(Jungkook pov)

aku baru saja sampai di rumah dan sudah disambut suara tak menyenangkan dari nuna.ku tersayang.

“ya, dari mana saja kau? jam segini baru pulang.” ucapnya yang sedang duduk menonton tv sambil memakan snack kesayangannya.

“mengerjakan tugas.” jawabku singkat dan berjalan melewatinya. “aku akan langsung ke kamar. aku tidak akan makan malam.”

“kenapa pakaianmu kotor?” nuna sudah berjalan mengikutiku.

“ya, nuna. bisakah kau berhenti mengurusi urusanku?”

“shireo... aku tak akan berhenti mengurusi adikku tersayang.” dia mencubit pipiku gemas.

“aku bukan anak kecil lagi.” aku menepis tangannya.

“aigoo... cepatlah cari gadis lain, dan lupakanlah dia, semua itu bukan salahmu..”

“dan kau pikir dia ingin aku harus tetap melihat ke depan. ne, nuna kau sudah mengatakannya berulang kali begitu juga dengan abeoji dan eomma.” aku menatapnya sambil mengangkat sebelah alisku.

“arra arra... sudah sana kau mandi, eomma sudah menyisakan makan malam untukmu, jangan sia-siakan.” dia lalu menepuk pundakku, lalu pergi ke kamarnya.

jam sudah menunjuk ke arah angka 9. aku masih menatap kosong ke langit-langit kamarku. aku tanpa sadar memegang lengan yang tadi Chanyoon pegang. aku yakin saat dia memegangnya terasa seperti ada sengatan. tidak terasa sakit tapi hanya terasa seperti ada sesuatu yang aneh. dia juga menyebut hal tentang sesuatu yang hilang saat menyentuhku.

“apa yang aku pikirkan... dia kan hanya gadis aneh.” entah berapa lama aku baru bisa memejamkan mataku dan tertidur.

                                                              8   8   8   8   8

pagi ini aku berangkat seperti biasa, tapi ada yang tak biasa dengan nuna. karena dia juga turun dari mobil di depan sekolahku.

“nuna, waeyo?”

“yah, apa maksudmu dengan waeyo? bukankah appa bilang kalau hari ini aku harus menemui kepala sekolah dan membicarakan tentang