iv. call me if you need anything
for us, there is only one wishiV
// CALL ME IF YOU NEED ANYTHING.
KIM MINGYU; JUNG EUNBI (EUNHA)
seventeen ; GFRIEND
seventeen ; GFRIEND
highschool!au
CHILDHOOD BESTFRIEND!AU
CHILDHOOD BESTFRIEND!AU
"Yakin, kamu nggak apa kalau ditinggal sendirian?"
Suara parau dan berat itu keluar dengan hati-hati dan tersendat-sendat. Tenggorokannya terasa begitu kering, badannya terasa panas, belum lagi sakit kepala yang membuat ruangan berputar. Ia benar-benar merasa tidak enak badan hari ini, setelah hujan semalam yang membuatnya bersin-bersin ketika bangun pagi tadi—sekarang giliran tenggorokannya yang mulai berulah. Oh Tuhan, Kim Mingyu sungguh benci dirinya sendiri yang sakit di saat-saat seperti ini. Bukan karena pertandingan sepak bola di penghujung minggu yang tinggal dua hari lagi, melainkan karena tidak bisa menemani anak dara Jung itu pulang hari ini. Sebab, ia sudah mendapatkan ijin untuk pulang terlebih dahulu.
"Kalau kamu kenapa-kenapa gimana, Eunhaya?"
Sementara Jung Eunbi disini, tidak.
"Kamu kan kelihatan gampang diculik," masih sempat bercanda Mingyu itu.
Gadis Jung itu adalah seorang manajer untuk klub sepak bola dimana Mingyu berada. Tugasnya hari ini adalah untuk memastikan label nama tiap anggota sudah dijaitkan di baju seragam sekolah mereka, dan juga memastikan mereka semua dalam kondisi prima untuk bertanding beberapa hari lagi. Belum lagi, ia sudah berjanji untuk hadir membantu mencatat proses latihan hari ini. Kewajiban untuk tetap tinggal, dan keinginan untuk menemani teman masa kecilnya itu—memastikannya sampai di rumahnya hingga selamat. Tahukah kamu jika ia berkontemplasi untuk memilih apa yang harus dilakukannya saat ini?
"Iya," jawab sang anak gadis dengan mantap pada akhirnya. "Gyuya tidak perlu khawatir, aku bisa jaga diri kok," jelasnya. Toh ini bukan kali pertamanya harus pulang sendiri. Rumahnya dan rumah Mingyu itu berlawanan arah, jadi setiap kali mereka pulang bersama maka Mingyu harus mengambil jalan memutar sejauh-jauhnya dan memakan waktu yang lama untuk bsia sampai ke rumahnya sendiri. Dan setiap kali itu, artinya setiap hari. Eunha sadar, Mingyu butuh istirahat. Ia harus mandiri, dan ia bisa mandiri. Jika seandainya butuh teman untuk mengantarkan pulang pun, masih ada Kim Sojung yang ketua klub atletik—sekaligus teman baiknya itu hari ini.
"Kamu pulang, sana."
Bukan mengusir, niatannya itu. Ia hanya inginkan yang terbaik untuk pemuda itu. Mingyu butuh istirahat, ia sudah banyak berlatih dan kekurangan waktu istirahat beberapa hari terakhir ini. Bagaimana caranya tahu? Tentu saja ia tahu, lihat saja lingkar mata dan bagaimana keadaan pemuda itu hari ini. Disentilnya kepala anak laki-laki Kim itu dengan susah payah, tinggi badannya itu tidak menguntungkan, memang. "Minum obat. Makan jangan lupa, aku sudah siapkan delivery bubur untukmu. Tidur juga, jangan main game." Terdengar seperti orang tua memang, tapi Eunha ini tidak mau jika Mingyu sakit... hari ini, hari besok, atau besok-besoknya lagi.
Dan sebelum melepas teman masa kecilnya itu pergi diantarkan oleh salah satu pengajar, ia menepuk pipinya pelan.
"Kalau butuh apa-apa telepon saja ya," pintanya.
Demi Kim Mingyu, ia rela bolos sekolah dan mangkir dari kewajibannya sebagai seorang manajer klub sepak bolah sekalipun.
Comments