[Oneshot] Heartstrings

The Wolf and The Beauty

"Seoul?"

Baekhyun mengangguk semangat, matanya berbinar penuh semangat menatap pemimpin kawanan mereka yang tadinya sedang asyik membaca buku pengembangan diri di rumah pohonnya. Sang alpha mengernyit tidak suka. Usulan Baekhyun dan Chanyeol untuk mengajak Kyungsoo jalan-jalan ke ibukota negara tempat mereka bernaung segera menuai berbagai ekspektasi bersifat negatif di kepalanya. Kyungsoo menghabiskan hampir seumur hidupnya di panti asuhan dan di rumah Jung Yunho sebagai pelayan dan tidak pernah keluar selangkahpun dari desa itu sebelum Yifan menemukannya.

"Kalian mau naik apa?"

"Tentu saja mobil Chanyeol, hyung." Baekhyun menyikut pacarnya, yang dengan segera melempar senyum lebar ke arah alpha mereka. "Dia sudah punya SIM, kau tahu. Baru saja diambil minggu lalu." Pemuda berambut cokelat muda itu tersenyum meyakinkan seperti seorang salesman keliling yang handal. "Kalau mau, kau juga boleh ikut."

Yifan menghela napas, buku di tangannya tidak terlihat menarik lagi. Chanyeol dan dirinya sama-sama membeli mobil dua tahun yang lalu, dan Chanyeol baru mendapat SIM-nya sekarang? Mencurigakan. "Tidak. Aku masih harus menyelesaikan tugas kuliahku dan patroli di sekitar hutan malam ini. Ini giliranku dan Kyungsoo bersama Sehun."

"Oh, ayolah!" Baekhyun menggerakkan tangannya frustasi. "Kau tidak kasihan pada Kyungsoo yang belum pernah menginjakkan kaki di Seoul? Kau mau menguncinya di sini selamanya?"

"Baek benar, Kris," Chanyeol akhirnya angkat bicara. Sebelah tangannya mengelus pungung kekasihnya sebagai bentuk dukungan. "Hanya sekali-sekali, 'kan tidak apa-apa. Kami akan menjaganya dengan baik, bahkan mentraktirnya. Kau boleh menghajarku sampai babak belur kalau sampai—"

"Aku akan menghajar kalian sampai mati kalau sampai terjadi apa-apa padanya," desis Yifan jengkel. Matanya berkilat merah untuk sesaat dan Baekhyun refleks menggenggam tangan Chanyeol erat, takut alpha mereka mendadak berubah wujud dan menerjang mereka.

Yifan berpikir ulang. Walaupun ia tidak suka Kyungsoo pergi dari wilayah mereka tanpa pengawasannya langsung, ia tidak ingin Kyungsoo menganggapnya sama saja dengan Jung Yunho, yang melarangnya keluar dari wilayah mereka tanpa mencicipi sedikit rasa kehidupan kota besar dan mengurungnya bagai tahanan seumur hidup. Ia ingin kekasihnya merasa berharga. Selain itu, Kyungsoo masih sangat muda, baru dua puluh tahun. Tentunya, ia pasti ingin belajar banyak dari pengalaman sendiri dibanding hanya lewat koran, buku-buku miliknya, dan browsing dari PC tablet yang dibelikan Yifan untuknya.

"Baiklah, kuizinkan. Tapi, kalian harus sudah sampai di sini sebelum tengah malam," putusnya.

Sedetik kemudian, seekor serigala berbulu cokelat sudah menerjang Yifan sampai jatuh dari sofanya sambil menjilati wajahnya dengan ekor yang bergerak-gerak semangat. Chanyeol tertawa keras sebelum akhirnya kabur karena Yifan melempar buku tebalnya ke arah mereka.

 


 

Sepasang mata bulat berwarna kecoklatan memandang kagum pemandangan di sekitarnya. Orang-orang berlalu-lalang dari dan ke berbagai arah, deretan gedung dan toko besar (gedung terbesar yang pernah dilihat Kyungsoo adalah gedung Kepala Desa di kota kecil tempat tinggalnya sekarang). Jantungnya berdetak keras dalam adrenalin dan antisipasi; semua ini baru baginya. Di sebelahnya, dua pemuda yang beberapa jam yang lalu mendadak menyeretnya dari rumahnya dan sang kekasih masih tersenyum bangga karena berhasil membuat dirinya terkagum-kagum.

"Do Kyungsoo," Baekhyun menepuk pundaknya singkat. "Selamat datang di Seoul. Bagaimana menurutmu?"

Kyungsoo tidak dapat berkata-kata. Hiruk pikuk kota besar yang sibuk terlihat memusingkan namun menarik baginya. Matanya tidak henti-hentinya mengikuti gerakan satu orang sebelum beralih ke pejalan kaki lainnya, bertanya-tanya dalam hati ke mana mereka akan pergi. Chanyeol terkekeh kecil melihat Kyungsoo yang tidak menjawab pertanyaan pacarnya tapi matanya masih memancarkan aura penuh keingintahuan. Kalau sedang dalam wujud serigala cokelat tuanya, ekor pemuda bermata besar itu pasti bergerak-gerak lucu karena terlalu gembira.

Baekhyun membuka aplikasi peta di ponsel pintarnya dan mulai mengutak-atiknya. "Yeol, kita belanja, yuk! Aku ingin membelikan Kyungsoo banyak barang. Habis itu, aku mau Namsan Tower."

Chanyeol mengiyakan sambil menoleh ke arah pacar sahabatnya. "Bagaimana, Kyungsoo? Kau tertarik? Di sana, kita bisa naik cable car dan melihat pemandangan seisi Seoul dari atas menara. Habis itu, kita bisa menggantung gembok kecil untuk kenang-kenangan."

"Ah..." Kyungsoo terlihat bingung. Ia sungguh tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Berbagai pertanyaan memenuhi pikirannya yang begitu polos. Apa itu keibeul-kka? Apa orang-orang di Seoul sampai membangun menara hanya untuk melihat pemandangan dari atas? Bagaimana bisa gembok menjadi kenang-kenangan? "Aku ikut kalian saja—"

Suara perut yang minta diisi tiba-tiba terdengar dari perut dua dari ketiga pemuda tersebut. Baekhyun terbahak sampai harus berpegangan pada pacarnya, sementara Kyungsoo dan Chanyeol hanya tertunduk malu dengan wajah merona.

"Di dekat sini ada restoran. Ayo, kita makan dulu."

Baekhyun, sebagai orang yang memang sering berkunjung di kota besar tersebut, memandu kedua "pengikut"-nya ke arah restoran shabu-shabu khas Cina favoritnya. Kyungsoo mengerutkan alisnya heran melihat panci berisi kuah beserta sendoknya di atas meja yang mereka tempati. Belum lagi ketika dua piring besar berisi setumpuk daging dan sayuran mentah disajikan ke hadapan mereka. Apa mereka harus masak sendiri di restoran ini?

Chanyeol dengan semangat merebus makanan mereka, sementara Baekhyun menjelaskan sambil tersenyum karena Kyungsoo masih nampak asing dengan semua itu. Pemuda bersuara indah itu harus menahan gelak tawanya ketika Kyungsoo mencicipi kuah kaldu yang mendidih dan wajahnya berubah senang karena sang luna terlihat seperti baru saja menemukan makanan terenak di dunia.

"Enak sekali," Kyungsoo mengemut sendoknya senang sambil menunggu daging mereka matang. Namun, sinar matanya berubah sendu begitu dia teringat kekasihnya yang sendirian di rumah. Biasanya, Yifan akan berburu di pagi hari dan membawa hasil buruannya pulang (biasanya rusa, karena Kyungsoo tidak tega makan daging kelinci) lalu membantu Kyungsoo menata meja makan sementara Kyungsoo memasak. Sang alpha bilang, ia paling suka masakan Kyungsoo, bahkan lebih dari masakan ibunya.

Pemuda itu menaruh sendoknya perlahan, lalu menghela napas. Baekhyun menyadarinya.

"Kau kenapa? Sudah lapar sekali, ya?" Kyungsoo menggeleng menanggapi pertanyaan polos Baekhyun.

"Aku... kangen Yifan."

Meja itu mendadak sunyi, hanya suara pengunjung restoran lainnya yang terdengar di belakang mereka. Chanyeol and Baekhyun menatap Kyungsoo dengan tatapan tidak enak.

Manusia serigala yang sudah memiliki pasangan seperti mereka memang bertambah kuat dalam hal fisik, tapi mereka akan menjadi sangat ketergantungan pada pasangan mereka. Hati mereka seakan tersambung dengan benang tak terlihat. Jika salah satu dari mereka bersedih, pasangan mereka juga akan merasakannya, seberapa jauhpun jarak memisahkan keduanya. Dalam beberapa kasus, salah satu atau bahkan keduanya bisa mendadak jatuh sakit dan tidak bisa berubah wujud menjadi serigala jika terlalu memikirkan perasaan rindu tersebut. Terjebak dalam tubuh lemah seorang manusia.

Ya, semenyakitkan itu.

Itulah yang membuat Kyungsoo segera menutupi kesedihannya dengan seulas senyum tipis sambil membantu Chanyeol memasak makan siang mereka, dengan harapan senyuman itu akan membangkitkan mood mereka kembali, dan satu alasan lagi.

Agar Yifan tidak terlalu merindukannya di sana.

Agar rasa rindu yang begitu menyakitkan tidak perlu sampai kepada sang alpha.

 


 

Yifan memegangi dadanya saat ia merasa jantungnya seakan terlilit oleh benang yang perlahan menariknya. Bayangan kekasihnya yang sedang berada jauh di Seoul seketika memenuhi benaknya. Sang alpha menutup laptop yang digunakannya untuk mengerjakan tugasnya dan sedikit merenggangkan otot punggung dan tangannya yang sudah berjam-jam tidak digerakkan.

Sejak Kyungsoo berangkat bersama Chanyeol dan Baekhyun, Yifan menyibukkan dirinya dengan tugas-tugas kuliahnya dan sesekali mengecek fluktuasi pasar modal—pekerjaan utama yang menghidupinya dan Kyungsoo. Ayahnya juga datang satu jam yang lalu untuk sedikit memberi nasehat atas peraturan-peraturan baru yang akan diberlakukannya sebagai seorang alpha. Semua itu begitu memenuhi pikirannya, dan memang itu rencananya.

Ia tidak ingin membuat Kyungsoo merasakan rindunya dan membuat mood pemuda bermata besar itu rusak. Tapi sekarang, Yifan malah merasa jantungnya bagaikan diikat erat dan ditarik kuat-kuat oleh seseorang.

Apa Kyungsoo sedang sangat merindukannya?

Karena Yifan juga begitu.

Sejak resmi menjadi sepasang kekasih yang diakui oleh seisi kawanan, Yifan dan Kyungsoo tidak pernah berjauhan dalam waktu yang lama. Jika Yifan harus ke kota kecil di dekat hutan untuk berbelanja, Kyungsoo akan mengikutinya seperti anak anjing yang penurut dan terus menempel padanya sampai mereka pulang. Bahkan, orang tua Yifan yang terkenal selalu pamer kemesraan harus mengaku kalah kepada kedua sejoli muda yang seakan tidak terpisahkan oleh maut sekalipun itu.

Sepulang kuliah juga begitu. Yifan akan pulang ke rumah pohonnya dan disambut oleh Kyungsoo yang tersenyum manis, dan mereka berdua akan berakhir menghabiskan malam di sofa sambil menonton DVD kesukaan Kyungsoo atau berita malam yang hampir tidak pernah dilewatkan sang alpha.

Suara pintu yang diketuk membuyarkan lamunan Yifan. Dengan sebuah gumaman sebagai izin masuk, pintu ruang kerja Yifan terbuka. Sesosok wanita cantik tersenyum padanya sambil mendudukkan dirinya dengan santai di atas kursi di depan meja adiknya.

"Kyungsoo mana? Kok, rumahmu kosong?"

Yifan menghela napas, berusaha kembali menyibukkan dirinya dengan beberapa lembar kertas di mejanya. "Bukankah kalian berdua sudah bertukar nomor telepon dan kontak messenger? Tanya saja sendiri, jie."

Fei mengangkat sebelah alisnya. "Hey, chill. Kalian bertengkar?"

"Tidak," Yifan menggertakkan giginya. Kenapa kakaknya selalu ingin tahu saja urusan pribadinya, sih? Ingatkan dirinya untuk mencarikan pacar untuk kakaknya setelah ini. "Dia pergi bersama Chanyeol dan Baekhyun ke Seoul—"

Mata Fei membulat. "Dan kau mengizinkannya?!" Yifan menoleh ke arah kakaknya dengan wajah heran, seakan bertanya, "Memang kenapa kalau iya?"

Sulung dari kedua bersaudara itu segera bangkit dari duduknya. "Bagaimana kalau kalian terpisah dalam waktu yang lama? Apa kau tidak merasa sakit? Bagaimana dengan Kyungsoo?" Fei memandangnya tidak percaya, nada suaranya meninggi. "Kalian belum pernah terpisah jauh sebelumnya, ‘kan? Kau tidak takut terjadi apa-apa?"

Yifan terdiam mencerna kata-kata kakaknya, tapi kemudian ditepisnya pikiran-pikiran negatif tersebut. "Tenang saja. Kalau ada apa-apa, Chanyeol dan Baekhyun akan—"

Sebelum Yifan selesai bicara, ponselnya berdering keras di atas meja, mengagetkan dua bersaudara tersebut. Yifan meneguk ludahnya kasar ketika nama Park Chanyeol berkedip-kedip di layar ponselnya, yang segera diraihnya setelah menekan simbol hijau di layar sentuh tersebut.

"Ada apa?"

", Yifan. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu ini akan terjadi. Kau boleh membunuhku setelah ini—"

Kepala sang alpha mendadak pening, dan rasa nyeri kembali menyerang dadanya, tapi diabaikannya karena rasa khawatir mulai memakan hatinya. "Apa yang terjadi, Chanyeol? Bicara yang jelas."

"Kami naik cable car. Aku tidak tahu Kyungsoo takut ketinggian karena dia menurut saja waktu kami mengajaknya. Dia mendadak mengalami hiperventilasi dan dia terus memanggil namamu—"

Yifan membuang ponselnya ke sembarang arah, dan segera melompat keluar jendela, mengabaikan teriakan kakaknya dan juga jantungnya yang makin berdenyut nyeri. Pemuda itu baru saja akan berubah wujud menjadi serigala hitam besarnya ketika Fei dengan gesit menyusulnya dan mencengkram bagian belakang lehernya—suatu upaya menghentikan seorang werewolf dari perubahan bentuk.

“Fei!” Yifan menggeram marah, namun wanita itu tidak terlihat takut kepada sepasang iris merah terang yang menatapnya garang. “Lepaskan aku atau—“

“Tenanglah, Yifan.” Suara itu terdengar tenang walaupun sebelah tangannya sedang menghentikan gerakan seseorang yang lebih besar darinya. “Kau tidak mungkin menyusul Kyungsoo di kota besar dengan wujud itu. Kau bisa membuat keributan.”

“Masa bodoh! Dia membutuhkanku, Fei!” Yifan meronta, tapi ia tahu kakaknya tidak semudah itu disingkirkan. Wanita itu juga berdarah alpha seperti dirinya. Satu denyutan kembali menghantam jantungnya, dan pemuda itu tidak bisa menahan sebuah lolongan sakit keluar dari tenggorokannya. “Kumohon…” pintanya lirih.

Fei menghela napas. Dalam keadaan seperti ini pun, adiknya masih bisa keras kepala. Sialnya, ia juga hanya bisa luluh jika Yifan sudah seperti itu. “Aku akan mengantarmu dengan mobil. Jangan berubah wujud atau melakukan hal bodoh lainnya.” Wanita itu melepaskan genggamannya dari leher adiknya dan mendekatinya. “Kau baik-baik saja? Apa terasa sangat sakit?”

“Tidak,” Yifan menggeleng dan membiarkan kakaknya mengelus dadanya yang bergemuruh kencang. Apa Kyungsoo juga merasa sesakit ini sekarang? Rasa takut, marah, dan bersalah menjadi satu dan kembali menyelubungi pikirannya.

“Cepat ambil mobilmu. Lebih cepat kita sampai padanya, lebih baik.”

 


 

Yifan berniat menepati janjinya untuk menghajar Chanyeol dan Baekhyun begitu mereka bertemu di tempat parkir sebuah rumah sakit besar di Seoul beberapa jam kemudian kalau saja matanya tidak menangkap sosok Kyungsoo yang terbaring di jok belakang mobil Chanyeol. Pemuda itu segera membuka pintu mobil tersebut dengan kasar dan mendekati kekasihnya.

Kyungsoo terlihat seperti sedang bermimpi buruk. Walaupun tidak sadarkan diri, tubuhnya sesekali bergerak-gerak gelisah, nafasnya terengah-engah, dan wajahnya seperti sedang menahan sakit. Chanyeol, yang sebenarnya masih takut dengan sang alpha, akhirnya angkat bicara.

“Kami harus membawanya ke sini,” ujarnya pelan, walaupun hanya Fei yang menyimak. “Orang-orang di Namsan Tower hampir saja memanggilkan ambulans kalau saja aku tidak bersikeras bahwa kami akan membawanya ke sini dengan mobil. Bisa gawat kalau sampai pihak rumah sakit atau paramedis sadar bahwa Kyungsoo—dan kami berdua—bukan manusia.”

“Maafkan kami, hyung, noona,” Baekhyun berucap lirih. Ia merasa tidak berguna saat Chanyeol mengangkat Kyungsoo sendiri ke mobilnya dan dirinya hanya bisa merasa takut dan panik karena orang-orang memperhatikan mereka. “Kau tidak perlu menghukum Chanyeol. Aku sendiri yang—“

Kata-kata Baekhyun terputus saat ia melirik ke arah Fei yang menempatkan telunjuknya di depan bibirnya sambil mengendikkan kepalanya ke arah mobil Chanyeol. Baekhyun melirik ke arah Yifan dan menghela napas lega saat dirinya melihat sang alpha mengangkut kekasihnya dan memindahkan luna-nya ke mobil Fei dengan ekspresi yang begitu tenang. Ekspresi yang sama dengan yang dilihat Baekhyun saat Yifan baru pertama kali melihat Kyungsoo.

Seperti seseorang yang sudah menemukan bagian lain dari dirinya setelah sekian lama terpisah.

 


 

Kyungsoo membuka matanya perlahan ketika kehangatan yang begitu familiar terasa seperti meleleh dan melingkupi seluruh tubuhnya yang sebelumnya begitu sakit. Pemuda itu kembali menutup matanya beberapa saat kemudian, berusaha membiasakan matanya dengan cahaya yang menyeruak masuk ke antara kedua belah kelopak matanya.

Sosok pertama yang dilihatnya membuatnya refleks mengulurkan tangan dan tersenyum karena ketika orang itu memeluknya, kehangatan itu semakin menyelimutinya. Jantungnya yang sebelumnya berdetak cepat menahan sakit kini tergantikan dengan degup yang kuat namun stabil khas orang yang sedang jatuh cinta.

“Yifan…” bisiknya.

Sang alpha tersenyum mendengar kekasihnya memanggil namanya. Tatapannya teduh saat matanya bertemu dengan kedua mata bulat yang sangat disukainya. Dikecupnya kening pemuda dalam pelukannya itu. “Hei, Kyungsoo.”

Kyungsoo melonggarkan pelukannya pada Yifan dan memandang sekelilingnya. Ia ada di kamar mereka, dengan teman-teman mereka mengelilingi tempat tidur king size yang ditempatinya. Matanya berkedip bingung. “Kenapa…”

“Bagaimana keadaanmu?” Yixing, yang duduk di samping sisi tempat tidur yang ditempati Kyungsoo tersenyum manis. Tangannya menyodorkan segelas air putih. “Ini, minumlah. Kau pasti haus.”

Pemuda berambut hitam itu baru menyadari betapa haus dirinya saat ia mulai meneguk isi gelas tersebut sampai habis. Matanya yang sedang memindai keadaan di sekitarnya membelalak lebar ketika ia menangkap sosok Chanyeol dan Baekhyun yang berada di sudut ruangan dengan sebuah lebam di pipi kiri mereka masing-masing.

“Chanyeol, Baekhyun…” Kedua werewolf yang dipanggil dengan suara sang luna langsung menoleh ke arah tempat tidur sambil tersenyum lebar—walaupun setelahnya Baekhyun meringis karena pipinya terasa sakit. Kyungsoo menoleh kembali pada kekasihnya, tangannya mencengkram baju sang alpha. “Apa yang terjadi?”

Yifan menggigit bibirnya, entah kenapa merasa bersalah karena Kyungsoo terlihat mengkhawatirkan mereka berdua. Padahal, beberapa jam yang lalu, ia menghukum sepasang kekasih itu dengan sadis. “Aku yang melakukannya. Mereka bersalah.”

Sesuai dugaannya, mata Kyungsoo melotot tanda tidak terima. Tubuhnya refleks menjauh dari kekasihnya, dan Yifan tidak suka itu. “Kau…”

“Kami tidak apa-apa, Kyungsoo.” Chanyeol mendekati tempat tidur dan tersenyum menghibur. “Aku sudah berjanji pada Yifan bahwa dia boleh menghajarku sampai babak belur kalau sampai terjadi sesuatu padamu,” ujarnya sambil melirik sang alpha yang masih sibuk mengelusi rambut kekasihnya. “Dia hanya memukul kami satu kali. Ini bukan apa-apa.”

“Kyungsoo, maafkan kami, ya.” Kali ini, Baekhyun juga mendekati Kyungsoo. Ia mendudukkan dirinya di tempat tidur dan menggenggam tangan sang luna yang tidak sedang dalam genggaman alpha-nya. “Kalau saja kami tidak memaksamu dan Yifan-hyung untuk membawamu ke Seoul, semua ini—“

“Ini bukan salah kalian berdua,” Kyungsoo tersenyum manis sambil membalas genggaman Baekhyun. “Aku hanya belum terbiasa berjauhan dengan Yifan. Aku tidak tahu akan jadi seperti ini. Lagipula, aku benar-benar senang akhirnya bisa pergi ke Seoul berkat kalian.” Tangan Kyungsoo terulur dan menyentuh dengan hati-hati lebam di pipi Baekhyun. “Maaf, ya. Kalian jadi terkena masalah—uph!”

Kyungsoo terkesiap saat Baekhyun tiba-tiba memeluknya sambil terus meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, walaupun hanya berlangsung selama lima detik karena kemudian Yifan mendorong kepala Baekhyun menjauh dari kekasihnya. Ia masih kesal dengan sang beta dan kekasihnya.

“Kau tidak apa-apa, Kyungsoo?” Fei mendekati calon adik iparnya itu setelah Baekhyun bangkit dari tempatnya. Tangannya menepuk pipi Kyungsoo yang tadinya terlihat pucat dan sekarang sudah kembali merona sehat. “Yifan benar-benar mengkhawatirkanmu, kau tahu. Kau harus lihat wajahnya tadi, seperti sudah mau menangis. Dia hampir menyusulmu ke Seoul dengan wujud serigalanya.”

Sang luna menoleh ke arah kekasihnya, yang kini sedang memelototi Fei yang dengan wajah memerah. Di hadapan Kyungsoo sekalipun, dia tidak ingin terlihat rapuh. Tapi, Kyungsoo hanya tersenyum dan menyandarkan kepalanya di dadanya.

“Ini, aku membuatkan obat untukmu,” Yixing menaruh sebuah piring kecil berisi beberapa kapsul. “Kalau kau masih pusing, minum kapsul yang kuning setelah makan. Lalu, minum sisanya sebelum tidur. Okay?” Pemuda berlesung pipit itu menepuk puncak kepala Kyungsoo sambil berdiri dari tempat duduknya dan sedikit menunduk untuk memberi salam pada Yifan. “Aku permisi, alpha.”

“Tentu, Yixing. Terima kasih untuk obatnya,” jawab Yifan sambil mengisyaratkan pada Junmyeon untuk mengantar pemuda pemilik kekuatan penyembuh itu kembali ke rumahnya. Matanya kini tertuju pada Sehun dan Jongin, yang masih sibuk memperhatikan Kyungsoo dari kaki tempat tidur dengan tatapan penasaran.

“Kyungsoo sudah sadar. Sekarang, cepat kalian pulang kalau sudah tidak ada urusan lagi,” perintah Yifan pada dua bocah yang usianya belum mencapai dua puluh itu.

“Kami membawakan ini untuk Kyungsoo-hyung.” Jongin menyerahkan sebuah keranjang yang sepertinya cukup berat pada Yifan, dan sang alpha menerimanya. Di dalamnya, ada berbagai roti dan cemilan kesukaan Kyungsoo; terbukti dengan mata Kyungsoo yang tadinya terlihat lelah sedikit melebar melihat makanan pemberian dua calon alpha muda tersebut.

“Terima kasih, Jongin-ah, Sehun-ah,” Kyungsoo sedikit menunduk, dan dibalas cengiran lebar oleh kedua pemuda tersebut. “Tapi, ini terlalu banyak untukku sendiri. Tidak apa-apa, ‘kan, kalau kubagi dengan Yifan dan Fei-jie?”

“Tentu saja, hyung. Makan yang banyak dan cepat sembuh, ya.” Sehun tersenyum, kedua mata sipitnya membentuk dua garis yang seperti bulan sabit. “Baiklah, karena sang alpha sudah mengusir kami, sudah dulu, ya.”

