Swarthy (JinMark/ MarkJin)

GOT7 Oneshoot Series (in Bahasa)
Please Subscribe to read the full chapter

Swarthy 

Park Jinyoung and Mark Yi-en Tuan.

Angst 

.

.

.

.

.

Jinyoung, bahkan tak pernah diberi kesempatan. Ia hanya diberi dua pilihan dalam menepaki dunia ini; terus melangkah atau terhenti. Tidak, dia tidak pernah merasakan kekecewaan sama sekali. Sekalipun tak akan ada titik terang yang singgah di kehidupannya, dia tetap tersenyum. Langkahnya terus sama, tak ada kegairahan yang menjalari tubuhnya. Semua terasa hambar, bukan berarti tak berasa. 

 

Bibirnya tersenyum disaat kala langkahnya mulai terbiasa. Tangannya mulai meraba-raba seakan memastikan pikirannya, hingga angin yang berhembus menghentikan niatnya.

 

Seperti hari-hari sebelumnya, ia hanya duduk dan menunggu giliran. 

 

"Jinyoung," Kepalanya menoleh entah kemana, menggapai sosok yang bahkan tak pernah ia lihat. Tidak perlu visualisasi, hanya rasakan maka kau akan mengerti.

 

Yah, Park Jinyoung. Dunianya seakan terenggut sejak kebutaan menghampirinya. Ah, ia lupa bahkan sejak lahir ia tak pernah melihat apapun selain setitik kegelapan yang terus menggenanginya.

 

"Ah, bisa kau naikkan sedikit lagi? Itu masih terdengar fals." Ia mengangguk, menuruti. Tak peduli dengan bulir kelelahan yang mulai mencucuri kepalanya. Bibirnya masih terkatup-katup berharap apa yang ia lakukan dapat tersampirkan dengan baik.

 

"Tolong tinggikan lagi Jinyoung," Desahan itu menghentikan usahanya, dia harus bagaimana lagi? 

 

Hingga suara itu datang, "Berhentilah sejenak." Jinyoung dapat merasakan kedua sudut bibirnya tertarik keatas, sepertinya semua sudah selesai. Kapanpun itu, ia harus berterimakasih pada sosok itu.

 

—OoO—

 

Pikirannya terus menjurus kesatu arah, entahlah entah apa yang dipikirkan yang terpenting adalah ia merasa tenang dari sekitar. Kedua mata indahnya masih saja tertutup menikmati setiap hembusan angin diwajahnya. Salah satu tangannya berpegangan pada kursi mahoni yang bermotif itu sedangkan tangan yang lainnya asik membelai daun jendela berkaca bening. Hingga suara lantunan dari biola itu, tak mampu lagi mempertahankan konsentrasinya. Nada yang saling terikat beraturan itu akhirnya membelah kenaifannya. Ia terkesima, Ia terhipnotis. Permainan melodi yang begitu sempurna.

 

Melodi itu terus berkeliaran dipikirannya, seakan berlari dan bermain didalam otaknya. Namun, belum sempat ia mengulumnya dengan sempurna nada itu sudah tergantikan dengan "Ah, lama tak bertemu." Suara berat yang kemarin.

 

Tubuhnya berputar mencari-cari dimana letak pemilik suara tersebut, walaupun ia tahu mungkin saja posisinya tak tepat mengarah kesosok tersebut. Langkah demi langkah mendekatinya tak tahu pasti apakah sosok itu sudah didepannya atau belum.

 

"Ah, hai. Perkenalkan aku Mark, Mark yi-en Tuan." Manusia bernama Mak itu tersenyum, mengulurkan tangannya kehadapan Jinyoung. 

 

"A-ah hai,  aku Jinyoung. Park Jinyoung." Dan ajaibnya,  Jinyoung dapat menerima uluran itu. 

 

Mereka terdiam, hening. Kedua mata mereka saling menilik satu sama lain, walaupun pada kenyataannya hanyalah sosok bernama Mark itu yang memegang kuasa. Ia dapat melihat bagaimana rupa seorang Park Jinyoung yang begitu indah. Sedangkan dilain pihak— Park Jinyoung hanya mampu merasakan. 

 

—OoO—

 

Desember, 

 

Semenjak pertemuan tempo lalu, kegiatan rutinitas Mark Tuan bertambah. Dengan tas selempangnya ia memasukkan biola kesayangannya itu bersama roti  jahe buatannya. Mungkin seseorang itu akan menyukainya. Tak bisa dipungkiri, membawa roti jahe setiap saat merupakan kebiasaannya.

 

Mark melangkahkan kakinya menuju ruangan berpetak tempat biasa Jinyoung menggerogoti waktunya. Sekarang musim dingin, dan ia dapat merasakan bagaimana angin salju berhembus kemana-mana. 

