercanda, setengah meledek detektif muda di sampingnya yang hanya menatapnya malas.

Siwon melirik cup di tangan Kyuhyun, baru teringat akan satu cup Americano panas yang lupa ia beli dalam perjalanannya menuju kantor. Ia mendesah dalam hati, terpaksa mencari kopi kalengan yang disediakan di kafetaria, berhubung coffeeshop terdekat masih berjarak beberapa blok dari kantornya. Namun mengingat kopi kalengan dan kopi dari coffeeshop lain tidak ada yang se-enak dari Kona Beans, coffeeshop yang sudah ada bertahun-tahun bahkan sejak ia masih duduk di bangku kuliah, ia merasa menyesal juga. Menghela nafas panjang, ia mencoba menenangkan hati, berusaha mengembalikan moodnya.

Kyuhyun sudah beberapa langkah di depannya sebelum kemudian ia berbalik.

“Kau ingin kopi, Inspektur Choi?”

“Ah, tidak apa-apa terimakasih. Aku akan cari kopi di kafetaria.”

“Kopi kalengan?” Kyuhyun mengernyitkan wajahnya tidak suka. “Ambillah, aku membawa cukup untuk kita semua.”

“Sungguh tak apa?” tanya Siwon ragu yang dibalas anggukan kecil oleh sang detektif. “Baiklah kalau begitu, terima kasih.”

“Hmm, ambillah yang bertutup hijau”

Siwon mengambil satu cup dengan tutup berwarna hijau. Hanya ada satu yang berwarna hijau disitu, sedangkan yang lain beberapa tampak berwarna oranye, merah dan kuning.  Kyuhyun hanya mengangguk dan segera masuk ke dalam, meninggalkan Siwon yang masih harus mengeluarkan beberapa barang dari dalam mobilnya.

Sambil berjalan pelan, Siwon menyesap kopi panas di tangannya. Dan ia terpaku di tempat seketika. Terdiam, ia melirik label yang ada pada cup kertasnya “Americano”, dengan rasa persis seperti yang ia biasa pesan. Gula satu sendok dan dibuat sedikit lebih kental dari biasanya. Siwon termenung sejenak sebelum menghela nafas panjang. Dari total dua belas cup yang Kyuhyun bawa, hanya ada satu cup dengan tutup hijau, yang Kyuhyun minta untuk ia ambil. Itu berarti, dari awal Kyuhyun memang memesankan kopi itu khusus untuknya, dan … Ia mengusap wajahnya kasar.

“…Kyu..” Ia menggumam pelan, menatap punggung pemuda yang sudah dikenalnya sejak lama itu perlahan mengecil dan menghilang.

***

Hyung, ini sudah pagi. Kau tidak lelah setelah semalaman begadang memelototi bukumu itu? Istirahatlah sejenak” Suara serak khas orang yang baru terbangun dari tidurnya itu terdengar jelas di telinganya. Semalam, kekasihnya yang masih berada di tahun terakhir Senior High School itu tertidur saat sedang asik bermain PS, dan Siwon tidak tega untuk membangunkan dan menyuruhnya pulang, jadi ia membiarkan kekasihnya menginap. Sekalian menemaninya belajar.

Siwon tertawa kecil dan menepuk lengan kekasihnya yang melingkari lehernya dengan sayang. “Tidak semua orang secerdas kau, love. Jadi aku masih harus belajar untuk minggu ujianku ini”

“Tidak ada yang bisa kubantu?”

“Kau begitu ingin membantuku?” Siwon mengangkat kedua alisnya, setengah mengejek, setengah bercanda. Ia hanya begitu menyukai menggoda kekasihnya yang lebih muda tiga tahun darinya itu.

“Tentu saja, kenapa kau bertanya begitu? Aku tahu kau pasti lelah, sudah semalaman kau begadang dan tidak tidur.” Siwon dapat mendengar nada merajuk dalam suaranya, dan ia tersenyum kecil.

“Baiklah, kau bisa pesankan hyung satu Hot Americano dari Kona Beans, gula satu sendok, dan kopinya dibuat sedikit kental.”

“Harus persis seperti itu?”

“yap, persis seperti itu.”

Ugh, baiklah. Tunggu disini, akan kupesankan sekalian juga untuk sarapan kita.” Derap langkah perlahan menghilang di balik pintu.

“Terimakasih. I love you Kyuuuubeeaaarrr!” Siwon sedikit berteriak dari ruang belajarnya, tahu dengan pasti Kyuhyun masih dapat mendengarnya. Tunggu saja, beberapa saat lagi…

“Jangan teriak-teriak! Berisik!” Tuh kan … Suara teriakan balas terdengar dari ruang tamu.

****

“Bukannya aku tidak mau, Jess. Tapi kami sedang lembur di kantor. Tidak hanya ada aku disini, tapi anak buahku juga. Aku tidak mungkin meninggalkan mereka untuk makan malam denganmu, bukan? Kau tahu sendiri jika kita bertemu, pasti tidak cukup satu atau dua jam saja.” Siwon menyalakan keran air dan membasuh wajahnya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain tengah memegang ponselnya, suara seorang wanita terdengar dari ujung telefon sana.

“Jess, kau tahu aku tidak bermaksud begitu.” Siwon merendahkan nada suaranya, berusaha membujuk. Jika tidak, bisa saja stressor selama satu pekan ini ia tumpahkan pada kekasihnya. Tidak, pertengkaran dengan Jessica adalah hal terakhir yang ia inginkan saat ini.

“Kau harus tetap makan malam, Jess. Nanti perutmu sakit, kau tetap harus makan, meski hanya sedikit.” Siwon melangkah keluar dari kamar mandi, kembali menuju ruangan tim investigasi.

“Jess, aku tidak mungkin meninggalkan teman-temanku yang sedang bekerja untuk makan malam bukan? Meskipun mereka anak buahku, tapi tetap saja. Tidak-tidak, jangan melakukan ancaman seperti itu please. Kau tetap harus makan. Jess? Halo?” Siwon melihat layar ponselnya dan menemukan bahwa percakapan mereka sudah berakhir. Ya, pemutusan hubungan telfon secara sepihak dari kekasihnya itu memang sering terjadi jika Jessica, sang kekasih, tengah kesal atau marah padanya. Siwon mendesah untuk kesekian kalinya dan mengusap wajahnya kasar.

“Kekasihmu?”

Siwon terlonjak kaget ketika sebuah suara mengagetkannya dari belakang, ia berbalik dan menemukan Cho Kyuhyun di belakangnya. “Astaga, Detektif Cho!”

Kyuhyun hanya mengangkat kedua alisnya heran, “Kau seperti melihat hantu saja, Inspektur Choi.”

“Kenapa kau selalu mengagetkanku, detektif?” Siwon berjalan menyamakan langkah dengan detektif di hadapannya.

Detektif itu tidak menjawab, tetapi bertanya balik. “Kekasihmu? Ia minta kau makan malam bersamanya?”

Siwon mengangkat kedua alisnya, “Kau menguping?”

Kyuhyun mengernyitkan dahinya tidak suka, “Suara mu bahkan bisa terdengar hingga negara tetangga, kau tahu?”

