THE BOY NEXT DOOR (CHAPTER 3)

The Boy Next Door

So jung sangat terpukau melihat kemampuan jong in menari,

 

"Kau harus memilihnya sesuai dengan pilihanmu, sesuai dengan apa yang kau suka yang datang dari hatimu"kata kata lelaki tampan tersebut tak dapat hilang dari pikiran tersebut

 

So jung terpesona oleh kemampuan jong in menari. Gerakan gerakan yang dilakukan jong in membuat so jung tertarik dan jatuh cinta.

 

Singing & dance

So jung sudah membulatkan pilihannya dikedua jurusan tersebut.

 


 

Seberkas sinar memenuhi pandanganku, dapat kurasakan kedua mataku terpejam namun rasa silaunya masih dapat kurasakan.

“so jung wake up!” seseorang berteriak didekatku, “hey wake up!” kini ia mengguncang guncang tubuhku namun aku tak menemukan seorangpun didekatku.

“mau sampai jam berapa kau tidur? Ini sudah siang!” omelnya tepat ditelingaku. Dengan sekuat tenaga kedua mataku akhirnya terbuka, walaupun tak sepenuhnya. Kulihat mom yang dengan sangat sengaja membuka gordyn jendelaku selebar lebarnya, membuat sinar matahari menembus masuk kekamarku. Seberkas cahayanya bahkan sampai di wajahku.

“mom..” gumamku, kulihat mom tengah memeriksa keranjang baju kotor miliku dan membawanya untuk di laundry. Rutinitas mom di minggu pagi adalah bersih bersih, tak ada bedanya saat ia tinggal di san fransisco maupun di seoul.

sejujurnya aku masih ingin tidur 2 atau 3 jam lagi, pertunjukan Asia’s next top model semalam membuatku terjaga sampai pagi.

“cepat bangun! Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu..” mom memukul pantatku cukup keras. “mooom!!” protesku. Mau tak mau aku bangkit dari tidurku, terduduk sejenak diatas ranjang sambil mengumpulkan nyawaku yang belum seutuhnya kembali kedalam tubuh ini.

 

“grandma kemana mam?” tanyaku pada mom yang tengah sibuk membersihkan karpet ruang televisi menggunakan vacuum cleaner.

“di halaman belakang, sedang bercocok tanam” jawab mom, akibat bisingnya suara vacuum cleaner membuat kami harus saling berteriak satu sama lain dan lama kelamaan kepalaku menjadi pusing belum lagi suara televisi dengan volume yang sangat besar karna mom ingin bersih bersih sambil menonton acara memasak yang tak boleh ketinggalan setiap minggunya

Dengan cepat kuhabiskan omelet dipiringku dan kuteguk habis susu putih low sugar yang disiapkan mom, setelah semuanya kuhabiskan aku berlari keluar rumah untuk bergabung bersama grandma di halaman belakang. Kupikir bercocok tanam lebih cocok di minggu pagi seperti ini, dari pada mendengarkan kebisingan yang berlebihan bersama mom.

Angin diluar berhembus cukup kencang, namun anginnya terasa hangat dan menyejukan sangat nyaman sekali. Kuhirup nafasku dalam dalam kesegarannya dapat kurasakan di seluruh tubuhku.

“grandma..!” kupeluk tubuh grandma, grandma melonjak terkejut.

“so jung-a.. jantung grandma hampir copot” protesnya, sarung tangan yang membalut tangan grandma terlihat sudah dipenuhi oleh tanah begitu juga dengan dengan pakaiannya.

“grandmaaaaa.. kau seperti anak taman kanak kanak yang bermain pasir! Kenapa kotor sekali…” ujarku melihat grandma yang asyik kotor kotoran dengan bunga bunga yang baru ia beli.

“so jung-a bantu aku bawakan bunga itu kemari..” grandma menunjuk bunga yang ada didekatku, bunga kecil berwarna putih yang masih berbungkus plastik bening.

“Aku membawanya di taman panti asuhan, ini bunga liar tapi lihatlah cantik bukan?” kata grandma dengan senyum di wajahnya, jika urusan tanam menanam memang favorit grandma.

Aku menganggukan kepala, “mmh.. cantik sekali..” kataku. Aku melihat setiap langkah yang grandma lakukan, ia sangat cekatan sekali memindahkan bunga tersebut kedalam pot dengan tak lupa memberikan pupuk dan cling bunga liar tersebut terlihat indah didalam pot berwarna senada dengan warna bunganya.
“huwaaah.. indah sekali” kataku saat grandma selesai menempatkan bunga tersebut di dalam pot.

“tolong bantu aku angkat ini ya..” kata grandma, ia bangkit berdiri aku mengikutinya sambil mengangkat potnya dan menyimpan kedalam rak tempat bunga bunga lain disimpan oleh grandma.

“huwaaa.. cantik sekali ya..” komentar grandma saat melihat isi rak miliknya yang dipenuhi bunga bunga indah dengan berbagai jenis dan warna.

“grandmaku memang berbakat…” aku memeluk grandma dengan erat.

“so jung kau ingin ikut kotor seperti aku?” canda grandma.

“ahh benar juga…” aku melebarkan tanganku dari tubuh grandma, ia terkekeh melihatku.

“halmoeni…” seseorang berteriak memanggil grandma, aku dan grandma sontak terkejut dan mencari cari sumber suara tersebut.

Seorang lelaki berdiri di atas balkon rumah, melambaikan tangannya kearah grandma. “Selamat pagi..” sapanya, ia membungkukan tubuhnya kearah grandma.

“jonginiee..” panggil grandma dan membalas lambaian tangannya, aku terkejut melihat grandma yang tiba tiba saja sangat bersemangat dan berteriak cukup kencang. Jarang jarang aku melihat grandma sesemangat ini. “kemari..! bantu aku menyiram bunga” ujar grandma.

“arraseo.. aku akan segera turun! Halmoeni tunggu aku..” kata lelaki tersebut, ia berlari dan menghilang di balik pintu.

“grandma.. kenapa kau berteriak seperti itu.. bersemangat sekali” ujarku, grandma hanya tersenyum kegirangan. Aku kembali melihat kearah balkon tempat lelaki tadi muncul, aku terdiam dan berfikir. ‘bukankah itu kamar disebrang kamarku? Lalu bukankah itu rumah kim jong in?’ aku terkejut karna baru menyadarinya aku berdiri disini masih memakai piama kusut dengan wajah yang belum menyentuh air sedikitpun.

“Halmoeni..” lelaki tersebut sudah berada di halaman belakang bersama kami, tak ada waktu untukku mengganti pakaian lusuh ini atau sekedar mencuci muka bantal ini.

Aku berdiri dibalik tubuh grandma berusaha menyembunyikan keberadaanku walaupun nihil. Kim jong in sangat tampan, walaupun hanya memakai kaos oblong dan celana jeans pendek yang robek robek si sana sini.

