PART I : TINKERBELL WITH HER PROMISE TO STUPID PETER PAN

THAT SPRING

2013 : Spring

Author’s POV

Jinwoo menepikan mobilnya begitu dia tiba dijalanan yang begitu familiar di ingatannya. Senyumnya merekah saat dia membuka pintu mobil disisinya sudah berdiri seorang perempuan cantik berambut kecoklatan. “Oppa!!” panggil gadis itu ramah. Dengan spontan gadis itu memeluk leher Jinwoo. Jinwoo terkekeh kemudian balas memeluk gadis didepannya.

“Kau apa kabar? Lama tak bertemu denganmu.” bisik Jinwoo. Gadis itu melepaskan dirinya, wajahnya bersemu merah. “Aku tidak sempat. Banyak pekerjaan.” Ujarnya. Jinwoo tersenyum kemudian membelai rambut panjang gadis didepannya. “Kau nampak kurus sekali. Sedang diet?”

Ganti gadis ini yang tertawa lepas, “Sejak kapan sih aku diet? Aku hanya sedang banyak berolahraga. Latihan berenang bersama Lee Taehyun.” Jinwoo tersenyum. “Tentunya Lee Taehyun semakin sehat sekarang. Bagaimana perkembangannya?”

Gadis itu mendadak memasang wajahnya paling berbinar. “Yupp. Dia melakukannya dengan baik, bertahan dengan kuat dan membuat kami bangga. Halmoni tidak lagi khawatir dengannya. Dia terus membaik, dan semakin rajin berolah raga. Aku setiap hari menemaninya.”

Good girl.” Jawab Jinwoo, “So, do you mind if I stay for one night in your place. I need an escape.” Ujar Jinwoo akhirnya. Gadis itu tersenyum dan mengangguk, tangan kanannya meraih tangan kiri Jinwoo, “Yuk masuk.” Ajak gadis itu.

Jinwoo tersenyum saat menyadari gadis itu menggenggamnya erat. Ada sebuah kehangatan yang menyisip dihatinya, ingin di bertanya lebih tapi Jinwoo memilih menjawabnya sendiri. Dia menyayangi gadis itu tak lebih dari adik sendiri yang tak dia punya.

"Nah, oppa akan tinggal dikamar ini untuk sementara. Aku akan bilang ke halmoni saat halmoni datang nanti bersama Taehyun." Ujar gadis itu lembut. Jinwoo mengangguk.

"Aku akan menyiapkan air hangat untuk oppa mandi. Gantilah bajumu baru mandi, okay?" Jinwo tersenyum dan mengangguk. "Baiklah. Thank you, Son Wendy." Gadis yang namanya dipanggil itu menoleh. Sudah lama dia tak mendengar namanya dipanggil. Aku ingin kembali dipanggil dengan nama itu, bisik hatinya.

"Emm. Tak masalah oppa." Ujar Wendy. Dia berbalik untuk menuju dapur.

"Oh iya Wendy. Apa kau tak ingin bertemu dengan Nam Taehyun? Apa kau tak merindukannya?" Tanya Jinwoo tiba-tiba. Wendy menghentikan langkahnya. Badannya berbalik kembali menghadap Jinwoo, wajahnya pias namun dia tetap tersenyum, sangat tipis dan dipaksakan. Kepalanya menggeleng singkat.

"Aku tak merindukannya sama sekali oppa. Aku bahkan melupakannya kalau saja oppa tak menyebut namanya barusan mana mungkin aku ingat." Jawab Wendy, dan tanpa menunggu reaksi Jinwoo, Wendy memilih berbalik melanjutkan niatnya untuk menyiapkan air panas untuk Jinwoo mandi.

"Aku tak pernah merindukannya. Son Wendy memegang janjinya. Dia tak merindukan Nam Taehyun. Sama sekali tidak." Ikrar Wendy berkali-kali.
...

 

"Jinwoo-ya.. makanlah yang banyak. Makan sayurnya." Suara serak halmoni begitu hangat ditelinga Jinwoo. Dia rindu sosok neneknya jika melihat halmoni didepannya.

