The Worst Day Ever

The Coffee Series : Americano

Seoul, 2015

Author’s POV      

            Di bagian lain di Seoul, tepatnya di salah satu apartemen di wilayah Gangnam, seorang pemuda tengah terlelap. Di samping kamarnya samar-samar terdengar suara dua orang, yang satu perempuan yang satu wanita, sedang berbicara. “Yeobo, apa menurutmu tindakanmu itu tidak terlalu kejam untuknya? Kau tahu kan bahwa Joonmyun adalah anak yang sensitif? Semua  akan ia pikirkan setengah mati,” ujar seorang perempuan yang merupakan ibu dari Kim Joonmyun kepada ayah Joonmyun. “Dia sudah seharusnya bisa mencari pasangannya sendiri. Kalau tidak begini, ia pasti tidak akan berusaha untuk memikirkan pasangan, tidak hanya selalu terfokus pada pelajarannya,” jawab ayah Joonmyun dengan tenang. “Semoga apa yang menjadi keputusanmu adalah yang terbaik untuknya,” kata ibu Joonmyun.

            “Joonmyun, ayo nak bangun sudah pagi,” ujar ibu Joonmyun lembut. “Ugh, sudah jam berapa ini, Eomma?” sahut Joonmyun yang berusaha membuka matanya.”Sekarang sudah pukul 7, Joonmyun-ah. Ayo cepat bangun, kau kan biasanya tidak suka datang terlambat. Apalagi sekarang kan hari pertama kau masuk sekolah sebagai murid senior. Apa kau mau tahun seniormu ini diawali dengan buruk. Ada yang ingin Abeoji bicarakan denganmu,” ujar ibunya seraya meninggalkan kamar Joonmyun. Ada apa lagi ini? Setahuku aku tidak berbuat yang aneh-aneh, batin Joonmyun resah. Dengan rambut acak-acakan khas orang yang baru tidur, Joonmyun pun bangkit dari tempat tidurnya berjalan ke arah lemari bajunya untuk mengambil baju seragamnya. Setelah ia menemukan baju seragamnya yang tergantung dengan rapi di leamri bajunya, ia segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

            Setelah ia berpakaian dengan rapi, ia pun segera keluar dari kamarnya dengan membawa tas sekolahnya menuju ke ruang makan. Di ruang makan itu, terdapat ayah dan ibunya. “Selamat pagi, Abeoji, Eommanim,” sapa Joonmyun kepada orangtuanya. Setelah mengecup pipi ibunya, Joonmyun pun segera duduk di kursi meja makan berseberangan dengan ayahnya. Ayahnya yang sedari tadi terlihat sibuk membaca Koran, tiba-tiba langsung meletakkan korannya dan memandang Joonmyun dengan wajah yang serius.

            “Joonmyun-ah,” panggil ayahnya. Joonmyun yang sedang mengolesi rotinya dengan selai pun mendongakan kepalanya kepada ayahnya ketika namanya dipanggil. “Nae, Abeoji?” jawab Joonmyun dengan gugup. “Ada yang ingin Abeoji bicarakan padamu. Joonmyun-ah, abeoji minta maaf sebelumnya. Abeoji sudah sepakat dengan teman Abeoji yang sesama CEO untuk menjodohkanmu dengan anak perempuannya. Satu -satunya cara agar kau dapat mematahkan perjanjian ini adalah dengan bertunangan dengan gadis yang kau cintai. Minimal kau harus berpacaran dengannya dan menunjukkan pada Abeoji bahwa kau benar-benar mencintainya,” kata ayahnya kepada Joonmyun dengan wajah yang serius.

            Joonmyun merasa tubuhnya seperti tersambar dengan petir. Seluruh tubuhnya menjadi kaku dan ia hanya bisa duduk tercengang di kursinya. “A-Abeoji… Abeoji pasti bercanda kan? Abeoji p-pasti tidak akan melakukan hal itu kepadaku kan?” ujar Joonmyun tergagap karena shock yang ia alami. “Apakah wajah Abeoji menunjukan bahwa aku bercanda, Joonmyun?” jawab ayahnya. Sekali lagi, Joonmyun hanya bisa duduk tercengang di kursinya.

