Lolly-plooph (MarkJin/JinMark)

GOT7 Oneshoot Series (in Bahasa)
Please Subscribe to read the full chapter

Lolly-ploph

Mark Tuan and Park Jinyoung

GOT7 one shoot series 

Romance, Fluffy, Drama

This story belong to me.

mannuel_khunyoung 

4907 words

.

.

.

.

.

Bisakah kalian semua percaya? Bahwa cinta terkadang datang bukan hanya dari hal yang selalu berdekatan melainkan cinta juga terkadang dapat datang dari hal yang berjauhan.

.

.

.

.

 

Ah, Lollypop siapa ini?

 

.

.

.

 

Proudly present a story 

Jinyoung menatap jengah benda benda berbentuk bundaran tipis yang sudah  tergeletak dengan manisnya didalam lacinya itu. Ia sebenarnya tak habis pikir dengan seseorang yang memberikan lolipop lolipop itu kepadanya. Karena bukan hanya sekali ia menerimanya, melainkan ini sudah yang kesekian kalinya. Do you hear that?  MANY TIMES. Jinyoung mengambil lollypop lollypop yang tergeletak itu, membungkusnya dan membagi bagikannya —kembali— kepada teman-temannya. 

 

"Jinyoung-ah, lama-lama aku bosan menerima ini. Ambil saja kembali," tolak Youngjae halus, Jinyoung mendesah mengambil lollypop nya kembali. "Hey, kau pikir aku tidak, huh? Sungguh orang bodoh mana  yang mau menghambur hamburkan uangnya demi lollypop ini," gerutunya kesal. Tapi tenang, Jinyoung bukanlah orang yang tak tau diri yang langbhsung mencampakkan lollypop lollypop itu kebak sampah.

 

"Jadi harus aku apakan ini? Yang benar saja, bila aku kembali membawanya pulang. Aku rasa entah sudah berapa ratus lollypop dirumahku." Curhatnya masih pada Youngjae. Youngjae hanya mendesah.

 

"Okay, i have a big idea! Bagaimana bila kau memberikannya kepada anak-anak panti asuhan didekat sekolah kita?" Celetuknya tiba tiba, dan dua detik kemudian Youngjae merasakan bibir ranum Jinyoung yang basah itu menempel tepat dipipi kirinya.

 

Tangan Jinyoung mengacung keatas membentuk sign 'ok' lalu kemudian pergi. Youngjae hanya geleng geleng kepala melihat tingkah sahabat kecilnya itu.

 

-----

 

"Harus sampai kapan kau terus mengirimkannya lollypop-lollypop ini? Aku yakin, dia pasti sudah muak dengan ini semua." Jackson, namja itu terus saja mendesah sembari menatap sahabatnya yang amat 'keras kepala' ini. Entah sudah kali keberapa dia menasihati sahabatnya itu, dari memberi wejangan, tips, bahkan support tapi tetap saja tidak ada satupun yang digubris oleh Mark, dengan alasan belum ada keberanian.

 

"Tenanglah Jackson-ah, Jinyoungie tak'kan bosan. Aku tau bagaimana dia." Mark, si rambut merah masih saja berkutik dengan pulpen dan bukunya merangkai kata kata indah untuk Jinyoung, namja pujaannya itu.

 

"Lantas, kenapa tidak kau nyatakan saja perasaanmu itu? Aku takut kalau terus begini semuanya sia-sia. Lollypopmu, surat-surat itu, bahkan dirimu sendiripun ikut sia-sia," Ucap Jackson lagi, menatap sahabatnya itu dengan iba.

 

"Hufh, kau taukan Jack, aku bukan seperti dirimu yang memiliki mental kuat dihadapan namja yang kau suka. Tidak, kita berbeda.." 

 

"Terus saja bilang seperti itu, hingga akhir kelulusan kita yang sebentar lagi akan datang," yah, ini tahun ketiga mereka disekolah dan otomatis beberapa bulan lagi mereka akan lulus dan pada akhirnya Mark tidak akan lagi melihat namja dambaannya itu.

