BOY NEXT DOOR (CHAPTER ONE)

The Boy Next Door

Langit biru berlarian diatas kepalaku, awan awan awan bergumul disana bergantian datang dan menghilang. Aku meraba sebuah tombol yang ada didekatku, kutekan tombol tersebut dan jendela mobil di sampingku otomatis menjadi turun setengah. Angin berhamburan masuk menyerangku, menabrak wajahku. Rasanya begitu hangat bahkan terasa terlalu hangat untuk udara di akhir musim semi seperti saat ini. Wewangian khas seoul dapat kurasakan saat pertama kali ku hirup udara disekitarku, udaranya menyejukan seluruh tubuhku.

"welcome" kataku dalam hati. 

 

Genap 4 tahun dari terakhir aku datang ke seoul, dan tak banyak yang berubah selalu menjadi favoritku.

"Apakah kira kira grandma membuatkan nasi goreng kimchi untukku mom?" Aku melirik mom dari balik kacamataku.

"Off course, nasi goreng kimci selalu menjadi masakan andalan grandma untuk menyambutmu" jawab mom dengan dialek inggrisnya.

"Aaahh.. I'm so hungry.." Aku memegangi perutku yang mulai berbunyi begitu membayangkan nasi goreng kimchi dengan keju meleleh yang biasa di buat grandma untukku. Setidaknya 4 tahun lalu begitu.

 

Ini hari pertamaku setelah 4 tahun terakhir berkunjung ke seoul. Aku sangat bersemangat & tak sabar menjalani hariku yang baru disini. Tak ada batas waktuku lagi berada di seoul mulai sekarang, "please be nice.."

 

Begitu taksi yang ku naiki bersama mom berhenti didepan rumah grandma, sedetik kemudian aku membuka pintu dan meloncat keluar dari dalamnya. Seperti anak 4 tahun yang begitu antusias aku berlarian menghampiri grandma yang sudah menungguku didepan rumahnya.

"Grandma! I miss you..!" Ujarku dengan memeluknya sangat erat sampai sampai aku tak memperdulikan grandmaku yang kesulitan bernafas karna aku.

"Jung so jung! Kau memeluku terlalu erat.." Canda grandma, aku melepaskan pelukanku dengan berakting marah.

"Aissh lihatlah so jungku sudah dewasa dia sudah berani melihat neneknya dengan tatapan seperti itu" kata grandma menggodaku. Aku tersenyum padanya lalu kembali memeluk grandma.

"Uri so jung, sudah lama sekali kita tidak bertemu.." Ujar grandma sembari mengelua elus rambutku, "kita akan bertemu setiap hari hingga kau akan bosan grandma.." Kataku.

"Omma, bagaimana kabarmu?" Mom bergantian memeluk grandma.

"Tentu saja aku baik" jawab grandma begitu bersemangat. "Aku benar benar menunggu moment ini aka datang" katanya,"Kajja kajja kita masuk kedalam banyak sekali makanan diatas meja makan, tidak enak jika dingin" ujar grandma.

 

"Huaaa perutku sudah penuh" aku menyandarkan tubuhku di kursi meja makan sembil mengelus elus perut yang kekenyangan. "Grandma masakanmu memang debbak!" Ku acungkan jempolku padanya.

"So jungie, banyaknya yg kau makan juga debbak!" Grandma meniru ku. Aku melirik kearah meja makan, banyak sekali makanan yang sudah kumakan ternyata. Pantas saja perutku terasa penuh.

"Hehehe..." Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal.

"Nyonya song sudah membereskan kamar untuk kalian berdua" kata grandma padaku. Ia menggenggam tanganku dan mom yg ada di depanku. "Segera bersihkan diri kalian dan beristirahatlah.."

"Arraseo ommonie.." Kataku dengan aegyo.

 


 

Aku keluar dari kamar mandi dengan rambutku yang masih basah. Aku sudah memakai baju kaos dan celana pendek tidurku, dengan handuk yang melingkar dileherku kugunakan kedua ujung sisinya untuk mengeringkan rambutku.

Aku berjalan masuk kedalam kamar baruku, kamar masa kecilku yang sengaja dibuatkan grandma untukku, karna aku satu satunya cucu yang dimiliki grandma ia sedikit memanjakany well! Walaupun aku sangat menikmatinya.

Kini kamarnya terlihat lebih dewasa dari terakhir aku lihat, tidak ada lagi kasur single dengan tirai di kedua sisinya seperti ranjang seorang putri di negri dongeng, atau poster poster princess dari disney favoritku.

 

Aku duduk didekat jendela, salah satu tempat favoritku yang membuatku jatuh cinta dengan kamar ini. Dari kursi yang menyatu dengan jendela berbentuk 'U' ini aku dapat melihat pemandangan diluar kamarku.

Pemandangan hijaunya halaman tetangga sebelahku, dulu aku sering melihat seorang lelaki bermain bola sendirian disana. Namun walaupun ia sendirian pada saat itu, namun ia terlihat begitu menikmati permainannya dan aku sangat menikmati memandang bocah yang sepertinya berumur sama denganku.

Ngomong ngomong kemana dia ya? Apakah dia masih tinggal disebelah rumah grandma?

"hoaaamm..."

"Aku lelah sekali" kugeliatkan tubuh ini kuat kuat, 12 jam duduk dipesawat bukan pilihan yang menyenangkan.