            Setelah beberapa saat, Joonmyun berhasil menenangkan hatinya. Lalu ia bangkit berdiri dari kursinya dan segera berjalan menuju ke pintu depan untuk berangkat ke sekolah. Roti tawar yang ada di piringnya pun sama sekali belum tersentuh. Tanpa berpamitan dengan orangtuanya, Joonmyun segera berangkat ke sekolah.

            Semoga kau dapat menemukan wanita yang dapat kau jadikan sebagai pendamping hidupmu, Joonmyun-ah. Abeoji harap kau dapat melakukannya dengan baik dan tanpa kecurangan karena Abeoji tahu bahwa kau pasti tidak akan bertingkah serendah itu, batin ayah Joonmyun memandang kepergian anaknya.

            Mobil Mercedes-Benz seri S berwarna silver milik Joonmyun terlihat memasuki halaman sekolah. Setelah ia memarkir mobilnya, Joonmyun segera keluar dari mobil dan berjalan memasuki sekolah menuju ke cafeteria untuk bertemu teman-temannya. Di sepanjang lorong menuju ke kantin, Joonmyun menyapa semua orang yang ia temui. Decak kagum ia dapatkan dari semua orang baik siswa maupun guru yang ia sapa. Semua orang kagum terhadap kesopanan Joonmyun. Meskipun perasaannya sedang kacau balau, tapi ia masih ingat untuk menyapa semua orang yang ia temui.

            Sesampainya ia di cafeteria, ia disambut oleh keriuhan dari meja tempat teman-temannya sesama Kingka duduk. Di meja itu, terlihat para maknaes seperti Sehun, Kai, dan Tao sedang memasang taruhan pada sesuatu. Xiumin sebagai yang tertua justru lebih parah. Ia merengek seperti akan menangis ketika makannya direbut oleh Chanyeol. Kris hanya duduk di kursinya dengan wajah face mode on yang menjadi andalannya. Chen dan D.O. sedang mengadakan lomba menyanyi. Luhan duduk di kursinya sambil memainkan rubiksnya dengan bosan, sedangkan Lay membaca buku sambil mengunyah makanan.

            “Hey guys,” sapa Joonmyun. “Sup, hyung,” balas Chanyeol sambil terus mencuri makanan Xiumin. Yang lainnya hanya mengangguk pada Joonmyun. “Ngomong-ngomong, dimana Baekhyun? Biasanya dia yang paling heboh,” tanya Joonmyun sambil duduk di sebelah Luhan. “Oh, Baekhyun sepertinya sedang menjemput sahabat perempuannya. Siapa lagi namanya? Oh ya, Shin Hyunjoo dari kelas 2-1,” jawab Luhan tanpa mengalihkan perhatiannya pada rubiksnya. “Hey, Suho hyung. Kenapa wajahmu muram sekali?” tanya Lay setelah memperhatikan raut wajah Suho, alias Joonmyun yang terlihat suram. Suho adalah nama panggilan yang diberikan oleh orang-orang ketika melihat Joonmyun. Arti nama Suho sendiri adalah penjaga karena Joonmyun selalu dapat menjaga ketenangan tidak seperti teman-temannya yang selalu menjadi biang keonaran.