 

"Jadi aku harus bagaimana? Tidak mungkinkan aku tiba-tiba datang ketempatnya dan menyatakan cinta, lalu menciumnya yang ada aku langsung ditampar?" Mark memukul kepalanya kemeja, frustasi. Hilang sudah harapannya, kapan ia harus berbahagia? Kapan?. Baiklah ini terlalu berlebihan.

 

" Hei, kau hanya harus menyatakan cinta, bukan langsung menciumnya." Jawab Jackson jengah. Serius, Mark itu tampan, tapi otaknya benar-benar kolot seperti ahjussi.

 

"Tapi di drama yang sering umma lihat seperti itu, mana aku tau.." 

 

Jackson mengerang frustasi, tak sabar. "Aissh, serahkan saja padaku. Aku akan mengurus semuanya. Kau tinggal menuruti kata-kataku dan terima beres." 

 

Akhirnya 'peri cinta Jackson' beraksi.

 

----

 

 Jinyoung membungkus semua jenis lollypop yang ia dapat kekantung plastik. Mengikuti saran Youngjae. Hari ini ia benar-benar senang, tidak tahu entah karena apa, yang pasti karena terus membaca surat surat yang ia dapat setelah menerima lollypop-lollypop ini, seperti sekarang.

 

HAI? Maaf.. bila ini terus mengganggumu..

Aku harap kau tidak membuangnya,

Jujur, aku benar benar bingung bagaimana berlaku..

Aku terlalu takut berhadapan denganmu.

Tapi aku janji, secepatnya aku akan menemuimu

Dan menyatakan perasaanku.

 

Salam hangat, M 

 

Setelah membaca suratnya, Jinyoung hanya bisa geleng-geleng kepala. Entah siapa yang terus mengirimkan ini, yeoja atau namja? Dia tidak tau. Setelah membaca ia lekas membungkus lollypop-lollypop itu dan pergi menuju pantai asuhan dengan menggunakan jasa bus. Jujur, walaupun Jinyoung itu kaya raya tapi sifatnya itu benar benar berbeda dengan orang kaya kebanyakan. Ia lebih senang berjalan kaki, atau naik bus. Dia sangat sederhana dan mungkin itulah yang membuatnya disukai banyak orang.

 

Akhirnya ia sampai tepat didepan pantai asuhan, Jinyoung menatap bungkusan bungkusan yang ia bawa. Sebelum kesini, ia menyempatkan membeli makanan makanan kecil, buku, alat alat tulis disupermarket. Ia tersenyum, sepertinya tak sabar. Tampak jelas dipantai asuhan itu tertulis "Love Orphanage". Sebenarnya ini sudah entah kali berapa ia berkunjung kesini, tapi tak pernah terpikirkan untuk membawa lollypop-lollypopnya kemari.

 

Ia berjalan memasuki gerbang panti, seketika dengan otomatis banyak anak-anak yang berlari menujunya. 

 

"Teman-teman lihat, Jinyoung Oppa datang." Teriak salah satu anak panti, dan beberapa detik kemudian anak anak itu sudah melingkari Jinyoung, menatap nya dengan penuh cinta.

 

"Oppa, oppa. Jimin benar-benar merindukanmu." Ucap anak yang berteriak tadi dan memeluk Jinyoung.

 

Jinyoung membalasnya, "Iya Oppa juga, oppa sangat merindukan kalian."

 

"Hyung, apa yang Hyung bawa?" Celetuk salah satu anak itu dengan kecadelannya , Oh Sehun. 

 

"AH iya,  hampir saja lupa. Tapi sebelum Oppa membaginya, ayo masuk kedalam." Ajak jinyoung, berjalan menuju ruangan. Dari kejauhan sudah ada Aunty yang Jinyoung kenal, SooJung. Sang pemilik sekaligus pengurus panti,  sebenarnya SooJung merupakan ibu-ibu sosialita yang kaya raya, tapi dia juga mengurus panti ini.

 

"Ah, nak Jinyoung. Sudah sangat lama kamu tidak kesini, lihatlah mereka sangat merindukanmu. Terutama Sehun."