Aku bangkit dari tempat favoritku tersebut, kujatuhkan tubuhku diatas kasur dan sedetik kemudian aku terlelap tidur sangat dalam.

 


 

"Guk! Guk! Guk guk!" Gonggongan anjing memekakan telingaku, membuat mimpi indahku buyar saat kedua mataku terbangun dari tidur indah barusan.

"Aish!" Aku menggaruk garuk kepalaku, saat suasana mulai tenang aku mencoba kembali memejamkan kedua mata ini.

Dan "so jung!" Teriak mom, teriakannya sungguh khas. Teriakan yang membuat kepalaku sakit. Kucoba untuk mengbaikqn suara tersebut, tapi "jung so jung!! Berapa lama lagi kau akan tertidur! Wake up NOW!" Nada akhirnya berhasil membuatku kesal.

"Moooooom....!!" Balas teriakku.

 

"Mwo?!" Aku terkejut dengan mulutku yang menganga. "Aku tertidur 15 jam!! Are u kidding me?!" Kedua mataku masih terbuka lebar.

"Hampir saja kukira kau mati" sahut mam.

"Sepertinya aku tertidur sebentar saja.." Gumamku sendiri, kugigit ujung sumpit dengan gigi depanku.

"Hahaha.." Grandma terkekeh geli, kedua matanya terlihat amat senang memperhatikan aku dan mom berselisih, "sudah sudah kenapa kalian ribut sekali! Habiskan sarapan kalian.." Perintah grandma.

"Arraseo ommonim.." Jawabku beraegyo, dengan tak sabar aku melahap semua sarapan yang dibuatkan grandma pagi ini

 "Grandma bisakah kau pinjamkan aku kartu bismu?" Tanyaku antusias, "aku ingin jalan jalan menggunakan bus, apakah boleh?"

"Kau mau jalan jalan kemana jo sungie?" Tanya grandma lembut.

"Aku ingin pergi ke sungai han dan makan makanan di pinggir jalan aahh! Aku ingin dduboki sudah lama aku tidak memakannya, ya mom boleh kaan? Grandma?" Aku menatap mom dan grandma bergantian, sambil memasang wajah memelas dan mengedip ngedipkan mata menggoda.

"How about your school? Bukankah kau harus mengurus apply kesana?" Tanya mom sambil serius mengunyah makanan didalam mulutnya.

"Deadlinenya masih 2 hari lagi, aku bisa menyelesaikannya nanti malam atau besok" jawabku. "Ayolaahh..." Rengekku.

"Biar pak jang yang mengantarkanmu jalan jalan, terlalu berbahaya pergi sendirian" kata grandma.

Bibirku maju lima senti, aku tak berhasil berjalan jalan memakai bis tapi setidaknya aku masih bisa jalan jalan & makan ddoboki.

 

"Aku turun disini saja pak.." Kataku dengan sopan. "Aku akan menghabiskan waktu disini pak jang kembali saja kerumah nanti aku pulang sendiri menggunakan taksi" jelasku.

"Kau bisa kabari aku jika sudah mau pulang nanti akan kujemput lagi disini" kata pak jang.

"Ahh ne.." Jawabku, "terima kasih banyak pak.." Aku membungkukan kepalaku padanya.

"Kau hati hati ya nona jung.." Ujar lelaki paruh baya tersebut.

"Ok.." Aku mengacungkan jempolku padanya, dan segera keluar dari dalam mobil.

 

Huaa udara sejuk menghembus begitu bergairah kearahku. Rambutku bertebangan kesana kemari, ku tinggikan resleting hoodieku dan mulai berjalan menerjang hembusan angin tersebut. Aku berjalan dengan girang, siang ini tak terlaru terik pantas saja sungai han dipenuhi banyak orang suasananya cocok sekali untuk bermain diluar. Beberapa orang bersepeda melewatiku, mereka seperti satu geng sepeda yang sedang bersenda gurau sambil mengelilingi taman disekitar sungai han. Satu satunya yang menarik perhatiannku saat ini adalah truk ice cream yang dipenuhi antrian bocah bocah yang berebutan ingin membeli ice. Tak mau kalah dengan bocah bocah tersebut, aku berjalan cepat kearah truk berwarna warni itu dan mengantri di antrian paling belakang.

"Ajjushi, aku ingin beli ice cream" teriakku bersemangat, beberapa bocah melihatku dengan tatapan sebal. Aku hanya tersenyum girang sambil mencubit lembut bocah lelaki yang ada di hadapanku. Bocah lelaki tersebut terlihat tak suka kucubit tapi aku mengabaikannya.

 

Aku berjalan setengah berloncat loncatan dengan kedua kakiku secara bergantian. Tak berhenti aku menjilati eskrim coklat di tanganku, sungguh menyegarkan.

"Love me like you do.. Lo..Lo..Love me like you do" ponselku berbunyi, dengan cepat kuraba raba kantong hotpants yang ku pakai. Tertera nama mom di layar ponselku, dengan cepat kuangkat panggilannya belum sampai ponselnya ketelingaku seseorang yang tengah berlari menyenggolku dengan keras hingga ponselku terpelanting cukup jauh dari tempatku berdiri.

"Aaw!!" Aku meringis kesakitan, bahu kananku terasa sakit sekali.

"Mianhae.. Mianhae aggashi aku terburu buru istriku dalam perjalanan rumah sakit ia akan melahirkan anakku" ujar lelaki yang tak terlihat terlalu tua tersebut. Wajahnya terlihat amat panik.