Halmoni adalah orang tua kedua bagi Wendy. Dia adalah adik nenek dari pihak ayahnya. Halmonilah yang menerima Wendy kapanpun Wendy melarikan diri, namun entah kenapa kedua orang tua Wendy tak pernah mencari putri mereka ke rumah tua itu.

 Halmoni juga masih saudara jauh dari keluarga Lee Seunghoon. Bahkan fakta ini diketahui oleh Jinwoo lewat mendiang Kang Seulgi saat pertama kali Seulgi memberitahukan keberadaan Wendy saat Seulgi sakit. Seulgi berkata dulu saat dia mengenal Seunghoon, Seulgi teringat dengan halmoni yang menyayanginya meskipun menurut Seulgi, beliau tak memiliki hubungan darah dengan Wendy. Halmoni tak pernah membedakan siapapun.

Dan dari Seulgi juga Wendy, Jinwoo menemukan kasih sayang seorang nenek yang selalu diinginkannya. "Ne, halmoni." Jawab Jinwoo akhirnya.

"cih, halmoni. Lihatlah, Jinwoo oppa benar-benar kurus sekarang. Sejak bekerja nampaknya dia tak mengurus dirinya. Dia lebih mengurus orang lain." Seru Wendy, nada bicaranya bercanda tapi Jinwoo tau ada maksud lain dari kalimat lugas itu. Ada yang ingin disampaikan oleh Wendy, tersirat, tapi terbaca, Nam Taehyun.

"Well, ini karena aku tak punya siapapun yang bisa mengingatkanku sekarang." Ujar Jinwoo. Matanya menerawang menatap nasi di mangkuknya. Sikap dan ekspresi yang jelas membuat seorang seperti Son Wendy sukses merasa bersalah. Halmoni melirik Wendy singkat dengan hangat, membuat Wendy mengerti. “Seunghwan-ah, kau ini senang sekali menggoda oppamu. Bukankah halmoni sudah ingatkan kau untuk selalu mengingatkannya?”

Wendy menoleh lalu mengangguk, “Ne, halmoni. Mulai sekarang aku akan mengingatkan Jinwoo-oppa. Okay oppa?” ujar Wendy. Jinwoo mengalihkan pandangannya, sekelebat bayangan Seulgi menghilang dan mengantarkannya pada senyum hangat dari Wendy dan halmoni. “Gomawo.  Tapi aku lebih senang kalau Wendy ikut denganku halmoni kembali ke Seoul.”

Wendy meletakkan sumpitnya dengan keras, tanda dia kaget sekaligus kesal. “Jaga sikapmu Seunghwan. Aku rasa sudah waktunya kau kembali. Dua tahun kau menghilang dari mereka. Kedua orang tuamu terus saja datang kemari membujukmu, tapi kau sama sekali tak menuruti mereka. Pulanglah bersama Jinwoo. Kau harus menjaganya.”

Wendy menolehkan kepalanya pada halmoni matanya membulat karena kaget dan tak mempercayai apa yang didengarnya. “Halmoni ingin aku pergi? Kenapa?” tanya Wendy. Halmoni tersenyum sembari tangannya yang keriput meletakkan sumpitnya. “Seunghwan-ah, sudah waktunya kau menghadapi takdirmu yang kau hindari. Disini selamanya tak pernah menyelesaikan masalah.”

Jinwoo menjadi tak enak hati, tapi itulah tujuannya kesini. Dia ingin membawa Wendy kembali ke Seoul.

“Aku tak akan kembali. Dibujuk atapun diusir, aku tetap tak akan kembali.” Kalimat keras kepala itu meluncur dari Wendy yang wajahnya sudah memerah karena marah.

 

Jinwoo menutup pintu belakang mobilnya setelah meletakkan barang bawaannya juga beberapa oleh-oleh dari halmoni. Jinwoo menoleh pada halmoni yang berdiri didepan pintu pagarnya. Senyumnya merekah dan hangat. Jinwoo menyongsong halmoni  dan memeluknya. “Aku pulang dulu, halmoni.”

Halmoni mengangguk, “Behati-hatilah.” Jinwoo balas mengangguk. Sekilas Jinwoo melempar pandangannya kearah jendela kecil disamping rumah. Jendela kamar Wendy. Jinwoo bisa melihat Wendy tengah berdiri menatapnya, meskipun samar karena ada renda kelambu, tapi jinwoo yakin itu Wendy. Jinwoo tersenyum.