 

Sehun yang disebut, hanya tersenyum malu. Jinyoung mengacak rambut Sehun lembut. "Ia ahjumma, baru kali ini Jinyoungie ada waktu. Hehehe, pasti ahjumma sangat sibuk. Oh iya kemana yang lainnya? Suzzy nonna?" Tanya Jinyoung, karena yang ia tahu SooJung tidak hanya sendiri, masih ada sepuluh pengurus lain yang membantu dia mengurus panti ini, termasuk dua anak SooJung yang bernama Suzy dan Yien. Tapi yang pernah Jinyoung lihat hanyalah Suzy, dan ia akui Suzy benar-benar cantik dan perhatian kepada anak-anak panti, benar -benar yeoja yang sempurna.

 

"Ouh, Suzy lagi sibuk dengan kuliahnya. Mungkin nanti malam dia kesini. Ouw, apa yang kau bawa Jinyoung? Sepertinya Sehun kecil benar-benar menantinya." Goda SooJung menatap anak panti kesayangannya itu, Sehun yang ditatap hanya salah tingkah, mencoba mengabaikan wajahnya yang merah padam dikulitnya yang pucat itu.

 

"Oh iya,  hampir saja lupa. Bukan hal yang besar kok Ahjumma, hanya lollypop-lollypop dan yang lainnya. Ayo kemari, Aku akan membagikannya untuk kalian." Dan semua anak berteriak senang.

 

SooJung menggeleng-gelengkan kepalanya, entah kenapa terlintas pemikiran untuk menjodohkan Jinyoung dengan salah satu anaknya. 

 

"Hmm, baiklah sayang, Ahjumma pergi dulu ya. Ada keperluan yang harus ahjumma urus dibelakang." Dan anggukan lembut dari Jinyoung, menghilangkan sosok SooJung.

 

"Hyung, Thehun benar-benar merindukan Jinyoung Hyung, kenapa hyung Thama Thekali tidak pernah datang kemari? Thehun Kethal." Ucap Sehun mengeluarkan unek-uneknya sembari bertingkah 'ngambek' dengan pipi yang dikembungkan. Jinyoung yang tak tahan langsung menggendong sehun, membawanya duduk bersama diruangan tv. Pastinya setelah membagikan segala barang barang yang ia bawa.

 

"Ah maafkan Hyung yah, Hyung tidak ingin membuat Sehunah kesal, tapi hyung benar-benar sibuk sekolah. Hyung janji akan sering datang kemari." Jinyoung mencubit pipi sehun gemas, memeluknya dan bahkan menggeletiki Sehun. Sehun yang tak mampu membalas hanya bisa tertawa dan bergelinjang geli. 

 

"Hyung, berhenti. Thehun thangat kegelian, hahaha." Ampun Sehun, sambil masih tertawa.

 

Jinyoung menggeleng, "Tidak,  hyung tidak akan berhenti sampai Sehunah memaafkan Hyung," 

 

 Dan pada akhirnya Sehun memaafkan Jinyoung. Jujur, Alasan Jinyoung sangat menyayangi sehun dari antara yang lain, karena ia sudah ikut membantu merawat sehun sejak bayi, sewaktu ia masih disekolah dasar, hingga sampai sekarang, umur sehun yang sudah menginjak tujuh tahun. Dan alasan yang lain, karena wajah sehun itu benar-benar mengingatkannya dengan wajah adiknya yang sudah meninggal. Sempat terlintas dipikiran Jinyoung untuk  meminta orang tuanya mengadopsi Sehun, tapi niatnya itu ia urungkan. Ia berniat untuk mengadopsi Sehun ketika ia lulus dari sekolahnya ini. Dan SooJung juga sudah merestuinya, karena ia yakin Jinyoung akan merawat Sehun dengan baik.

 

"Baiklah Sehunah, pergilah bermain dengan yang lain. Bila ada keperluan sebut nama hyung tiga kali.."

 

"...Dan hyung akan datang, begitu?" Potong Sehun, Jinyoung kembali tertawa dan mengangguk. Ia memeluk Sehun erat. 