“eoh.. so jung?” katanya, dan aku merasa gagal bersembunyi.

“… jong in annyeong” aku melambaikan tanganku tanpa ingin memperlihatkan muka ini padanya. Sangat sedih saat harus bertemu dengannya di keadaan saat ini.

“mwo? Kalian sudah saling kenal?” tanya grandma yang kebingungan, aku terus bersembunyi dibalik tubuh grandma.

“kami sekolah di satu sekolah yang sama..” jawab jong in.

“jinjja?” grandma memutarkan tubuhnya melihat aku.

“mmh..” jawabku sambil mengangguk.

“waaa.. syukurlah kalau begitu aku bisa menitipkan so jung padamu” kata grandma.

“jangan khawatir halmoeni..” jong in tersenyum dan menatapku dan sebentar lagi wajahku akan memerah sebelum terlihat mencolok lebih baik aku pergi.

“grandma aku masuk dulu ya..” belum sempat aku melangkah pergi, tanganku dipegang oleh grandma.
“nanti.. bantu aku menyirami tanaman eoh..” katanya, “aku mau mendi dulu” ujar grandma sambil tersenyum menggoda dan membuatku tambah malu didepan jong in.

“jonginnie..” kata grandma, “bisakah kau membantu so jung?” pinta grandma.

“arraseo halmonie.. dengan senang hati..” katanya sambil tersenyum.

“kalau begitu aku tinggal dulu eoh? Setelah selesai masuklah kita makan bersama ya..” ujar grandma.

“nee halmoeni..” jong in membungkukan tubuhnya kearah grandma, dan grandma pergi meninggalkan kami berdua disini dengan rumput yang bergoyang.

 

“kajja..” jong in menepuk tangannya dan ia seperti mencari cari sesuatu. “kusiapkan dulu selang airnya ya” kata jong in dan ia menepuk bahuku lembut membuat seluruh darah dalam tubuhku mengalir sangat kencang.

Aku hanya mengangguk dan terdiam ditempatku, kulihat jong in berjalan kedekat keran yang ada di halaman belakang dan membawa selang dari dalam kotak besar yang terbuat dari besi yang ada disamping keran tersebut. Ia terlihat taka sing dengan tempat ini dan membuatku bingung.

“tangkap ini..” ia melemparkan ujung selang kearahku dan terjatuh didekat tempatku berdiri. Aku meraih selang tersebut.

“sudah kubuka..” ia berlari kearahku, “bagaimana sudah keluar airnya?” katanya.

Aku menggeleng gelengkan kepalaku, “tak ada airnya” jawabku sambil melihatkan ujung selangnya kearah jong in.

“eoh aneh sekali, kerannya sudah kubuka” ia menggapai tanganku dan mendekatkan selangnya lagi kearahnya. Jantungku berlari lagi, berdetak sangat kencang karenanya. Aku terdiam ditempatku, kaku dan tak banyak yang bisa kulakukan.

“eoh kau menginjak selangnya..” kata jong in menunjuk kearah kakiku.

“ne..? benarkah?” aku mengangkat kakiku dan begitu saja air mengalir sangat kencang menyemprot tepat kearah wajah jong in. dengan cepat kutarik selang tersebut menjauh dari jong in dan tubuhku basah kuyup dibuatnya.

“hahahaha..” jong in tertawa geli, wajahnya basah begitu juga dengan bajunya dan begitu pula dengan aku. Aku menatap jong in dan akhirnya ikut tertawa bersamanya.

 

“kau yakin tak mau mengganti bajumu?” tanyaku pada jong in, aku memberikan handuk kecil padanya.

“kwaencana..” katanya, ia menggosok gosok rambutnya yang basah. Rambutnya yang basah terjatuh ke wajah tampannya dan membuat jantungku semakin berdegup kencang.

Kami duduk bersama di ayunan using yang di beberapa tempat sudah berkarat. Aku mengayunkan ayunannya perlahan dan ia berdenyit seperti kelelahan.

“aku sudah menyiram semuanya..” kata jong in, tangannya menunjuk ke segala arah.

Aku mengangguk anggukan kepalaku, “kamsahamnida..” kataku. “dan maafkan aku..” aku menundukan kepalaku dan jong in tiba tiba saja mengacak acak rambutku.

“lumayan menyegarkan..” ujarnya, “bermain air seperti tadi..hahaha” ia tertawa lagi dan wajahnya terlihat sangat tampan. Aku tersenyum menikmati pemandangan tersebut.

“sepertinya kau sudah hafal setiap sudut rumahku?”

“benarkah?” ia menatapku, “sebenarnya tidak semua sudut rumahmu, hanya halaman rumahmu tak asing bagiku” katanya.

“kau sering datang membantu grandma?”

Jong in diam sejenak, ia menatapku dalam dan seperti hanyut dalam pikirannya untuk sejenak. Aku dapat merasakannya jantungku berdetak sangat kencang “hmm..” ia mengangguk sambil tersenyum padaku.

 

***


 

“mom.. aku sudah siap” teriak so jung sambil menuruni anak tangga dengan langkah yang cepat. Mom sudah duduk bersama grandma di ruang makan, ia terlihat tengah sibuk memakai sepatunya sambil menatap ipad miliknya.

“so jung kemari, kita sarapan..” perintah grandma

“ne..” jawab so jung dan menuruti perintah grandma. Ia duduk ditempatnya dan dengan damai meneguk susu putih yang telah disiapkan untuknya, ia meraih satu slice roti bakar yang ada di tengah meja makan dan mengoleskan selai keju diatasnya.

“hari ini kau pergi sendiri yaa, mom ada rapat pagi ini” ujar mom tanpa menatap anak gadisnya tersebut, ia masih sibuk dengan ipadnya.

“mooom…” rengek so jung, “tak bisakah kau mengantarku dulu?” pintanya.

“aku harus bertemu klien pagi ini, tempatnya berbeda arah dengan sekolahmu so jung-a” jelas mom, Ia bangkit dari tempatnya dan berjalan kearah so jung. “I’m sorry” mom mengecup puncak kepala so jung. “omma, aku berangkat yaa..” kata mom pada grandma.

“hati-hati dijalan..” sahut grandma, mom pun pergi meninggalkan so jung dengan wajahnya yang mengkerut karna kesal.

“huh.. lihatlah mom tega meninggalkan aku sendirian grandma” keluh so jung.

“bukankah kau suka pergi memakai bis?” grandma tersenyum menggoda cucunya.

“aishh.. grandma kau bersekongkol dengan mom yaa..” dumal so jung, ia bangkit dari duduknya “kalau begitu aku akan berangkat sekarang, aku tak mau ketinggalan bis pertamaku kesekolah..” kata so jung dengan candaan, grandma terkekeh geli.

