Elysium, Center of Artemis

This is War

 

 

 

-Irene-

 

 

 

   Suasana di kereta begitu sepi. Keheningan melingkupi di antaraku dan Park Saem. Jujur saja, aku tidak pernah merasa secanggung ini. Lagipula, ke mana Park Saem akan membawaku? Sudah tiga kali kutanya, namun Lelaki itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Tentu saja hal ini membuatku penasaran.

   "Park Saem, jawablah pertanyaanku!" Pintaku sekali lagi.

   Park Saem menatapku. Untuk beberapa detik, hanya itulah yang ia lakukan. Mungkin dia berharap dengan begitu aku akan menyerah. Namun dia salah. Aku menatapnya kembali, kedua tanganku terlipat di dadaku selagi menunggu jawaban.

   Beberapa saat kemudian, akhirnya Park Saem menghela napas, "Sesuatu yang tidak kami harapkan terjadi di Artemis."

  Seketika, ingatan tentang gadis bernama Chorong melesat ke pikiranku. Mungkinkah ini mengenai the Pearl Princess?

  "Sepertinya aku tidak berhak untuk mengatakannya." Ucap Park Saem. "Tetapi yang jelas, distrik pusat memerintahku untuk mengirim perwakilan dari distrik enam. Dan orang itu adalah kau, Irene."

  "Aku? Mengapa aku?" Tanyaku heran.

  "Kau akan mengetahuinya begitu kita sampai."

  Aku mendengus. Park Saem telah menjadi guruku selama sepuluh tahun, namun tidak pernah sekalipun aku bisa membaca pikirannya. Selalu penuh teka-teki, Park Saem memang tidak pernah berubah. Kecuali bertambahnya kerutan di wajahnya.

   Sekitar sepuluh menit kemudian, kereta berhenti di tujuan kami. Begitu melangkahkan kaki keluar, Park Saem menggenggam tanganku dan menyeretku keluar stasiun. Takut, penasaran, itulah yang kurasakan saat ini. Kami melewati kerumunan orang dan mempercepat langkah. Seolah Park Saem tidak ingin orang-orang curiga.

  Tiba-tiba, Park Saem menghentikan langkahnya begitu kami sampai di sebuah bangunan. Bangunan itu tampak sudah lama tidak berpenghuni. Catnya sudah memudar, sarang laba-laba dan debu menghiasi dinding bangunan tersebut. Seorang laki-laki berseragam menghampiri kami, "Siapa kalian?"

  Park Saem mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Ia menunjukkan Emblem Artemis kepada lelaki itu. "Ah, aku hampir tidak mengenalmu, Park Hyunwoo." Ujar si lelaki tersenyum. Ah, sepertinya Park Saem menggunakan kekuatannya. Ia bisa memanipulasi wajahnya sendiri sehingga tidak ada yang mengenalinya.

  "Uh.. kita tidak harus masuk ke sana, kan?" Aku menatap Park Saem. Lelaki tersebut tidak menjawab dan melangkah maju. Baiklah, kurasa tidak ada pilihan lain.

  Bau debu yang pekat membuat wajahku mengernyit ketika membuka pintu. Ruangan ini cukup luas, namun hanya diterangi oleh lampu redup. Lukisan-lukisan berukuran besar memenuhi ruangan. Persis seperti mansion tua yang sering muncul di film horor. Suasana terasa semakin mencekam ketika kami melewati lorong. Bahkan bulu kudukku berdiri!

 

  Kami pun sampai di ujung lorong. Sekarang kami berhadapan dengan dinding. Menempel di dinding tersebut, terdapat sebuah penyangga obor yang terlihat tidak pernah dipakai. Park Saem meraih penyangga obor tersebut kemudian menariknya. Sebuah lift pun muncul menggantikan dinding.

  Mataku terbelalak, tidak percaya apa yang baru kulihat. Aku begitu terkejut sehingga aku tidak sadar Park Saem sudah berada di dalam lift.

  "Hey, ayo cepat." Kalimat Park Saem membuatku tersadar dan ikut masuk.

 

 

  Ding

 

  Lift kembali terbuka ketika kami sampai di basement. Pemandangan di depan mataku begitu menakjubkan sehingga mulutku sedikit menganga. Ruangan ini tampak seperti sebuah lab, dan jauh lebih besar dari ruangan sebelumnya. Diterangi oleh cahaya kebiruan. Di sekelilingnya, berdiri hologram-hologram yang tampaknya berfungsi sebagai komputer. Tepat di tengah, sebuah meja tinggi nan panjang berdiri dengan gagah, dimana tujuh orang separuh baya duduk. Emblem Artemis yang tersemat di dada kiri mereka berkilat-kilat. Butuh beberapa saat bagiku untuk menyadari bahwa mereka adalah para dewan. Duduk di antara mereka adalah Kapten Siwon, pemimpin Klan Artemis.

