viii. she shouldn't have interested

for us, there is only one wish
vIII
// SHE SHOULDN'T HAVE INTERESTED.
JEON WONWOO ; KIM JIHO
SEVENTEEN ; OH MY GIRL
FANTASY!AU (x)
142802929838537370divider.png
 
"Kalian dapat teori darimana tentang nymphs di hutan ini?"
Bahkan sebelum Jeon Wonwoo sempat membuka mulut untuk mengutarakan pendapatnya, salah satu dari temannya itu sudah angkat bicara mendahuluinya. Ia memutar mata, masih tak percaya dirinya ikut bersama dengan kedua belas karibnya yang lain—berkemah di tengah hutan seperti ini, sebuah kawasan yang terpencil, dengan hewan liar di luar sana yang mungkin tengah mengintai keberadaan mereka dan tanpa adanya koneksi internet maupun jaringan telepon. Aish, jinjja. Pemuda ini pun meruntuk untuk kesekian kalinya, bukan hal yang aneh pula jika beberapa kalimat umpatan terselip dari bibirnya sementara karibnya yang lain sibuk dengan peralatan mereka—kamera, cam recorder, dan apapun itu yang lainnya.
Mingyu, yang notabene adalah sahabat terdekatnya, menepuk pundak anak laki-laki ini dengan seringai lebarnya. "Harusnya kamu percaya saja, Wonwoo-ya," embel-embel Hyung yang seharusnya ada pun, diabaikannya. Dan sejujurnya, ia bisa saja percaya kapan pun—terlebih ketika nymphs yang kerap kali jadi perbincangan ini menampakkan wujud di depannya. Ia bukan pecinta hal-hal fiksi, apalagi fantasi yang menurutnya tak nyata dan tidak logis. Teori apa yang dapat membuktikan keberadaan makhluk-makhluk aneh itu? Ha, tidak ada. Mungkin Jeon Wonwoo terlalu logis, terlalu berpikir jernih, namun beginilah ia adanya—berbeda dengan karibnya yang lain, yang bahkan masih percaya dengan adanya Santa claus, hingga Gumiho di era sekarang ini.
"Iya, terserah. Kalau kalian dapat tunjukkan padaku buktinya," tangannya mendorong anak laki-laki itu menjauh, menyuruhnya untuk bergabung dengan yang lain. Punggungnya disandarkan pada tumpukan kayu pinus yang diletakkan di belakangnya, pandangannya masih menatap lurus pada percik api yang ditimbulkan api unggun yang baru saja Soonyoung buat. Samar-samar, ia mendengar suara teman-temannya itu menjauh, meninggalkannya sendiri bersama perlengkapan perkemahan mereka, sebuah mobil caravan, dan api unggun untuk menghangatkan tubuh. Ini lebih baik untuknya, ketenangan ditambah dengan aroma pohon pinus dan tanah yang terbasahi oleh air hujan—
........sejenak saja, ia akan tidur.
 