“aku pergi grandma..”

 

 

“kenapa lama sekali..” gumam so jung, untuk beberapa kali ia mengecek jam ditangannya. Sudah hampir 15 menit berlalu dan bis yang akan mengantarkannya kesekolah belum kunjung tiba. Beberapa orang yang ada di halte berkelakuan sama dengan so jung, melihat kearah datangnya bis sambil mengecek jam tangan mereka terus menerus. Beberapa kali so jung mengganti playlist lagu di ponselnya karna bosan.

“eoh.. itu bisnya” ujarnya, beberapa orang yang lain merapat kepinggir jalan membuat so jung kesusahan untuk berdiri dari tempatnya. Bis berwarna biru langit dengan beberapa bagian badannya terdapat gambar sebuah iklan berhenti tepat didepan orang orang yang sudah berkerumun. Saat pintunya terbuka, semua orang berebutan untuk masuk lebih dulu dan so jung pun tak mau ketinggalan ia berdiri dari tempatnya dan tiba tiba saja keseimbangannya hilang.

Sebelah tali sepatunya terlepas dari ikatannya, dan sepatu yang lain tak sengaja menginjaknya membuat langkah so jung terhambat dan keseimbangannya hilang sampai seseorang meraih lengan gadis cantik tersebut dengan sigap dan menegakan kembali tubuhnya yang hampir ambruk di atas aspal.

“kwaencana?” kata jong in, ia berdiri tepat didepan so jung saat ini. Belum sempat so jung menjawab pertanyaannya, jong in berlutut di hadapan so jung dan membuat gadis tersebut terkejut. Jong in mengikatkan tali sepatu so jung yang lepas, lelaki tampan tersebut mengikatnya sangat erat dan mengecek tali sepatu yang lain agar tidak ikut lepas.

“Kajja..” kata jong in saat telah memastikan tali sepatu so jung sudah cukup erat dan aman untuk gadis tersebut berjalan lagi. Jong in tersenyum dan meraih lengan so jung, ia menarik tubuh gadis cantik tersebut masuk kedalam bis bersama sama. So jung hanya diam tak mampu bicara, detak jantungnya bahkan terasa lebih kencang terdengar saat ini olehnya ketimbang suara suara di sekitarnya. Jong mendekatkan kartu bis miliknya dan membunyikan alat pembayaran otomatis didekat pengemudi dua kali.

“eoh.. ini kartuku..” so jung menunjukan kartu miliknya.

“kwaencana..” jong in meraih kartu tersebut dan memasukannya kedalam kantong jaket milik so jung. Kedua tangan jong in menggenggam bahu so jung dan mengarahkan tubuh kurus so jung pada kursi kosong dihadapan mereka. “duduklah..” kata jong in, ia menempatkan tubuh so jung dikursi kosong tersebut dengan lembut dan jong in sendiri berdiri tepat menghadap kearah gadis tersebut.

Tak ada yang dapat so jung lakukan selain mengatur nafasnya yang menggebu kencang saat ini, detakan jantungnya yang abnormal membuat nafasnya ikut tersenggal senggal. Kedua matanya tak dapat lepas dari jong in di hadapannya, ia masih sangat terlena dengan apa yang dilakukan jong in beberapa menit yang lalu. Dalam hatinya merasa begitu senang.

 

 

Dan bis akhirnya tiba di tempat tujuan mereka, membuat so jung kecewa karna waktu terasa begitu cepat berlalu. Jong in turun lebih dulu, ia memperhatikan so jung turun dari dalam bus dan memastikan gadis tersebut turun dengan aman.

“kwaencana?” tanya jong in saat mereka berjalan kesekolah bersama sama

“Ne?”

“kau diam saja sejak di perjalanan, apa kau baik baik saja?”

So jung menganggukan kepalanya dengan yakin, “aku baik baik saja” katanya sambil tersenyum malu. “… kamsahamnida..” katanya lagi.

“untuk apaa..” balas jong in.

“untuk membayar ongkos bis pertamaku, dan mengikat tali sepatuku..” jawab so jung malu malu.

Jong in terkekeh geli, “kau boleh membayar rasa terima kasihmu..” candanya.

“nee?!”

“hahaha aku bercanda..” jong in menepuk pangkal kepala so jung pelan, dan kali ini so jung tak mampu bertahan lagi. So jung selalu luluh pada seorang lawan jenis yang menepuk kepalanya seperti cara jong in melakukannya saat ini.

“KIM JONG IN!” seseorang berteriak memanggil jong in, so jung dan lelaki tampan tersebut membalikan badannya mencari arah suara tersebut. Seorang lelaki tampan lain yang so jung tau selalu bersama sama dengan jong in. Sebelum ia akan merasa malu, so jung memilih untuk memisahkan diri “aku masuk duluan ya..” so jung mempercepat langkahnya.

“hey tunggu..!” kata jong in, “aku akan membayar ongkos hari ini segera..” balas so jung sambil memberikan senyum manisnya pada jong in, setelah itu ia berlari kedalam kelas sendirian.

“yaaaaaa…” lelaki yang memangilnya tersebut menepuk kepala jong in begitu keras.

“Kyung soo hyung!” protes jong in, “apa yang kau lakukan..” katanya kesal.

“hey bukankah seharusnya itu pertanyaanku? Apa yang kau lakukan dengan gadis tadi? Siapa dia.. hmm?” goda kyung soo.

“apa maksudmu hyung..?” jong in malu dan berusaha mengalihkan pembicaraan. “kajja hyung nanti kita terlambat..!” jong in mempercepat langkahnya sambil tersipu malu.

“yaaa! Kim jong in…. !” kyung soo berlari untuk menyusul juniornya tersebut dan tak henti henti menggodanya.

 

***


 

Kantin hari ini terlihat penuh seperti biasanya, tempat ini memang menjadi tempat favorit hampir seluruh siswa siswi Hanlim School untuk menghabiskan waktu istirahat makan siang mereka.

“huh kenapa kantin ramai sekali siang ini?” protes baekhyun saat menatap meja di sekelilingnya yang sudah penuh di tempati para siswa dan siswi lain. “rasanya tidak nyaman” keluhnya sambil mengipas tubuhnya menggunakan ujung kemeja seragam yang ia pakai.

“udara hari ini terlalu panas untuk bermain diluar… jadi mungkin semuanya berpikiran untuk menghabiskan waktu disini” jelas kyung soo.

“dimana chanyeol hyung?” tanya sehun yang ikut berkumpul bersama hyungnya yang lain dan juga kim jong in.

“sedang membeli sesuatu sepertinya..” jawab baekhyun dengan malas.

Sehun hanya mengangguk anggukan kepalanya sambil memperhatikan orang-orang disekelilingnya. “eoh!” katanya tiba tiba. “hyung..hyung! lihatlah.. bukankah dia yang tak sengaja terkena bolaku waktu itu?” sehun menunjuk ke suatu arah, wajah tampannya terlihat begitu serius mengamati ke kejauhan.