“Eh?” Siwon terkekeh geli, “Mianhae”

“Hmm,” Kyuhyun membuka pintu ruangan tim investigasi “Pergilah, yang lain juga sedang makan malam. See? Tidak ada orang disini. Jadi kau tidak meninggalkan siapa-siapa.” Detektif muda itu mengulurkan satu tangannya, menunjukkan ruangan yang tadinya berisi anak buahnya itu kini kosong.

“Eh? Mereka pergi? Tanpa memberitahuku?”

“Mereka mencarimu, tapi kau sedang asik di kamar mandi dengan kekasihmu, Inspektur Choi”

Siwon menatap pemuda yang kini sudah kembali duduk di hadapan meja penuh berisi kertas dan foto dengan pandangan tidak suka, “Kau membuatnya terdengar salah, Detektif”

Kyuhyun mengangkat kedua alisnya dengan pandangan menuduh “Kau yang berfikir terlalu jauh, Inspektur mesum.

Siwon membelalakkan matanya tidak percaya dengan ejekan sang detektif muda. Apa?? Mesum? Siwon hendak membuka mulutnya membalas ejekan itu saat ia melihat sang detektif tertawa kecil, membuatnya akhirnya bungkam dan ikut terkekeh geli.

“Pergilah” Ujar Cho Kyuhyun pelan, ia kini kembali larut dengan foto – foto bukti di tangannya.

“Kau sudah makan?”

Kyuhyun terdiam sejenak, kembali fokus pada kasus di hadapannya sebelum menjawab pelan, dengan perhatian teralih, “Nanti, setelah ini.”

“Baiklah, hubungi aku jika kau ingin kubawakan sesuatu.”

“Hmm”

Melihat perhatian pemuda dengan obsidian karamel itu tak lagi padanya, ia pun berbalik keluar seraya menghubungi Jessica.

***

Kyuhyun menjatuhkan foto-foto yang dipegangnya ketika terdengar suara pintu ditutup. Ia menjatuhkan kepalanya di meja, menoleh menatap pintu yang kini tertutup rapat.

***

Siwon meregangkan punggungnya yang terasa pegal. Sudah ia duga, makan malam dengan kekasihnya tak mungkin bisa sebentar. Meskipun gadis itu telah berjanji padanya. Terlalu sulit melepas Jessica darinya jika mereka sudah bertemu, itulah yang membuatnya enggan bertemu dengan gadis itu di tengah-tengah kesibukan pekerjaan. Ia akan berada pada situasi yang sulit, terlebih jika Jessica mulai menggunakan kartu itu. “Kau pilih pekerjaan daripada kekasihmu?”

Tapi paling tidak, makan malam tadi berjalan dengan baik meski ia menghabiskan waktu lebih banyak dari yang seharusnya. Setidaknya, Jessica kembali menjadi sosok gadis ceria yang menyenangkan, cukup untuk mengalihkan pikirannya dari pekerjaan. Ia melirik jamnya, hampir tengah malam dan detektif muda yang tadi masih berada di kantor itu tak juga menghubunginya. Ia mengernyit heran, apa mungkin Kyuhyun memilih untuk menitipkan makanannya pada rekan tim nya yang lain? Memutar mobilnya, ia mengedarkan pandanganya ke kiri dan kanan jalan, mencari penjual kaki lima yang masih menjual sup hangat di malam hari.

Siwon tersenyum kecil mendengar ramainya ruang investigasi malam itu, sedikit banyak mereka sedang berdiskusi, membahas bukti satu demi satu yang mereka temukan. Tapi tak jarang candaan candaan kecil terdengar dari dalam sana. Siwon membuka pintu dan..

Oh.My.God

Sebuah bola kertas melayang telak ke wajahnya, diikuti suara takut-takut seorang Lee Hyukjae, Asisten Inspektur Tim 1 Divisi Kejahatan Tindak Kekerasan.

“Hyuk.” Siwon mengangkat kedua alisnya, tidak berkata apa-apa, menunggu..

“Baik-baik, aku serius sekarang. Maafkan aku. Ayo anak-anak, tidak ada lagi bercanda! Kita lakukan dengan serius dan kita selesaikan dengan segera. Fight!” Lee Hyukjae terkekeh malu-malu dan segera duduk manis mengerjakan bagiannya, meneliti bukti yang ditemukan.

Siwon melangkah pelan menuju tempat sampah yang ada di ruangan itu, masih bersih, dan ia mengernyit.

“Detektif Cho sudah makan?” tanya Siwon pada Kim Ryeowook, polisi muda yang baru saja di tempatkan di dalam timnya beberapa bulan yang lalu.

“Ah, dia tidak makan bersama anda, Inspektur Choi?”

“Makan bersamaku?”

“Iya, tadi kami mengajaknya makan di luar. Ia segera kembali ke kantor begitu sadar kau tidak ikut, ingin mengajakmu menyusul kami. Kau tidak suka makan sendirian katanya, dan ia curiga nanti kau justru tidak akan makan malam dan tenggelam dalam kasus, tapi ia tidak segera kembali. Kupikir ia makan bersama anda.”

Siwon terdiam, terpaku di tempatnya. Jadi, saat Kyuhyun muncul di belakangnya itu, ia hendak mengajaknya makan malam?  Siwon tertawa miris dalam hati, justru sebaliknya yang terjadi, ia yang meninggalkan Kyuhyun dan kini sang detektif bahkan melewatkan makan malamnya. Siwon melirik jam tangannya, sudah jam 11 malam.

“Apa dia keluar untuk makan setelah kalian kembali?”

“Tidak, dia di ruangannya dan tidak keluar lagi. Tidak ada yang boleh mengganggunya, katanya.”

“Baiklah Wookie, terima kasih.”

Tanpa berfikir dua kali, ia segera mengambil kunci mobilnya dan berjalan cepat keluar. Semoga masih ada yang menjual sup hangat di waktu selarut ini.

***

Siwon mengetuk pelan pintu ruangan sang detektif di sebelah ruangan mereka, tak ingin mengagetkan atau mengganggu penghuni di dalamnya. Kyuhyun dengan mood buruk bisa berlipat-lipat kali lebih menyeramkan dari apapun yang pernah ia temui.

“Detektif Cho?” Mendengar tak ada jawaban, ia membuka pintu perlahan. Pandangannya berhenti pada sosok pemuda dengan rambut cokelat yang tengah tertidur dengan kepala dimeja, berbantalkan buku, kertas dan foto-foto yang berserakan dibawah kepalanya.

“Cho? Detektif Cho?” Siwon menepuk punggung pemuda itu pelan, membangunkannya.

Kedua obsidian sewarna caramel itu perlahan terbuka dengan agak sulit, Kyuhyun mengerjap beberapa kali dan berniat untuk bangkit, namun kembali menjatuhkan kepalanya di meja seraya mengerang tertahan.

Siwon mengernyit, “Lehermu sakit?” yang dibalas anggukan pelan dengan gerakan minim. “Tentu saja, siapa suruh tidur dalam posisi seperti itu. Tunggu sebentar, kupijat sedikit lehermu.”

Siwon memijat pelan leher dan pundak detektif muda di hadapannya. Kyuhyun yang masih membaringkan kepalanya di meja tampak memejamkan matanya dan mendesah nyaman.

Feeling better?”

“Hmm”

“Aku membelikanmu nasi dan sup kimchi hangat, ayo makan. Kau melewatkan makan malammu kan?”

