First Dandelion pt. 2

Description

Aku terjerembap di atas kingsize bed ku. Bersama Jungkook. Aku sangat gugup, tapi aku juga sangat senang, seperti ada kembang api yang disulut di dalam perutku. Entah ini cinta atau nafsu, atau sekedar suka. Tapi pikiranku juga berkecamuk. Haruskah aku melakukan seks pertamaku dengan Jungkook? Masalahnya bukan Jungkook kurang tampan, dia justru sangat tampan. Bibir yang terbelah, dagunya juga, otot-otot dan postur yang sangat manly. Tapi dia sahabatku. Haruskah?

Jungkook melumat bibirku dengan ganas, membuatku berhenti memikirkan hal-hal itu. Tubuhnya menindihku, chest to chest, kami sudah tanpa busana. Aku tidak dapat menolak pesona Jungkook, tapi dalam hatiku juga ada pergolakan bahwa ini salah. Tubuhku sedang tidak sinkron dengan otak dan hatiku, lidahku terus-menerus membalas pagutan bibirnya. Bahkan hanya sekedar ciuman saja tapi ini sudah terasa sangat nikmat. Aku ingin lebih.

Jungkook mengalihkan ciumannya pada leherku. Digerayanginya leher dan tengkukku dengan lidahnya yang basah. Aku melenguh pasrah. Sekujur tubuhku merinding dibuatnya. Jungkook meremas dadaku dan memilin milin putingku, lalu ciumannya mulai turun ke dadaku. Digantinya pilinan jemarinya dengan lidah dan geliginya. Aku ingin menangis tapi juga ingin menjerit merasakan sensasinya. Jemarinya kini mulai merabai selangkaku. Dibukanya lebar-lebar kakiku dan ditempelkannya miliknya yang sudah penuh padaku milikku yang mulai basah. Kami berpandangan sebentar lalu dia melumat ganas bibirku lagi sambil mencoba mendorong miliknya masuk. 

"Ah! Stop! Jungkook, ya!", aku melepaskan ciumannya tiba-tiba. Kami berpandangan.

"Wae?", Jungkook bertanya heran. Bola matanya bergerak-gerak mengamatiku. Ada genangan di mataku, dan mungkin itulah yang kemudian membuat tatapan matanya meneduh.

"Ah, maaf.. Apa aku terlalu kasar? Kamu berubah pikiran? Kita bisa pakai baju lagi kalau kamu måυ͡", ucapnya sembari mengelus lembut kepalaku.

"Jungkook, I'm sorry.. Hiks", aku terisak, kini menutupi mataku dengan lengan kananku, tapi Jungkook segera menepisnya.

"Hei,jangan menangis.. Maaf..", Jungkook mengajakku bangkit lalu memelukku dalam dekapannya.

Aku menangis. Kurasa saat ini pikiranku sedang labil. Untuk pertama kalinya sejak bersahabat dengan Jungkook, aku merasa mencintainya, aku ingin memilikinya, jiwa-raga, dan aku takut jika seks pertama ini justru akan merusak semuanya. Jungkook yang baru saja menciumku penuh nafsu bukanlah Jungkook yang biasa aku kenal.

"Jungkook apa kau mencintaiku?", aku mendongak menatap matanya.

Jungkook diam, dia hanya memandangiku dengan sedikit bingung dan raut muka bersalah.

"Tidak, aku tidak mencintaimu. Maaf", dia berkata pelan sembari kembali membenamkanku dalam pelukannya.

"Aku menyayangimu, sebagai sahabat. Kupikir jika aku melakukan seks pertamaku denganmu, aku jadi bisa mencintaimu", perkataannya membuatku tertegun.

Beberapa lama kemudian, kami saling membisu, masih dalam posisi yang sama. Lalu Jungkook bangkit dan mengambilkan pakaianku.

"Pakailah", ucapnya lalu memakai pakaiannya sendiri.

Setelah kami berpakaian, dia kembali duduk dihadapanku. Dikecupnya dahiku lalu tersenyum.

"Selamat ulang tahun sayang, aku akan menikahimu setelah lulus kuliah, kita bisa melakukan seks pertama setelah itu", dia lalu bangkit dan beranjak keluar dari kamarku.

Namun di pintu kamar dia berhenti dan berbalik menatapku yang masih terpukau atas lamarannya, "Kau måυ͡ berjanji menyimpan hatimu dan seks pertamamu untukku kan?", ucapnya dengan senyum yang sangat manis.

"Iya, måυ͡", kujawab lirih dengan senyum balik padanya.

Jungkook memberiku kado terindah di ulang tahunku yang ke-19 ini.

Foreword

"Kau måυ͡ berjanji menyimpan seks pertamamu untukku kan?", ucap Jungkook dengan senyum yang sangat manis.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet