Rap Monster's Day

Just One Day

2015.03.04

~~~~~~~~~

 

Matahari sudah berada di posisi maksimalnya saat ini. Teriknya yang masuk melalui sela-sela jendela berhasil membangunkan seorang pemuda yang masih terlelap. Pemuda itu menggeliat dan mengecek jam di ponselnya. Angka 12 dan angka 45 yang berdampingan di layar ponselnya langsung membuatnya beranjak dari tempat tidur.

Namjoon berjalan menuju dapur dan langsung membuka kulkas. Di depan matanya hanya ada beberapa botol air mineral dan 2 kaleng soda. Tidak ada makanan sama sekali. Ia baru saja akan memanggil member termuda di grupnya ketika ia tiba-tiba teringat bahwa ia sedang sendirian di dorm. Setelah mengecek di setiap loker yang ada di dapurnya dan tidak menemukan apapun, ia pun berjalan menuju kamar mandi. Pergi ke minimarket adalah satu-satunya jalan bagi dirinya saat ini untuk mendapat asupan makanan.

 

~

 

Beberapa kantung ramyun dan snack sudah memenuhi kantung belanjaan Namjoon. Ia lalu mengantri di depan kasir dan matanya langsung menemukan sosok yang nyaris membuat jantungnya berhenti.

Rambutnya.

Tinggi badannya.

Bentuk tubuhnya.

Namjoon ingat semuanya.

Namjoon menggosok matanya berkali-kali untuk meyakinkan dirinya kalau ia tidak salah lihat. Semuanya nyataGadis itu benar-benar ada di depannya.

Setelah berjuta konflik dan teori harga diri yang berputar-putar di pikirannya, akhirnya Namjoon menjentikkan telunjuknya untuk menyentuh pundak gadis itu pelan. “Millie?”

       Gadis yang berada di depan Namjoon menoleh. Jika saja ini adalah salah satu adegan dalam film animasi, ada cahaya yang tiba-tiba memancar ke mata Namjoon sampai membuat Namjoon rasanya ingin menutup matanya karena terlalu silau. Sayangnya, ini bukan film animasi. Alhasil, Namjoon hanya bisa sedikit terkesiap saat gadis itu membalikkan badannya. “Namjoon!?”

“Hey.” Namjoon mengangkat tangannya dan melambaikan tangannya kikuk. “Apa kabar?”

 

~

 

“Kau tinggal di mana sekarang?” tanya Namjoon begitu mereka keluar dari minimarket itu. Millie menunjuk ke arah Utara dari sana. “Bukankah rumahmu sebelumnya—“

“Aku sudah pindah rumah semenjak lulus SMA. Kalau kau bagaimana? Bukankah rumahmu—Oh! Kau tinggal bersama grupmu itu, ya?” tanya Millie antusias dan disambut dengan anggukan malu dari Namjoon. Mereka lalu berjalan menuju rumah Millie setelah sebelumnya Namjoon menawarkan diri untuk mengantar Millie pulang. Millie telah menolak berkali-kali namun ia tahu bahwa teman SMA-nya itu bukan tipe lelaki yang mudah untuk ditolak. Akhirnya, ia pun mengizinkan Namjoon mengantarnya meskipun ia masih bingung apakah hal ini boleh ia lakukan.

“Aku tidak menyangka kau akan menjadi idol.” Millie mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Namjoon. “Kukira kau akan menjadi mahasiswa teknik yang genius dan memproduksi berbagai macam alat-alat canggih di masa depan.”

Namjoon terkekeh diikuti dengan tawa nyaring dari Millie sendiri. Tawa yang kurindukan. “Sepertinya kau lupa bahwa nilai mata pelajaran Musik-ku juga tinggi.”

Millie mengangguk dengan sisa-sisa tawanya. “Hal yang paling tidak masuk akal bukanlah kau menjadi seorang penyanyi, tetapi kau—kau menari! Kau menari padahal aku tahu kau bahkan tidak bisa menggoyangkan badan dengan benar dalam pelajaran Olahraga! Hahaha~!”

“Hey!” Namjoon menghentikan langkahnya dan memperlihatkan wajah cemberutnya. Bukannya berhenti, tawa Millie malah semakin meledak melihat reaksi Namjoon yang seperti itu. Namjoon tahu, wajah cemberutnya tidak akan membuat Millie berhenti tertawa, tapi justru itu yang ia inginkan. Ia sangat merindukan tawa ini. Ia merindukan Millie yang menertawakannya. Jika ia bisa, ia ingin merekam situasi ini dengan segala detailnya dan melihat rekamannya ketika ia merindukan gadis yang merebut hatinya sejak di bangku SMA itu.