  "Ah.. akhirnya kau sampai juga, Park Hyunwoo." Ujar seorang lelaki yang duduk di paling ujung. Park Saem membungkuk dalam-dalam dan aku pun mengikutinya secara insting. "Maafkan kami jika kami telat."

  "Oh, tidak. Kalian justru tepat waktu." Lelaki itu tertawa kecil, kemudian Beliau menatapku. Membuatku sedikit berjengit. "Irene, mohon berdiri di situ." Ujarnya selagi menunjuk ke sisi timur, dimana sekelompok remaja seusiaku berdiri tegap. Tanpa bertanya apa-apa lagi, aku melesat ke arah yang Beliau tunjuk.

  Aku menegakkan postur tubuhku dan membuat gestur istirahat di tempat. Aku begitu gugup sehingga gerak-gerikku kaku. Atmosfer dingin dan mencekat membuat jantungku berdegup kencang.

  "Psst."

   Aku menengok, dan untuk kesekian kalinya, aku terkejut. "Chorong eonnie?"

   Gadis bersurai cokelat tua itu mengedipkan sebelah mata kepadaku, "Sudah kubilang kita akan bertemu lagi, kan?"

  Aku tertawa kecil, antara gugup dan canggung. "Ah.. i-iya."

  "Oh iya, aku ingin mengatakan bahwa air liurmu menetes tadi."

  Buru-buru aku mengelap tepi bibirku. Ya ampun, pasti karena terlalu lama menganga! Aish, Bae Irene, kendalikan dirimu! 

   Chorong Eonnie tertawa, "Aku bercanda. Habisnya, tampaknya kau sangat takjub melihat markas pusat ini."

  Wajahku terasa panas. Agh, pasti wajahku sudah semerah tomat. "M-markas pusat?" Tanyaku. Chorong eonnie hendak membuka mulutnya, namun tidak jadi karena Kapten Siwon berdiri dan berdeham.

   "Terima kasih kepada semua perwakilan distrik yang sudah datang walaupun di larut malam begini." Sang Kapten memulai, "Maafkan kami karena sudah mengganggu waktu istirahat kalian, tapi kami ingin menyampaikan kabar penting,"

 

  "Elixir Stone milik Artemis telah dicuri oleh klan Apollo."

 

   Aku hampir tersedak oleh ludahku sendiri, kelima remaja lain juga tampak terkejut. 

  "Elixir Stone merupakan pelindung dari sumber kekuatan kita, Mutiara Hitam. Ketika pelindung tersebut dicuri, maka musuh bisa melacak lokasi Mutiara Hitam dan merampasnya. Walaupun hanya sebagian." Jelas Kapten Siwon.

  Keempat remaja (kecuali Chorong) di sebelahku saling berbisik. Raut wajah mereka tampak terkejut dan cemas.

   "Karena itulah kami mengumpulkan kalian disini. Kalian adalah anggota terbaik dari setiap distrik. Aku dan para Dewan memutuskan untuk menaruh kepercayaan kepada kalian untuk mendapatkan kedua benda berharga milik kita." Lanjut Kapten Siwon. "Chorong akan menjelaskan semuanya di ruang timur. Park Chorong, mohon tuntun mereka kesana."

 

 

 

 

  Kami berjalan melalui lorong yang gelap. Bulu kudukku berdiri, entah karena suasana lorong yang semakin mencekam semakin kami berjalan ke dalam, atau karena tampang keempat remaja yang berjalan di sisiku sedikit mengintimidasi. 

  "Hei." Aku berjengit ketika sebuah tangan menepuk pundakku. Aku menengok ke belakang. Seorang lelaki sebaya denganku memberikanku cengiran. "Kau adalah putri Bae Young Joon sunbaenim kan?" Tanyanya. Aku tidak tahu siapa namanya, tapi sepertinya dia perwakilan dari salah satu distrik juga. Matanya sipit dan telinganya sedikit lebar. Ketimbang penampilannya yang tampak imut, ia memiliki suara yang berat.

    "Iya, aku putri dari Bae Young Joon, mengapa kau bisa tahu tentangku?" Tanyaku bingung. Bukannya memberikan jawaban, lelaki itu malah tertawa. "Siapa sih yang tidak tahu dengan Bae Irene? Kau bahkan memiliki fanclub kecil di distrik 4."