Kemudian dia melangkahkan kakinya, masuk kedalam mobilnya dan mengeluarkan ponselnya dari saku celana jeansnya. Mengetik sebuah pesan.

 

To : Dearest Lill Seunghwan

Aku pergi. Kau jaga diri baik-baik. Tersenyumlah. Jika sudah siap untuk kembali, segera kabari aku. Aku selalu merindukanmu.

I love you, dongsaeng.

 

Sudah lewat seminggu sejak kedatangan Jinwoo kerumah halmoni, semenjak itulah Wendy menjadi lebih diam. Dia memang masih disibukkan dengan mengajar, namun selama seminggu itu dia lebih sibuk berpikir. Memikirkan kata-kata halmoni juga kata-kata Jinwoo. Meyakinkan dirinya. sehingga tibalah di hari kesepuluh.

Wendy memantapkan kakinya menuju ruangan kepala sekolah. Dia akan mengajukan pengunduran diri. Dia ingin kembali kerumahnya di seoul. Apartemen kecil yang ditinggalinya dengan mendiang Seulgi, apartemen yang disebutnya rumah.

Dan tanpa menunda lagi, kembalilah Wendy menuju tempatnya berasal.

 

To : Beloved Deer Oppa

Deer oppa, aku akan kembali. Tak usah menjemputku. Aku bisa datang kapan saja. Hanya saja beri tahu aku letak apartemenmu dan passwordnya. Aku akan membuatmu terkejut.

 

From : Dearest Lill Seunghwan

Deer oppa, aku akan kembali. Tak usah menjemputku. Aku bisa datang kapan saja. Hanya saja beri tahu aku letak apartemenmu dan passwordnya. Aku akan membuatmu terkejut.

 

Jinwoo tersenyum sembari membalas pesan singkat dari Wendy. Hatinya mendadak lega. Tak lama saat dia melangkah kedalam  café tempatnya berjanji dengan Winner dan Irene dan Joy dia mendapat telepon dari petugas keamanan apartemennya, mengabarkan kalau perempuan yang dimaksudnya sudah tiba ke apartemennya.

“Kalau begitu, rencananya bisa berjalan malam ini sekalian.” Bisik hatinya.

 

Jinwo melambaikan tangannya pada Seungyoon, Mino, Seunghoo, Irene dan Joy yang menggunakan mobil masing-masing. Jinwoo sengaja menyuruh bengkel langganannya mengambil mobilnya dengan alasan untuk diperbaiki padahal sesungguhnya hanya dilakukan servis rutin. Dengan demikian Jinwoo ada alasan untuk menumpang mobil Taehyun.

“Kalian hati-hatilah menyetirnya. Kami pulang dulu.” Ujar Jinwoo.

“Taehyun-ah, antarkan pak tua ini dengan baik eoh.” Ujar Irene khawatir.

“Jangan khawatir nuna, dia aman bersamaku.” Jawab taehyun.

“Kalian istirahatlah dengan baik.” Kali ini Mino yang berusara. Dia selalu perhatian. Taehyun tersenyum dan mengangguk, sementara Jinwoo sudah menutupkan kepalanya dan bersandar. Berakting merasa lelah dan sedikit mabuk.

Taehyun kemudian mengemudikan mobilnya. Sepanjang jalan mereka hanya diam tanpa konversasi yang ideal. Sama-sama saling menahan diri. Saat memasuki kawasan apartemen Jinwoo, Taehyun mulai memperlambat laju mobil yang dikendarainya. Taehyun kemuidan menepikan mobilnya dipelataran parkir apartemen milik Jinwoo. “Mampirlah sebentar.” Pinta Jinwoo. Taehyun melirik Jinwoo dan hanya memberikan anggukan kecil.  Biasanya ketika Jinwoo memintanya mampir berarti ada hal serius yang akan mereka diskusikan. Lebih sering tentang pekerjaan.

 “Taehyun-ah, kau masuklah lebih dulu. Aku akan menyusul. Aku harus melaporkan ke bagian keamanan kalau tralis jendela dapurku perlu diperbaiki.” Ujar Jinwoo. Taehyun mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju lift. Menekan tombol 9. Dan menyusuri lorong mencari apartemen nomor 9073.

