Ch.4

Another Way

Sujeong menghentikan langkahnya di anak tangga ketiga begitu melihat Taehyung menuruni tangga, berlawanan arah dengannya.

“Kau mau kemana?” Tanya Sujeong membuat Taehyung yang berjalan sambil menunduk menghentikan langkahnya dan mendongak.

“Oh, hai. Selamat pagi. Aku mau ke minimarket, mau ikut?”

Sujeong mengamati wajah Taehyung, wajahnya tidak terlihat sepucat kemarin, “Kau sudah baikan?”

“Lebih baik dari kemarin, apa yang terjadi padaku? Aku tidak pingsan di depanmu kan?” Taehyung kelihatan clueless.

Sujeong menggeleng sambil menahan senyum, “Kau hanya tertidur”

“Ok, jadi kau mau ikut?” Taehyung menunjukkan jari ke arah luar flat, “Aku mau beli sarapan” Lalu ia tak sengaja melirik ke kantong plastik yang dijinjing Sujeong, “Oh kau sudah beli ya”

“Tidak, ini hanya belanjaan bulanan” Sujeong berbohong, sebenarnya ia sudah membelikan bubur instan dan obat untuk Taehyung tapi sekarang ia tidak mau Taehyung mengetahuinya lalu berpikir macam-macam, lagipula lelaki itu tampaknya sudah lumayan sembuh.

Jadi akhirnya Sujeong memutuskan untuk ikut setelah menaruh kantong belanjaannya di kamar.

Selanjutnya mereka sudah ada di dalam convenient store dan Taehyung langsung mengambil satu ramen cup instan. Kening Sujeong berkerut, “Kau sarapan ramen?”

“Ya,” Jawab Taehyung seolah hal itu amat sangat wajar baginya, “Kenapa?”

Sebelum Sujeong sempat berkata apa-apa lagi, Taehyung sudah mengambil satu ramen cup lagi untuk Sujeong dan membayarnya di kasir, “Kutraktir.” Tandasnya.

Ketika mereka sudah duduk di depan meja panjang yang menghadap langsung ke kaca toko, Sujeong menatap ramen cup dengan asap air panas yang mengepul di hadapannya dengan ragu.

“Belum pernah sarapan ramen sebelumnya?” Tanya Taehyung yang kini mulutnya sudah penuh dengan ramen, “Kalau kau belum pernah makan ramen cup seperti ini namanya kau belum jadi mahasiswa betulan”

“Aku hanya tidak biasa memakan ramen instan di waktu sepagi ini” Sahut Sujeong.

“Sudah kuduga,” Taehyung sekilas tertawa, Sujeong memang tipikal anak tunggal kesayangan orangtua seperti yang sudah ia kira.

Tapi akhirnya Sujeong memakan juga ramen itu sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga supaya tidak terkena kuah ramen. Dia terlihat imut saat itu, apalagi ketika wajahnya memerah karena ramennya pedas. Taehyung memperhatikannya dari bayangan di kaca sambil tertawa.

“Apa?” Sujeong bertanya sambil mengarahkan sumpit ke wajah Taehyung, “Kau sedang menertawakanku ya?”

“Tidak!” Taehyung mengelak, “Aku bahkan tidak melihat ke arahmu dari tadi”

Sujeong mendelik, tahu kalau Taehyung memperhatikannya dari bayangan kaca di depan mereka. “Ini bukan sarapan yang bagus untuk orang yang semalam baru saja demam” Ujar Sujeong mengalihkan pembicaraan sementara Taehyung meminum kuah ramennya seperti minum air dari gelas saja.

“Aku sudah sembuh,” Taehyung menaruh cup ramennya yang sudah kosong lalu bersendawa pelan membuat Sujeong mendelik lagi, “Terima kasih ya, berkat kompresanmu juga. Kurasa kau berbakat jadi suster”

Sujeong kali ini memukul lengan Taehyung, “Terima kasih saja sudah cukup, tidak perlu mengejekku”

“Aku tidak mengejek, aku tulus berterima kasih! Oh ya, kalau bisa aku mau selimut dengan warna yang lebih manly, bisa? Maksudku selimut pink itu sangat tidak cocok denganku kan?”

“Ya!!! Kim Taehyung!!!” Sujeong memukul lengan Taehyung lagi dan menahan diri untuk tidak menyiramnya dengan kuah ramen sementara Taehyung tertawa keras-keras.

“Sujeong?” Sebuah suara berat tahu-tahu menyeruak di antara mereka, membuat Sujeong berhenti memukul Taehyung yang kini sudah berpura-pura berlindung di bawah meja. Sujeong menoleh ke arah sumber suara dan wajahnya langsung berubah.