"Kwancana ajjushi, aku baik baik saja" kataku, dengan susah payah aku menahan rasa sakit di bahuku. Lelaki tersebut meneruskan larinya lebih cepat dari sebelumnya dan sekarang aku mulai kebingungan mencari ponselku.

"Ponselku..." Aku berputar putar ditempatku, "ponselku mana..." Aku mencari ponselku dengan wajah panik tak kalah panik dengan ajjushi yang menabrakku barusan.

"Aissshh.." Aku menggaruk garuk kepalaku kesal, aku berjalan beberapa langkah dari tempatku. Dengan fokus yang bertambah dikedua mataku aku mencari cari ponselku dan ketemu!

"GUK!" Sekor anjing berteriak padaku.

"GUK! GUK!" Anjing dari ras terrier berwarna coklat sedikit gelap menatapku dengan lucu. Selucu lucunya anjing tetap saja instingku mengatakan bahwa mereka berbahaya.

"Auw ottoke..." Aku menghentakan kedua kakiku ke aspal, ponselku tergeletak tak jauh dari tempat anjing tersebut nongkrong. Kulihat tali yang melingkar di pohon yang ada didekatnnya. Sepertinya pemiliknya sedang tak ada dan ia diikatkan di pohon untuk sementara. Dengan pikiran bahwa anjing tersebut diikat dan tak bisa mengejarku keberanian mulai bertamah didalam diriku, aku melangkah lebih dekat perlahan kearah anjing tersebut dan "GUK!" Anjing tersebut berteriak lebih galak dari sebelumnya.

"Aaa arraseo arraseo!" Aku menggentikan langkahku, "jebbal! Tenanglah sebentar eoh?!" Perintahku. Aku kembali melangkahkan kakiku, aku merunduk mencoba menggapai ponselku tapi "GUK! GUK!" Anjing tersebut meloncat loncat ganas kearahku dan sontak tubuhku terjatuh dengan posisi terduduk di atas aspal.

"Jebbaal!" Teriakku dengan menutup kedua mataku.

"Mmonggu..!" Kudengar sebuah suara berteriak, namun terdengar sedikit merdu untuk orang yang sedang berteriak.

"Guk! Guk! Grrrr.." Kudengar anjing sialan tersebut lebih tenang, kurasa pemiliknya sudah kembali. Aku membuka mataku perlahan lahan.

"Kwaencanayo?" Tanya lelaki tampan tersebut tepat di hadapanku. Ia berlutut disampingku dengan menjulurkan tangannya padaku.

"Kau baik baik saja? Apa ada yang terluka?" Ia menatapku, tepat di kedua mataku. Matanya hangat untuk dilihat, maniknya yang berwarna coklat membuat hati ini terasa teduh.

"Deg..deg..deg..deg..deg.." Dan aku dapat mendengar degup jantungku dengan jelas di kedua telingaku.

"Hey.." Katanya, suaranya terdengar frustasi menatapku yang membeku tak kunjung menjawab pertanyaanya.

"Ne?" Kataku, dengan usaha besar akhirnya aku kembali dalam kesadaranku.

"Bangunlah" ia menggapai tangan ini dan membantuku kembali berdiri. Genggaman tangannya membuat aliran darah ini berdesir sangat kencang.

"Kwaencana? Kau terluka?" Tanyanya sekali lagi.

"Anniya.. Anniya, aku baik baik saja" jawabku.

"Sepertinya sikutmu mengeluarkan darah" ia menarik lenganku halus dan mengecek luka yang sama sekali tak terasa sakit itu.

"Aku baik baik saja, tidak apa apa" aku melangkah mundur menjauh darinya, ia membuatku sedikit malu.

"Jinjja?"

"Hemm" aku mengangguk super yakin.

"Baiklah kalau begitu" lelaki tersebut terlihat tak enak karna membuatku tak nyaman. "Apakah ini ponselmu?" Tanyanya. Ia menyodorkan sebuah smartphone berwarna putih yang tak asing dimataku.

"Ahh nee.." Dengan segera aku mengambil ponselku dari tangannya, "kamsahamnida.." Aku membungkukan tubuhku, lalu kembali membeku. Kaki ini ingin sekali melangkah membalikan tubuh dan berlari dari lelaki tampan ini. Sangat berbahaya bila ia melihat kedua pipiku yang akan berubah menjadi merah sebentar lagi.

"Maafkan aku, mmonggu selalu begitu bila bertemu orang baru ia anjing yang sangat antusias" jelas lelaki tersebut, wajahnya terlihat tak enak. "Guk..grrr" balas mmonggu yang membuatku terkejut.

"Aahh anniya.. Kwaencana! Anjingmu lucu.." Kataku berbohong, ia sangat menyeramkan! Menurutku.. "Hanya saja aku takut dengan anjing" jelasku dengan nada malu.

"Ne?" Lelaki tersebut terlihat terkejut, ia terkekeh geli melihatkan double eyelidnya yg menawan. "Ehem.. Mianhae" ia terbatuk kecil untuk menghentikan tawanya, sesungguhnya aku tak tersiggung olehnya hanya saja aku terlalu menikmati lelaki tersebut terkekeh,ia membuatku terpana.

"Ngomong ngomong dimana kau tinggal?" Tanyanya.

"Rumahku tak jauh dari sini" aku menunjuk arah asal sambil mengingat nginat arah rumah grandma. "Di pyeongchang-dong"

"Kearah situ mungkin maksudmu" dia menunjukan arah yang berlawanan dengan tangannku.