Begitu menemukan pintu apartemen yang dia cari, Taehyun menekan kode pass kunci apartemen Jinwo. 9-0-7-3

“Hyung masih saja freak dengan empat angka ini. Ish.” Gumam Taehyun. Ceklik. Pintu hitam itu terbuka, “Oppaaaa…..” suara ceria seorang perempuan menyambut Taehyun.

Deg. Jantung Taehyun serasa ingin berhenti saat suara itu menyambutnya. Mendadak sepertinya waktu membeku. “Opp..” panggilan itu tertahan. Tepatnya si pengucapnya juga kaget seperti yang Taehyun rasakan saat itu. Dan tubuh Taehyun mendadak beku. “Son Wendy?” panggil Taehyun. Gadis yang memang Wendy itu bergerak mundur.

“Wendy?” Wendy hampir bergerak kearah pintu mencoba meninggalkan Taehyun, tapi Taehyun sempat menahannya. “Tunggu. Aku pernah bersumpah saat aku bertemu denganmu ada yang ingin kusampaikan. Tolong tunggu sejenak. 4 menit saja.” Pinta Taehyun.

Wendy nampak gusar, seperti mempertimbangkan konsekuensi jika menuruti permintaan Taehyun. Tapi kemudian  Wendy memilih duduk diruang tamu apartemen Jinwoo mengikuti permintaan Taehyun. Taehyun tersenyum dan bergegas  meraih gitar milik Jinwoo yang terletak tak jauh dari ruang tamu. Dengan gemetar Taehyun menyetel kunci gitar dan mulai memainkannya. Taehyun memenuhi sumpahnya.

 

When I wake up, I don’t like mornings without you
It feels like something’s empty
I want to put you by my side and look at you so only I can have you
I want to give myself to you baby

I’m going to tell you right now
I hope you will smile

I’m confessing now, I want to make you my girl
I want to open my eyes with you, smile and kiss you
Just stay by my side
This is my confession

Honestly, I’m not a good guy, there might be times I make you cry
But I promise there will be more days when I’ll make you smile
I want to hold hands and watch movies
Like the beautiful stories in song lyrics
Just the two of us

I’m going to tell you right now (please my baby)
I hope you will smile

I’m confessing now, I want to make you my girl
I want to open my eyes with you, smile and kiss you
Just stay by my side

From the moment you came to me
My world only had you in it, I want you, I want you
With your soft voice, tell me you love me
Then time will stop

I’m confessing now, I want to make you my girl
I want you to be in my arms when I wake up every morning
Just stay like this

This my confession

(Confession – written by Nam Taehyun)

 

Taehyun menyelesaikan lagunya. Dengan canggung dia menatap Wendy. Wendy yang sejujurnya terhanyut karena lagu itu mendadak menegakkan duduknya. “Sudah kan? Kalau begitu aku pulang dulu. Katakan pada Jinwoo oppa aku akan kembali nanti.” Ujarnya.

“Tunggu.” Taehyun dengan cepat menarik tangan Wendy. “Tak ada komentar? Aku menciptakan lagu itu untukmu. Dan aku bersumpah menyanyikannya untukmu saat kita bertemu kembali. Apa..apa.. apa kau menyukainya?” tanya Taehyun. Wendy menoleh. Samar kepalanya mengangguk. “Terima kasih.” Ujarnya.

Taehyun melepaskan tangan Wendy. Dan saat Wendy hampir mencapai pintu, taehyun sempat berkata, “Itu semua jujur dari perasaanku untukmu. Hidupku benar-benar kosong tanpamu. Dan rasanya terlalu sunyi.”

Wendy menghentikan langkahnya. Hatinya tersentuh. Dia menoleh kearah Taehyun. “Terima kasih.” Ujarnya. Taehyun menghela nafasnya, “Tak adakah kesempatan untukku?” tanyanya. Wendy menatap lurus kearah Taehyun. Nampak sedang mempertimbangkan sesuatu.

Kemudian Wendy berjalan lurus kearah Taehyun, langkahnya berhenti tepat didepan Taehyun. Senyumnya mengembang sempurna. Matanya yang bulat nampak berseri. Membuat Taehyun tergerak untuk memeluknya. Tapi Taehyun tak melakukannya.