Kyuhyun melirik foto-foto di meja di hadapannya, hendak menolak saat Siwon justru menariknya berdiri dan keluar menuju dapur kecil di lantai 5 tempat ruangan mereka berada.

“Jangan menolak, makan sekarang selagi hangat.”

Kyuhyun hanya terdiam, melirik tangan Siwon yang tengah menggenggamnya dengan ekspresi tak terbaca.

***

“Aku datang.”

Suara pintu dibuka dan teriakan sang kekasih membuat Siwon tersenyum, “Selamat datang, aku di ruang makan, love

Ada acara besar di sekolahnya yang membuat kekasihnya itu harus pulang malam. Namun karena rumah Kyuhyun jauh dan Siwon tidak tega melihat Kyuhyun yang terlalu lelah itu pulang jauh ke rumahnya sendirian, ia menawarkan Kyuhyun untuk menginap di apartemennya. Mengingat apartemennya hanya berjarak beberapa blok dari sekolah sang kekasih.

Siwon merentangkan kedua tangannya, menyambut Kyuhyun dalam pelukan dan mengecup bibir Kyuhyun singkat. Kekasihnya hanya tersenyum manis membalasnya, namun seketika ekspresinya berubah, wajahnya mengernyit heran menatap meja makan yang masih lengkap berisi makanan, terlihat belum disentuh sama sekali.

“Kau tidak makan?”

“Aku menunggumu.”

“Aku kan sudah bilang kalau jam pulangku tidak tentu. Acara kami baru selesai dua jam yang lalu” Kyuhyun melirik jam tangannya dan lagi-lagi mengernyit tidak suka, “Ini sudah hampir tengah malam.”

“Kau sudah makan?”

“Belum, sih.”

“Baiklah, kalau begitu duduk dan kita makan, aku sudah memanaskan makanannya saat kau bilang kau sedang di jalan tadi.”

Kyuhyun menggeleng kecil, “Tapi aku tetap tidak suka kau tidak makan hanya untuk menungguku, Hyung. Seharusnya kau makan duluan saja.”

Siwon hanya tersenyum kecil, menggaruk kepalanya pelan dan berbisik dengan canggung, “Sebenarnya, aku menunggumu juga karena aku tidak suka makan sendirian. Lebih baik aku tidak makan daripada menghadapi meja makan dengan segala jenis makanna dan aku disana sendirian. Mengingatkanku akan memori masa kecil yang tak kusuka.”

Kyuhyun meringis, merasa bersalah dan segera mengambil tempat duduk.

“Baiklah, ayo makan!” Kyuhyun tersenyum lebar "Tenang saja Hyung! Selama ada Cho Kyuhyun di dunia ini, Choi Siwon tidak akan pernah makan sendirian lagi.

***

Suara pintu terbuka dengan kasar mengalihkan perhatian inspektur muda itu. Choi Siwon mengangkat wajahnya dan melihat seorang detektif muda yang begitu ia kenal masuk dengan langkah terburu-buru. Melemparkan beberapa foto ke meja Siwon sedikit kasar. Jika ia tak mengenal baik pemuda itu, ia akan mengira Kyuhyun tengah marah padanya. Namun ketika dilihatnya gerak-gerik Kyuhyun, ia sadar bahwa pemuda itu tidak marah, ia hanya sedang panik, agitasi, atau mungkin frustasi. Siwon meneliti beberapa lembar foto di tangannya, namun ia tetap diam, menunggu sang detektif untuk berbicara terlebih dahulu.

“Teori kita selama ini benar. Pembunuhan terjadi di dalam, bukan di luar. Sniper dan tembakan dari gedung apartemen di seberangnya memang terjadi, tetapi bukan itu yang membunuh korban. Luka tembak pada jantungnya, jelas menunjukkan tembakan terjadi tepat dari arah depan. Namun kecil kemungkinan sniper bisa melakukannya, kecuali jika sang korban memang sedang menatap keluar, tepat ke arah apartemen di seberangnya. Tapi apa yang membuatnya melakukan itu? Ia tidak memiliki kenalan bahkan satu orangpun di apartemen tersebut. Apalagi waktu kejadian hampir dini hari, which means, tembakan sniper dan posisi korban semuanya adalah rekayasa. Seseorang. . .” Kyuhyun terdiam sejenak, kedua matanya menatap tajam rak buku di ruangan sang inspektur. Dengan langkah pelan namun pasti, ia mendekati rak tersebut.

“Seseorang apa, detektif?” kejar Siwon dengan tidak sabar, ia masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan mantan adik tingkatnya itu.

Kyuhyun tidak menjawab, hanya tersenyum dingin dan mengambil sebuah buku dari rak buku milik Choi Siwon, membuka halamannya dengan pasti.

“Detektif Cho?” Tanya Siwon dengan bingung.

Kyuhyun lagi – lagi tidak menjawab, justru menjatuhkan sebuah benda kecil berwarna bulat dan menginjaknya kasar, menghancurkannya. Ia menunduk, mengambil benda tersebut dan berjalan mendekati Siwon seraya berbisik pelan.

“Seseorang ingin aku, kau, dan tim kepolisian yang lain berfikir begitu.” Ia menunjukkan alat penyadap yang tadi telah dihancurkannya.

“Aku menemukan ini, di hari pertama kita kembali dari tempat lokasi kejadian. Kita mendapat “personel tambahan” hari itu, yang meninggalkan jejak palsu. Bukti-bukti palsu di lokasi untuk mengalihkan perhatian kita dari bukti-bukti yang sebenarnya.”

“Kenapa kau tidak langsung mengatakannya padaku?”

“Karena aku tidak tahu bukti palsu apa yang mereka tinggalkan, dan aku tidak ingin membuat mereka jadi lebih waspada jika mereka tahu, kita mengetahui bahwa selama ini informasi kita telah disadap.”

“Kalau begitu, segala pembicaraan kita terdengar oleh mereka?”

“Yang berada di ruanganmu? Ya,tapi aku tidak menemukan alat penyadap di tempat lain.”

“Astaga, itulah mengapa kau tidak pernah membicarakan hal-hal di luar informasi pembunuhan di ruangan ini? Melarang keras anggota lain membicarakan kasus-kasus lain, dan bersikeras agar aku tidak menerima tamu di ruanganku?” Siwon mengernyit, menatap Kyuhyun tajam, jika sampai terjadi kesalahan, informasi penting kepolisian bisa jatuh ke tangan orang yang salah. Dan mengingat Siwon adalah seorang Inspektur dan ketua Tim 1 Divisi Kejahatan Tindak Kekerasan, tentu saja banyak informasi penting yang keluar masuk melalui dirinya.

Kyuhyun tidak menjawab, hanya mengangguk singkat seraya berjalan pelan menuju jendela besar di belakang meja kerja Siwon. Menatap pemandangan langit sore di luar sana.

“Lalu bagaimana denganmu yang beberapa kali membicarakan kasus ini di ruanganku? Jangan katakan . . .”

Kyuhyun lagi-lagi mengangguk kecil, “Ya, aku sengaja melakukannya agar mereka mendengarnya. Beberapa deduksi yang aku berikan dan bukti – bukti yang aku temukan sengaja kubuat untuk mengikuti permainan mereka. Agar mereka menangkap bahwa kita telah terkecoh.”