 

"Ia, dan jangan nakal yah, sekarang pergilah bermain." Jinyoung mencium bibir Sehun, dan tersenyum. Itu hal yang wajar menurut Jinyoung, setelah itu melepaskan Sehun pergi menuju teman-temannya. 

 

Tanpa sadar, dari sudut lain ada seseorang yang sedang memperhatikan Jinyoung.

 

"Tidak salah aku menyukainya,"

 

--------

 

Mark berjalan dengan santai menuju kelasnya, senyum terus saja tersungging dengan indah dibibirnya menunjukkan giginya yang putih bercahaya. Tangannya terus saja terangkat, menyapa teman teman yang lewat dihadapannya. 

 

"Hai brother, ada apa ini? Kau aneh." Celetuk Jackson dari samping sambil melingkari salah satu tangannya dipundak Mark.

 

"Ah, tidak ah sepertinya biasa saja." Balas Mark tanpa menatap Jackson dan terus menyapa teman yang lainnya. Jackson memicing curiga tak percaya, pasti ada suatu hal yang terjadi dengan Mark. 

 

"Pasti ada hubungannya dengan Jinyoung, kan?" Skak mati. Tubuh Mark menegang. Oh ayolah, Jackson hanya asal menebak dan Mark yang kolot ini langsung menatap Jackson dengan pandangan tak percaya.

 

"Ya ampun, Jackson. Kau ini cenayang yah?" Tanya Mark. Kali ini mereka sudah sampai dikelas dan duduk dibangku masing-masing.

 

"Aku bukan cenayang, Mark. Hanya saja melihatmu senyum-senyum seperti orang gila benar-benar membuatku gila. Dan yah, siapalagi kalau bukan Jinyoung yang membuatmu seperti ini."

 

Mark mendelik, mendaratkan tangannya dikepala Jackson. "Jangan kuat-kuat bicaranya, nanti kalau ada yang tau bagaimana?" Bisiknya geram. Antara kesal dan malu.

 

"Ouh, ouh lihatlah uri-prince Mark. Wajahnya jelas memerah begitu kontras dengan kulitnya yang seputih susu itu." Jackson tertawa dalam hati,  senangnya menggoda Mark.

 

"Ah, sudahlah. Hentikan omong kosong ini. Aku pergi saja kalau begitu. Menyesal aku cerita padamu."

 

Tanpa diperintahpun, kedua tangan Jackson langsung menahan Mark. "Ya! Ya! Baiklah, lagian apa? kau bilang bercerita? Bercerita apa? Bahkan memulaipun belum."

 

 Dan pada akhirnya Mark menceritakan kejadian tempo lalu, dimana ia menemukan Jinyoung yang ternyata gemar mengunjungi panti asuhan yang dikelola Ummanya tersebut. Bahkan Mark tak menyangka jika Jinyoung sangat menyukai anak-anak  ditambah point plus yang membuat Mark semakin senang adalah hubungan Jinyoung yang ternyata sudah sangat dekat dengan Nunna dan Ummanya. 

 

.......

 

Bagai mendengar lantunan musik yang apik, Mark terus saja menajamkan pendengarannya. Tepat didalam ruangan vocal sekolahnya, Mark dapat mendengar suara lelaki yang bernyanyi dengan merdunya. Dan ia tahu siapa pelakunya.

 

Park Jinyoung. 

 

Telinganya masih saja berkutat dengan suara malaikat itu, kedua matanya saling memejam seakan menerima respon berlebih yang diberikan oleh Jinyoung tanpa peduli bagaimana sekitar.

 

Hingga..

 

Brak, pintu terbuka tiba-tiba dengan Mark yang jatuh tidak elitnya. Oh jangan katakan Mark dari tadi mencoba menguping dari pintu.

 

Suara nyanyian itu terhenti. Tergantikan dengan suara derap kaki yang semakin mendekatinya, habislah dia. Entah kenapa Mark merasa kelumpuhan menyergapinya sekarang. Tubuhnya yang menelungkup sama sekali tak bisa bergerak hingga akhirnya Mark dapat melihat sepasang sepatu sudah berada didepan wajahnya. Tamatlah wirayatnya, sekarang.