Yifan nyaris saja melempar sandalnya pada kedua anak itu kalau saja mereka tidak tiba-tiba menghilang dengan kekuatan teleportasi Jongin. Fei hanya tertawa kecil menyaksikan semua itu. Wanita itu berdiri dari tempat tidur Yifan dan Kyungsoo dan memakai sepatunya.

“Baiklah, karena sudah lewat tengah malam, aku pulang dulu, ya.” Sang alpha wanita tersenyum. “Kalau kau butuh aku, telepon saja. Ayo, Chanyeol.”

Chanyeol segera berdiri dengan mengangkut Baekhyun (yang entah sejak kapan sudah jatuh tertidur) dan membungkuk sekali lagi kepada pasangan alpha dan luna tersebut sambil menggumam, “Maaf, sudah membuat masalah,” kemudian mengikuti Fei keluar dari rumah pohon tersebut.

Setelah pintu ditutup, keadaan di rumah pohon tersebut berubah sunyi. Tapi, entah kenapa tidak terasa canggung. Sebaliknya, justru keduanya merasa nyaman dengan kesunyian yang menyelimuti kamar mereka berdua.

Yifan mengeratkan pelukannya pada tubuh kekasihnya. “Kau membuatku hampir gila, kau tahu.”

Kyungsoo menggigit bibir. Ia mendadak teringat betapa lemahnya dirinya ketika rasa sakit itu menghantamnya begitu saja. Rasa bersalah kembali menyelubungi otaknya. Yifan juga pasti merasakan sakit yang sama, tapi ia tetap pergi jauh-jauh ke Seoul hanya untuk menjemputnya. “Maaf…”

“Tidak ada yang perlu disalahkan, Kyungsoo. Kita hanya belum siap berpisah selama itu.”

“Kalau begitu, kenapa kau menghukum Chanyeol dan Baekhyun?”

Yifan meneguk ludah kasar karena kini Kyungsoo sudah menatapnya dengan tatapan tidak suka. “Aku harus melakukannya. Aku seorang alpha, dan mereka harus tahu apa akibatnya jika melanggar janji pada pemimpin mereka—“

“Apa harus dengan kekerasan?” Kyungsoo sedikit menggeser posisinya menjauh dari sang alpha, dan Yifan hanya bisa menghela nafas pasrah. “Kau bisa menyuruh mereka patroli malam selama sebulan atau menjadi kacungmu,” sang luna mendesah kesal. “Kalau begini, kau tidak ada bedanya dengan Tuan Jung—“

“Baiklah, aku minta maaf.” Yifan cepat-cepat memotong kalimat kekasihnya. Ia tidak mau disamakan dengan alpha rendahan macam Jung Yunho yang hanya bisa menindas omega muda seperti Kyungsoo. “Aku tidak akan melakukannya lagi, jadi jangan samakan aku dengan mantan pemimpinmu itu.”

Kyungsoo mengangguk setuju, lalu kembali menggeser tubuhnya agar ia dapat kembali menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang kekasih. Degup jantung Yifan terdengar seperti lagu pengantar tidur. Membuainya dengan penuh cinta ke alam mimpi.

“Yifan,” sang luna kembali membuka suara setelah beberapa saat penuh keheningan. Yifan hanya menggumam, matanya mulai terasa berat. “Bagaimana kalian menyebut gejala yang kita alami seperti tadi di kawananmu?”

Yifan tersenyum lembut, sebelah tangannya ditempelkannya pada dada Kyungsoo, tepat di atas jantungnya yang berdetak stabil. Satu tangannya lagi mengambil tangan sang kekasih yang lebih kecil dan menempatkannya di jantungnya.

Heartstring symptoms,” ucapnya halus, matanya menatap lembut kepada sepasang iris hitam legam yang menurutnya lebih indah bahkan dari bintang-bintang. “Para pendahulu kami percaya bahwa jantung sepasang werewolf yang sudah ditakdirkan tersambung oleh sebuah benang merah takdir. Semakin jauh jarak memisahkan kita, semakin kuat benang itu tertarik ke arah berlawanan. Karena itu, sakitnya terasa oleh kedua belah pihak.”

Kyungsoo menyimak sambil menatap ke dalam mata sang alpha yang terlihat seakan ia dapat melihat ke dalam dirinya. Yifan menahan nafas saat tubuhnya bergerak sendiri dan menangkup dagu Kyungsoo sebelum mencium kedua belah bibir tebal itu dengan lembut. Menuangkan segenap perasaannya pada pemuda berambut hitam itu.

Saat mereka melepas tautan singkat namun penuh arti itu, Yifan mengecup kening Kyungsoo sebelum mengambil piring kecil berisi obat yang tadi ditinggalkan Yixing.

“Apa kau masih pusing?”

Kyungsoo, dengan wajah masih merona, menganggukkan kepalanya singkat. “Iya, sedikit.”

“Tetap minum obatnya. Buka mulutmu.” Kyungsoo baru saja ingin menolak karena ia bisa minum sendiri, tapi Yifan sudah terlanjur mendorong kapsul pertama ke antara celah bibir kekasihnya. Ia menyuruh Kyungsoo meminum air sebelum menghabiskan sisa obatnya.

“Nah, sekarang kau harus tidur. Besok, aku harus bangun pagi supaya bisa berburu rusa paling gemuk untukmu lalu kita jadikan stew.” Kyungsoo tersenyum kecil, lengannya refleks dilingkarkannya ke pinggang sang alpha. Yifan memang paling mengerti dirinya.

