My Best 17 Oppa

Description

"Jungkook, oppa..", aku berbisik sambil meremas rambut dari bawah tengkuknya dan mempertahankan irama duduk naik turun tubuhku di atas tubuhnya.

 

Dia menatapku sendu, mengucapkan, "Sudah kubilang jangan memanggilku 'oppa', noona..", lalu melumat bibirku lembut.

 

Kejantanannya masih dalam rengkuhan lorong masuk rahimku. Hangat dan penuh.

 

Kulepaskan ciumannya, "Oppa, sangat y, hamili aku, oppa..".

 

Kuamati dagunya, lehernya, pundaknya, dari dekat nampak sangat perkasa, mengkilat dibasahi keringatnya. Apakah ilegal jika aku mencicipi tubuh bocah 17 tahun ini. Ah, jika mencicipi saja sudah ilegal, jadi ini apa. Dia memintaku berbuat lebih, jadi aku beri apa yang dia mau.

Kuciptakan kissmark di lehernya membuat lenguhannya mengudara. Kupercepat iramaku membalutnya dalam kehangatan kami, memproduksi lebih banyak bening di antara kami, tapi tangannya yang berotot menahan pinggangku, memperlambat aku.

 

"Noona, please, jangan terlalu cepat", ucapnya sambil membuat matanya membentuk tanda lebih dari dan kurang dari, jeez, menggemaskan sekali.

 

"Jungkook, oppa.. Oppa.. Oh.. Op..pa", aku membuat pandangan seduktif menggodanya lalu melahap jempol kanannya yang kini dimasukkan ke mulutku.

 

"Ayo, Oppa.. I wanna have your babies..", kupercepat iramaku menerjang blokade tangannya yang saat itu lengah.

 

"Ah.. Ah.. Noona.. Aku.. Ah.. Oh f*..“, kuhentikan racauannya dengan lumatan bibirku, hangat, sehangat cairan legitnya yang kini membanjiri rahimku.

Foreword

Dia menatapku sendu, mengucapkan, "Sudah kubilang jangan memanggilku 'oppa', noona..", lalu melumat bibirku lembut.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet