a/n: iseng-iseng bereksperimen sama writing style hehehe, maaf kalo hasilnya jadi cringe-worthy. And also this is based on Teen Top - Missing MV!!
HAHAHAHA lets cringing together!

P.S kalimat dalam italic menceritakan flashback :)

Mataku hanya bisa menatap kosong pada tangan Byunghun yang mengusap hilang bercak darah pada kakiku. Tidak tau lagi apa yang harus kulakukan, aku hanya membiarkannya dan mengubur wajahku pada lengan tanganku.

Aku sangat lelah…. Untuk mengeluarkan air mata lagi pun aku sudah tak sanggup. Aku hanya ingin tidur dikasurku, dibalutkan selimut tipis dan dalam pelukkan…. Kugigit bibir bawahku untuk meredam isakan tangis. Sungguh, aku sudah sangat lelah. Aku tidak ingin mengingat hal ini lagi. Kepalan di tanganku semakin menguat, tapi isakan tangis tetap terdengar.

Kudongakkan kepalaku, pemandangan dihadapanku membungkam mulutku. Byunghun  teman baikku, Byunghun si tangguh… menangis. Apa yang aku lakukan? Aku bahkan membuatnya menangis! Isakkan halus berubah menjadi tangis pecah.

Bagaimana tidak? Pria yang ia sukai, kini telah berubah menjadi orang gila. Dan semua ini salahku. Namun dia tetap disisiku. Walaupun diriku sudah berubah menjadi hina, dia tetap disisiku. Walaupun aku menyakitinya… dia selalu tetap disisiku.

Tapi… bagaimana jika setelah semua ini dia akan meninggalkanku? Dia sudah berada disisiku sudah cukup lama. Tapi tidak bisa kubalas dengan apa yang ia lakukan padaku. Bagaimana jika ia lelah dan meninggalkanku?

Tubuhku mulai bergetar lagi. Aku tidak ingin kehilangan orang terbaikku lagi. Aku tidak ingin… hidup sendiri. Apa yang harus kulakukan? Pikiranku sudah telalu kacau dalam beberapa hari ini. Aku tidak tau lagi bagaimana caranya untuk membuat Byunghun tetap tinggal.

Kulihat dirinya yang sedang membelakangiku, menangis. Apa yang harus kulakukan? Kuulurkan tanganku, meraih jaket merah yang kubelikan dihari ulang tahunnya. Jaket murah yang bisa kau temukan di toko-toko kecil dipinggir kota. Dengan satu sentuhan, dia menengok padaku. Mata kecilnya sekarang sudah menyerupai jaketnya. Sungguh tak ada hati untuk menyakitinya lebih dari ini. Tapi apa yang harus kulakukan?

Diusap asal pipinya, tersenyum getir padaku. Senyuman yang sering aku lihat. Menghadap padaku dengan berdiri diatas kedua lututnya, disentuhnya pipiku dengan tangan bergetarnya.

“You gotta be stronger cause you’re my star…” bisiknya.

Dengan refleks, tanganku meraih tengkuknya, memaksanya mendekat padaku. Dia hanya menatapku kosong. Dengan perlahan bibir kami saling bersentuhan. Ah… apa ini? Kenapa aku merasakan sesuatu yang bergejolak dari perutku naik kedada? Rasa hangat ini… sudah lama sekali aku tidak merasakannya. Sudah berapa lama? Seminggukah? Atau hanya 4 hari?

Byunghunlah yang pertama kali melepaskan pautan bibir kami. Dia menatapku dengan kedua matanya itu, membuatku membeku. Sungguh, maafkan aku melakukan ini padamu. Hanya ini yang bisa kulakukan agar kau tidak meninggalkanku….

Sesaat wajah Minsoo terbayang dikepalaku. Namun kuenyahkan pikiran itu jauh-jauh. Jika itu maunya, aku juga bisa berpindah kelain hati.

Kudengarkan celotehannya dengan lagak senang walaupun sesekali tubuhku menguap malas. Sungguh, tau namamu saja samar-samar, tapi sudah sesumbar tentang malam indahnya dengan pria yang ia kenal di bar hanya dalam beberapa menit. Sangat tidak tertarik.

Tapi saat diakhir cerita, dia mengucapkan nama pria itu, darahku mengalir kencang kepuncak kepala. In