"Ahh.. Ya..kesana maksudku.." Aku mengubah arah tanganku menyamakan dengannya lalu kuturunkan dengan cepat. Dapat kurasakan kedua pipiku terasa panas.

"Hahaha.." Ujar lelaki disebelahku, bahkan ketawanya terdengar merdu di telingaku.

"Dengan siapa kau datang kemari?" Tanyanya.

"Aku datang sendiri" jawabku cepat, kulupakan sosok pak jang yg mengantarku kemari.

"Rumahku juga di pyeongchang-dong, apakah kau mau pulang bersamaku?" Tanyanya ramah, dari nada suaranya ia penuh sopan santun. "Tapi aku tak membawa kendaraan kesini, kita naik bis saja apa tidak apa apa?"

Dengan senang hati sekali jawabku dalam hati, "aku tak punya kartu untuk naik bis" jawabku polos.

"Ku traktir sebagai permintaan maaf dari mmonggu, apakah itu adil?" Kedua alis matanya terangkat, lagi lagi tatapan hangatnya tersebut menatap padaku.

Aku menganggukan kepalaku tanda setuju.

 

"Kau orang baru disini ya?" Tanyanya, kami berjalan bersama sama setelah turun di halte terakhir yang letaknya tak jauh dari komplek perumahaan grandma.

Aku mengangguk, "aku baru pindah kemarin" jawabku. Lelaki yang tak menyebutkan namanya hingga detik ini berjalan disampingku dengan memegang tali yang terikat di tubuh mmonggu anjingnya. Sedari tadi aku berjalan waspada, menjaga jarakku dengan mmonggu teman berbulu dari lelaki tampan yang baru kutemui beberapa jam lalu. Setidaknya aku bisa memanggilnya si pemilik mmonggu saat ini.

"Hmm begitu yaa.. Pantas saja aku merasa tak pernah melihatmu disekitar sini" ujarnya. Aku hanya tersenyum.

"Didepan adalah rumahku" aku menunjuk pagar yang lumayan tinggi yang terbuat dari tanaman hijau yang rimbun.

"Whoa.. Jinjja?!" Lelaki tersebut terdengar terkejut. Aku menghentikan langkahku tepat didepan rumah grandma dan pemilik mmonggu berdiri selangkah didepanku.

"Ne.." Aku mengangguk yakin. "Waeyo?!"

"Aku tinggal tepat disamping rumahmu" ujarnya, ia menunjuk sebuah rumah dengan pagar tembok dan pintu gerbang yg terbuat dari kayu.

"Ne?!" Aku mengerutkan dahiku tak percaya, benarkah apa yang ia bicarakan barusan? Lelaki tampan ini tetanggaku?

"Kebetulan yang menakjubkan ya.." Ujarnya, ia tersenyum girang sembari menatap pagar rumah grandma.

"Eemh.." Aku mengangguk malu malu.

"Karna kita sudah sampai rumahmu, aku dan mmonggu sebaiknya pulang" katanya. "Masuklah, jangan lupa lukamu dibersihkan agar tidak infeksi" aku mengangkat sikutku yang mulai terasa nyutnyutan.

"Ne.. Arraseo.." Jawabku setengah berbisik.

"Karna kita ternyata tetangga, jangan sungkan untuk datang jika ada kesulitan" katanya, manik coklatnya menatapku. Walaupun hari sudah gelap tapi aku merasakan keteduhan karna tatapannya.

"Semoga kau betah tinggal disini" ujarnya mengakhiri kalimat.

Aku mengangguk begitu antusias, "joengmal kamsahamnida.." Aku membungkukan tubuhku.

"Annyeong.." Ujarnya cool, ia berjalan pergi. "Sampai ketemu lagi" ia tersenyum manis dan Aku kaku ditempatku.

"Masuklah, sudah malam" ia sudah berdiri didepan gerbang rumahnya. Dan saat itu aku baru tersadar bahwa rumah aku dan si tampan pemilik anjing bernana mmonggu itu sanga dekat.

 

"Aku pulang!" Teriakku sesaat setelah melewati pintu rumah grandma. Aku berhenti sejenak dan kembali mengingat ingat tetanggaku yang tampan barusan. Detak jantungku masih berlarian tak jelas, belum kembali seperti semula.

"Waeyo?!" Suara mom membuyarkan lamunaku.

"Mom!" Ujarku terkejut akan kehadirannya.

"Mwoya?! What are you doing there?" Tanyanya melihat tingkah lakuku yang aneh.

"Never mind" jawabku cuek, "mom aku lapaaarr, apakah masih ada makanan tersisa untukku?" Aku memeluk mom dan merengek manja.

"Aissh kau kemana saja sih kenapa tak menelepon pak jang dan minta jemput? Dan ini tanganmu berdara kenapaaa... Yaampun so jung kecerobohanmu tak berkurang ya.." Sifat momku yg tak dapat berubah, gampang panik & cerewet.