            “Guys, orangtuaku menjoodohkanku dengan anak teman mereka,” jawab Joonmyun masih dengan wajah yang suram. “WHAAAT??? Sekarang ini zaman sudah modern, apa masih ada trend untuk menjodohkan anak mereka???” ujar Kris heboh. Joonmyun hanya dapat medesah dengan pasrah. “Satu-satunya cara agar dapat mematahkan perjodohan ini adalah bertunangan dengan gadis yang benar-benar kucintai, minimal aku dapat berpacaran dengannya. Jangankan berpacaran, aku sama sekali tidak mengerti apa-apa mengenaii cinta. Aduh… Bagaimana jika aku gagal menemukan gadis yang aku cintai? Aku sama sekali tidak ingin mencari jodoh terlebih dahulu. Hidupku masih sangat panjang. Nanti jika aku gagal, bagaimana jika gadis yang dijodohkan padaku sangat menyebalkan dan manja. Tamat sudah hidupku,” keluh Joonmyun yang sedang membenturkan kepalanya ke meja. “Hahaha… Hyung sama sekali tidak punya pengalaman dalam hal cinta sama sekali. Jangankan wanita yang hyung cintai, wanita yang menjadi idola kau tak punya hyung. Kadang-kadang aku pun bertanya-tanya dalam hatiku, apakah hyung ini homo atau tidak,” ujar Sehun menambahkan sengsara Joonmyun. Joonmyun pun mendesis kepada Sehun.

            “Bagaimana agar aku dapat menarik perhatian wanita??? Selama ini aku hanya dihargai saja, bukan untuk dilirik untuk dijadikan sebagai pacar,” tanya Joonmyun yang tambah pusing dengan keadaan yang ia alami. “Hyung itu terlalu sopan. Jadi gadis-gadis yang lain hanya memandangmu sebatas kekaguman saja,” jawab Lay yang sudah meletakkan bukunya untuk memfokuskan perhatiannya pada topik pembicaraan yang diangkat Joonmyun. “Lalu apa yang harus kulakukaaan???” tanya Joonmyun. “Aigo hyung, wanita itu suka pada lelaki yang memiliki image bad boy,” jawab Sehun bosan. “Hyung butuh contoh? Lihat saja aku. Aku mempunyai image bad boy dan image y,” jawab Kai sambil mempraktekkan imagenya kepada siswi yang lewat di depannya. Hanya dengan satu kedipan mata dengan mimik wajah yang menurutnya seksi, gadis yang lewat di depannya pingsan.

            “Ah, sudah-sudah. Kau tidak perlu mempraktekkannya lagi. Hanya dengan melihatmu saja aku sudah mual,” ujar Joonmyun sambil memijat keningnya. “Eh, kalian tidak menuju ke ruang auditorium? Sekarang sudah hampir pukul 8. Bisa-bisa kalian telat mengikuti upacara pembukaan tahun ajaran baru,” ujar Chen yang baru saja melihat jam tangannya. “Aduh, bisa bahaya kalau kita terlambat. Aku tidak mau mendengarkan ceramah guru kedisiplinan. Membayangkannya saja sudah membuatku merinding,” ujar Tao sambil bergidik ngeri. Kesebelas Kingkas itu pun segera berjalan menuju ke ruang auditorium. Sesampainya disana, mereka semua berpisah sesuai dengan tingkatan mereka. Xiumin, Luhan, Kris, Joonmyun, dan Lay pergi menuju ke bangku untuk senior. Chanyeol, Chen, dan D.O. duduk di bangku untuk sophomore. Sedangkan para maknaes duduk di bangku junior.

            Pukul 8 tepat upacara pembukaan dimulai. Joonmyun mendengarkan pidato kepala sekolah dengan baik. Di tengah pidato pak kepala sekolah, tiba-tiba terdengar suara dengkuran keras. Grooook, groook… Perhatian seluruh peserta upacara beralih kepada Byun Baekhyun, teman Joonmyun sesama kingka yang tadi pagi menghilang entah kemana. Pak Kang pun berdeham – deham seperti ingin membangunkan Baekhyun. Tapi apa daya, Baekhyun sudah terlalu dalam menyusuri Lala Land. Kesabaran Pak Kang menipis. Lalu sebagai usaha terakhir, Pak Kang berteriak melalui mikrofonnya. “BYUN BAEKHYUN-SSI!!!” dengan lantang Pak Kang memanggil namanya. “YA SAYA BERSEDIA!!!” Baekhyun yang terbangun dengan kaget mengatakannya. Seluruh peserta upacara meledak dalam tawa. Begitu pula dengan para Kingkas. Chanyeol seolah-olah akan tertawa berguling-guling di lantai.

