vi. reckless behavior

for us, there is only one wish
vI
// RECKLESS BEHAVIOR.
KIM HANBIN ; OH HAYOUNG
IKON ; APINK
FLORIST!AU
SIBLINGS!OH
142802929838537370divider.png


Gemerincing bunyi lonceng ketika pintu toko bunga itu dibuka menyambut kehadiran sosok remaja dua puluh tahun itu. Wangi berbagai bunga yang bercampur, dibarengi dengan tanah dan air dengan segera menyeruak masuk ke dalam indera penciumnya. Kim Hanbin, pemuda itu, masih berdiri di sana begitu menutup pintu—dengan kedua tangan yang dijejalkan masuk ke dalam saku jeans belel biru tua yang ia kenakan. Binernya beredar sekilas, mencari sosok yang biasa melayaninya setiap kali berkunjung ke toko bunga ini. Tak banyak, pengunjung yang mengenal toko ini, bukan hanya karena tempatnya yang agak jauh dari pusat kota namun juga karena posisi toko itu sendiri yang berada di ujung jalan buntu. Namun, entahlah, ada sesuatu yang membuat Hanbin selalu lagi-lagi berakhir berkunjung ke sini.
"Oh! Kamu lagi,"
Dari balik ruang kaca di mana bunga-bunga ditanam, sosok seorang gadis dengan rambut coklat ikal melebihi pundak itu menyapanya dengan senyum hangat terpatri di wajah. Lantas, pemuda ini mengusap tengkuk—kata yang diucapkan sang anak gadis `lagi` membuatnya terdengar seperti sering sekali berkunjung. Sekalipun benar adanya, ini sudah kali kesekiannya nya dalam  tiga bulan untuk mengunjungi tempat ini. Pertama, adalah ketika ia disuruh mengambilkan pesanan bunga Junhwe. Kedua, dimana ia kembali untuk membelikan lima puluh tangkai mawar dalam hand bouquet untuk ultah ibunya. Dan ketiga, alasannya mulai terdengar tidak masuk akal. Bahkan Jiwon hyungnya itu sampai tertawa melihat bunga-bunga kering berjajar di kotak dalam kamarnya.
(Siapa yang tidak tertawa, ketika mendengar seorang Kim Hanbin yang biasanya urakan—menghabiskan waktu di tempat skateboard di siang hari, lalu ikut balap liar sepeda motor malamnya, tiba-tiba saja tertarik pada bunga? Bahkan, ia sampai repot-repot membuat herbanium. Percayalah, Hanbin sendiri pun tidak percaya dirinya bisa berubah sifat dan hobi secepat ini, sekilat ini, dan segila ini, kawan. Jujur saja, yang menjadi penyebabnya mungkin adalah kali pertama pertemuannya dengan sosok gadis Oh itu, yang mengacuhkannya selama sepuluh menit sejak kedatangannya untuk bermain dengan air siraman bunga.
Menurutnya kali itu, sang gadis terlihat... mena—ah, ngomong apa kamu, Hanbin.)
"Ah, aku hanya datang untuk pesanan temanku," dalam arti, ia sendiri yang memesan atas nama Jinhwan hyung, dan membuat semuanya seolah menjadi teman seapartemennya itu tidak dapat hadir karena sibuk. Gadis bernama Oh Hayoung itu segera menganggukkan kepalanya, "Pesanan lavender rose, benar 'kan?" Hayoung memastikannya sekali lagi. Ia pun segera kembali ke belakang, mengambil hand bouquet yang telah diselesaikannya pagi tadi. Bunganya berat, lima puluh tangkai sendiri—yang bahkan membuatnya kesulitan ketika harus berjalan untuk menyerahkannya pada putra Kim di depannya itu. "Pembayarannya juga sudah selesai. Silahkan," ucapnya ketika rangkaian bunga itu berpindah tangan sambil menginspeksi kembali rupa dan pitanya supaya terlihat sempurna.
"Hmm, terima kasih."
 "Tidak jadi masalah," Toh, bagi Hayoung, ini adalah pekerjaan tetapnya sebagai seorang anak florist. Kewajiban dan tanggung jawab untuk melayani para pengunjung, memastikan semuanya tetap sesuai dengan pesanan, dan tentunya untuk menjaga nama baik toko mereka. Kalau Oh Sehun yang disuruh menjaga toko, bisa-bisa kakaknya itu justru sibuk dengan ponsel atau tertidur ketika pelanggan datang. Kan? "Temanmu..." Sesuai yang dikatakan Hanbin di telepon padanya, katanya pesanan temannya. "—romantis ya, lavender rose ini punya makna yang sangat spesial," putri Oh itu berucap, senyum tipis kembali terpatri di wajah.
"O, oh... ya...? M, masa—sih?"
Kim Hanbin dan romantis dalam satu kalimat, Tuhan pasti tertawa mendengarnya.
Pemuda Kim ini mungkin terkenal dengan label tak pernah menyerah, bergaya berandal, anak nakal yang tak bisa diatur—apapun itu nama lainnya, sebutkan saja semua yang kamu berhasil pikirkan. Tapi tak pernah sekalipun kata romantis terlontar dari bibir orang lain, hanya ibunya yang pernah berkata demikian. "Iya, lavender rose punya arti yang sangat dalam... Apa temanmu akan menyatakan cin—" Kalimat yang belum selesai itu dibiarkan menggantung, terlebih karena rangkaian bunga itu kembali disodorkan kepadanya. Hayoung mengerjabkan matanya, seolah mengatakan apa? kepada Hanbin.
"...hng?"
Bingung, yang ada saat ini. Ia bahkan tidak melewatkan ujung telinga putra Kim itu yang kian memerah seiring berjalannya waktu. Seperti kakak laki-lakinya itu, jika sedang malu pasti telinganya akan memerah dengan sendirinya. Hng, sebentar—untuk apa seorang Hanbin malu di depannya? Itulah yang ada dalam benak sang anak dara. "Buat kamu," yang maksudnya adalah lavender rose itu sendiri. "...kenapa untukku?" timpal Hayoung, kerut di keningnya semakin terlihat jelas sekarang. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang, apalagi karena ia adalah seorang florist dan nampaknya baru saja diberi bunga oleh... seorang pelanggan?
(Katakan padanya ini tidak aneh, tolong.)
"Kamu simpan bunganya," ujar Hanbin lalu berdeham. "...ini juga," Tangannya kemudian di keluarkan dari saku jeans, dengan tiket bioskop yang diletakkan di atas rangkaian bunga dalam dekapan sang dara. Sementara Hayoung masih sibuk berpikir mengenai apa yang baru saja terjadi itu, Hanbin sudah memutar badannya—lagi-lagi mengusap tengkuk (dan ujung telinganya masih merah, tentu saja). "Aku tidak terima jawaban tidak. Kutunggu nanti malam," bahkan sebelum Hayoung membalas tawaran itu, pemuda Kim itu sudah melesat keluar dari toko bunga keluarga Oh—secepat kilat, bahkan.
Di tangannya sekarang terbaca, The Divergent series : Allegiant - 18 Maret 2016 - 18.30.
(Tayang perdana, pemutaran perdana. Film itu yang dibicarakannya di telepon sekitar seminggu lalu—yang ingin ditontonnya tapi malas mengantri tiket, omong-omong.
Ini sungguh gila, apalagi karena jantungnya berakselerasi begini.)
 