Siwon terdiam, karena itulah selama ini Kyuhyun terlihat begitu teralih perhatiannya? Di satu sisi ia harus mengarahkan agar anggota tim 1 mendapat bukti yang benar – benar mereka butuhkan, sementara di sisi lain ia harus bersikap seolah-olah ia terkecoh dan mengarahkan anggota tim 1 pada bukti yang tidak seharusnya.

“Kenapa .. kau tidak mengatakannya padaku?”

Well, Someone told me that “kalau kau ingin menyembunyikan informasi dari musuhmu, sembunyikanlah informasi itu dari orang terdekatmu terlebih dahulu.”

Siwon menatap tajam Kyuhyun dengan perasaan berkecamuk, di satu sisi ia merasa dikhianati sementara di sisi lain ia mengerti mengapa Kyuhyun harus menyembunyikan informasi itu sendirian. Tapi melihat pemuda yang lebih tua darinya beberapa tahun itu harus memikul beban ini sendirian membuatnya tak suka.

“Baiklah, kau berani mengungkap ini semua. Apa kau sudah benar-benar mengetahui apa yang terjadi?”

Kyuhyun mengangguk, “Pembunuhan itu dilakukan oleh sniper, tepat dari kamar nomor 13, kamar yang berada persis di seberang kamar milik Miss Kim”

 “Tapi, bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa tidak ada yang ia kenal di gedung apartemen itu? Lalu untuk apa ia menatapnya, dan pada dini hari pula?”

“Memang tidak ada yang ia kenal tapi bukan berarti tidak ada alasan. Malam kejadian itu adalah tanggal 30 April. Hari ulang tahun mantan kekasihnya, Ichida Kyousuke. Seorang pemuda pertukaran jepang yang sempat menjalin hubungan dengannya dua tahun silam. Hubungan tersembunyi tentu saja, mengingat ia sudah menjalin hubungan dengan kekasihnya, Park Taewoon pada saat itu. Kyousuke begitu menyukai bintang, dan ia pernah berkata dimanapun aku berada, sejauh apapun kita berpisah, kita tetap menginjak bumi yang sama, di bawah langit yang sama. Ketika aku menatap langit, melihat ribuan bintang dan bulan, aku akan tersadar dimanapun aku berada, sejauh apapun jarak memisahkan, aku akan selalu ingat dan dekat denganmu. Ia menjadikannya sebuah rutinitas untuk menatap pantulan langit malam dari jendela gedung apartemen di seberangnya setiap tanggal 30 di akhir bulan, terutama tentu saja bulan April.”

“Astaga, kau dapat itu darimana?”

Kyuhyun menarik sebuah buku bersampul kulit berwarna cokelat. “Miss. Kim adalah orang yang sangat sentimental. Orang seperti ini biasanya mengabadikan momen-momen yang berharga atau meninggalkan kenangan untuknya. Diary. Dimana ia dapat menyimpan diary tanpa diketahui oleh calon suaminya?”

Siwon membelalakkan matanya, seraya berbisik “Rooftop”

Kyuhyun mengangguk, tersenyum kecil. “Ya, di satu tempat dimana ia sering menghabiskan waktunya sendirian.”

“Tapi, kenapa ia tidak melihat bintang dari rooftop saja?”

“Miss Kim memiliki daya tahan tubuh yang lemah, ia tidak akan mengambil resiko jatuh sakit dan meninggalkan pekerjaannya. Kita tahu bagaimana workaholicnya dia” Kyuhyun terdiam sebentar sebelum melanjutkan.

“Kujou Mikoto, kekasih Ichida Kyousuke saat ini, merasa cemburu dan merasa bahwa hubungan Miss Kim dengan Ichida Kyousuke belum berakhir. Ia, bekerja sama dengan calon adik ipar Miss Kim itu sendiri.”

Siwon membelalakkan matanya “Park Seung Yoon adalah adik angkat Park Taewoon. Tak ada hubungan darah diantara mereka.. Jangan katakan..”

Kyuhyun menatap siwon tajam, meski bibirnya menyunggingkan senyuman kecil, “Ya, karena ia mencintai kakak angkat laki-lakinya sendiri dan tidak rela Park Taewoon menikahi seorang wanita yang jelas-jelas pernah melakukan hubungan gelap dan masih mencintai kekasih gelapnya.”

“Astaga..” Siwon menarik nafas panjang dan mengusap wajahnya kasar. “Bagaimana dengan bukti yang dapat menjerat mereka, apa kita harus mengulang pencarian dari awal?”

Kyuhyun tersenyum dingin, “Jangan khawatir Inspektur Choi, semua sudah diatasi.”

 ***

Persidangan Park Seung Yoon dilakukan dua minggu setelahnya, sementara kasus Kujou Mikoto menjadi lebih sulit mengingat hal tersebut perlu melibatkan kepolisian jepang juga. Park Taewoon tampak terguncang dengan dalang di balik kematian calon istrinya adalah adik angkatnya sendiri yang selama ini sudah begitu dekat dengannya, dan tentu saja terguncang dengan kenyataan bahwa calon istrinya pernah memiliki dan masih mencintai kekasih gelapnya. Siwon melihat itu semua dengan perasaan berkecamuk, ia sedikit merasa bersalah karena ditengah semua kekacauan itu, ia justru merasa lega akhirnya dalang di balik kasus pembunuhan ini dapat di temukan dan mereka bisa beristirahat.

“Kita mendapatkan izin untuk meliburkan diri 4 hari ini, silahkan habiskan dengan baik. Kalian sudah bekerja dengan keras. Terimakasih. Jangan lupa laporan kasusnya segera diserahkan dan kalian boleh langsung meliburkan diri.” Ia menutup rapat terakhir di sore itu dengan anggukan singkat, yang dibalas dengan jerit kegirangan. Ia memilih untuk tetap tinggal sementara anak buahnya sudah sibuk setengah berlari keluar ruangan.

Melangkah pelan menuju detektif muda yang tengah membereskan perlengkapannya, ia berbisik pelan, “Detektif Cho, bisa bicara berdua?”

Melihat anggukan sang detektif, Siwon mempersilakannya untuk masuk ke ruangan pribadinya.

“Aku benar-benar berterima kasih padamu. Kau telah melakukan banyak, baik untuk kasus ini, maupun untuk kepolisian. Dan aku pribadi, berhutang padamu Detektif Cho” Siwon menekankan alasan terakhirnya, mengisyaratkan pada apa yang telah detektif itu lakukan terkait penyadap suara yang di pasang di ruangan sang Inspektur.

“Sudah menjadi tugasku, Sir.” Kyuhyun tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.

Siwon terdiam menatapnya. Untuk pertama kalinya benar-benar mengamati wajah detektif muda itu. Kulit putih pucatnya terlihat lebih pucat, ditambah kantung mata gelap yang menghiasi wajahnya. Dan tubuhnya terlihat lebih kurus. Tapi tetap, dibalik itu semua ia masih saja terlihat menakjubkan. Breathtaking.

Tanpa sadar Siwon melangkah mendekat, satu tangannya menangkup wajah detektif muda itu, mengelus lembut kantung mata yang menghiasinya.

“Kau, sudah bekerja dengan sangat keras. Jangan mengambil kasus baru dulu beberapa hari ini. Istirahatlah, dan makan yang cukup, jangan sampai jatuh sakit.” Ia berkata pelan, lembut, menatap kedua iris sewarna caramel yang seolah menghipnotisnya, memenjarakannya.