Tiba-tiba tangan Wendy terulur, “Hi, salam kenal. Aku Son Wendy, guru music di Gurim Elementary School.” Ujar Wendy mantap. Taehyun terpengarah. Bukankah ini berarti dia ingin memulai semuanya dari awal?

Taehyun balas tersenyum, tangannya menjabat Wendy. “Salam kenal, aku Nam Taehyun. CEO Nam Hotel dan juga vokalis Winner. Senang bertemu dengan anda, nona Son.” Wendy tersenyum. “Ya, senang mengenal anda, tuan muda Nam.”

Mereka saling menatap dan terus tersenyum. Mengabaikan ada sepasang mata lain yang mengawasi keduanya diambang pintu, sepasang mata yang bibirnya merekah lega. “Mereka akan memulainya kembali, Seulgi. Kau bisa tenang sekarang.” Jinwoo bergumam, kemudian dia pergi meninggalkan apartemennya.

“Kutunaikan sudah janjiku padamu Seulgi.” Jinwoo masuh terus tersenyum sambil terus berjalan menjauhi apartemennya. Jinwoo memutuskan untuk memberikan waktu pada pasangan itu. Tak berapa lama berjalan, Jinwoo sudah berhenti di convience store tak jauh dari apartemennya. Membeli beberapa makanan kecil sebagai alasannya untuk kembali nanti.

Tak lama, Jinwoo tinggal menyelesaikan pembayarannya. Dia keluar dari toko berwarna hijau itu dan bergegas menuju ke apartemennya. Sudah hampir satu jam dia meninggalkan kedua dongsaengnya. Jinwoo berjalan pelan menikmati udara bekas musim dingin yang akan berubah menjadi semi. Lalu matanya menangkap sosok gadis berambut panjang, figure sampingnya menyita perhatian Jinwoo karena merasa mengenalinya. Gadis itu menunggu lampu penyeberangan berubah menjadi hijau agar dia bisa menyeberang.

Saat lampu berubah warna, senyumnya merekah, dan dia bergegas sembari merapatkan trench coat warna krem yang membalut baju merah yang dikenakannya. Tiba-tiba saat kaki mungilnya melangkah sebuah motor pengantar makanan nampak bergerak oleng dan terlihat tak bisa dikendalikan, seperti remnya blong. Jinwoo mendadak waspada.

“Awas!!!” teriak Jinwoo mengabaikan belanjaannya dan berlari menarik gadis itu, membawanya dalam pelukannya yang posesif dan karena sentakan yang kuat dari Jinwoo sebelumnya, tubuh keduanya jatuh tak kuasa berhadapan dengan gravitasi bumi. Tubuhnya tertarik pada tanah dan jatuh berdebam dengan saling menindih. Gadis itu menindih dan membelakangi Jinwoo.

Mata Jinwoo terpejam merasakan wangi strawberry dari rambut gadis didalam pelukannya. Lalu rasa sesak dari dada Jinwoo mulai terasa. “Uhuk-uhuk.” Jinwoo terbatuk. Aksi yang cukup membuat gadis dalam pelukan Jinwoo tersadar akan posisi mereka. Gadis itu mencoba berdiri. Namun mendadak lampu yang menerangi mereka mati. Membuat suasana menjadi gelap.

“Ah, maafkan saya. Ah maafkan saya. Terima kasih. Maaf sudah merepotkan anda.” Ujar gadis itu. Mata Jinwoo menyipit mencoba mengenali wajah gadis itu dalam kegelapan. Seperti mengenali suara itu. Tapi Jinwoo gagal ingat. Suasana gelap dan temaram membuat ingatan Jinwoo susah dijangkau. Namun sebuah tangan putih langsat terulur, tangan gadis itu, mengenakan cincin berbentuk hati di jari kelingkingnya mencoba menawarkan bantuan pada Jinwoo.

Jinwoo meraihnya dan dapat merasakan kelembutan dan juga wangi strawberry dari gadis itu. Jinwoo berhasil berdiri dan menjajari gadis yang tak lebih tinggi dari dagunya. Jinwoo tersenyum namun tidak terlihat karena gelapnya sekitar mereka. “Tidak apa-apa. Lain kali hati-hati kalau menyeberang.” Ujar Jinwoo.