“yang mana?” tanya baekhyun penasaran, kyung soo yang ada di dekat mereka ikut memperhatikan arah yang di tunjukan sehun.

“itu hyung.. yang rambutnya diikat, yang berjalan di samping sulli..!” jelas sehun begitu bersemangat, jong in yang diam diam mendengarkan dari balik hedsetnya ikut menatap ke arah yang ditunjukan sehun. Ia menemukan so jung yang tengah tertawa lepas bersama sulli, mereka terlihat sedang berjalan keluar dari kantin bersama sama.

“siapa yang ini cola?” chanyeol datang dengan membawa dua kaleng cola di tangannya.

“Aku hyung!” dengan cepat sehun menyambar kedua cola yang ada di tangan chanyeol.

“yaa! Yaa!! Maksudku tidak dibawa dua duanya..!” protes chanyeol.

“mianhae hyung! Aku akan menggantikannya segera..” kata sehun sambil berjalan pergi, ia berlari kecil untuk mengejar sulli dan juga so jung.

Kyung soo yang diam diam sadar, menatap jong in yang ada di sebelahnya. Lelaki tampan tersebut duduk disebelahnya dengan tak nyaman, jong in berusaha untuk tak menatap dan memperhatikan apa yang akan dilakukan sehun pada so jung namun kelakuannya dapat dibaca baik oleh kyung soo yang notabene sudah mengenal jong in sejak lama. Jong in berusaha mengalihkan perhatiannya dengan memainkan ponsel di tangannya, namun sesekali jong in diam diam menatap kearah so jung di kejauhan.

“si maknae brengsek itu awas saja!” umpat chanyeol kesal.

“lihatlah si playbol tengik itu memulai aksinya..” kata baekhyun, semua mata memperhatikan aksi sehun dari tempat mereka. Jong in hanya diam dan terus menatap so jung dari tempatnya.

 

***

 

“sulli-ah, Choi sulli!” sulli menghentikan langkahnya, ia memutar badan 180 derajat untuk mencari tahu orang yang memanggil namanya. So jung yang berjalan disebelahnya ikut memutar badannya dan menatap sulli kebingungan.

“annyeong..” sehun menghentikan langkahnya tepat didepan so jung dan sulli berdiri, ia tersenyum pada mereka berdua wajah tampannya terlihat makin mempesona.

“oh..oh sehun..” kata sulli terkejut, wajahnya terlihat tegang tak seperti sulli yang terkenal luwes dengan siapa saja.

“hmm.. aku kesini untuk meminta maaf secara langsung pada kalian” kedua mata sehun tak henti menatap so jung, walaupun sesekali ia menatap kearah sulli.

“maaf untuk apa..?” ujar sulli, suaranya terdengar merdu saat berbicara.

“soal kemarin, di lapangan basket..” jawab sehun dengan wajah yang merasa bersalah. Ia menatap so jung dengan penuh rasa maaf. “apakah kau baik baik saja?” tanyanya pada so jung.

 “nee..? neee..” ujar so jung, “aku baik baik saja.. tak usah khawatir” jawab so jung sambil menatap kearah sulli. Sulli tersenyum sambil mengangguk yakin pada sehun.

“jinjja? Syukurlahh..” kata sehun tersenyum lega, “aku benar benar tak sengaja, aku tak tahu bolanya akan mengenaimu..” ujar sehun.

“kwaencana.. aku dan so jung baik baik saja kok..” ujar sulli sambil merangkul lengan so jung bersemangat.

“syukurlah.. aku kesini untuk memastikan tak ada cedera karna perbuatanku” kata sehun tulus, “ini..” ia memberikan dua kaleng soda pada so jung dan sulli. “aku ingin membelikan yang lebih dari ini untuk permintaan maafku, anggap saja ini DPnya ya..” kata sehun sambil menggaruk garuk lehernya yang tak gatal.

“kamsahamnida..” ujar sulli bersemangat.

“.. kamsahamnida..” kata so jung.

Sehun tersenyum dan tak berhenti mempehatikan so jung di hadapannya.

 

***

“jadi siapa dia?” tanya so jung yang terlihat penasaran.

“siapa?” tanya sulli pura pura tak mengerti.

“oh..oh sehun..” so jung meniru gerak gerik sulli saat terkejut sambil menatap sehun di kantin tadi.

“yaaa!” sulli menyenggol bahu so jung dan wajahnya mulai merona kemerahan.

“ceritakan padaku.. aku ingin tahu..” ujar so jung menggoda sulli.

Sulli merangkul lengan so jung, “dia adalah cinta pertamaku..” katanya dengan nada berbisik

“jinjjaa?!” nada so jung sedikit lebih tinggi dari sulli sebelumnya.

Sulli menganggukan kepalanya malu malu, “sejak di sekolah menengah..” tambah sulli.

“ini pertama kalinya dia memanggil namaku lagi setelah kelulusan smp dulu” kata sulli. “setelah masuk sma kami tidak pernah saling berbicara lagi, kami jarang bertemu bertatap muka seperti tadi walaupun sebenarnya aku sering melihatnya” sulli menceritakannya dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

“dan sampai saat ini dia masih menjadi cinta pertamamu?” tanya so jung.

Sulli menganguk mengiyakan, “apakah ini pertanda yang baik untukku so jung-a?” tanya sulli antusias.
so jung tersenyum, “ku doakan begitu..” kata so jung. Gadis cantik tersebut terdiam, ia hanyut dalam pikirannya sendiri tentang cinta pertama. Sejujurnya so jung belum pernah merasakan hal yang seperti itu dan ia sama sekali tak tahu bagaimana yang sulli rasakan saat ini.

 

***


 

Aku berjalan bersama sama dengan sulli memasuki sebuah studio yang cukup luas dengan kaca besar di salah satu sisi ruangannya. Sebuah piano klasik berwarna hitam di pojok ruangan membuatku terkagum saat melihatnya.

"Huwaa.." Gumamku sendiri, sejak kecil aku mendambakan memiliki alat tersebut, namun mom enggan membelikannya untukku dia bilang sangat menghabiskan tempat jadi aku hanya memiliki piano biasa dirumah.

"Aku tegang sekali" bisikku pada sulli.

"Waeyo..?" Katanya santai, "tunggu sampai kau lihat guru musik dan tutor tutor seniornya kau pasti akan bersemangat setelah melihat mereka" jelas sulli yang wajahnya memang terlihat sangat bersemangat. Bagi sulli kelas hari ini bukan kelas yang pertama yang ia masuki, ini merupakan kelas kedua bagi seluruh siswa kelas dua yang mengambil jurusan musik yaa kecuali aku. Aku mengikuti kemana sulli pergi dan bergabung dengan beberapa orang yang lain yang sulli kenal dan tentu saja aku tak mengenalnya.