Keduanya terdiam. Terperangkap dalam pesona masing-masing.

Sampai suara ketukan di pintu menyadarkan keduanya.

Siwon sedikit terlonjak, terkejut dengan apa yang sudah ia lakukan, dan apa yang hampir saja ia lakukan. Selama sepersekian detik itu, ia hampir saja akan menciumnya. Mencium mantan kekasihnya.

Siwon berdeham pelan, sebelum melanjutkan dengan lebih professional, “Aku serius ketika mengatakan aku berhutang padamu. Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuan.” Ia menepuk pundak itu pelan sebelum melangkah pergi dengan cepat.

Meninggalkan seorang detektif muda yang masih mematung, dengan kedua pipi memerah.

Dan hati yang seolah diretakkan untuk kesekian kalinya.

***

Pagi itu suasana ruangan Tim 1 Divisi Kejahatan Tindak Kekerasan lebih ramai dari biasanya. Pasalnya, sang ketua Tim, Inspektur Choi Siwon, tengah memperkenalkan sang kekasih pada para anggotanya. Jessica Lee, seorang wanita muda yang cantik, pintar dan anggun. Ditambah lagi kabar yang dibawa oleh Jessica, bahwa ia dan Choi Siwon akan segera mengadakan pesta pertunangan dan sedang mempersiapkan pesta pernikahan, semakin meramaikan suasana ruangan pagi hari itu.

“Wah, Inspektur-nim.. Chukkhae!! Jessica-ssi, kau cantik sekali, pantas saja Inspektur Choi terpikat padamu” Kim Ryeowook sang maknae mengucapkan selamat dengan kedua mata berbinar-binar. Jessica menanggapinya hanya dengan senyuman malu-malu. Sementara dirinya, Choi Siwon, entah kenapa justru merasa tidak tenang, takut seorang detektif yang begitu dikenalnya datang dan mendengar kabar yang baru saja disebarkan oleh sang kekasih.

“Kalau begitu, kapan pesta pertunanganmu dan Inspektur Choi diadakan, Jessica-ssi?” tanya Lee Jonghyun, salah satu anggota Siwon yang kini tengah memusatkan perhatian penuh pada mereka berdua.

“Aku..”

Jessica baru saja hendak menjawab ketika pintu ruangan terbuka pelan dengan bunyi berdecit, diikuti seorang pemuda dengan kacamata berbingkai penuh masuk.

“Ah, ramai sekali, apa aku melewatkan sesuatu?” Cho Kyuhyun, sang detektif muda, masuk dan menatap seisi ruangan dengan pandangan meneliti. “Ah, Jessica-ssi, selamat pagi.” Ia menundukkan kepalanya singkat, menyapa satu-satunya tamu di ruangan itu.

“Cho Kyuhyun-ssi” Jessica membalas sapaan tersebut dengan senyum manis.

“Kau tidak melewatkan banyak detektif! Hanya saja, agasshi yang cantik ini baru saja memberikan berita besar! Inspektur Choi dan dirinya akan segera mengadakan pesta pertunangan dan sedang mempersiapkan untuk pernikahan mereka!” Ucap Kim Ryeowook dengan penuh semangat.

Siwon, menatap Kyuhyun dengan perasaan berkecamuk. Sementara itu, sang detektif muda hanya tampak sedikit terkejut, kedua alis matanya naik dan ia tersenyum kecil.

“Wah, Selamat pada anda, Jessica-sshi, Inspektur Choi” Ucap sang detektif.

Siwon, yang merasa jengah, hanya bisa mengusap wajahnya kasar.

“Kapan pesta pertunangannya?” tanya Kyuhyun.

“Akhir minggu, 3 minggu lagi. Bukan pesta yang besar, Siwon oppa tidak mau mengadakan besar-besaran katanya, aku harap kau datang, Detektif Cho.” Gadis itu menjelaskan dengan penuh semangat.

“Akan kuusahakan. Sekali lagi, selamat untuk kalian”

Setelah itu ruangan kembali ramai oleh pertanyaan, ucapan selamat dan rekan-rekan timnya yang berebut untuk berkenalan dengan Jessica. Siwon seharusnya merasa senang, sang kekasih begitu diterima oleh rekan-rekan satu timnya. Belum lagi dirinya yang mendapat begitu banyak pujian akan betapa cantik dan betapa beruntungnya ia mendapat calon istri seperti Jessica. Namun ia hanya bisa tersenyum kecil dan sedikit terpaksa menanggapi itu semua. Kedua matanya tak bisa lepas dari satu-satunya detektif yang ada di ruangan itu yang memilih keluar dalam diam di tengah keramaian.

***

Seharusnya ia mempersiapkan diri untuk ini. Apalah yang ia harapkan? Menaruh cinta pada sosok yang sudah memiliki kekasih. Berharap mantan kekasihnya itu mau melihatnya sekali lagi, dan mau menerimanya sekali lagi. Ia dulu yang melepaskan, kini ia yang mengharapkan.

Karma does exist afterall, and it slaps him in the face. Hard.

Tapi, kenapa ia merasa untuk kesekian kalinya hatinya diremukkan, dihancurkan?

Setetes air mata yang meluncur turun ia hapus dengan kasar. Dengan tangan sedikit gemetar, ia mengambil sebotol wine, dan wiski, mencoba melupakan.

***

Malam itu Siwon menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Ia sudah mencoba tidur sejak tiga jam yang lalu, namun entah mengapa ia sama sekali tidak bisa tertidur. Berbagai pikiran dan perasaan berkecamuk dalam dirinya, dan ia tak bisa mengendalikan pikirannya, saat berulang kali, ia kembali memikirkan satu sosok, satu nama, yang begitu ia kenal. Cho Kyuhyun.

Jam menunjukkan pukul 1 malam ketika sebuah panggilan masuk dan mengagetkannya.

Detective Cho is calling…

Siwon terdiam, Kyuhyun? Sang detektif hanya menelefonnya terkait pekerjaan, apakah ada kasus baru yang terjadi hingga ia menelefon di tengah malam begini?

Yoboseyo. . .”

 

“Inspektur Choi…”

 

Siwon terdiam sejenak, ada sesuatu dari nada suara sang detektif yang berbeda.

 

“Detective Cho? Ada yang bisa aku bantu?”

 

“Choi Siwon-ssi”

 

Bolehkah aku tanya sesuatu?”

 

“Ya? Ada apa detektif?”

 

“Kenapa pada akhirnya jadi seperti ini?”

 

“Cho?” tanya Siwon sedikit khawatir, jelas sesuatu terdengar berbeda dari Detektif Cho yang biasanya.

 

“Hyung.”

 

Siwon tercekat ketika mendengar panggilan yang dulu pernah begitu familiar di telinganya.

 

“Maaf, aku tahu kita sudah berjanji untuk menjaga hubungan agar tetap professional.. Tapi..”

 

Picture perfect memories scattered all around the floor

Reaching for the phone cause I can’t fight it anymore

And I wonder if I ever cross your mind?

For me it happens all the time

 

“Aku tahu kita sudah berjanji, aku berjanji, tidak akan mengganggumu tapi.. Bisakah kuminta keringanan? Untuk malam ini saja? Rasanya sulit..”