 

Aku duduk santai dengan meluruskan kakiku diatas sofa dikamar, dengan sebuah novel di tanganku aku mencoba menikmati malam ini dengan membaca novel romance & duduk di spot favoritku sambil menikmati udara dari balik jendela yang kubiarkan terbuka. Namun setelah bertemu si pemilik mmonggu, fokusku kalang kabut. Halaman novel yang sedari tadi tak bertambah tambah, hanya kubiarkan terbuka begitu saja tak kubaca. Kedua mataku fokus kearah yang lain. Dari balik gorden kamarku, tatapanku mengintip kearah jendela kamar yang ada disebrang sana. Pemandangan rumah yang sering ku nikmati selama ini adalah rumah si pemilik mmonggu. Apakah penghuni rumah tersebut masih sama seperti saat aku masih berumur 10 tahun lalu? Atau jangan jangan bocah lelaki yang sering kulihat dulu adalah si tampan pemlik mmonggu?

Eiyy! Tidak mungkin! Yakinku dalam hati.

"Aisshh!" Aku menggeleng gelengkan kepalaku, "fokuslah untuk hari esok so jung! Kau haru masuk sekolah baru..!" Aku menutup buku novelku dan bangkit dari sofa. "Huh... Semoga semua berjalan lancar..!" Aku berbaring diatas ranjangku sambil melamun. Didalam kepalaku berputar semua tentang sekolah baru. Teman teman baru, lingkungan yang baru, masalah baru dan masih banyak lagi. Aku bukan orang yang pandai bergaul, aku tipe orang yang hanya diam jika orang lain tak menyapaku. Bukan karna aku sombong tapi karna aku terlalu pemalu untuk melakukan hal tersebut.

"Huuuh..." Aku menghebuskan nafasku panjang.

Pengalaman sekolahku di sanfransisco yang begitu banyak bullying terjadi disekitarku (well walaupun bukan aku pelaku/ korbannya), membuat aku berfikir hal hal yang tidak menyenangkan tentang 'sekolah baru'.

Semoga semuanya berjalan lancar, asalkan tidak terlalu menojol pasti tidak aja menimbulkan apa apa pikirku.

 


 

Aku menuruni tangga dengan kaku, baju yang ku pakai saat ini membatasi ruang gerakku. Jas dengan rok mini dan dasi kupu kupu membuatku merasa canggung. Setelah sekian lama kini aku merasakan kembali memakai seragam sekolah secara resmi. Walaupun hatiku sungguh antusias namun aku merasa kurang percaya diri, hanya saja ini bukan style yang biasa ku pakai.

"Wow siapa ini? Siapa gadis korea yang cantik ini?" Tanya grandma ditempat duduknya dimeja makan.

"Selamat pagi grandma.." Sapaku kurang bersemangat.

"Waeyo? Mengapa lesu begitu?" Tanyanya.

"Tidak grandma, aku sangat bersemangat hari ini"

"Liar!" Sanggah mom, ia memakai celemek dengan corak bunga bunga. Mom meletakkan nasi goreng mozarella diatas meja makan.

"Aku baik baik saja mom!" Kataku.

"Mukamu tak mengatakan seperti itu" teriak mam dari yang sudah berdiri didapur.

"Benarkah grandma?" Aku menatap grandma, raut wajahnya menunjukan hal yang sama dengan apa yang dikatakan mom.

"Anniya, aku hanya khawatir ini hari pertama sekolahku" jelasku lesu, "semua anak kurasa mengalami sydrom yang sama sebagai murid pindahan"

"Apa yang perlu kau takutkan? Kau hanya perlu belajar dengan baik dan berteman dengan siapa saja" kata grandma, dan hal tersebut membuatku setuju!

"Ya kau benar grandma.." Ujarku setuju, namun nada yang kukeluarkan masih sama seperti sebelumnya.

"You just have to be yourself" kata mom, ia melepaskan celemeknya dan bergabung dengan kami di meja makan. Mom terlihat sudah rapih dengan kemeja putih dan rok span sedengkul.

"Kau sudah mulai bekerja hari ini mom?" Tanyaku penasaran.

Mom menggelengkan kepalanya, "hari ini hari interviewku" ujarnya.

"Apakah masih perlu interview? Bukankah perusahaanmu yang memintamu bergabung?" Ujarku.

"Formalitas, kau tau kan.." Jawab mom sambil menyantap nasi goreng buatannya. Aku mengangguk anggukan kepalaku mengerti. Mom adalah seorang editor sebuah majalah fashion yag cukup terkenal, setelah memutuskan untuk pindah ke korea mom menerima permintaan perusahaan majalah tersebut untuk versi korea menggantikan editor yang ada disini dan mom menerimanya dengan senang hati.

"Ayo segera habiskan sarapan kalian, dan jangan sampai terlambat.." Kata grandma.

"Nee.. " jawabku yang diikuti oleh mom.

 

"Are you ready?" Ujar mom dari balik kaca mata hitamnya, ia memberhentikan mobil grandma yg dikemudikannya tepat didepan gerbang 'Hanlim Multi Arts High School' dapat kulihat abjad yang tertulis di dekat gerbangnya.

Aku mengangguk yakin walaupun tak bersemangat, jika aku mangkir hari inipun besok aku masih termasuk anak pindahan baru.

"Percaya dirilah!" Kata mom meyakinkanku, "tak akan sama seperti di sanfransisco aku yakin!" Mom mengerti keresahanku. "Percayalah kali ini akan lebih menyenangkan! Maafkan aku kau harus melalui ini semua... Tapi percayalah semuanya akan baik baik saja" mom mengelus pangkal kepalaku, aku menatapnya merasa bersalah. Tak ada maksud untuk membuatnya merasa semua adalah salahnya. Aku memeluknya dari kursiku.

"I'm sorry mom! I'm fine.." Kataku.