  Kedua alisku terangkat. Apa pula maksudnya? Aku bahkan tidak tahu siapa lelaki ini! Bagaimana semua anggota mengenalku?

  Langkah kami tiba-tiba berhenti dan pikiran kami harus fokus kepada Chorong eonnie. Tanpa sadar kita sudah sampai di depan ruang timur.

    "Baiklah, ini adalah ruang timur. Aku akan menjelaskan sedikit tentang ruangan ini. Ini bukanlah ruang pertemuan biasa, di dalam ruangan ini sudah terhubung dengan markas baru kita." Ucapnya singkat, ia pun berbalik dan membuka pintu ruang timur yang besar itu dengan sekali sentuhan.

     Kami pun masuk dan langsung menduduki tempat duduk yang sudah disiapkan. Hanya terdapat 6 kursi di ruangan ini dan terdapat meja besar di hadapan kami, serta layar besar.

    Sungguh, sebuah markas yang tidak biasa. Walaupun terlihat dari depannya hanya lah sebuah tempat kumuh, tapi saat memasuki dalamnya, maka kalian akan melihat berbagai teknologi canggih, serta suasana yang dibuat se nyaman mungkin bagi orang yang memasukinya.

 

 

- Author -

 

 

 

   Chorong mulai menyiapkan apa saja yang akan ia jelaskan di depan kelima partner barunya. Ia duduk di kursi paling ujung sebelum berdeham. "Seperti yang kalian dengar dari Para Dewan. Kita adalah sebuah tim yang dibentuk untuk menjalani sebuah misi khusus. Namun sebelum aku menjelaskan misi, ada baiknya untuk berkenalan terlebih dahulu." Ia melemparkan senyum kepada kelima remaja. "Namaku Park Chorong. Anggota Artemis dari distrik satu. Kekuatanku adalah shape-shifter dan healing. Irene, giliranmu."

  "E-eh?" Irene tampak sedikit terkejut. Gugup akan fakta lima pasang mata memerhatikannya. Kemudian ia berdeham. "Uh.. namaku Bae Irene. Anggota Artemis dari distrik 6. Kekuatanku adalah telepati dan teleport." 

  Setelahku, giliran laki-laki yang menyapaku tadi, "Namaku Kim Taehyung dari Distrik 4. Kekuatanku adalah super speed. Salam kenal semuanya."

  "Namaku Luhan dari Distrik 3. Aku seorang telekinesis." Ujar seorang lelaki. Wajahnya tampak ia lebih muda dariku, walaupun aku tahu Distrik 3 hanya menerima anggota berumur 21 tahun ke atas (karena pelatihannya jauh lebih kejam, begitu kata Wendy.) Artinya, dia pasti lebih tua dariku.

  Di sebelah Taehyung, duduk seorang gadis berambut merah tua yang dikucir kuda. Tampangnya begitu dingin dan seakan ia tidak peduli akan pertemuan ini. "Kim Hyuna dari Distrik 2. Ah, aku dapat memanipulasi penglihatan orang."

  Chorong mengangguk-angguk, "Oh ya, aku dengar kau dan Taehyung bersaudara?"

  Berbeda dengan Taehyung yang mengangguk, Hyuna memberi tatapan sinis kepada Taehyung, ia berkata, "Dia tidak pantas disebut saudaraku."

  "Um.. baiklah..." ujar Chorong, merasa situasi menjadi semakin canggung. Ia melirik ke laki-laki terakhir yang belum memperkenalkan diri,

"Bagaimana denganmu?"

  Dinilai dari wajahnya, pemuda ini pasti lebih muda dariku. "Aku Jung Ilhoon dari Distrik 5. Tubuhku kebal akan senjata tajam dan peluru."

  "Baiklah. Karena sekarang kita sudah saling mengenal, tidak ada salahnya untuk memulai topik sebenarnya, " Chorong berdeham sekali lagi, "Kapten Siwon sudah memberitahu bahwa Elixir Stone kita dicuri, bukan? Nah, batu mulia tersebut dapat melacak keberadaan mutiara hitam,"

  Gadis bersurai cokelat tersebut menangkup kedua tangannya. matanya terpejam dan ia terlihat fokus. Hanya butuh beberapa saat hingga sesuatu mewujud di tangannya. Mutiara hitam berbentuk setengah bola tenis yang terkoyak. "Karena itulah, para keparat itu sanggup merampas mutiara hitam dariku. Yah, walaupun hanya sebagian."

  Kelima remaja lainnya terperangah. Irene dapat merasakan kekuatan yang mutiara itu pancarkan. Begitu kuat sehingga membuat Irene bergeming. Jika dalam bentuk cacat saja bisa memancarkan kekuatan seperti itu, bagaimana jika dalam bentuk sempurna?