"Selamat siang.. Annyeong haseyo.." Kata seorang lelaki tinggi dengan tubuhnya yang tegap dan ototnya yang lumayan menonjol di beberapa bagian tubuhnya. Kedua matanya sipit dan memiliki sorot yang amat tajam, kurasa itulah daya tarik lelaki yang sepertinya sudah memasuki usia 30an ini.

"Seperti janjiku beberapa waktu lalu, hari ini adalah pembagian tutor, untuk siswa kelas 3 akan menjadi tutornya" jelasnya, dan beberapa siswa riuh saat mendengar pernyataannya. "Hari ini aku akan mengumkan hasil dari test kalian kemarin dan juga pasangan tutor kalian saat berlatih dan berdiskusi di hari hari selanjutnya" jelasnya. "Ingat di akhir tahun akan ada evaluasi dan tugas berat yang harus kalian lakukan yaitu membuat lagu, menjadi komposer sekaligus menyanyikan lagu kalian tersebut..!" Katanya, sebagian anak anak sangat bersemangat dan yang lainnya terdengar sangat terbebani. "So.. Aku mengharapkan semua dari kalian disini, mendapatkan surat lisensi terbaik untuk meneruskan impian kalian kedepan"

"Apakah kalian siap!" Teriak lelaki tersebut sangat bersemangat, ia berhasil membakar semangat anak anak di ruangan ini kecuali aku. Dan detik ini aku mempertanyakan kembali pilihanku untuk masuk kesekolah ini.

"Gong Songsaengnim! Ada murid baru yang belum di test sama sekali" sulli mengangkat tangannya dan berteriak sangat kencang, entah mengapa seisi kelas menatap kearahku bukan kearah sulli.

"Oh ya.. You're right!" Kedua mata guru gong melihat kearahku, penuh semangat seperti ingin menerkaku. "You! Come here.." Katanya padaku. Aku melotot diam tak percaya, aku meyakinkan lagi diriku apa yang berada di tengah tengah mereka saat ini benar benar aku?

"Lets go!" Katanya tak sabar, aku memberanikan diri untuk mengangkat tubuhku. Ku kuatkan pijakan kakiku dan sulli membantuku untuk berjalan kedepan perhatian semua orang dengan mendorong tubuhku.

Aku berdiri disamping guru gong, dengan semua pasang mata menatapku dan aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Bahkan Aku tak tahu apa yang ada didalam pikiranku saat ini.

"Apa lagu yang ingin kau nyanyikan?" Tanya guru gong padaku, sulli benar tentang guru musik yang sangat menawan.

"Nee..?" Kataku terkejut. Guru gong menatapku dengan mengangkat kedua alisnya. "Hmm..." Kataku berpura pura berpikir, padahal isi otakku tak ingin bekerja. “Officially Missing You..” kataku ragu ragu, guru gong mengangguk sambil tersenyum.

Aku menarik nafasku sedalam dalamnya, mengatur dentuman jantung yang memacu sangat cepat dan mengepalkan kedua tanganku mengumpulkan keberanian didalam diri ini..

 

“All I hear is raindrops..falling on the rooftop”
“Oh baby tell me why’d you have to go…Cause this pain I feel It wont go away…”
“…And today..I’m officially missing you”

“I thought that from this heartache...I could escape…”
“But I fronted long enough to know…”
“There ain’t no way…And today…I’m officially missing you”

Aku membuka kedua mataku dan semua terdiam, mereka masih menatapku tanpa mengeluarkan suara apapun. Aku melirik kearah sulli dibelakang sana memohon bantuannya dan ia sama membekunya seperti yang lainnya. “prok prok prok!!” seseorang menepuk tangannya dengan keras, memecahkan keheningan didalam ruangan ini. Seorang lelaki tersenyum ramah sambil bertepuk tangan begitu bersemangat untukku, tepukan tangannya diikuti guru gong dan anak anak yang lainnya. Pada akhirnya semua bertepuk tangan dan semakin membuatku merasa gugup.

“well done!” ujar guru gong dengan berjalan kedekatku, aku merasa kikuk dan takut.

“siapa namamu?” tanyanya. “so jung, jung so jung..” kataku ragu ragu.

“kau anak baru ya?” tanyanya lagi, aku mengangguk mengiyakan.

“hmm sepertinya aku tahu siapa tutor yang cocok untukmu..” katanya sambil berdeham, “kyung soo!” tunjuknya pada si lelaki yang sebelumnya kulihat, lelaki pertama yang menepukan tangannya untukku.

 

 “ya jung so jung! Mengapa kau tak mengatakan padaku jika kau memiliki suara emas yang terpendam didalam dirimu?” ujar sulli, ia berjalan didepan so jung sambil berjalan mundur. Mereka berjalan keluar dari sekolah bersama sama saat sekolah sudah usai.

“hmm.. jangan berlebihan..” sahut so jung

“huaaa beruntung sekali kau bisa memiliki tutor seperti kyung soo oppa..” sulli membalikan tubuhnya dan berjalan bersamaan disamping so jung.

“memangnya kenapa..” kata so jung, “yang lebih beruntung itu kita berada di satu kelas yang sama dikelas musik.. aku tak bisa hidup tanpamu sulli-ah” so jung berakting manja sambil memeluk lengan sulli.

“aisshh kau ini apa apaan..” canda sulli, mereka berdua pun tertawa bersama sama

 

***


 

"KRIIIINNG!" Bel sekolah berbunyi pas di jam istirahat, namun entah mengapa hari ini berlalu begitu cepat bahkan perutku saja belum terasa lapar untuk makan siang.

"Kajja!" Sulli sudah berdiri disamping mejaku. "Aku lapar sekali" keluhnya sambil memegangi perut.

"Hmm kau duluan saja ke kantin, aku belum lapar.."

"Waeyoooo..?" Tanya sulli, ia terlihat kecewa.

"Aku mau keperpustakaan dulu, nanti aku menyusulmu kekantin eoh?!" Ujarku.

"Hmm.. Baiklah kalau begitu.." Kata sulli, kutunggu kau di kantin ya!" Ia berjalan keluar dari dalam kelas dan menghilang. Aku kembali melanjutkan membereskan alat alat tulisku kedalam tas. Aku menatap ke keluar jendela matahari sangat terik menyinari hari ini, sampai kilauan pasir pasir dibawah sana saja masih dapat menyilaukan mataku.

Aku berjalan masuk kedalam perpustakaan, sunyi dan sepi tak terlau banyak orang didalam sini. Aku berjalan mencari cari buku yang menarik perhatianku, baik buku berbahasa korea maupun inggris tersedia di perpustakaan ini. Aku berjalan sampai akhirnya aku berada di lorong kedua paling ujung dan aku tak sengaja menyandung kaki seseorang, "eoh.." Keseimbanganku hampir hilang namun aku berhasil berpegangan pada salah satu rak yang ada disana.