***
 
Jiho kamu harus ingat, manusia itu membahayakan kita.
Iya, dia tahu.
Jiho kamu tahu, jangan terlalu tertarik pada mereka.
Iya, dia pun tahu tentang ini.
Langkah kecil-kecilnya tetap menimbulkan bunyi gemersak dedaunan. Semula, ia hanya memandang mereka dari kejauhan—mengikuti para gerombolan manusia itu dari balik pinus dengan suara Hyojung yang terus menerus menekikkan telinganya. Jiho, kamu jangan gila! Itu yang terakhir kali ia dengar, sebelum nymphs yang lainnya pun ikut berhenti memperingatinya. Mungkin mereka sudah lelah—dengan kelakuannya setiap kali para manusia itu datang berkunjung, atau mereka semua melarikan diri ke dalam hutan daripada ditemukan oleh manusia. Tidak semua dari mereka itu berhati baik, tidak jarang pula Jiho mendengar beberapa mengatakan : kalau aku menemukan seekor nymphs aku akan jadi kaya raya atau apakah mereka berbahaya? ataukah mereka bersahabat? atau bahkan bagaimana kalau kita masukkan museum?
(Apa itu museum? Jiho tidak mengerti.)
Namun yang kali ini, ia merasakan sesuatu yang berbeda dari gerombolan manusia itu. Mereka sungguh tertarik akan nymphs, membicarakannya setiap langkah, menggunakan obyek-obyek aneh yang dapat mengeluarkan cahaya yang menyakitkan matanya setiap kali berbunyi click! Apapun itu namanya, Jiho tahu ia harus menghindarinya jika tidak ingin ditemukan. Sayangnya, diatas semua itu ada satu yang membuatnya tertarik—seorang dari mereka bahkan tidak percaya sedikit pun akan nymphs sepertinya. Seiring waktu, Jiho juga menyadari bahwa sosok manusia ini tidak percaya akan mereka. Sampai-sampai nymphs muda ini ingin berteriak sekuat hatinya : Golem itu hidup, tahu! Mereka kalian jadikan pemukul, mereka kesakitan, tahu!
Satu langkah.
Dua langkah.
Tiga langkah, lalu berhenti.
Kini, ia berhadapan dengan sosok yang memejamkan mata itu. Jiho pun berjongkok di sebelahnya, mengamatinya lamat-lamat. Tidur, ya? Sayangnya, ketika ia berniat untuk bangun, sepasang iris berwarna hitam kelam itu menatap ke arahnya—meninggalkan dirinya panik, tidak bisa bergerak maupun berkata-kata.
Hyojung!
 
***
 
Satu hal yang akan selalu mengusik tidurnya, ketika penciumnya mendegar wangi yang tak biasa. Kali ini, ia mampu mencium wangi mawar seperti milik ibunya—di tengah hutan seperti ini, yang mana sedari dua hari yang lalu ia hanya mencium wangi air hujan, ramyeon yang diseduh, angin yang membawa wangi pinus. Ini bahkan bukan pertama kalinya ia mencium wangi yang sama, beberapa kali selama perjalanannya—wangi mawar yang sama samar-samar berhasil ditangkapnya. Namun, tak seorang pun dari teman-temannya nampak menyadari akan hal ini, seolah hanya Jeon Wonwoo seorang yang menyadarinya. (Ah, ia merasa ia sudah gila—atau mungkin ini yang disebut homesick?)
Maka, Wonwoo pun membuka mata, mencoba memastikan apapun itu di sekitarnya. Ia tidak berharap menangkap sosok hewan liar, beruang atau singa atau seringala, dan juga tidak berharap melihat arwah ataupun sejenis yang kerap kali ditakutkan Seungkwan sebelum tidur. Namun yang dilihatnya justru hal yang bertentangan—wangi mawar itu masih tersisa, bersamaan dengan refleksi seorang gadis berambut hitam kelam sepunggung dengan warna gaun senada dengan mawar merah terlukis jelas di depannya. Percayalah, jika ia adalah Seungkwan, saat ini ia sudah memekik histeris dan menyangkanya hantu. Akal sehatnya pun menanggap sangat mustahil ada seorang gadis berkeliaran di malam hari, di tengah hutan seperti ini.
(Hanya orang bodoh, yang berlaku demikian. Benar bukan?)
"Tunggu!"
Tangannya dengan cepat menahan sosok itu untuk pergi. Alisnya berkerut untuk memastikan sekali lagi apa yang dilihatnya itu adalah sosok yang nyata dan bukanlah khayalan belaka. "Kamu mengikuti kita berhari-hari, kan?" jawabnya. Iya, wangi mawar ini adalah wangi yang sama dengan yang mengusiknya selama berhari-hari, sesuatu yang tidak pernah ia katakan bahkan pada Mingyu sekalipun. "Nymphs?" Wonwoo kembali berujar, ketika menemukan sosok menyerupai seorang gadis—sosok manusia sepertinya itu seakan hendak melarikan diri darinya. Dan benar apa yang diduganya, gadis itu mungkin adalah nymphs atau sesosok makhluk fiksi yang dipercaya karibnya.
Sosoknya tidak menjawab, tidak memberikan kepastian apapun kepadanya.
Namun ketika cengkraman tangannya dilepaskan, gadis nymphs itu tersenyum kepadanya—seolah mengiyakan. Angin malam berhembus kuat sesaat setelahnya, membuat api unggun yang menyala terang pun mati secara mendadak dan membuat pemuda ini menutup matanya menghindari debu dan dedaunan yang tengah bertebaran. Situasi ini tak berlangsung lama, hanya sekian detik dan ketika ia kembali membuka matanya, sosok yang semula dilihatnya itu seolah menghilang. Habis lenyap, seperti tertiup oleh angin yang baru saja datang dan pergi secara mendadak, mengejutkannya.
Nymphs sungguh nyata—satu dari mereka bahkan mengikutinya.
Yang Jeon Wonwoo sadari, ketika ia hendak berdiri dan mencari tahu lebih lanjut tentang nymphs yang menghilang itu, di dekat kakinya tergeletak sekuntum bunga mawar.
 