  "Siapa yang mencurinya?" Tanya Luhan.

  "Pertanyaan bagus." Chorong merapalkan sesuatu dan mutiara hitam itu menghilang. Kembali ke tubuh Chorong, Irene berasumsi. "Ketika kami sedang melakukan penyelidikan, kami menemukan emblem Apollo di dekat TKP. Sudah jelas, bukan?"

  "Oh, pantas saja." Hyuna mengasah pisau kecilnya.

  "Elixir stone dan mutiara hitam kita dicuri oleh musuh bebuyutan." Taehyung menyeringai, "Mengapa aku tidak terkejut?"

  Chorong mengangguk. Wajahnya menyiratkan semangat yang berkobar-kobar, "Yak, tugas kita adalah mencari Elixir Stone dan mutiara hitam. Kita lacak keberadaan Apollo dan merebut kembali kedua benda magis tersebut."

  "Tapi, Chorong-ssi. Mengapa kau yakin Apollo yang mencurinya? Markas Artemis berada di lokasi terpencil dan dijaga ketat. Bagaimana bisa mereka mencurinya?" Tanya Ilhoon.

  "Aku cukup yakin ini adalah perbuatan Apollo. Karena" Iris Chorong yang tadinya memancarkan semangat, tiba-tiba saja menjadi sendu, sekaligus benci. "Kim Joon Myeon. Ia adalah mantan anggota Artemis dan pengendali air. Ia adalah pengkhianat yang bergabung dengan Apollo karena alasan tertentu."

 Chorong menatap kelima anggota tersebut, "Ceritanya panjang. Aku harap kita bisa bekerja sama. Besok pagi, temuilah aku disini. Kita akan latihan sedikit mengenai kekuatan kita sebelum memulai pencarian. Karena percaya padaku, Apollo bukan musuh yang mudah dikalahkan."

 

 

 

 

   -Taeyong-

 

 

 

  Sebuah tawa mengerikan menggema di ruangan. Aku duduk mematung, memerhatikan lelaki di hadapanku yang sedang memutar-mutarkan cincinnya.

  "Kita berhasil, teman-teman." Ujar lelaki itu, Suho. Ia mengulas senyum dingin, membuatku bergidik ngeri. Namun berbeda denganku, Gong Minji di sebelahku bersungut-sungut. "Berhasil apanya. Kita cuma merampas sebagian dari mutiara hitam."

  "Tidak, Minji. Ini adalah awalan yang bagus untuk kita. Kita dapat merampas sisanya nanti." Sahut Hyunseung.

  "Benar," Suho mengiyakan. "Tidakkah kau merasakannya, Gong Minji? Kekuatan yang memancar di mutiara itu? Oh, betapa kuatnya benda itu kalau kita memiliki seutuhnya!"

   "Ngomong-ngomong. Bagaimana kabar Soojung? Apakah tubuhnya bisa menerima mutiara hitam itu?" Tanya Kang Seulgi.

  "Soojung masih terkulai lemas di kasurnya." Jawab Minji, ia menengok ke arah sang Ketua dengan dingin, "Suho-ssi. Kurasa Soojung tidak bisa mengendalikan kekuatan segitu besar. Ia masih koma sampai sekarang."

  "Bah!" Suho menyanggah, "Kau meremehkan adik tiriku, Minji-ssi. Soojung adalah anggota terkuat kedua setelahku. Ia masih dalam proses menerima mutiara itu, tunggu beberapa saat lagi, kekuatannya akan mengalahkan Pearl Princess Artemis!"

  Aku menggigit bibirku. Huft, andai saja aku boleh memilih, aku tidak akan setuju masuk ke tim khusus ini. Sayang sekali ini adalah perintah Kapten Kyuhyun, aku tidak punya hak untuk menyanggah.

  Mereka telah mencuri Elixir Stone dan Mutiara Hitam, dua benda sakral milik Artemis, yang kini ada di tangan klanku. Aku berusaha untuk membuat wajahku tidak terlihat cemas. Sekarang, hanya ada satu orang yang berada di benakku.

 

 

 

 

 

 


 

 

 

thank you for subscribing and see you in the next chap!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
blackday #1
Chapter 4: Lanjutin thor!! Semangat!! Saya akan dengan setia menunggu kelanjutan cerita...!!
blackday #2
Chapter 4: Lanjutin thor!! Semangat!! Saya akan dengan setia menunggu kelanjutan cerita...!!
NCT_MarkLee #3
Taeyong and irene so lovely..