"Ne..ne.. Masuklah" ia menepuk nepuk punggungku, "kau mau aku antarkan sampai dalam?"

"Anniyaa!" Jawabku cepat, "tidak perlu aku akan turun sekarang"

"Baiklah.." Ujar mom tersenyum. "Aiya tunggu!" Mom menghentikan gerakku.

"Ada apa mom?" Tanyaku bingung, mom terlihat merogoh kedalam tas kulit hitam yang ada disampingnya.

"Ini..!" Ia mengeluarkan sebuah kartu, dan memberikannya untukku. "Karna mulai sekarang kau harus pulang sekolah sendiri, jadi ku buatkan kau ini.." Sebuah kartu untuk menaikki kendaraan umum.

"Huwaa debbak!" Aku sangat antusias. "Thanks mom.."

"Cepatlah turun kau bisa membuatku terlambat" rengek mom sembari melihat jam ditangannya.

"Arasseo.. Hss rewel sekali" candaku, "goodbye mom.." Aku membuka pintu dan turun dari dalam mobil suv milk grandma.

"I love you so jung-a" teriaknya dari dalam mobil, aku melambaikan tanganku sembunyi sembunyi khawtir dilihat oleh orang disekitarku. Tak lama mobil mom pergi menjauh dan tinggalah aku sendiri diantara banyaknya murid murid berseragam sama sepertiku saat ini. Aku tenggelam diantara mereka semua. Berjalan bersamaan memasuki gerbang sekolah.

 

"Annyeong haseyo" sapaku,20 pasang mata sedang menatapku saat ini. "Perkenalkan namaku so jung, jung so jung" kataku gugup. "Mulai hari ini aku akan menjadi bagian dari kelas ini, salam kenal dan mohon kerja samanya" aku menundukan kepalaku dengan canggung. Entah apa yang harus ku lakukan setelah ini, teman teman baruku kelihatan tak begitu bergairah dengan keberadaanku.

"Apakah kau sudah memiliki kekasih?" Seseorang mengangkat tangannya dan bertanya asal, aku hanya tertawa menanggapi lelucon tersebut sama seperti seisi kelas yang lain.

"Kim myung sooo..." Ujar guru song, yang lebih dulu kukenal sebelum teman teman sekelasku yang baru.

"So jung-a, kau bisa duduk di kursi kosong disebelah sulli untuk sementara eoh" guru song menunjuk kursi kosong yang ada di barisan tengan paling belakang. "Kau baik baik saja duduk dibelakang?" Tanyanya.

"Kau bisa duduk bersamaku disini so jung-a" ujar lelaki yang sedari tadi mengoceh tak jelas. Seisi kelas terkekeh karna ulahnya.

"Aku baik baik saja songsaenim.." Jawabku.

"Kalau begitu duduklah kita mulai pelajaran ya.." Ujar guru song menepuk punggungku pelan, aku mengangguk dan melakukan perintahnya.

"Kim myung so! Berdiri hapus papan tulis!" Ujar guru song dengan senyum imutnya.

Aku duduk dengan canggung, semua yang ada disini terlihat sangat asing dimataku, aku hampir tak percaya aku akhirnya duduk dan berada disini.

"Annyeong, sulli imnida! Choi sulli" seseorang menyapaku setengah berbisik, kedua eyesmilenya tersenyum ramah kepadaku.

"Annyeong.." Sapaku seramah mungkin.

"Salam kenal so jung-a" ia melambaikan tangannya sembunyi sembunyi, agar guru song yang sedang menjelaskan didepan kelas tak mendapatinya mengobrol denganku. Aku hanya tersenyum menjawabnya.

 

"KRIIIIIINNG!!" bel berbunyi,

"YEAHH!" Riuh para siswa dan siswi yang beringas karna lapar terdengar, aku bahkan dapat mendengar teriakan dari kelas sebelah dan sebelahnya lagi. Guru song memberi aba aba untuk istirahat dan semua murid berhamburan keluar kelas. Aku memilih untuk sebagai orang terakhir yang keluar dari kelas. Aku membereskan alat alat tulisku dengan santai dan beberapa kali mengecek ponselku yang kuyakin tak ada pesan atau panggilan tak terjawab disana. Hanya notification dari games yang sering ku mainkan akhir akhir ini.

"Ayo kita makan siang!" Sulli menggebrak meja begitu bersemangat, kedua matanya menatapku antusias membuatku kebingungan.

"Kajja so jung-a.." Ia bangkit dari kursinya begitu bersemangat, aku sedikit ngeri melihat semangatnya yang begitu menggebu gebu apakah dia setiap hari seperti ini.

"Kau duluan saja aku masih ada yang harus ku.." Sulli menarik tanganku tiba tiba membuatku terkejut.

"Ayo kita kekantin bersama sama, kau belum tau letak kantin dimana bukan? Setelah itu aku akan mengantarkanmu keliling sekolah ini.." Ia menyeretku dengan paksa, sulli sama sekali tak menggubris kata kataku dan aku hanya bisa pasrah mengikuti kemana ia pergi.

 

Setelah mengantri dan mendapatkan jatah makan siang, kami mengambil kursi didekat jendela, Kursi di bagian luar kantin sudah terisi penuh sepertinya rooftop kantin menjadi tempat yang banyak dipilih oleh siswa disini. Kantin sekolah ini berada dilantai 3 dengan beberapa kursi didalam dan sisanya berada di bagian roftoop, pemandangan dari atas sini sangat indah dan menjadi tempat yang cukup cocok untuk bersantai sambil menyantap makan siang kecuali jika matahari diluar sangat menyengat.