“Kyungsoo.”

“Hmm?”

“You’re the end of my heartstring. You can’t leave me for the rest of your life.”

Kyungsoo memukul dada kekasihnya pelan. Setelah melalui hari yang panjang, kekasihnya yang tadi bersikap garang ini ternyata bisa cheesy juga. “Guess we’re stuck with each other.”

Yifan terkekeh, kedua tangannya mendekap kekasihnya erat.

“Damn right, we are.”

 


 

Omake

 

"Pakai ini dan ini, Kyungsoo!"

"E-eh? Tapi aku tidak cocok pakai warna—"

"Sudah, coba saja dulu! Yeol, bukakan bajunya."

"Tentu, Baek. Kemarilah, Kyungsoo. Kau tahu aku tidak bisa menolak permintaan baby-ku..."

"C-Chanyeol! Bajuku—"

CKLEK!

Ketiga pemuda di dalam kamar itu refleks menoleh ke arah pintu yang seharusnya tertutup itu. Di ambang pintu, sang alpha berambut cokelat pendek menatap datar pemandangan yang menyambutnya sepulang kuliah. Chanyeol dan Baekhyun, dengan kedua tangan mereka berusaha membuka paksa baju kekasihnya. Berbagai macam pakaian yang masih memiliki price tag berserakan di lantai kamarnya. Yifan mengeratkan genggamannya pada tas ransel yang dipegangnya. Ia paling benci melihat kamarnya berantakan dan Kyungsoo disentuh orang lain.

"Ada apa ini?"

Berbeda dengan kekasihnya yang ketakutan, Baekhyun malah dengan santai mendekatinya. "Kau tidak lihat baju-baju in, hyung? Aku sengaja meluangkan waktu kencanku dengan Chanyeol untuk membelikan kekasihmu baju baru. Anggap saja permintaan maaf untuk kejadian waktu itu."

Yifan melirik ke arah Kyungsoo, yang entah sejak kapan sudah bertelanjang dada—thanks to the beagle duo. Matanya mau tidak mau terpaku ke arah kulit putih mulus tanpa noda itu. Berapa kalipun ia melihat kekasihnya tanpa busana, tetap saja terlihat indah.

Sang alpha kembali melihat ke arah Baekhyun untuk mengalihkan perhatiannya. Bisa gawat kalau ia tiba-tiba menerjang Kyungsoo di hadapan kedua temannya. Beta di hadapannya ikut melirik ke arah sang luna dan tersenyum mengerti.

"Tenang saja," Baekhyun berbisik, "begitu kami berdua pulang, kau bisa melakukan apapun yang kau mau."

"Kalau begitu, cepat pulang sana," Yifan mendesis tidak sabar, lalu melewati pemuda berambut cokelat itu sambil memicingkan matanya pada Chanyeol, "dan kau, Park Chanyeol, jauhkan tanganmu dari Kyungsoo atau kau tidak akan punya tangan lagi."

Chanyeol segera menjauh dari Kyungsoo dan menyusul kekasihnya yang sudah berjalan keluar. Bahkan saat Baekhyun sudah berdiri di pintu depan rumah tersebut, ia masih sempat berteriak.

"Ingat ya, Kyungsoo-yah. Semua baju itu untukmu, dan kau harus memakainya!"

Yifan duduk di samping kekasihnya. Pemuda berkulit putih itu tertunduk malu sambil memakai kembali kaus hitamnya. "Kau sudah pulang," gumamnya pelan. Sang alpha hanya tersenyum sambil menarik Kyungsoo lebih dekat.

"Jadi, mereka membelikanmu ini semua?" Yifan menoleh ke arah beberapa kantong kertas yang dihiasi berbagai logo brand mahal baju pria. Yah, ia tahu keluarga Chanyeol dan Baekhyun memang berkecukupan sehingga mereka diberi uang jajan berlebih. Tapi melihat price tag dengan angka lima sampai enam digit membuatnya jadi merasa merepotkan kedua anak itu.

"A-aku akan kembalikan pada mereka. Ini semua terlalu berlebihan—"

"Tunggu." Yifan melepaskan tangannya dari Kyungsoo dan mengambil sebuah kardigan hitam bergaris merah dan ungu dan memberikannya pada Kyungsoo. "Coba pakai yang ini."

"Tapi..." Kyungsoo tidak protes saat Yifan mulai memakaikan kardigan itu padanya. Sang alpha memutar tubuh Kyungsoo agar sang luna dapat melihat refleksinya lewat cermin. Kyungsoo harus mengakui, kardigan itu cocok untuknya. Dan lagi, hitam dan merah memang warna kesukaannya.

"Sekalian, pakai jeans ini."

"Lepas kardigan itu. Coba kemeja ini."

Hampir satu jam lebih dihabiskan dengan Yifan memakaikan berbagai macam pakaian pada Kyungsoo, sementara kekasihnya itu hanya bisa pasrah karena usahanya untuk menyuruh sang alpha berhenti mendandaninya seperti boneka di depan cermin.