 

It’s the quarter after one, I’m all alone and I need you now

Said I wouldn’t call but I’ve lost all control and I need you now

And I don’t know how I can do without I just need you now..

 

“Kyu?” Siwon terdiam sejenak, merasakan kembali panggilan yang sudah begitu lama hanya bisa ia bisikkan dalam diam.

 

“Apa kau sedang mabuk?”

 

Siwon tahu dengan pasti, Kyuhyun yang sedang tersadar tak akan melakukan hal ini.

 

“Tidak.. Aku hanya minum.. Sedikit..”

 

Keduanya terdiam. Siwon tahu dengan pasti berapa banyak yang sudah Kyuhyun minum sebelum menelefonnya. Mantan kekasihnya itu sangat tidak mudah mabuk. Bagi sebagian orang, Kyuhyun mungkin masih tampak sadar dengan keadaan seperti ini. Tapi Siwon mengerti lebih dalam, untuk seorang Cho Kyuhyun, harga diri lebih penting dari apapun. Jika ia sampai merendahkan dirinya dan mengakui, menunjukkan dirinya lemah seperti itu. Entah sudah berapa botol habis ditenggaknya.

 

“I wish you were here” Bisikan pelan Kyuhyun kembali menyadarkannya.

 

“Kau minum berapa banyak?”

 

“Sedikit.. Hanya sedikit.”

 

Another shot of whiskey, can’t stop looking at the door

Wishing you’d come sweeping in the way you did before

 

“Kenapa?”

 

Guess I’d rather hurt than feel nothing at all..

 

Siwon menunggu. Kyuhyun terdiam. Tapi ia jelas mengetahui alasan dibaliknya.

 

“hyung”

 

“Hmm?”

 

“Apartemen ini, tidak ada satupun yang berubah. Tapi, kenapa rasanya begitu kosong?”

 

It’s a quarter after one, I’m all alone and I need you now

And I said I wouldn’t call but I’m a little drunk and I need you now

And I don’t know how I can do without

I just need you now

 

Siwon menarik nafasnya pelan. Masih terdiam. Ketika tak ada suara lagi didengarnya dari ujung telefon sana, ia segera mematikan telfon, mengambil jaket hitamnya dan beranjak tergesa keluar rumah.

***

Siwon menghela nafas lega ketika ia menemukan bahwa nomor sandi apartemen yang digunakan Kyuhyun belum berubah. Ia melepas sepatunya, terdiam sejenak ketika ia membuka pintu dan Kyuhyun benar, tidak ada satu pun di apartemen itu yang berubah.

PRANG!

Suara pecahan kaca mengagetkan Siwon, ia kembali teringat akan tujuannya datang kemari. Kyuhyun memiliki kecenderungan untuk melukai dirinya sendiri, sengaja atau tidak sengaja saat ia tengah mabuk berat. Segera ia melepas sepatunya dan menuju sumber suara. Di ruang tengah apartemen itu, ia menemukan sosok yang ia cari. Cho Kyuhyun, tengah berdiri berpegangan pada dinding, menatap pecahan kaca, kemungkinan itu gelas, yang berada di lantai tepat di hadapannya.

“Berhenti disitu Kyu, jangan melangkah.” Siwon berkata sedikit keras, sedikit khawatir. Inilah yang membuatnya segera berangkat ketika mengetahui bahwa detektif muda itu tengah mabuk berat.

Detektif muda itu mengangkat kepalanya pelan, menatap Siwon yang kini tengah sibuk mencari kain untuk menyingkirkan pecahan kaca itu dengan setengah sadar dan pandangan yang berusaha ia fokuskan.

“Ah, welcome back home, dear” ucapnya setelah terdiam sejenak, seolah berusaha mengingat-ingat siapa kini sosok yang tengah berada di dalam rumahnya.

Siwon tertegun. Menatap lantai dengan pandangan kosong, ia tidak berkata apa-apa, hanya berdiri dan meninggalkan Kyuhyun untuk membuang pecahan kaca di tangannya. Kyuhyun masih berdiri disana, berpegangan pada dinding ketika ia kembali. Masih menatapnya, mengikuti setiap gerak-geriknya dengan pandangan yang tidak bisa Siwon artikan.

Siwon menarik nafas panjang. Untuk satu kali ini saja, tidak apa-apa kan? Hanya untuk membuat Kyuhyun merasa lebih baik. Untuk satu kali ini saja.

Siwon melangkah pelan, mengusap pelan rambut Kyuhyun seraya berkata, “Kau sudah minum terlalu banyak, love. Kita istirahat sekarang, arrachi?

“Apa aku akan bangun sendirian lagi?” Tanya Kyuhyun dengan pandangan memohon, merajuk.

“Tidak tentu saja. Aku tidak akan pergi.” Ucap Siwon dengan suara bergetar. “Kita tidur sekarang, okay?”

Kyuhyun tersenyum manis dan mengangguk. Membalikkan badan dan berjalan dengan tidak stabil menuju kamarnya. Siwon berdiri di sana, di belakangnya, menjaga Kyuhyun, seperti yang selalu ia lakukan bertahun-tahun yang lalu.

***

Ada satu rutinitas yang akan terjadi setiap kali pertengkaran besar singgah pada hubungan mereka. Pertengkaran besar yang terjadi akan diikuti Siwon yang meninggalkan apartemen dengan  membanting pintu dan Kyuhyun yang menatapnya dengan pandangan terluka. Siwon akan butuh waktu untuk menenangkan diri dan Kyuhyun, ditinggalkan dengan perasaan bersalah, memilih untuk mengalihkan perhatiannya pada wine.

Kyuhyun memiliki kecenderungan untuk melukai dirinya sendiri saat mabuk berat. Sengaja atau tidak sengaja. Kyuhyun pernah dengan cerobohnya keluar rumah saat mabuk yang berakhir pada dirinya terserempet kendaraan bermotor hingga masuk Rumah Sakit, beruntung luka yang ia alami tidak parah. Pernah juga di lain waktu, Shim Changmin, sahabat dekat Kyuhyun, menelfonnya karena ia menemukan Kyuhyun yang mabuk di apartemen dengan telapak kaki yang terluka akibat menginjak pecahan kaca, jejak darah segar berceceran dimana-mana. Siwon kembali ke rumah dengan panik saat itu.

Ada dua hal yang akan membuat Siwon berlari pulang setelah dirinya merasa tenang. Telefon dari Kyuhyun, atau telefon dari seseorang tak dikenal yang mengabarkan keadaan kekasihnya. Siwon tak pernah suka keduanya. Tetapi tetap saja, ketika pertengkaran besar terjadi dan Siwon kehilangan kendali, siklus itu akan kembali berulang. Seperti pada saat ini, lagi-lagi Siwon berlari cepat dengan khawatir ketika ia mendapat telfon dari Kyuhyun, Kyuhyun yang tidak berkata apa-apa, hanya terisak pelan di ujung sana.

Siwon yang sudah menenangkan dirinya tak akan mungkin tega melihat Kyuhyun menangis. Air mata Kyuhyun adalah satu hal yang begitu ia benci. Karena itu, ketika ia membuka pintu dan melihat Kyuhyun yang terdiam, menekuk lutut di sofa seraya menangis pelan, ia segera membawa Kyuhyun dalam pelukannya. Memeluk Kyuhyun erat, seraya merutuk dirinya sendiri dalam hati kenapa ia sampai membuat kekasihnya merasa seperti ini. Ketika dirasanya sang kekasih sudah mulai tenang, ia melepaskan pelukannya, seraya menghapus sisa-sisa air mata di wajah putih pucat Kyuhyun.