"Mianhae.. Aku tak sengaja.." Bisikku aku menatap seseorang yang tengah tak sengaja ku tendang kakinya dan ternyata. "Eoh.. Kim jong in" kataku pelan pelan.

Kim jong in tersenyum padaku, ia menepuk nepuk lantai di sampingnya memintaku untuk duduk disana. Tanpa bertanya aku duduk dilantai tepat di samping jong in.

"Sedang apa kau disini?" Kataku penasaran.

"Tempat favoritku selain ditaman belakang adalah perpustakaan disaat sedang sepi.." Jawabnya sambil berbisik.

Aku tersenyum geli, "diluar sangat panas jadi aku mengurungkan niatku untuk ke taman belakang" katanya.

"Benar sekali..!" Jawabku setuju.

"Kau mencari buku apa?" Tanya jong in.

Aku menggelengkan kepalaku, "sebenarnya aku malas pergi kekantin jadi kufikir disini lebih asik ketimbang duduk sedirian di kelas" jelasku. Jong in tersenyum dan ia terlihat sangat menawan.

Dan kami terdiam untuk beberapa saat, "kau mau mendengarkan ini?" Ia melepaskan sebelah hedset dari telinganya, "dengarkanlah.." Katanya sambil memasangkan hedset tersebut ditelingaku dan jantungku kembali berdebar kencang tak terkendali.

"Coldplay.." Kataku saat mendengarkan lagu yang berputar ditelingaku.

"Kau suka?" Tanya jong in, aku mengangguk meng iyakan.

"Salah satu band favoritku.." Jelas jong in, dan aku mengangguk anggukan kepalaku.

"Bagaimana kelas musikmu kemarin?" Tanya jong in tiba tiba, aku langsung menatapnya karna terkejut.

"Nee..?" Setahuku aku tak pernah mengatakan padanya tentang kelas yang kupilih.

"Kudengar berjalan lancar.." Katanya, terdengar ingin tahu.

Aku mengangguk, "..tidak terlalu buruk.." Jawabku sambil tersenyum. "Kemarin adalah pertama kalinya aku bernyanyi di tonton banyak pasang mata.." Aku tersenyum mengingat kejadian kemarin.

"Bagaimana rasanya?" Tanyanya lagi.

Aku mengangkat kedua bahuku, "entahlah..". "Rasanya menakutkan tapi juga sangat menyenangkan.." Jelasku.

"Aku ingin sekali berada disitu.." Katanya.

"Ne..?" Kataku.

"Aku ingin mendengarkan kau bernyanyi.." Jong in menatapku dengan senyumannya dan aliran darahku berdesir hebat.

Aku terdiam sejenak dan merasa kikuk, "kau bahkan mendengarkan aku bernyanyi lebih dulu saat perjalanan pulang kerumah waktu lalu.." Candaku.

"Hahaha.." Jong in terkekeh, "kau benar..! Jadi aku benar benar orang pertama?" Ujarnya, aku mengangguk sambil menahan tawa.

"Jadi kelas apa lagi selain musik yang kau pilih?" Tanya jong in penasaran.

"Nee.." Aku bingung harus menjawab apa, aku bingung jika aku mengatakan kelas dance dan ia ingin tahu alasanku memilih kelas tersebut. "..hmm.. Aku memilih dance.." Kataku takut takut.

"Jinjja?" Jong in terkejut seperti dugaanku, namun wajahnya masih terlihat cool dan menawan.

Aku mengangguk hati hati,"waeyo?" Tanyanya lagi. Kali ini jong in terlihat sangat ingin tahu.

"Hmm..." Aku memutar otakku, merangkai kata kata yang tepat menjelaskan bahwa 'sebenarnya aku terpesona melihat kau menari'. "Seseorang..mempelihatkan padaku betapa menariknya dance untuk ku pelajari.." Kurasa kata kata ini cukup cocok.

Jong in tersenyum dan mengangguk anggukan kepalanya. "Apa dance yang paling kau suka?" Tanyanya lagi, jong in terlihat begitu tertarik membicarakan perihal dance.

"Ballet..!" Kataku tanpa berfikir.

Jong in mengangguk anggukan kepalanya lagi, "bagaimana denganmu? Mengapa kau begitu menyukai dance?" Tanyaku penasaran.

"Hmm..." Jong in menatap ke langit langit perpustakaan, seolah tengah mencari jawabannya diatas sana. "Tak tahu pasti apa yang membuatku sangat mencintai dance, akupun tak tahu bagaimana awalnya" katanya mulai bercerita, "tapi setiap aku dapat menguasai gerakan gerakan danceku aku semakin ingin mempelajari jenis tarian lain yang ada di dunia ini" ia tersenyum menatapku, dan aku membalas senyumannya. "Termasuk ballet!" Katanya.

"Haruskah aku mengajarkanmu?" Candaku berakting bak seorang pro

Jong in tersenyum, "apakah kau tidak keberatan?" Balasnya dengan candaan.

"Kurasa aku bisa membayar ongkos bisku kemarin dengan mengajarkanmu beberapa gerakan balet.." Aku memutar kedua bola mataku.

Jong in terkekeh geli, ".. Sepertinya kau berbakat di dunia perbisnisan ya aggashi.." Sindirnya, kami tertawa bersama sama.

 

"Call it magic..call it true.."

"Call it magic...When I'm with you" chris martin masih berdendang di telinga jong in dan so jung, suaranya terdengar sangat syahdu. Menemani percakapan antara jong in dan so jung yang lambat laun atmosfer diantara mereka mulai mencair dan so jung sudah merasa nyaman berada didekat jong in dan bercerita banyak dengannya.

 

"....I don't, no, I don't, no, I don't, no, I don't want anybody else but you"

(Coldplay- Magic)

 

***


 

"So jung-a hari ini pertemuan pertamamu untuk kelas dance yah?" Tanya sulli saat kelas usai, so jung mengangguk lesu.

"Entah mengapa aku memilh kelas yang tak ada kau didalamnya.." Kata so jung tak percaya diri.

"Ya! Kenapa kau tak bersemangat begitu!" Kata sulli, "semangatlah! Kau pasti bisa!" Ujarnya memberikan semangat.

"Kau juga! Semangat untuk kelas akting mu hari ini yaa.." Kata so jung.

"Aissh begitu wajahmu saat memberi semangat?" Protes sulli.

"Fighting jung so jung!" Teriak sulli dengan mengepal tangannya, "kita bertemu di akhir kelas eoh?! Annyeong.." So jung membalas lambaian tangan sulli lemas, teman temannya yang lain sudah keluar dari dalam kelas untuk memasuki kelas pilihan mereka masing masing kecuali dirinya. So jung masih duduk dikursinya dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Huuhh..." Ia mengehembuskan nafasnya kuat kuat, "kajja so jung!" Katanya menguatkan diri sendiri. So jung dengan cepat memasukan buku kedalam tasnya dan beranjak pergi keluar dari dalam kelas.