 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
yvnhyeong
i really want to thank you all who subscribe to this story. thank you for dropping by to read them too. ♡

Comments

You must be logged in to comment
ara2712 #1
Chapter 7: huwooo unyubet dah mas mark kalo lagi cemburu wkwk wenmark lagi doong
ontaewoo
#2
Chapter 7: AHEHEHEHEEHEHHE CUBANGS CUNGETTTT INI SHANNN MAKASIH YAAAAAA HEUHEUEHEUHEUEHEUUE WUV U WUV U <33333 KAPAN KAPAN LAGI BOLEH BANGET NIH :3
yeoksidaw #3
Chapter 2: GEMEZ BANGET SIH MINO YAWLA KAK SHANNNN~!!
Mino buat aku aja kalo sama chaeng cuma temenan yha...
joyphile #4
Chapter 4: "Kamu kan kelihatan gampang diculik," yawla kak shan minta diblock dari kehidupan aku banget ya emang. Mingyu jadi anak futsal pula
joyphile #5
Chapter 3: Kak shan ini ya bisa banget ngacak2 hati adek. AKU BISA GILA BACA GINIAN DOANG MANA BACA JAM SEGINI KAN SALAJ TAPI AKU SUKAAAAAA LANGSUNG KEBAYANG JISOO DI MV CHOCOLATE. Ditunggu kak bintang x kak shan nya ya
17x10love #6
Chapter 1: Ayaaaanggggg bagus sekali aku terharu huhu ini bagus I can feel mijoo pas digituin mukanya pasti merah tapi masih sebel sebelan awww aku suka makasiiihhhh <33333
gorgeousmaknaes_ #7
Yaampun aku baru tau kamu ternyata orang Indo >< aku suka fic-fic kamu yang pernah dibuat ! Semangat ya bikin fic nyaa
PinkBerries
#8
yeayyyy omg aku harap kau membuat kaieun