Kehidupanku berubah tiga ratus enam puluh derajat semenjak kehadirannya. Aku sekarang juga sudah mulai bekerja di kantor yang sama dengannya. Malam ini kami menyusuri kota tanpa tujuan. Ah, lebih tepatnya ada yang harus aku sampaikan. Dan kami sampai di taman kota dengan di temani lampu-lampu dan bunga mawar. Bunga yang menyimbolkan cinta. Mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyatakan semua ini.

"Baek ada yang mau omongin."

"Tapi yeol aku nggak mau denger."

"Baek, aku serius." Ucapku sambil memegang pundaknya

"Selama ini aku baru sadar kalau aku.."

"Yeol! Liat deh banyak semut di bawah kita" sambil menunjuk ke arah bawah

"Argh!" Sambil berjalan meninggalkan si pendek

"Chanyeol tunggu aku. Ya!"

Chanyeol tak mengindahkannya ia malah berjalan dan langsung masuk ke dalam mobil tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya. 

Ia yang tidak mengerti perubahan sikap Chanyeol yang mendadak. Ia hanya dapat duduk diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Sampai si tinggi yang memulai pembicaraan.

"Kau tunggu disini dulu." Sambil keluar dari mobil

"Dia kenapa sih?" Ia bertanya pada dirinya sendiri dan sesekali membuka-buka isi kotak yang berada di depannya dan ia menemukan kunci cadangan rumah Chanyeol dan ide liciknya pun mulai bermunculan. Ia mulai memasukan kuncinya ke dalam saku celananya.

Ia kembali dengan membawa dua minuman cola dan memberinya ke Baekhyun dan ia kembali memacu mobilnya. 

"Baek?"

"Ya?" 

"Kau tidak ingin keluar?"

"Ah ya kita sudah sampai. Sampai jumpa besok"

Setelah pengakuanku kemarin yang sialnya tidak ia dengar. Aku semakin jarang menemuinya. Dan sampai pada hari ini aku menangkap sosok yang sangat kukenal, ya benar itu dia. Tapi mengapa ia bisa masuk? Atau jangan-jangan ia mengambil kunci cadanganku?

"Baekhyun? Bagaimana kau bisa disini?"

"Oh. Kau sudah pulang." 

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Bagaimana kau bisa disini?"

"Aku mengambil kunci cadanganmu." Jawabnya 

"Sini kembalikan kuncinya." 

"Tidak. Kau kan sudah punya kunci yang asli."

Perdebatan kamipun berlangsung. Aku memilih untuk mengalah dan membiarkan ia memiliki kunci cadangan rumahku. Toh dia juga nggak mencuri barang-barangku. 

Semenjak kunci cadanganku ditangan Baekhyun, ia sering mengunjungi rumahku bahkan untuk sekedar mengambil makanan. Hari ini aku mau tidak mau harus pulang larut malam karena laporan yang harus dikumpul besok. 

Aku membuka pintu dan sudah disuguhkan pemandangan seseorang yang duduk disofa, tangan kanannya memegang cemilan sedangkan tangan kirinya memegang remot televisi.

"Baekhyun!"

"Oh, Yeol sini duduk." Sambil menepuk tempat kosong di sampingnya

"Keluar!"

"Yeol kau mabuk?" Dengan nada khawatir

"Aku bilang keluar!"

"Baik aku keluar." Sambi menutup pintu

Aku merebahkan badan di atas ranjang sambil menatap ke langit-langit kamar.

"Apa yang sudah kulakukan? Membuatnya menjauh?"

"Arghh!"

Aku membuka pintu kamar dan langsung merebahkan badanku dengan kasar.

"Memangnya aku salah apa? Sampai aku diusir!" 

Pagi ini aku harus menyatakannya. Biarkan dia mau menerima atau tidak. Apa itu suara ketukan pintu? Baekhyun kau kah itu? Aku harap itu kau. Aku membuka pintu dan benar yang datang adalah Baekhyun.

"Ini kunci cadanganmu. Maaf sudah merepotkan." Sambil memberi kunci

Aku menahan tangannya yang hendak pergi begitu saja.

"Baek dengarkan aku, aku minta maaf karena kemarin menyuruhmu pergi. Aku dalam mood yang buruk." 

"Tanpa kau suruh aku juga akan pergi dari hidupmu." Sambil meninggalkannya

Lagi-lagi aku menahannya untuk tidak pergi dan aku sekarang memeluk badan mungil itu.

"Baek aku mohon jangan pergi. Aku minta maaf kemarin aku benar-benar kelelahan."

"...."

"Baekhyun aku mencintaimu. Aku tidak bisa memendam ini semua. Terserah kau mau menerimaku atau tidak." 

"Chanyeol?"

"Apa kau menangis?"

"Tidak." Elaknya

Akupun melepaskan pelukan kami dan melihatnya yang sudah di basahi air mata.

"Chanyeol?"

"Ya  baek?"

"Chanyeol aku juga mencintaimu." Sambil memeluknya kembali

"Terima kasih baek." Sambil membelai rambut si pendek