“Ah, welcome back home, dear.” Kyuhyun berbisik pelan.

Siwon menatapnya dengan ekspresi tak terbaca, kemudian tertawa kecil. Kyuhyun akan selalu mengucapkan hal itu setiap kali Siwon kembali ke rumah setelah pertengkaran besar mereka. Kyuhyun akan mengucapkannya ketika ia sudah merasa lebih baik. Tak pernah ada kata maaf yang terucap dari bibir keduanya setiap kali pertengkaran terjadi. Kembalinya Siwon ke rumah dan ucapan selamat datang Kyuhyun seolah sudah mewakili perasaan menyesal keduanya. Dan apapun itu yang mengawali pertengkaran ini, akan dibahas di lain hari saat keduanya sudah lebih tenang dan bisa berfikir jernih.

Ia mengusap pelan rambut Kyuhyun dengan sayang, dan menempelkan dahinya dengan dahi sang kekasih seraya berkata, “Kau sudah minum terlalu banyak, love. Kita istirahat sekarang, arrachi?”

“Apa aku akan terbangun sendirian nanti?” Tanya Kyuhyun dengan merajuk.

Siwon tertawa lepas “Tidak, tentu saja. Aku tidak akan pergi lagi. Kita tidur sekarang, okay?”

Kyuhyun ikut tertawa dan mengangguk. Pertengkaran besar mereka selalu berakhir seperti itu, Siwon yang mengajak Kyuhyun istirahat dan Kyuhyun yang memastikan bahwa Siwon tidak akan pergi. Selalu. Meskipun keduanya sudah sangat hafal apa jawaban yang akan di berikan oleh kekasihnya. Seolah mereka berdua saling ingin memastikan bahwa pertengkaran mereka memang telah berakhir, dan semuanya akan baik-baik saja.

***

Kyuhyun terbangun dengan kepala berdenyut dan berputar hebat. Ia pasti mabuk berat semalam, sampai-sampai tak ingat sedikitpun apa yang terjadi padanya. Meski begitu, jika ia memejamkan mata, ia masih terbayang mimpi yang menghampirinya. Tentang Siwon. Bagaimana pria itu kembali pulang ke apartemen ini dan menjaganya, menemaninya. Ia tertawa miris, justru mimpi tentang orang yang menyakiti hatinya lah yang membuatnya tidur nyenyak semalam.

Sedikit terduduk, ia meraih segelas air yang biasa ia taruh di meja nakas di samping tempat tidurnya. Namun bukannya segelas air, jsustru secangkir honey-lemon-tea hangat yang ia dapatkan, beserta pil aspirin untuk meredakan nyeri kepala, dan secarik kertas kecil.

 

Jangan mabuk berat lagi, kau membuatku khawatir. Take care.

 

Kyuhyun terdiam. Pandangannya kosong, tangannya tak sadar meremas kertas kecil berukirkan tulisan tangan yang begitu dikenalnya.

Itu bukan mimpi. Siwon benar-benar ada disana, malam itu.

Ia mengambil ponselnya, dengan tangan bergetar ia mengirim pesan singkat.

Hyung, aku harus mengurus sesuatu. Bisakah kau membantuku?

***

Siwon tahu ini salah, tapi ia tak bisa memungkiri bahwa ia tak ingin berada disini, di tengah pesta pertunangannya sendiri. Kedua pasang matanya sibuk mencari sosok detektif muda yang kehadirannya belum juga terlihat.

***

Hujan deras mengguyur kota Seoul sore hari itu. Sedikit dingin, namun tetap menyejukkan. Siwon mengedarkan pandangannya pada halaman Green Leaf Cafe, dimana –sesuai namanya- semak hijau dan beragam tanaman berbunga dapat terlihat memanjakan mata. Dari jendela yang terbuka tepat di sampingnya, samar-samar aroma menyejukkan hujan itu membawa nostalgia. Petrichor. Kyuhyun yang memberitahunya beberapa tahun silam.

Ia mendesah dan melirik jam di pergelangan tangannya. Terlambat 30 menit dari jadwal yang dijanjikan. Sedikit khawatir, bukan kebiasannya untuk datang terlambat. Tapi, bukan kebiasannya juga, setidaknya sejak mereka bertemu kembali sekitar 8 bulan yang lalu, untuk mengajaknya bertemu di luar. Mereka berjanji untuk menjaga profesionalitas, dan itulah yang mereka lakukan. Segala urusan di selesaikan di kantor, atau di TKP, atau dimanapun yang berkaitan dengan pekerjaan. Kyuhyun begitu strict dalam hal yang satu ini. Jadi ketika pesan singkat itu singgah di ponselnya di satu pagi beberapa hari yang lalu, ia heran juga. Dan, khawatir.

From : Detective Cho

Number : 010-4758-xxx

Are you free on Wed? Do you mind if we meet at Green Leaf Café at 4 p.m?

Suara pintu café yang terbuka membuyarkan lamunannya. Disana, seorang pemuda berkulit putih pucat, dengan kacamata full-frame berwarna cokelat tua tengah menyimpan payungnya. Coat cokelat tua yang dikenakannya tampak basah di beberapa sisi, begitu pula rambutnya. Siwon ingin tertawa melihatnya, hanya dialah yang memakai payung namun tetap dapat kehujanan dan basah disana-sini. Tidak berubah. Jika hatinya kembali berdesir saat memori itu melintas, Siwon mencoba untuk tidak menanggapinya.

Siwon mengangkat tangannya sedikit, tersenyum kecil ketika pergerakannya ditangkap pemuda itu, yang kini berjalan ke arahnya. Siwon terdiam mengamati. Pertama kali mereka bertemu, ia seolah masih dapat membaca pemuda itu sejelas buku yang terbuka. Sama seperti dulu, ketika mereka masih berhubungan. Tapi waktu berjalan, seseorang berubah. Pemuda itu jelas menjadi sosok yang lebih dewasa menghadapi masalah, tapi seiring waktu, ia tak lagi mampu membacanya. Sama seperti saat ini, kedua mata cokelat itu menatapnya tanpa ekspresi.

“Maaf, ada kasus yang harus aku selesaikan dahulu. Sudah lama disini?”

Siwon menatap pemuda yang kini memilih untuk duduk, tanpa melepas coat nya. Sepertinya pertemuan ini akan selesai dengan cepat.

“Aku pesankan Honey Lemon Tea saat kau bilang akan sampai, mungkin sebentar lagi datang.” Siwon, tidak menjawab pertanyaan sebelumnya, justru mengalihkan pembicaraan mereka. “Itu akan menghangatkan badanmu. Minumlah banyak madu, meningkatkan daya tahanmu ditengah cuaca seperti ini” Siwon mengernyit sedikit, teringat betapa dahulu pemuda di hadapannya ini begitu mudah jatuh sakit.

“Oh.”