“Ah, maafkan saya. Terima kasih. Kalau begitu sampai jumpa.” Ujar gadis itu sambil beranjak pergi, kali ini dengan menyetop taksi didepannya. Cahaya dari taksi membuat Jinwoo dapat melihat siluet gadis itu. Gadis itu menoleh kearah Jinwo yang masih berada dalam bayangan kegelapan sehingga wajahnya tak terlihat. Sementara Jinwoo tersenyum, dia mengenali gadis itu. Gadis yang sama saat menanyakan studio music ‘Rose’ bulanan yang lalu.

“Kim Jiwon. Aku mengingatmu.” Gumam Jinwoo saat taksi itu beranjak.

 

Nam Taehyun Calling….

Jinwoo menerima panggilan itu, “Ungg. Kenapa Taehyun-ah?”

Hyung dimana? Kenapa lama sekali. Son Wendy menunggumu.” Ujar Nam Tehyun dari seberang telepon. Jinwoo tersenyum, inginnya dia menggoda Taehyun tapi dia mengurubgkan niatnya mengingat perangai maknaenya benar-benar susah ditebak.

“Aku berbelanja kebutuhan. Ah, Son Wendy? Kapan dia datang? Tadi saat kau masuk ke apartemen aku baru membaca kalau dia menanyakan apartemenku. Ternyata dia sudah sampai saja. Kalian tunggulah sebentar.”

Oke. Cepatlah hyung. Hati-hati.” Sambungan terputus. Jinwoo masih menatap jalan sepeninggal sosok Jiwon yang sudah lenyap. “Kim Jiwon.” Gumamnya.

 

Jiwon masuk kedalam kamarnya setelah menyapa ayahnya yangberada dalam ruangan bertuliskan, Kim Himchan. Jiwon melepaskan trench coat kremnya dan mengganti dress merah selututnya dengan piyamanya yang nyaman. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mencucui muka dan menyikat giginya. Saat menatap cermin matanya menerawang menatap bayangannya.

Matanya yang bulat penuh ingin tahun, pipinya yang tembam kemerahan dan bibirnya yang mungil, dia terus menatapinya. “Ibu bilang aku mirip beliau. Tapi tidak sama sekali. Aku memang mewarisi kemampuan ibu, tapi aku bukan putri ibu. Eomma, kau dimana?” bisiknya.

Tak ma uterus terpaku, Jiwon melanjutkan aktivitasnya sambil mencoba melupakan kegundahan hatinya. Jiwon kemudian menghapus air diwajahnya dengan handuk kering dan mulai mengaplikasikan krim malamnya setelah mengenakan toner. Selesai melaksanakan rutinitasnya Jiwon meraih handbagnya yang terbuka. Tadi saat jatuh dia tidak menyadari kalau tasnya terbuka dan kancingnya terlepas.

Beruntungnya ternyata tak ada barang yang hilang, hanya saja dia menemukan benda asing saat didalam taksi tadi. Di handbagnya terkait sebuah jam tangan bertali kulit dimana di bagian belakangnya digrafir sebuah inisial nama. J.W.Kim. jiwon tadi bahkan sempat berbalik arah mencoba mencari laki-laki yang menolongnya, karena kemungkinan besar jam tangan itu adalah miliknya. Namun saat kembali, Jiwon sama sekali tidak menemukan siapapun.

Jiwon menatap jam tangan itu. “Dia punya inisial nama yang sama denganku. Siapa dia?” gumamnya. Kemudian Jiwon berbaring diatas bantalnya, tertidur karena lelah sambil memegang terus jam tangan itu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ELF813
#1
Chapter 3: Duh greget sama si Taehyun & Wendy, kirain udah balikan lagi -_-
yooyra #2
Chapter 2: Yass! Setelah nungguin sequel empty akhirnyaa! Pas pertama liah cast nya kok Kim Ji Won sih? Si Bobby? Eh tau nya Ji Won aktris. Yampunn deh.

Next chaptahh ditunggu loh thor hehe
ELF813
#3
Chapter 1: ini sequel EMPTY?
Wendy & Jiwon is my bias <3