 

"Eumm, Ma-Mark-shi, mari aku bantu." Pernyataan itu benar-benar membuat mata, telinga, bibir bahkan hati Mark terasa bergejolak. Ia tidak salah dengarkan? Yang ia lihat ini benar-benar kaki Jinyoungkan? Akhirnya dengan keberanian yang penuh Mark mendongakkan kepalanya.

 

Cling,

 

Mata Mark seakan buta, saat melihat ribuan cahaya yang keluar tepat dari sisi belakang tubuh Jinyoung. Bagai malaikat yang jatuh dari surga, sayap imajiner Jinyoung terus saja mengepak dari dalam pikiran Mark. Bahkan ia dapat melihat rangkaian bunga yang berada diatas kepala Jinyoung. Ia seperti melihat sebuah karya Tuhan yang benar-benar indah. Tak cukup dengan itu, Mark juga dapat mendengar suara nyanyian demi nyanyian didalam telinganya. Dia terhipnotis, terkesima, terpesona, terperdaya dan akhirnya terperangkap didalam ruang lingkup manusia bernama... Park Jinyoung.

 

Jinyoung mengulurkan tangannya, ia tersenyum. "Mark-shi, mari aku bantu." Dan Mark bersyukur, kelumpuhannya berangsur-angsur hilang. Ia dapat merasakan bagaimana telapak tangan Park Jinyoung yang menggenggam tangannya. Dan dari situlah dunia Mark tuan seakan diputar balikkan. 

 

"Apa kau baik-baik saja?" Bahkan pertanyaan sesederhana ini mampu membuat hati Mark meloncat dan melambung tinggi. Ia seperti ditanyai oleh calon suami, Mark tersenyum seperti orang bodoh.

 

"Mm, Apa kau baik-baik saja Mark-shi. Mm, aku maksud sete

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
mannuel_khunyoung
Chapter four will be Markbam #progress

Comments

You must be logged in to comment
canblackjack #1
Chapter 1: omg jack.. otakmu mesum sekali nak . ahahahahaha
kucinglucu #2
Chapter 4: Semua chapternya keren,hahaha..
wholla #3
Chapter 4: Sukaaa, soalnya ceritanya nggak nyampurin bahasa Korea seperti Hyung, Appa, dll.. sebel aja bacanya hehe
ReLif_53 #4
Chapter 4: Ommooooo... Gila nie authornya.. Kasian kan suzy ' dan suzy menyaksikannya' END,
parah bintang sekelas suzy cuma dijadiin kambing congek sma authorr...
#kompor2insuzy_biargaplok_author
Tapi aku suka jackjinnya ..
Uri jackson jdi daddynya jinyoung uwooohhh.. Jngn slahin jinyoung klo naksir sma daddynya, salahin aja rumput yg bergoyang.. #plakk
Nunneo74
#5
Chapter 4: tanyakan pda rumput yg bergoyang ...

udah nanya ampe berbusa ga nemu jwb.n x thor hehehe

bnarkah yg swarthy di bikin chap aq kok ga tau..
can_tbeempty #6
Chapter 2: Rada bingung mana semenya mana ukenya hehe
Lauxia #7
next chap bikin yg MarkSon rebutan Jinyoung dong thor.. ^^ aku suka cinta segitiga MarkJin Vs JinSon <3
Lauxia #8
wah.. part 3 kerenn aku suka kalo ANGST gini :* chap 3 di adaptasi dr MV JIN - GONE yah.. pas bgt dibikin Markjin ver.. huhuuu andai ada FMV nya jga :'D
Nunneo74
#9
Chapter 3: aq balik lagi baca nich ff .. masih sama ajh ngenes bacanya .. jngan di one shoot dong thor-nim padahal kan ini keren ...

ngomong" bolehkah aq request jackbam?? di next chap thor .. ??
dwiputrihandayani #10
Chapter 3: Huaaa' sedih bgt critanya