Millie sudah berhasil merebut hati Namjoon sejak gadis itu memuji kepintaran Namjoon—bukan malah menjauhi Namjoon dan menganggap Namjoon culun, seperti yang dilakukan oleh anak lainnya. Tapi lelaki genius itu tidak memiliki nyali untuk menyatakan perasaannya. Ia merasa masih kurang pantas untuk bisa menyatakan perasaannya pada seorang Millie Choi. Tapi ia tidak akan menahan perasaan itu begitu saja, ia berjanji pada diri sendiri untuk menyatakan perasaan itu suatu saat nanti. Ia berharap, hari ini adalah awal baginya untuk mulai mempersiapkan nyali demi menyatakan perasaannya pada gadis yang kini sedang berceloteh menceritakan pengalaman-pengalaman lucu mereka semasa SMA dulu.

“Namjoon?”

“Ya?”

“Kau mendengarkanku tidak?” tanya Millie yang langsung menghentikan langkahnya. “Kau daritadi hanya melihat kearahku padahal aku menceritakan hal yang seharusnya membuatmu tertawa.”

“Begitukah?!” Namjoon sebisa mungkin tidak terlihat terkejut. Millie benar. Ia tidak mendengarkan apa yang dibicarakan gadis itu. Ia hanya memandangi wajah gadis itu yang cantik, bukan, tapi yang semakin cantik semenjak terakhir kali Namjoon melihatnya.

“Sudahlah, lupakan saja.” Ujar Millie. “Tahukah kau, Namjoon,”

“Apa?”

“Aku rasa, aku lebih menyukai dirimu yang sekarang dibandingkan dirimu yang menggunakan kaca mata hitam itu.”

Deg!

“Me—mengapa seperti itu?”

Millie mendongakkan kepalanya. “Wajahmu yang tampan itu tidak bagus jika harus ditutupi oleh kacamata hitam.”

Dan tiba-tiba saja Namjoon merasa kakinya tidak lagi menginjak tanah. Impossible, tapi itulah yang ia rasakan saat itu.

 

~

 

“Kau tinggal di daerah sini?” tanya Namjoon begitu mereka sampai di daerah yang terletak beberapa blok dari dorm-nya. Millie mengangguk. Di dalam hatinya Namjoon mengucap syukur. Ia bisa mudah bertemu Millie dengan jarak rumah Millie yang dekat dengan dorm-nya.

Suara dering ponsel memecah keheningan di daerah pemukiman itu. Millie mengeluarkan ponselnya lalu meminta izin dari Namjoon untuk mengangkat teleponnya. Setelah beberapa saat, Millie kembali dan mengajak Namjoon berjalan beberapa langkah lagi.

“Aku harus segera pulang. Untunglah aku sudah ada di daerah sini.” Jelas Millie.

“Apakah terjadi sesuatu di rumah?” tanya Namjoon.

Millie tertawa melihat ekspresi cemas di wajah Namjoon. “Bukan sesuatu yang harus kau cemaskan.” Ia lalu memperlihatkan belanjaannya pada Namjoon. “Seseorang sudah sangat membutuhkan diriku dan belanjaanku di rumah.”

Firasat buruk langsung mengahantui dirinya begitu ia melihat isi belanjaan Millie. Dua kotak susu bayi dan beberapa bungkus bubur bayi. “Kau—“

“Apa kau tidak menyadari perubahan tubuhku? Persalinan itu membuat beberapa perubahan besar pada tubuhku. Harusnya kau menyadari itu sebagai salah satu teman dekatku selama SMA, Kim Namjoon.” Canda Millie. Namjoon memaksakan diri untuk tertawa namun masih dengan wajah penuh tanya. “Aku sudah memiliki satu anak. Apa kau percaya jika kukatakan padamu bahwa aku menikah dengan tetanggaku yang sering menggangguku dulu?”

Namjoon mengangguk. Ia ingat seseorang yang sering Millie ceritakan sewaktu SMA. Ia menyangka bahwa orang itu mungkin hanya orang iseng belaka. Tapi ternyata... orang itu ternyata memiliki nyali lebih besar dari dirinya.

“Jadi...kau sudah menikah?”

Millie mengangguk malu.