Koridor terlihat tampak sepi, sepertinya semua anak anak kelas 2 sangat bersemangat untuk masuk kekelas pilihan mereka masing masing.

"Fighting.." Seseorang tiba tiba saja datang dan mengacak acak rambut so jung. Gadis cantik tersebut meloncak terkejut dan ia mendapati jong in terlah berjalan di sampingnya. Lelaki tampan tersebut senang sekali mengumbar senyum menawannya dan membuat jantung so jung bergetar sangat cepat.

"Kajja.." Kata jong in dengan tatapan yang begitu bersemangat, ia mempercepat jalannya saat melihat pintu studio tempat larihan dance sudah terlihat didepannya sedangkan so jung masih sibuk menatap nafasnya yang menderu sangat cepat.

 

So jung masuk kedalam studio yang setiap sisinya terbuat dari kaca sangat besar, ia dapat melihat refleksi dirinya dikeempat dinding ruangan tersebut sangat leluasa dengan lampu yang bergantung banyak di langit langit ruangan dan beberapa audio canggih dan juga tak ketinggalan disemua tembok dilapisi dengan pengedap suara.

"Okay!" Kata seorang gadis cantik yang berdiri didepan ruangan, ia memakai baju bebas tidak seperti siswa siswi yang lain namun wajahnya terlalu cantik dan muda untuk dikategorikan sebagai seorang guru. "Hari ini aku akan membagikan kalian jadwal untuk kelas dance semester ini" jelas si wanita cantik yang berdiri didepan semua orang. "Aku akan membagi kalian menjadi dua kelompok, kelas laki laki dan perempuan" katanya, beberapa orang menghebuskan nafas kecewa. "Jadi kalian bisa lihat sendiri jadwal kelas yang telah aku buat untuk kalian"jelasnya.

"Kuharap kalian memilih kelas ini berdasarkan pilihan hati kalian" kata sang guru cantik tersebut, so jung hanya diam merasa tersindir olehnya.

"..aku mengharapkan keseriusan dan fokus dari kalian, so.. Welcome home.." Sapa gadis tersebut hangat, semua orang bertepuk tangan dan beberapa ada yang berteriak antusias termasuk lelaki tampan berwajah tirus, Oh sehun.

 

"Eoh.. Ya kim jong in..!" Sehun menepuk dada jong in, "bukankah dia si gadis bola basket itu?" Tanya sehun sambil memperhatikan seorang gadis diantara kerumunan siswa yang lain yang tengah mengantri keluar dari dalam studio dance.

"Kurasa begitu.." Jawab jong in, wajahnya memperlihatkan bahwa ia tak yakin padahal jong in hafal betul siapa yang sehun maksud.

"Apa apaan ini.. Dia ada dikelas yang sama denganku.." Kata sehun kegirangan, "bukankah ini bagus eoh?!" Ia bertanya pada jong in, jong in merasa malas dengan tingkah laku sehun yang selalu berbinar melihat wanita cantik dan sebenarnya alasan utama karna wanita tersebut adalah jung so jung.

"Hentikanlah.." Kata jong in, "kajja..kajja..! Kita bisa terlambat ke SM" Jong in membalas menepuk dada sehun cukup kencang dan berjalan meninggalkan sehun.

"Yaaa.. Tunggu aku!" Protes sehun.

 

***

 

Jong in berjalan di tengah langit langit yang sudah gelap, dengan hanya bulan yang menerangi dan mengikuti kemana ia berjalan. Lelaki tampan tersebut menatap jam yang melingkar di tangannya, sudah hampir jam 10 malam. Latihan di SM hari ini menghabiskan banyak waktu dan akhirnya ia harus kembali ke rumah selarut ini. Kemeja seragam yang dipakai jong in pagi tadi sudah berganti menjadi kaos oblong berwarna hitam yang dipadukan dengan celana seragam yang masih ia pakai. Sesampainya didepan rumah, jong in mendapati seorang wanita berdiri mondar mandir tepat disebelah rumahnya di rumah so jung lebih tepatnya. Jong in berjalan mendekati wanita tersebut.

"Annyeonghaseyo.." Jong in menundukan kepalanya memberi salam pada wanita yang terlihat jauh lebih tua darinya.

"Eoh.. Jong in.." Ujar wanita dengan wajahnya yang khawatir tersebut.

"Ahjumma apa yang kau lakukan diluar selarut ini?" Tanya jong in penasaran.

"Jong in-ah, apakah kau bertemu dengan so jung hari ini sepulang sekolah tadi?" Tanyanya nyonya jung dengan nada yang panik.

"Apa yang terjadi ahjumma?" Tanya jong in ikut khawatir.

"Dia belum sampai kerumah hingga saat ini, aku sudah mencoba menghubungi temannya sulli tapi mereka berpisah saat naik bis katanya... Aku menelfon ponselnya tapi sedari tadi tidak diangkat" jelas ibu so jung. "Apakah kau tahu kira kira kemana aku harus mencarinya? Perasaanku ia tersesat entah kemana"

"Ahjumma sebaiknya kau masuk kedalam rumah, aku akan mencari so jung.. Tidak baik berdiri diluar sendirian ini sudah malam" kata jong in sopan.

"Jong in-ah.. Mohon bantuannya eoh.." Nyonya jung menggenggam tangan jong in penuh harap.

"Aku akan kembali bersama so jung, kau tunggulah kami didalam rumah ya ahjumma.." Jong in berlari cepat kedalam rumahnya, dan tak lama ia keluar kembali mengendarai motor sport berwarna hitam dengan kekuatan penuh.

 

***

 

'Kurukut..kurukut..'  Terdengar bunyi samar samar dari dalam perut gadis cantik yang tengah duduk sendirian di sebuah halte. Gadis cantik tersebut terduduk pasrah sambil menunggu sebuah keajaiban. Karna tak sengaja tertidur didalam bis saat ia pulang dari sekolah alhasil gadis bermata coklat tersebut sampai di tempat yang ia sendiripun tak yakin berada dimana.

"Bagaimana ini.. Mengapa tak ada bis lagi yang lewat.." Gumam gadis tersebut sambil mengelus elus perutnya yang lapar. Ia berpikir bahwa tempatnya saat ini cukup jauh dari tempat seharusnya ia turun. Pada terakhir sebelum ia tertidur, ia melihat langit yang masih berwarna keemasan dan saat ia terbangun lalu turun di halte tempatnya duduk saat ini langit sudah menjadi hitam pekat dan tiba tiba terasa menyeramkan.