Yah, Kyungsoo mengakui selera berpakaian Yifan memang bagus. Terbilang fashionable, malah. Setiap kali Yifan berangkat kuliah dan Kyungsoo membereskan rumah, ia melihat koleksi pakaian Yifan di lemari dan membayangkan jika Yifan memakai pakaian-pakaian tersebut. Ditambah dengan tubuhnya yang tinggi dan tegap seperti model, ia terlihat seperti seorang raja, tidak seperti dirinya.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan." Yifan menghela napas melihat wajah Kyungsoo yang muram melihat bayangannya sendiri di cermin. Sang alpha bangkit dari posisi duduknya dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang Kyungsoo. "Kau cantik, Kyungsoo. Jangan lupakan itu."

"Aku laki-laki, Yifan."

"Lalu kenapa?" Yifan mengecup singkat pundak Kyungsoo, dan tersenyum kecil saat ia merasakan Kyungsoo menahan napas. "Simpan saja baju-baju ini. Semuanya cocok untukmu. Toh, Baekhyun dan Chanyeol tulus memberikan ini sebagai permintaan maaf."

"Eh? Tapi kan—"

"Sudah, jangan protes." Yifan mengeratkan pelukannya pada Kyungsoo. "Lagipula..."

"Hmm?"

"Aku senang mendandanimu seperti ini," ujar Yifan sambil tersenyum manis. "Kau seperti boneka besarku yang cantik."

Hanya lemparan sebuah kaus bermotif garis-garis di kepalanya yang menjawab pujian cheesy sang alpha.

 


 

A/N:

Halo, semua! Masih inget sama saya? (Kayanya gaada yang inget but screw that) Huhuhu saya mohon maaaaaaaf sebanyak-banyaknya (mentang-mentang abis lebaran) karena udah lama gak update. Sibuk? Gak juga sih, lebih ke writer's block yang menyerang tiba-tiba. Pas draft cerita ini udah jadi, eh muncul masalah Tao out dari EXO (ada yang bilang belom pasti, tapi siapa yang tau?)

Tbh I was pretty disappointed with the way he decided things, but we're EXO-L, right? We gotta support them all no matter what, though I have to admit that I'm not fully satisfied with his decision. Kalo dia bahagia kaya gitu, ya monggo dijalananin. Kalo dia ada penyesalan ya itu urusan dia. He's 22, bukan anak kecil lagi. He gotta deal with his own . Apapun yang dia lakuin pasti ada alasannya. Jadi gak perlu ngebash dia atau siapapun yang dukung dia, okay? Spread love, no hate :)

Omake-nya tadinya buat jadi drabble di chapter lain dengan sub-judul "Dress Me Up". Tapi karena kebetulan cocok, jadi aku masukin aja sekalian. Maaf loh kalo gaya penulisannya agak beda. Maklum, tahun penulisannya juga beda (what).

Ada yang punya ide yang ingin diwujudkan jadi cerita? Sebenernya pairingnya udah ditentuin (krisoo, kailu, huntao, chanbaek, sulay, chenmin), tapi yang pengen request dengan pairing yang beda (contoh: pairing disini kailu tapi kalian mau request xiuhan) juga mungkin aku buatin sekedar moments-nya aja hehe :3

Okedeh, sekian dari saya. Buat yang nunggu All About Us dan Frozen Heart, mudah-mudahan bisa di update secepatnya. Mumpung masih liburan :9

Thanks for reading! I'd love to know your opinions, so spare some time to write something in the comment box :3

See you guys in the next chapters!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
theworstisnotbehind
[150729] Finally posted another oneshot in chp 3. Enjoy!

Comments

You must be logged in to comment
kyungiiee #1
Chapter 3: Bahagia akhirnya update juga..d tunggu kelanjutannya.
BabyBuby #2
Chapter 3: Argh..... krisoo sweet bgt.... ih imutnya.... apa lg omakenya kebayang bgt y kyungsoo itu sifatnya ky ayase yukiya di okane ga nai... penurut imut polos..
XOXOtaem #3
Chapter 3: aw....ceritanya sweettt.....wanna more of this stories
parknaya #4
Chapter 2: aw aw aw..ad kailu,,aduuhh,,maniiss bgt pula.. >.<
maaph ga bsa comment bnyk..aq blm bca chap sblmny..keke.. :D
iphe_chocoluph
#5
Chapter 1: aku harus komen apa ya..??
secara ini ff bagus pake banget..
trima kasih udh bikin ff krisoo yg bgs ini..:)
joonWu #6
Chapter 1: Ya ampuun so sweet banget ini krisoonya >.< Dibikin melted sama kelakuannya kriss ke kyungsoo X) suKa suka suka :D emang cocok la kris jadi angelnya kyungsoo, uwwaaaa bahagianya jadi kyungsoo :) thanks author udah bikin aku senyum2 :D fighting
kyungiiee #7
Chapter 1: Kyaaa..fanfic baru akhirnyaaaaa...
Dah lama bgt nunggu krisoo nya..dan ini sweet..
Ok lanjut dengan chapter lanjutannya...fighting
ckhdks #8
Chapter 1: Krisoo,,, <3 kris emg cocok bgt buat jadi penjaga kyungsoo, yahh... Tipe yg cuek tapi perhatian. :D. Cuma perasaan gw doang apa gmn, ada faragraf yg di ulang, iya ga sih??
kyungiiee #9
haha pkoknya di tggu updatetannya.,fighting