Mawar merah,
 
***
"Nymphs?"
Ketika angin kuat itu berhembus, Jiho tahu apa artinya.
Setelah kemarin Joohyun menghilang—tulip nymphs—itu, kini adalah gilirannya karena bertindak secara gegabah. Benar memang, apa yang dikatakan Hyojung, untuk tidak terlalu tertarik kepada para manusia sebab itu akan membahayakan mereka. Benar memang, ketika ia terlalu sering mengamati anak laki-laki ini, maka saat itu pun nasibnya juga akan berakhir sama seperti Joohyun. Perjanjian yang mereka buat, perjanjian para tetua nymphs lainnya : jangan sekali-kali menunjukkan rupamu kepada manusia atau kamu akan mati—sekarang, waktunya. Joohyun yang tidak sengaja membantu salah satu dari petualang itu, dan Jiho yang terlalu tertarik akan mengikuti para manusia ini.
Ia memejam, merasakan sebagian dari tenaganya mulai hilang dari hadapan anak laki-laki yang kini memejamkan matanya itu.
Maaf ya, Hyojung. Maaf, teman-teman.
Hanya itu yang mampu terpikir olehnya sebelum tenaganya benar-benar habis lenyap.
Ia, Jiho, hanyalah mawar merah—dengan sebagian kelopaknya yang tercabik di atas dedaunan.
 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
yvnhyeong
i really want to thank you all who subscribe to this story. thank you for dropping by to read them too. ♡

Comments

You must be logged in to comment
ara2712 #1
Chapter 7: huwooo unyubet dah mas mark kalo lagi cemburu wkwk wenmark lagi doong
ontaewoo
#2
Chapter 7: AHEHEHEHEEHEHHE CUBANGS CUNGETTTT INI SHANNN MAKASIH YAAAAAA HEUHEUEHEUHEUEHEUUE WUV U WUV U <33333 KAPAN KAPAN LAGI BOLEH BANGET NIH :3
yeoksidaw #3
Chapter 2: GEMEZ BANGET SIH MINO YAWLA KAK SHANNNN~!!
Mino buat aku aja kalo sama chaeng cuma temenan yha...
joyphile #4
Chapter 4: "Kamu kan kelihatan gampang diculik," yawla kak shan minta diblock dari kehidupan aku banget ya emang. Mingyu jadi anak futsal pula
joyphile #5
Chapter 3: Kak shan ini ya bisa banget ngacak2 hati adek. AKU BISA GILA BACA GINIAN DOANG MANA BACA JAM SEGINI KAN SALAJ TAPI AKU SUKAAAAAA LANGSUNG KEBAYANG JISOO DI MV CHOCOLATE. Ditunggu kak bintang x kak shan nya ya
17x10love #6
Chapter 1: Ayaaaanggggg bagus sekali aku terharu huhu ini bagus I can feel mijoo pas digituin mukanya pasti merah tapi masih sebel sebelan awww aku suka makasiiihhhh <33333
gorgeousmaknaes_ #7
Yaampun aku baru tau kamu ternyata orang Indo >< aku suka fic-fic kamu yang pernah dibuat ! Semangat ya bikin fic nyaa
PinkBerries
#8
yeayyyy omg aku harap kau membuat kaieun