Taehyung ikut menoleh dan mendapati lelaki yang waktu itu ia lihat di gerbang kampus, yang membuat Sujeong berhenti, yang membuat Taheyung meminjamkan ipodnya pada Sujeong. Lelaki dengan sorot mata arogan itu.

Lelaki itu kini melihat ke arah Sujeong dan Taehyung berganti-ganti, “Kau sudah punya pacar baru rupanya sekarang?” Ia lalu mengamati Taehyung dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan menilai. “Seleramu aneh juga, tapi lumayan meski tidak sebaik aku”

“Apa?” Taehyung mengerutkan kening, sesuatu dalam nada bicara lelaki itu membuatnya seketika kesal meski ia masih belum mengerti maksud dari ucapan lelaki itu.

Sujeong menunduk, kehilangan kata-kata, tangannya meremas ujung jaketnya gugup, tapi lelaki itu melanjutkan kata-katanya dengan nada yang lebih menyebalkan, “Kenapa kau tidak pernah bilang padaku kalau sekarang kau sudah sukses melupakanku dan mendapatkan pacar baru? Padahal kau punya banyak kesempatan untuk mengatakannya di kelas?”

Sujeong menunduk semakin dalam, Taehyung menatap Sujeong dan lelaki itu lalu ketika melihat lelaki itu menyeringai jahat, Taehyung menarik tangan Sujeong sambil berkata dengan suara rendah “Jangan ganggu dia, dia sekarang pacarku” Mata Taehyung kelihatan lain daripada biasanya, tidak ada kilat bercanda di matanya membuat Sujeong menatapnya bingung, sangat bingung, apalagi ketika Taehyung menarik tangannya keluar dari toko, setelah membenturkan bahunya dengan sengaja ke bahu lelaki itu.

*

Taehyung berjalan dengan langkah sedikit cepat di depan Sujeong, ia sudah melepaskan tangannya dari tangan Sujeong dan Sujeong bersyukur akan hal itu. Bagaimanapun ini semua terasa aneh apalagi kata-kata Taehyung di depan lelaki itu tadi, yang mengatakan kalau sekarang Sujeong adalah pacarnya.

Sujeong menggigit bibir, ia berjalan sambil menunduk, berharap Taehyung akan mengatakan sesuatu karena sejak keluar dari toko tadi, saat akhirnya ia melepaskan tangannya, dia tidak berkata sepatah katapun. Ini aneh karena tidak biasanya Kim Taehyung menjadi pendiam seperti itu.

Saat mereka berjalan menuruni undakan tangga jembatan penyebrangan, saat itulah Taehyung menoleh, matanya menatap Sujeong yang masih berjalan sambil melamun.

Taehyung lalu berbalik menghampiri Sujeong membuat Sujeong kaget ketika Taehyung kemudian berjongkok di dekat kakinya, membuat Sujeong menghentikan langkah. Detik berikutnya Taehyung sudah mengikatkan tali sepatu converse Sujeong sambil bergumam, “Kau kebanyakan melamun sampai tidak sadar kalau tali sepatumu lepas”

Setelah mengikatkan tali sepatu Sujeong, Taehyung bangkit lalu berkata hampir tak kedengaran, “Kalau aku tadi tidak menarikmu keluar dari sana, mungkin sekarang kau sudah menangis sesenggukan”

Setelah mengatakan itu Taehyung mengerudungkan hoodienya, memasukkan tangan ke saku dan berjalan lagi, mendahului Sujeong yang menatap punggungnya dengan berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
JeonginCouple #1
Chapter 5: Ohh my godness.. please sequel..
That so romantic kyaaaa .... >.< ska bgt crita kya gini romantis dgn cra berbeda so sweet dah...
Taejong couple too much cute kekeke...
byzeIo #2
Chapter 5: Sequel pleaseeeㅠㅠ gilaa sweet banget♡♡
akirachoi
#3
Chapter 5: Saya butuh encore dari cerita ini/???
Tithania #4
Chapter 5: ahh sweet bget nih couple!
lucu juga Baekhyun jd konsultan ny Taehyung hihihi..
sequel please author-nim..
nenknei
#5
Chapter 5: Akhir'y nemu ff ni couple pke bhsa, dri kmren" susah bgt cri'y
kereeen author nim.... sequel dong...
geaseokyu #6
Chapter 5: Ahh keren...
Aku suka couple taejeong
Mereka manis bgt
Ceritanya keren bgt
Please sequel