            “Kau bersedia apa, Mr. Byun Baekhyun-ssi? Bersedia melamar saya? Mohon maaf sebelumnya, tapi saya normal dan saya sudah memiliki keluarga yang menanti saya,” jawab Pak Kang kesal. Suara tawa satu sekolah membahana memenuhi ruang auditorium. Baekhyun yang tersipu malu hanya menundukkan kepalanya sambil mendekatkan badannya ke Hyunjoo. “Bwahahaha… dasar si bocah satu itu,” ujar Kris sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa. Lay yang duduk di samping Joonmyun pun terlihat seperti mengusap air matanya yang menetes karena tertawa keras. Joonmyun yang biasanya hanya diam wajahnya memerah karena terlalu banyak tertawa.

            “Mr. Byun Baekhyun-ssi, nanti sepulang sekolah kau harus datang ke ruang bimbingan  konseling untuk menerima hukuman. Mengerti?” kata Pak Kang. Baekhyun hanya bisa mengangguk lemah. “Kasihan Baekhyun. Bisa-bisa ia mati berdiri mendengarkan ceramah guru kedisiplinan,”  ucap Luhan setelah dapat mengendalikan tawanya yang meledak-ledak. Para Kingkas senior yang lain pun mengangguk setuju dengan perkataan Luhan.

            Setelah upacara selesai, Joonmyun dan para Kingkas senior yang lain segera menuju loker mereka. Setelah mendapatkan segala perlatan yang mereka butuhkan, mereka bergegas masuk ke ruang kelas mereka masing-masing. Xiumin dan Luhan masuk ke ruang musik, Kris segera menuju ke ruang ganti untuk berganti pakaian olahraga, sedangkan  Joonmyun dan Lay masuk ke ruang biologi.

            Di tengah pelajaran, perut Joonmyun berbunyi nyaring seperti perpaduan antara bunyi petir dengan kursi atau meja yang ditarik. Joonmyun pun tersipu malu. Sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada Joonmyun. Sepersekian detik setelah bunyi perut Joonmyun yang menggelegar di tengah keadaan kelas yang hening, seluruh mata tertuju pada Joonmyun. “Ma-Maaf… Aku lapar. Ta-tadi aku lupa belum sarapan,” ujar Joonmyun terbata-bata saking malunya. Teman-teman Joonmyun tertawa geli. Wajah Joonmyun yang memerah seperti kepiting rebus sekarang berwarna semerah seperti perpaduan antara cabai merah dan paprika merah yang masak. 30 menit kemudian, bel tanda istirahat pun berbunyi. Para murid bergegas meninggalkan ruang kelas. “Suho hyung, kau ke cafeteria sendiri saja. Aku mau ke perpustakaan,” kata Lay kepada Joonmyun. “Hm, baiklah. Sampai nanti,” jawab Joonmyun. Setelah berpamitaan dengan Lay, bukannya Joonmyun menuju ke kantin, ia malah menuju ke halaman belakang sekolah.

            Di halaman belakang, suasananya sepi karena tidak banyak murid yang mendatanginya. Lagi pula di sana hanya terdapat satu pohon apel diantara hamparan rumput hijau yang luas. Pohon apel itu kebetulan sedang berbuah. Joonmyun pun memanjat pohon itu dan duduk di salah satu batangnya. Setelah itu, ia memetik sebuah apel yang matang dan ranum. Saat sedang asyik memakan apel, tiba-tiba datanglah seorang gadis berambut panjang dan langsung duduk bersila di bawah pohon. Gadis itu memakan bekal yang ia bawa sambil membaca sebuah buku. Tiba-tiba muncullah niat jahil dalam diri Joonmyun. Kai dan Sehun mengatakan bahwa wanita suka pada lelaki yang memiliki image bad boy. Hm… bagaimana jika aku praktekkan saja ya? batin Joonmyun tampak menimbang-nimbang. Joonmyun pun memutuskan untuk mempraktekkannya kepada si gadis. Setelah buah apel yang ia makan habis, ia melemparkan sisa apel tersebut kearah si gadis. Headshot! Lemparan Joonmyun berhasil mengenai kepalanya. Gadis yang dilempar apel oleh Joonmyun pun kaget segera bediri dengan postur mengancam sambil berseru. “AW! YAH! Siapa yang berani melemparkan apel kearahku hah?! Tunjukkan dirimu, akan kubunuh kau!!!” seru gadis itu kesal. Ekspresi kesal menghiasi wajah manisnya. Uh oh, sepertinya ia kesal, batin Joonmyun. Apa yang harus aku lakukaaaaaan??? Bagaimana iniiii??? Joonmyun panik bukan kepalang. Ia pun mengingat tujuannya menjahili gadis itu adalah untuk mempraktekkan image bad boy. ”Itu aku. Kenapa? Masalah untukmu?” jawab Joonmyun dengan santai.