"Aku senang akhirnya bisa makan bersama sama seperti ini" kata sulli dengan semangat di nada suaranya yang tak luntur walaupun tengah mengunyah bimbimbap didalam mulutnya.

"Waeyo? Kau selalu makan sendiri?" Tanyaku penasaran, kelihatannya sulli bukan orang yang tak populer. Dia tinggi, cantik dan menarik dia seharusnya menjadi salah satu wanita yang paling disukai disekolah.

"Tak terlalu banyak yang bisa diajak makan bersama dengan tenang di sekolah ini, beberapa wanita dari geng terkenal makan siang sambil bergosip mengenai tas merk terbaru, bulu mata, sampai operasi plastik aku benar benar tak mengerti dan tak dapat ikut berdiskusi dengan mereka" jelas sulli yang membuatku terkekeh geli, memang dilihat dari kelakuannya sulli bukan tipe wanita seperti itu.

"Beberapa wanita yang lain membicarakan seni seni yang berkembang di era sekarang, seni apa yang akan hits di tahun yang akan datang, sejarah seni dari jaman joseon dan itu semua membuatku pusing" oceh sulli  "bisa ku simpulkan ada 2 tipe gadis di sekolah ini yang pertama masuk disekolah ini untuk menjadi idol kpop dan bergabung di agensi terkenal dan yang kedua untuk menjadi seorang seniman paling berpengaruh di negeri ini"

"Dan kau mana yang kau pilih?" Tanya sulli padaku.

"Aku?" Aku menunjuk diriku sendiri "Dari kecil dulu aku sangat mencintai bernyanyi dan menari balet" jawabku singkat.

"Kalau begitu mungkin kau ada di kedua kelas yang kujelaskan tadi.." Sulli menunjukku dengan sumpit yang ia pegang.

"Jinjja? Tapi kurasa aku tak akan menjadi sehebat dikedua kelas tadi, aku sangat kaku dan pemalu sepertinya aku tidak bisa menjadi entertainer yang hebat" jelasku sedih.

"Eiyy!! Apa yang kau katakan perjalanan kita masih panjang! Kau pasti bisa, untuk itulah mengapa tuhan mentakdirkan kau masuk ke sekolah kami" jelasnya. "Sepertinya aku terdengar tengah mempromosikan sekolah ini, ada apa denganku?" Gumam sulli. Aku terkekeh geli melihat kelakuannya.

"So jung-a apa kau pindahan dari amerika? Atau eropa?" Tanya sulli.

"Waeyo?"

"Aksen bicaramu seperti kau tengah berbicara bahasa inggris" katanya.

"Mwo? yang benar saja..." Aku baru mendengar komentar mengenai aksen bicaraku ini hanya dari sulli.

"Jinjja! Aku serius.. Terdengar seperti kau tengah berbicara menggunakan bahasa inggris dan aku membalasnya dengan bahasa korea" ujarnya diakhiri dengan tawa geli, akupun tertawa bersamanya. Sejauh ini hari pertama di sekolah cukup menyengkan dan berjalan lancar. Memiliki teman baru seperti sulli membuatku sedikit terbantu untuk menghadapi keteganganku sebagai siswi pindahan baru. Sulli bagai malaikat yang diutus untuk mencairkan kekakuan siswa siswi pindahan yang mengalami kekhawatiran tak diterima di lingkungan baru mereka.

"Aku bersyukur bertemu denganmu di hari pertama aku masuk sekolah" kataku, sulli hanya diam saja tak menggubris kata kataku. Aku memperhatikannya, ia tengah mencuri curi pandang kearah sebrang tempat duduk kami.

"Kau baik baik saja?" Sulli terlihat salah tingkah dan tak fokus dengan sekitarnya, ia hanya mengacak acak bimbimbapnya tanpa memakannya sedikitpun.

"Ne..?" Ia menatapku malu malu, wajahnya merona merah. Tak hentinya ia mencuri pandang diam diam, karna penasaran aku mencari cari siapa yang dilihat sulli. Sekelompok laki laki, jumlahnya 5 orang kelimanya menawan dan terlihat fashionista. Dapat kulihat dari potongan rambut masing masing dari mereka yang kekinian.

"Dia teman SMPku, dulu kami cukup dekat tapi sekarang tidak terlalu" aku menatap sulli dan mencari tahu siapa yang ia maksud 'dia'. Ternyata hanya 1 orang dari lima laki laki yang mencuri perhatian sulli. Aku kembali menatap kelima lelaki yang duduk di sebrang yang cukup jauh dari tempat kami berdiri. Ada yang lebih jangkung dari yang lain, wajahnya terlihat bersahabat dan sepertinya ia yang lebih sering membuat teman yang lainnya tertawa. Satu yang lainnya berkulit putih, hidungnya mancung dan wajahnya tampan ia juga memiliki tatapan yang tajam. Dua yang lain lebih pendek dari yang lainnya tapi memiliki senyuman yang menawan, dan yang terakhir memiliki kulit yang lebih coklat dan wajah yang hangat. Ia terlihat lebih kalem dari temannya yang lain, sedari tadi ia hanya sibuk dengan smartphonenya dan headset yang terpasang di kedua telinganya sesekali ia tertawa bersama yang lain tapi mengapa yang satu ini wajahnya tak asing di mataku? Dimana aku pernah melihatnya?