 

"Jinyoung-shi.." pemuda yang dipanggil tak beranjak, mungkin masih terpaku dengan pikiran dunianya sendiri. Mark memaklumi, kakinya ia bawah kehadapan pemuda itu. Benaknya mulai bertanya-tanya, apa yang menarik dengan ini semua? Ah, ia hanya penasaran bukan bermaksud lancang.

 

Cukup lama mereka berdiaman. Tidak ada yang memulai, hanya menikmati kedekatan mereka. Jinyoung dengan dunianya dan Mark dengan kekagumannya. Kedua mata tajamnya diam-diam memandangi sosok pemuda dihadapannya ini. Matanya yang begitu teduh, wajahnya yang menenangkan semuanya benar-benar mengalihkan Mark. Ia, sejujurnya telah terjatuh dengan sosok tak sempurna ini. 

 

Ah, ia hampir lupa. Dengan telaten ia membuka tas selempangnya dan membuka isinya. Memisahkan biola beserta gesekannya dan terakhir.. setoples roti jahe. 

 

"Hmm, apa kau lapar? Aku membawakanmu kue jahe. Sangat cocok dimusim dingin ini." 

 

Kedua mata indah itu mengerjab, "Ah, ya aku mau. Sepertinya kelihatan enak, aromanya sangat menyenangkan." Dengan hati-hati Mark membuka toples itu, mengeluarkan satu bentuk manusia kehadapan Jinyoung. "Ini, ambillah."

 

"Ah bisa kau beritahu dimana aku mengambilnya?" Permintaan itu mengingatkannya kembali atas kenyataan. Pemuda didepannya ini tidaklah sesempurna yang ia kira. Mark perlahan menggapai tangan manis itu, membawanya ke beberapa babak hingga roti jahe itu tersampir ditangannya.

 

"Bawa ia kemulutmu. Rasakan dan nikmati." Tanpa perintahpun sosok itu melakukannya. Sekali lagi, Jinyoung terkesima untuk Kedua kalinya.

 

"Roti jahe ini sangat enak,  aku benar-benar menyukainya." Tutur pemuda itu dalam kunyahannya. Bibirnya tersenyum sembari membawa manusia-manusia itu kedalam mulutnya. Jujur, ini kali pertama Mark mendapat pujian serenyah ini.

 

"Hmm, suaramu sangat bagus Jinyoung-shi." Kalimat itu terlontar begitu saja, tanpa maksud mencari kesempatan. Sosok pemuda didepannya telah membutakan pikirannya, salahkah dia bila seperti ini?

 

Suara kekehan itu menggema, bersahutan dengan ucapan terimakasih Jinyoung pada Mark, dan jujur ini kali pertamanya mendapatkan pujian dari seseorang.

 

"Hmm, lalu bagaimana dengan permainan biolaku? Apa terdengar baik?" Tanyanya, penuh semangat.

 

Jinyoung mengangguk, "Ya, bahkan lebih dari baik. Aku benar-benar terkesima dengan alunan melodimu, Mark-shi." 

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
mannuel_khunyoung
Chapter four will be Markbam #progress

Comments

You must be logged in to comment
canblackjack #1
Chapter 1: omg jack.. otakmu mesum sekali nak . ahahahahaha
kucinglucu #2
Chapter 4: Semua chapternya keren,hahaha..
wholla #3
Chapter 4: Sukaaa, soalnya ceritanya nggak nyampurin bahasa Korea seperti Hyung, Appa, dll.. sebel aja bacanya hehe
ReLif_53 #4
Chapter 4: Ommooooo... Gila nie authornya.. Kasian kan suzy ' dan suzy menyaksikannya' END,
parah bintang sekelas suzy cuma dijadiin kambing congek sma authorr...
#kompor2insuzy_biargaplok_author
Tapi aku suka jackjinnya ..
Uri jackson jdi daddynya jinyoung uwooohhh.. Jngn slahin jinyoung klo naksir sma daddynya, salahin aja rumput yg bergoyang.. #plakk
Nunneo74
#5
Chapter 4: tanyakan pda rumput yg bergoyang ...

udah nanya ampe berbusa ga nemu jwb.n x thor hehehe

bnarkah yg swarthy di bikin chap aq kok ga tau..
can_tbeempty #6
Chapter 2: Rada bingung mana semenya mana ukenya hehe
Lauxia #7
next chap bikin yg MarkSon rebutan Jinyoung dong thor.. ^^ aku suka cinta segitiga MarkJin Vs JinSon <3
Lauxia #8
wah.. part 3 kerenn aku suka kalo ANGST gini :* chap 3 di adaptasi dr MV JIN - GONE yah.. pas bgt dibikin Markjin ver.. huhuuu andai ada FMV nya jga :'D
Nunneo74
#9
Chapter 3: aq balik lagi baca nich ff .. masih sama ajh ngenes bacanya .. jngan di one shoot dong thor-nim padahal kan ini keren ...

ngomong" bolehkah aq request jackbam?? di next chap thor .. ??
dwiputrihandayani #10
Chapter 3: Huaaa' sedih bgt critanya