Mendengar jawaban dari atas pohon, segera gadis berbalik menghadap ke pohon sambil mendongak ke atas. Joonmyun hanya melemparkan cengiran jahil kepada si gadis. Melihat cengiran jahil yang diberikan Joonmyun membuat gadis itu menjadi tambah kesal. . “SINI KAU, BODOH! TURUN SEKARANG  JUGA SEBELUM AKU YANG AKAN MEMBUATMU TURUN!” teriaknya semakin kesal. “Maaf ya, tapi aku sedang malas turun. Melelahkan sekali apabila harus turun lalu naik lagi,” ujar Joonmyun tersebut dengan santainya. Gadis yang sangat kesal itu pun menendang pohon apel tersebut sepenuh tenaga. Joonmyun yang tidak menyangka akan tindakan gadis itu pun kelabakan akan kekuatan tendangannya yang dapat mengguncang pohon tersebut dengan kuat.

BUUUK…

Joonmyun terjatuh tanpa sempat berpegangan.Apa-apaan sih gadis ini? Sudah gila kah dia?Beruntung aku hanya jatuh, bukannya mati, keluh Joonmyun dalam batinnya. ”Aduh! Kau ini gadis atau pria sih? Tendanganmu lebih kuat daripada kuda,”keluh Joonmyun terhadap si gadis sambil mengelus-elus tubuhnya yang sakit. Tunggu dulu… sepasang paha seputih salju yang terlihat lembut… Aku terjatuh dimana ini?!?! ujar Joonmyun dalam benaknya dengan panik. ”Hah! Makanya jangan meremehkanku. Kan aku…” belum sempat gadis itu menyelesaikan kata-katanya, ia melihat ke bawah dan menemukan bahwa posisi jatuhnya Joonmyun membuat wajahnya tepat berada di dalam roknya. “KAAAAUUUUU!!!! DASAR MESUM!!!!” teriaknya heboh. ”AAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!” teriak Joonmyun tak kalah hebohnya. Belum sempat si gadis menonjok wajah Joonmyun, tiba-tiba terdengar suara gedebuk kencang yang kedua.

BUUUK…

            Ternyata Joonmyun pingsan dengan hidung mimisan parah. Sungguh hari terburuk yang pernah Joonmyun alami.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
AnastasiaDea
Guys, karena UKK ku udah beres, siap2 buat update ya... Stay tune..

Comments

You must be logged in to comment
beby95 #1
Chapter 3: Bad boy Junmyeon ^^
waah pengen tau gimana reaksi Junmyeon setelah pingsan, ngerasa malu ga tu bocah haha. Ditunggu chapter selanjutnya
AnastasiaDea
#2
Kekeke... Thanks for your comment... ^^
Btw, chapter 2 nya udh jadi kok, tinggal tunggu tanggal tayangnya aja...
Stay tuuuneeeeee... kamsahamnidaaaa... ^^
beby95 #3
Chapter 1: waah ceritanya menarik.
suka karakter peniel-hyunjoo di sini.
itu Junmyeon ya yang di scene terakhir
di tunggu chapter duanya.. semangat ^^