"Mereka semua adalah trainee SM entertainment, mereka kelompok idola gadis gadis disekolah ini" jelas sulli, aku hanya mengangguk anggukan kepalaku tak terlalu memperhatikannya. Aku masih penasaran dengan lelaki yang tengah ku perhatikan saat ini, "mungkin itulah alasanya mengapa kami tak berteman lagi, walaupum terkadang sehun masih menyapaku"

"Sehun?" Tanyaku penasaran,

Sulli mengangguk, "namanya Oh Sehun" sulli menunjuk diam diam si tampan berkulit putih dengan tatapan yang tajam dari kelima laki laki disebrang sana. Aku masih menatap si yang sedari tadi sibuk menatap smartphonenya, ia menarik perhatianku.

"Yang jangkung bernama park chanyeol, yang itu bun baekhyun, yang sampingnya do kyung soo" sulli menunjuk satu per satu, aku menunggu nunggu nama yang terakhir. Aku mengingat ingat dimana aku pernah melihat lelaki tampan yang lebih tenang dari yang lainnya "yang berkulit sedikit hitam bernama Kim Jong In" kata sulli dan aku teringat lelaki itu adalah pemilik mmonggu, lelaki yang menjadi tetangga baruku. Lelaki yang tinggal di sebrang jendela kamarku. Dia Kim Jong In?

"KRIING" bel pun berbunyi, semua murid meninggalkan kantin secara bergantian. Termasuk aku dan sulli, kami kembali kedalam kelas bersama sama. Dan Kim Jong In masih ada didalam pikiranku, kedua mataku tak berhenti memperhatikannya sampai ia dan teman temannya hilang entah kemana. Aku dan si pemilik mmonggu ada di satu sekolah yang sama? Kami tetangga dan kini dia juga teman sekolahku? Lalu kenapa aku senang sekali mengetahuinya? Kenapa aku begitu bersemangat?

 

"Deg... Deg... Deg.. Deg" aku dapat merasakan detak jantungku, telapak tanganku dapat merasakan dentuman jantungku yang mulai berlarian. Ada apa denganku?

 

...to be continue...



 

ANNYEONG HASEYO CHINGUDEUL!!

Aaaaaaa akhirnya aku bisa kembali lagi, kangen banget sama kalian semuaaaaaaa!! Aku mohon maaf karna ff terakhir 'about miracle' nulisnya agak berantakan dan ngepostnya terlampau lama, beberapa bulan kemarin aku sibuk banget ngurusin tesis kuliah aku walaupun belum selesai tesisnya tapi sekarang udah lumayan punya waktu luang untuk nulis ff lagi seneng bangeeeeet :):):) nih aku punya ff pasangan baru favorit aku selain kyuna, kai&krystal couple aku bias dari mereka di exo dan f(x) makanya aku terbersit ide untuk buatin mereka ff berdua semoga chingudeul suka ya sama ceritanyaaa. Aku tunggu lagi comment comment dan masukannya dari sistah sistah kesayangan aku, SARANGHAEE!! ^,^

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Warda-ssi #1
Chapter 3: Boleh minta no. Jongin juga gak? Aaaaaaa :D
Warda-ssi #2
Chapter 2: Aaaa akhirnya soojung pilih dance. Soalnya suka. Suka. Jongin. Haha
Siapa tau merek sekelas yah. Aamiin kkkkkk
Warda-ssi #3
Chapter 1: Suka part 1 nya unnie :)
Kelihatan soojung yg suka duluan yaaa. Sukaaaa bgt :)
Warda-ssi #4
Seruuu kayaknya nih. Aku baru buka aff x_x
Jadi ketinggalan...
affexions
#5
Chapter 3: so cuuuuute^^ update soon please
dhedho
#6
Chapter 3: Ah manis bgt ceritanya thor.. banyak bgt moment kaistalnya (^.^)suka deh sama tiap momentnya hehe.. jongin selalu ada buat soojung.. kya'nya soojung udah suka bgt ya sama jongin?? Hehe
Apalagi kyungsoo tau kalo ada apa" antara jongin sm soojung hehe.. bantulah mereka kyungsoo (^-^) hahaha
Chap ini manis bgt lah momentnya... sukasuka ^^
lee-jungjung #7
Chapter 3: Annyeong thor-nim.. suka deeh sama cerita ini... .jongin so sweet banget ke soojung.. dan sepanjang cerita bikin senyum2 sendiri... hehehe
Nahh.. si sehin ngapain tuuh?? Adih jgn sampe gara2 dia persahabatan soojung sulli berantakan.. dan kyungsoo??? Dia kaistal shipper ya?? Hahaha..
Okee.. next chap ditunggu... fighting
dhedho
#8
Chapter 2: Iya author.. sama rasanya sneng bgt baca moment" mereka (^-^)
Romantis tp gemesin jg hehe ditunggu chap selanjutnya ya author..
dhedho
#9
Chapter 1: Yeaaa... soojung akhirnya ketemu jg sama si jongin.. tp itu jongin sm tmn"nya trainee SM yah?? Moga" aja pendekatan soojung sm jongun lurus" aja .. Hahaha ga ada hambatan gtu.. Ditunggu part selanjutnya ya author..
afrinadarwisyah #10
Chapter 1: Nextt pleasee :/ aq harap yg sulli lihat itu bkn kai yaa jgn sampai krystal sama sulli berantem nanti hohoho fighting :)