Namjoon merasa seperti sebuah pesawat yang dibawa terbang oleh pilotnya dan tiba-tiba dijatuhkan begitu saja. Sekuat tenaga ia berusaha membuat tubuhnya tetap berdiri dan menjaga kesadarannya agar ia tidak pingsan di depan Millie. Status Millie yang sudah menikah sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya. Dalam “peta rencana hidup”-nya pun, Namjoon tidak pernah memikirkan bahwa bisa saja Millie menikah setelah lulus dari SMA.

Millie berhenti di depan sebuah rumah kecil bercat hijau. Tanpa harus bertanya, Namjoon sudah tahu kalau Millie tinggal di rumah itu. Suara tangisan bayi dan aroma bayi yang tercium sampai keluar semakin meyakinkan Namjoon bahwa gadis di hadapannya sudah beranak satu.

       “Masuklah dulu, akan kubuatkan teh kesukaanmu.” Tawar Millie ramah. Namjoon menggeleng. “Baiklah, lain kali mainlah kesini. Kau akan jadi teman SMA yang pertama kali melihat anakku, Namjoon.”

“Jadi, aku teman SMA-mu yang mengetahui kau sudah memiliki anak?” tanya Namjoon. Millie mengangguk malu. “Kalau begitu, aku tidak akan memberitahukan hal ini kepada yang lain sebelum aku bertemu dengan anakmu,”

Millie memiringkan kepalanya. “Kenapa begitu?”

“Agar aku benar-benar menjadi teman SMA-mu yang pertama kali bertemu dengan anakmu. Aku tidak akan membiarkan orang lain merebut posisi pertamaku itu.” Canda Namjoon yang diikuti tawa dari keduanya.

Rengek tangis dari dalam rumah menyadarkan Millie bahwa ia harus segera masuk. “Aku masuk dulu. Terimakasih sudah mengantarku, Namjoon. Hati-hati di jalan.”

Namjoon mengangguk dan memberikan senyuman termanisnya hari ini sebelum Millie menghilang di balik pintu. Ia menghela napas panjang. Entah mengapa, bibirnya terus tersenyum memikirkan Millie. Memikirkan berita pernikahan dan anak Millie membuat ia menertawakan dirinya sendiri. Ia berjanji, ia akan menasihati Jungkook agar tidak berakhir seperti dirinya. Anak itu tidak boleh memendam perasaan pada gadis yang disayanginya dan segera mengatakannya sebelum gadis itu dinikahi orang lain.

 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dilxmyg
#1
Actually, bts always give us an inspiration to make a story :v
jadi, ini songfic yaa??
keyhobbs
#2
Chapter 6: yah...kok udah epilogue aja?padahal aku masih nunggu2 buat chap nya jin,jhope sama jungkook:( tapi gak apa-apa lah ya...mungkin d lain waktu author bisa nambahin chapternya d sni..hihi #ngarep well,sejauh ini good job for you authornim, ^^ semoga tetap semangat bwt nulis fanfic yg lainnya hehe... Oh iya, d chap ini kasihan ya si taehyung, mungkin dia satu2nya yg menangis d sini, nora jahat sih ninggalin taehyung:( sini taehyung biar sama aku aja hihi..
keyhobbs
#3
Chapter 5: whahaha kasian si rapmon, baru mau mulai lg eh..si dianya udah d ambil orang :D eh aku jahat bnget ya malah ngetawain dia hihi, sini rapmon sama aku aja, nice one authornim! D tunggu chap selanjutnya...
keyhobbs
#4
Chapter 4: haduh....V yang sabar ya :( semoga Nora cepet sembuh and bisa nntn konsernya V :)
keyhobbs
#5
Chapter 3: akhem suga ada-ada aja yah.. Oh ya penasaran sama yeoja itu,klo gk salah d sini gk d sebutin namanya yah?
keyhobbs
#6
Chapter 2: wah wah wah itu cowoknya rachel minta d gampar tuh!-_- oh ya,nama rachel itu ngingetin aku sama the heirs deh hehe...^^ d tunggu update nya ya authornim,fighting!
ChoSaku_ #7
Chapter 2: Aduh laknat/? Wks update ya authorrrr~ hwaitinggg! (Asalnya pas chapter satu aku udah mau komen,eh internet nya mati :"3/?)
keyhobbs
#8
Chapter 1: wah....namjoon oppa gak punya rencana apa-apa? Main sama aku aja yuk!^^
hyenatuan #9
Chapter 1: Baru nemu nih, bagus awalnya! Lanjutin yaa.. sebenernya nungguin seokjin sih hehe :)