CHAPTER 5: High Temperature
Somebody, Help Me!
“Kamu baik-baik saja?” tanya Yunho dengan tatapan begitu khawatir. Tulus.
Changmin yang dari tadi sibuk membetulkan posisi duduknya kaget ditanyai begitu. Badannya memang remuk redam dihajar “That Kim” weekend kemarin. Rasa ogah-ogahan membuatnya jadi makin tersiksa mengimbanginya di ranjang, apalagi sejak awal badannya sudah capek. “Ah, pinggangku agak sakit dari kemarin.”
Sebenarnya Changmin kaget sendiri dengan jawabannya yang jujur itu. Lalu semakin kaget saat Yunho menyentuh dahinya. Mengecek suhu tubuhnya.
“Kamu agak demam. Kamu juga pucat dan keringat dingin begitu. Lebih baik pulang saja.” Yunho memsukkan mapnya ke ransel. “Aku akan mengantarmu pulang.”
“Anniyo….kamu tidak perlu mengantar-“
“Aku tidak mau kamu pingsan di jalan dan merepotkan orang lain.”
Segala macam penolakan yang disiapkan Changmin tertahan ketika Yunho menjatuhkan bom. “Kalau menolak, aku akan menggendongmu pulang.”
Jadilah 45 menit kemudian Changmin sudah rebahan di kasurnya, dengan Yunho melihat-lihat isi kamarnya. Ia hanya bisa menghela nafas setengah kesal. “Ini memalukan.”
“Wae?” tanya Yunho santai sambil mengagumi betapa rapi dan kosongnya kamar Changmin. Ia menyentuh bingkai foto lawas berisi foto Changmin dengan dua perempuan. “Kau punya saudara perempuan?”
“Dua adik perempuan.” Changmin menjawab dengan enggan. “Sungguh ini memalukan. Bisakah kau berhenti memandangi isi kamarku?”
“Oke…” Yunho mengalah karena tahu memang ini awkward sekali.
“Pulanglah saja.”
“Oke. Tapi sebelum pulang aku harus memberimu makan dulu.”
“Tidak usah. Aku bisa makan sendiri.”
“Dengan demam seperti itu?”
“Aku sudah minum obat.”
“Ckkk…aku yakin kamu tidak akan makan sampai besok. Aku akan pesankan delivery.” Yunho langsung mengeluarkan ponselnya dan memilih kontak rumah makan delivery. Dia punya listnya karena sering memesan dari berbagai lokasi untuk kerjaannya.
“Memangnya kamu tidak sibuk?”
“Aku ada kerjaan 3 jam lagi jadi tak usah khawatir, toh aku juga lapar. Kamu mau makan apa?”
Changmin merasakan kepalanya semakin pening mendengar kecerewetan Yunho. “Terserah.”
Yunho yakin dirinya bukan tipe kurang ajar tapi keadaan seperti ini membuatnya menganggap rumah Changmin adalah kediamannya sendiri. Rumah yang sepi, seperti tak ada penghuni, juga perabotan yang sedikit dan kebanyakan barang lama. Tipikal keluarga yang efisien.
Sambil menunggu pesanan dengan duduk-duduk di ruang tamu, Yunho browsing di ponselnya dan cekikikan sendiri melihat video-video lucu. Setelah capek menonton beberapa, tiba-tiba Yunho merasa suasana begitu hening yang diikuti bulu kuduknya meremang. Langit belum gelap dan rumah juga memiliki ventilasi bagus tapi sungguh hawa rumah ini membuatnya seram.
Mungkin sebaiknya aku segera pulang saja.
Lalu Yunho terlonjak saat bel rumah berbunyi. Dengan umpatan tertahan ia membuka pintu dan untungnya itu adalah si pengantar makanan. Yunho jadi sedikit lega ketika menata makanan dan membangunkan Changmin. Selembut mungkin ia memanggil Changmin dari dekat karena tak mau mengagetkannya dengan sentuhan. Yunho merinding seketika saat melihat Changmin membuka mata. Matanya merah sekali dan dia mengeluarkan suara-suara tak jelas.
Oke, Yunho ingat dia parno dengan film horor jadi ini sangat membuatnya jantungan.
Dia melangkah mundur hingga menabrak dinding sementara Changmin bak zombie dengan mengeluarkan bunyi tak jelas dengan suaranya yang jauh beda. Berusaha bangun lalu tersandung selimutnya sendiri dan jatuh berdebam.
“Changmin! Yah! Haish!” Yunho sibuk merutuk sekaligus tersadar harusnya membantu Changmin. “Yah! Kenapa jadi sepanas ini badanmu?!” Yunho yakin merasa memegang panci di atas kompor menyala sekarang ini.
Alhasil Yunho menyambar ranselnya, mengambil jaket asal-asalan dan membopong Changmin ke tepi jalan untuk mencegat taksi. Tak ada waktu untuk memanggil taksi, tapi telepon ambulance pun tak kepikiran saking paniknya.
Dalam kepanikannya di kursi penumpang dan suhu tubuh panas Changmin yang menguar membuat Yunho ikut berkeringat hebat. Tangannya diremas Changmin yang membuka mata tapi pikirannya entah di mana.
“Kenapa ini terjadi padaku? Kamu sudah berjanji kan….kita akan pindah dari sini. Aku capek sekali.”
Yunho ingin menenangkan Changmin tapi sisi hatinya penasaran dengan apa yang tersimpan di alam bawah sadar anak ini. “Kenapa? Ada apa?”
“Dia memaksaku lagi, aku sudah muak dengannya….aku ingin menghilang saja, tapi….dia bilang akan mencariku. Ini bukan soal uang lagi. Karma.”
Sumpah Yunho merasa merinding lagi. Apakah aku sedang syuting horror?
Untunglah taksi sudah sampai di depan pintu UGD dan perawat menyambut mereka dengan sigap. Yunho langsung merebahkan tubuh bongsornya di kursi tunggu yang sedang kosong.
####
Yunho membuka matanya karena tubuhnya diguncang-guncang seorang perawat yang kemudian senyum-seny
Comments