"Mooom..." rengek gadis cantik tersebut, ia masih memakai seragam sekolah di tengah malam begini dan tak ada yang dapat ia lakukan selain menunggu keajaiban datang. Ia menjatuhkan kepalanya di atas kedua pahanya, menungkupkan wajahnya disana dan berdoa untuk keselamatan dirinya dan juga perutnya. Benar benar tak ada yang dapat ia lakukan selain bis dan taksi yang tak kunjung datang ke hadapannya, ponselnya pun mati dan ia tak bisa meminta bantuan siapa siapa.

"Jung so jung..!" Tiba tiba saja ia mendengar ada seseorang yang memanggilnya, antara takut dan bahagia menjadi satu dalam benaknya. Dengan ragu ragu so jung mengangkat wajahnya dan ia mendapati kim jong in berdiri di wajahnya dengan tatapan khawatir.

"Kim jong in...?" Kata so jung hati hati, jong in berlutut di hadapan so jung dan kini so jung yakin yang ada dihadapannya benar benar jong in bukan khayalan semata.

"Benar kau jung so jung.." Kata jong in yang terlihat sangat cemas. "Mengapa sampai ke tempat sejauh ini? Apa yang kau lakukan?"

"Aku tertidur didalam bis, dan saat aku bangun langit sudah gelap dan aku sudah berada disini.." Ujar so jung, ia ingin sekali menitikan air mata sedih sekaligus bahagia.

"Kwaencana aku sudah menemukanmu.."!kata jong in lega, ia mengusap lembut rambut so jung. "Kajja! Ibumu sudah menunggu dirumah, ia sangat khawatir.." Jong in bangkit berdiri dan menggenggam tangan so jung untuk membantunya bangkit.

'Kriuk..kriukk..' pada saat yang bersamaan perut so jung kembali berbunyi dan terdengar cukup jelas sampai ketelinga jong in.

So jung tersenyum kaku dan menatap jong in tak enak, "hehe.. Mianhae.."katanya sambil menekan perutnya agar tak mengeluarkan suara yang lebih riuh dari dalam sana.

Jong in terkekeh geli, "kajja..." Ia menarik tangan so jung dan membawanya ke sebuah kedai ramyun dipinggir jalan.

"Dua ramyun dan pangsit datang.." Ujar ahjumma bertubuh gempal dengan nampan berisi dua mangkok ramyun dengan asapnya yang masih mengepul. Ia menyajikan kedua mangkok tersebut masing masing kepada jong in dan so jung. "Selamat menikmati.." Ujarnya ramah.

"Kasahamnida ahjumma.." Jawa so jung dan jong in bersamaan. Tanpa berpikir panjang mereka berdua melahap ramyun dihadapan mereka dengan lahap dalam keadaan yang masih panas.

 

"Kamsahamnida.." Kata so jung dengan tulus sesampainya ia dan jong in didepan rumahnya. "Aku tak tahu bagaimana nasibku jika kau tak datang" so jung memainkan kakinya, ia merasa tak enak karna sudah merepotkan jong in karna kebodohannya sendiri.

"Mana tanganmu?!" Jong in mengulurkan tangannya kehadapan so jung, "ne?!" Kata so jung tak mengerti, ia memberikan telapak tangannya pada jong in dan jong in meraihnya. Lelaki tampan tersebut mengeluarkan sebuah bolpoin dari dalam saku jaketnya dan menulis di atas telapak tangan so jung.

"Simpanlah nomorku, jika terjadi sesuatu langsung hubungi aku!" Perintah jong in dengan tatapan yang serius.

"Ne..?!" So jung kebingungan,

"Kau mengerti kan?" Kata jong in,

"Ne..." So jung menganggukan kepalanya perlahan lahan.

Jong in tersenyum lega, "ibumu sudah menunggu, kasihan ia sangat khawatir padamu.." Kata jong in.

So jung menganggukan kepalanya lagi, "sekali lagi aku sangat berterima kasih.." Kata so jung, jong in gantian menganggukan kepala.

"Anytime.." Kata jong in sambil tersenyum, dan didalam dada so jung berdesir sebuah perasaan yang janggal. Perasaan yang menggetarkan sesuatu didalam hatinya, getarannya lebih hebat dari dentuman jantungnya pada saat sedang berlari, yang satu ini terasa lebih dalam dihati so jung.

 

 

to be continued..



Tunggu kisah romantis jung so jung dan kim jong in di chapter selanjutnya chingudeul, kira kira bagaimana perasaan mereka satu sama lain yaaaa :):)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Warda-ssi #1
Chapter 3: Boleh minta no. Jongin juga gak? Aaaaaaa :D
Warda-ssi #2
Chapter 2: Aaaa akhirnya soojung pilih dance. Soalnya suka. Suka. Jongin. Haha
Siapa tau merek sekelas yah. Aamiin kkkkkk
Warda-ssi #3
Chapter 1: Suka part 1 nya unnie :)
Kelihatan soojung yg suka duluan yaaa. Sukaaaa bgt :)
Warda-ssi #4
Seruuu kayaknya nih. Aku baru buka aff x_x
Jadi ketinggalan...
affexions
#5
Chapter 3: so cuuuuute^^ update soon please
dhedho
#6
Chapter 3: Ah manis bgt ceritanya thor.. banyak bgt moment kaistalnya (^.^)suka deh sama tiap momentnya hehe.. jongin selalu ada buat soojung.. kya'nya soojung udah suka bgt ya sama jongin?? Hehe
Apalagi kyungsoo tau kalo ada apa" antara jongin sm soojung hehe.. bantulah mereka kyungsoo (^-^) hahaha
Chap ini manis bgt lah momentnya... sukasuka ^^
lee-jungjung #7
Chapter 3: Annyeong thor-nim.. suka deeh sama cerita ini... .jongin so sweet banget ke soojung.. dan sepanjang cerita bikin senyum2 sendiri... hehehe
Nahh.. si sehin ngapain tuuh?? Adih jgn sampe gara2 dia persahabatan soojung sulli berantakan.. dan kyungsoo??? Dia kaistal shipper ya?? Hahaha..
Okee.. next chap ditunggu... fighting
dhedho
#8
Chapter 2: Iya author.. sama rasanya sneng bgt baca moment" mereka (^-^)
Romantis tp gemesin jg hehe ditunggu chap selanjutnya ya author..
dhedho
#9
Chapter 1: Yeaaa... soojung akhirnya ketemu jg sama si jongin.. tp itu jongin sm tmn"nya trainee SM yah?? Moga" aja pendekatan soojung sm jongun lurus" aja .. Hahaha ga ada hambatan gtu.. Ditunggu part selanjutnya ya author..
afrinadarwisyah #10
Chapter 1: Nextt pleasee :/ aq harap yg sulli lihat itu bkn kai yaa jgn sampai krystal sama sulli berantem nanti hohoho fighting :)