Pemuda itu terdiam, termenung menatap keluar jendela. Seolah sedang sibuk dengan entah apa yang ada di pikirannya. Dan Siwon, ia tak berani mengusik, hanya bisa menatap sosok pemuda yang pernah begitu menarik perhatiannya. Mungkin masih, jika Siwon tidak mati-matian menjaga perasaannya. Dan berkali-kali mengingatkannya bahwa ia memiliki Jessica, kekasihnya yang begitu mencintainya dan tidak pantas untuk dipermainkan.

Keduanya terdiam. Hening. Sampai seorang pelayan datang mengantarkan secangkir Honey-Lemon-Tea dengan uap masih mengepul diatasnya.

Detektif muda itu meminum pelan, membiarkan kehangatan mengaliri tubuhnya. Sebelum memulai berbicara.

“Aku..” ia berdeham sedikit, mengenggam cangkir dengan kedua tangannya, “Sebelumnya aku belum mengucapkan langsung padamu, maaf karena tidak bisa hadir. Selamat untuk pertunangan kalian. Aku dengar kalian sudah memutuskan tanggal pernikahan?”

Siwon terdiam. Tanpa sadar mengalihkan pandangannya yang sedikit mengeras.

Sakit.

Entah kenapa.

“Terima kasih.” Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan, dengan suara lebih pelan. “Tidak juga. Belum disebarluaskan. Jess hanya merasa menemukan tanggal yang tepat.”

Seolah sedikit fakta itu begitu penting untuk disampaikan. Apa susahnya mengatakan ya, tanggal pernikahan kami sudah ditentukan?

Siwon menarik nafas dalam, mencoba menenangkan emosinya yang entah kenapa mulai sedikit tidak stabil.

“Ah ya.. Tetap saja.” Kyuhyun bergumam pelan. Dan mereka kembali terdiam.

Siwon mengamati pemuda di hadapannya, yang kini tampak gelisah. Beberapa kali mengernyitkan dahi, seolah memikirkan kata yang tepat untuk disampaikan.

“Aku” pemuda itu bergumam ragu, sebelum melanjutkan dengan sedikit lebih keras, “Aku akan pindah.”

Hati Siwon berdenyut sakit.

Apa?

Kyuhyun menarik nafas dalam, dengan suara lebih yakin ia melanjutkan, “Mungkin pindah kota, atau bekerja sama dengan kepolisian pusat. Tapi tidak lagi disini.”

Siwon tertegun, begitu ingin ia mencegah kepergian pemuda itu. Tapi tak ada kata yang mampu terucap, memang dia siapa? Apa haknya?

“Kenapa?” satu kata itu terucap begitu saja, tanpa ia sadari, tanpa ia bisa cegah.

Pemuda di hadapannya tersenyum kecil, sedikit miris, “Kau tahu kenapa.”

Siwon mengernyit. Apakah karena dia? Apa yang ia lakukan? Terakhir kali mereka bertemu mereka masih bekerja sama dengan baik, apa karena malam itu?

“Tidak, aku tidak tahu.” Balasnya singkat. Jika Kyuhyun menyadari nada suaranya berubah, sedikit lebih keras, lebih agresif, nada lebih tinggi, dan mungkin, sedikit marah. Ia tidak menunjukkannya.

Kyuhyun menarik nafas panjang sebelum menatapnya dalam. Sekali lagi menguncinya dalam lautan iris sewarna karamel, namun kali ini, pemuda itu tampak lelah. “Aku yakin kau tahu. Bahwa aku .” ia terdiam sejenak, “Bahwa aku belum bisa melepasmu, Inspektur Choi. Ani,” ia menggelengkan kepalanya kasar, “Siwon Hyung.”

“Kita sudah berjanji untuk melakukan semuanya secara professional, tapi tidak bisa seperti ini. Tidak bisa jika aku masih, ya, masih sangat mencintaimu, hyung. Aku yakin kau bisa melihatnya, kau hanya memilih untuk tidak percaya.” Ia tersenyum miris, “Kau akan segera menikah, dan aku benar-benar mendoakan untuk kebahagiaanmu. Karena itu, ada baiknya kita menjaga jarak. Karena jika tidak,” Kyuhyun menarik nafas dalam. “Karena jika tidak, aku tidak tahu seberapa jauh perasaanku akan tetap bertahan, dan aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan. Mungkin, mungkin saja, di satu waktu. Aku dapat mencoba merebutmu dari calon istrimu. Tapi aku berharap aku tidak segila itu untuk melakukannya, karena itu. Karena itu, mungkin ada baiknya jika aku tidak disini.”

Siwon tercekat, tak sanggup untuk mengatakan apapun. Terlalu terkejut. Ia tidak mengharapkan kepindahan Kyuhyun akan diikuti dengan pernyataan cinta. Kyuhyun benar, ia selalu tahu, selalu melihat pemuda itu masih menyimpan perasaan terhadapnya. Tapi untuk mendengarnya langsung dari bibir pemuda itu membuat segalanya berbeda, jantungnya berdegup cepat.

Apakah mungkin sebenarnya,  ia masih cinta?

Tapi kenapa waktu tidak mengizinkan mereka bersama?

Ia hanya bisa menatap punggung sosok yang begitu dikenalnya itu perlahan menjauh.

Feelings won’t leave you forever. They just stay locked at the darkest place deep inside your heart, waiting for someone to come and set them free. Once again.

 


a/n: This is not the end! God, like I could end this fic with this kind of cliffhanger. I do have written the very end of this fic, but still haven't write the road to get there. I was planning to post this only when I've finished it, since it's supposed to be a one-shot. But guys, do you know how much your comments make me ecscatic? It's been a while since I'm writing again, it's been years. So yeah, your enthusiasm towards this when it's only the foreword I had posted, made me want to post this as soon as possible. But yeah, since I'm on my way to write and make the final chapter, please be patient.. tehee~
Anyway, I would like to thank you for all your support towards my fic, believe me when I say that it was because of your comments and your never-ending support that I tried once again to write.. So, see you again :)

PS: Do you mind to leave some reviews? what do you think about this? Your comments always made my day and motivate me to write more xD #shameless me is shameless

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
queenie2975 #1
Chapter 1: English subtitle please
kyuona #2
Chapter 4: Meski sad ending tpi ini cerita keren.. Thanks buat ff nya authornim...
gyu1315 #3
Chapter 4: Kenapa sad ending.........
Aku baru baca ff ini dan sad ending.....
;;;;;;_;;;;;;
cath260797 #4
Chapter 4: Author knp hrs sad ending :((((...... gak ada sequalnya chingu???? Sedih bgt.. please sequal jd happy end :(
LienaQyu #5
Chapter 4: Eh,,, Kyu.nya meninggal??
terus WonKyu gmna?? seq.donk!!!!¡¡¡:-)
DesvianaDewi #6
Chapter 4: kok gini????? gak elit banget siiih.. -_- gak ada ide yaa????
DesvianaDewi #7
Chapter 3: kyunnie kecelakaan??? ayooooo lanjuuuutt gece wkwkek
meeKayla #8
Chapter 4: Eeeh kok gini??
Malah makin ga bisa komen ini
meeKayla #9
Chapter 3: Kirain ini belum lanjut. Akuuu nungguu lamaaaa banget rasanya. Eeh ternyata akunya yang ga punya notif tuk ff ini. Aku msh blm konsen komen. Heee
Mian mau lanjut baca next chap dlu. Ga sabar
JengDevy #10
Chapter 4: Haaa...
udah author.
Trus how about kyuuuuu??