satu

When Love Gone Crazy
Please Subscribe to read the full chapter

Entah sejak kapan aku seperti ini. Aku gadis yang baru menginjak 17 tahun kemarin. Orang-orang menyebutku Sadako tetapi tidak demikian dengan Kim ki bum, temanku sejak awal sekolah menengah setidaknya sampai saat ini yang selalu disampingku. Dia tidak menganggapku Sadako atau sebutan buruk lainnya. Menurutnya, aku sama sekali tidak cocok dengan sebutan itu. Kulit putih, surai hitam lurus mencapai punggung, bibir merah muda, otak pintar itu wujudku. Nyaris tidak ada cela pada wujudku sebenarnya. Hanya karena sebuah film dan mereka mulai memanggilku seperti itu.

“Young-ah, sampai kapan kau mau tidur terus?” Namja yang kusebut Key berada di depan wajahku dengan senyumnya yang cerah. Dia adalah seorang trainee di perusahaan SM untuk apa datang ke apartemenku pagi-pagi. Ya, aku tinggal sendiri. Walaupun baru berumur 17 tahun, aku mempunyai apartemen sndiri. Tidak besar. Satu kamar mandi, satu ruang besar sebagai ruang tamu dan dapur mini yang hanya diberi sekat dan satu kamar tidur. Orang tuaku sibuk dengan kegiatannya di Osaka. Bisa saja aku ikut mereka tapi aku lebih nyaman disini. Tetapi kenyamanan itu hilang karena kenyataannya yang memegang kunci apartemen ini bukan aku saja. Namja yang mengganggu tidurku ini contohnya.

“Wake up!”

Aku menarik selimutku dan membelakangi Key. Waktu tidurku masih belum cukup. “Aissh! Anak ini benar-benar!!” Nada kesal dari Key cukup terdengar di telingaku. Aku tak peduli. Langkah kaki Key pelan dan terdengar semakin menjauh dariku. Sret! Tirai penghalang matahari terbuka lebar belum selesai di situ, Key juga menarik selimutku dan menjauhkannya dari jangkauanku. Sehingga sinar matahari dengan suksesnya menyilaukan kelopak mataku.

"Wake up, Park Ri Young. Cepat bangun!"

Aku bangun terduduk di kasur. Tanganku bergerak membersihkan ‘jejak-jejak mimpi’ di wajah. Aku melihat Key yang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan. Siapa dia sebenarnya, ahjumma mana yang memakai seragam sekolah seperti itu? Bayangan mataku seorang ahjumma yang membangunkan seorang gadis dan sekarang tengah sibuk dengan kegiatan keibuannya, nyatanya seorang pemuda yang tak lain adalah Key. Kakiku turun menapak di atas lantai dan berjalan menuju meja makan. Duduk di hadapan Key yang masih sibuk menata meja makan. Makanan sederhana, sandwich, kentang goreng dan segelas susu. Makanan yang kupastikan dibuatnya sendiri di rumah sebelum dia datang ke sini. Belum juga tanganku menyentuh stick kentang, Key menepuk punggung tanganku.

“YA! Young-ah, tak bisakah kau membersihkan badanmu terlebih dahulu. Setidaknya cuci mukamu. Aisssh! gadis ini jorok sekali” Aku hanya menatapnya dengan mata yang berat dan menuruti keinginannya. Seperti anak kecil yang diomeli ibunya. Lebih baik aku tidak mencari masalah, setidaknya biarkan pagi ini damai tanpa omelan panjang ahjumma berseragam itu. Aku meninggalkannya sendiri menuju kamar mandi.

'Telah ditemukan gadis berusia 18 tahun berinisial PS tewas tergantung di kamarnya. Belum diketahui penyebab pasti kematiannya. Polisi masih terus menyelidiki kasus i

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet