Part 4

Never Ending Song
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

***

 

Dibagian tengah rumah mungil dan sederhana itu diisi oleh satu set sofa yang beberapa alas joknya tampak mulai menganga, menunjukkan pelapis busa di dalamnya dan ada beberapa noda permanen melekat pada sandarannya. Namun, hal itu tampaknya tidak memengaruhi ketiga namja yang masih betah untuk duduk berlama-lama disana.

Seorang namja berlesung pipi sejak beberapa menit yang lalu terus memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh seorang namja yang duduk seorang diri di sofa panjang, yang terletak tepat dihadapannya, hanya dipisahkan oleh sebuah meja kayu berbentuk oval. Kedua alis Lay yang sedikit bertaut, serta sorot matanya yang menatap lurus ke satu titik menandakan namja manis itu benar-benar serius mendengarkan tiap kalimat yang keluar dari mulut namja di depannya.

Berbeda dengan penampilan luarnya yang terlihat sedikit angkuh, ternyata Chen adalah namja yang ramah dan senang mengatakan hal-hal konyol. Tidak mengherankan kalau dia adalah sahabat karib Chanyeol. Dia tidak tahu berapa lama hubungan persahabatan itu terjalin, namun melihat interaksi keduanya yang bisa dikatakan seperti saudara, membuat Lay bisa menebak kalau persahabatan itu telah terjalin dalam hitungan belasan tahun. Jadi, kedengarannya masuk akal kalau sejak tadi hanya Chanyeol dan Chen yang mengobrol tanpa henti, sementara Lay hanya duduk tenang di ‘tempat’nya sembari menyimak percakapan kedua namja itu, tanpa berkomentar sedikitpun.

“Jadi, kau yang mengundangku ke acara itu?” Chanyeol sedikit mencondongkan tubuhnya, hingga dadanya menempel dengan sempurna pada punggung namja manis yang berada dipangkuannya. Membuat Lay sedikit berjengit ditempatnya. Kepala Chanyeol yang bertumpu dibahu kanannya, membuatnya bisa merasakan nafas Chanyeol menyentuh kulit lehernya. Dia berusaha menjauhkan diri, namun lingkaran lengan panjang Chanyeol di perutnya tidak memberikan ruang sedikitpun padanya untuk bergerak.

Chen menghabiskan tegukan terakhir dari teh yang dihidangkan Lay untuknya. Lalu kembali menatap Chanyeol.

“Iya. Perusahaan tempat ku bekerja, membuka cabang hotel baru di Seoul. Awalnya aku meminta Suho hyung untuk menyewa penyanyi atau artis yang cukup terkenal disini untuk menjadi pengisi acara, mengingat acaranya terbilang cukup besar karena tamu yang hadir nantinya adalah orang-orang penting. Tidak kusangka dia malah menyuruhmu dan Lay untuk mengisi acara. Tapi tidak masalah, aku percaya Suho hyung tidak sekadar membual saat menceritakan tentang kemampuan kalian yang mampu menarik banyak perhatian dari pengunjung café…” Chen mengakhiri kalimatnya dengan sebaris senyum.

“Tidak perlu khawatir. Meskipun selama ini kami hanya sebatas menjadi penghibur disebuah café biasa, kau tidak perlu meragukan kemampuan kami untuk urusan seperti ini. Iya kan Lay?” Chanyeol menatap wajah Lay dari samping.

“Ka-kami akan melakukan yang terbaik…”Lay mengulas senyum canggung. Mendengar acara seperti apa yang akan mereka hadiri, menghadirkan rasa gugup didalam dirinya. “Um…Chen-ssi, kalau boleh aku tahu, siapa saja tamu yang akan hadir di acara itu, mungkin kami bisa menyesuaikannya dengan lagu yang akan dibawakan nanti…”

“Apa itu penting?”Potong Chanyeol, ” Kenapa kita tidak membawakan lagu seperti biasanya saja?”

“Jangan samakan acara itu dengan penampilan sehari-hari kita di café, Chanyeol-ah. Karena yang akan mendengarkannya juga berbeda. Di café, kita bisa membawakan lagu apapun sesuai dengan keinginan kita. Lain halnya dengan tampil di acara seperti ini, terkadang orang-orang kalangan atas punya standar tersendiri untuk hal-hal yang mereka sukai. Dan kalau kita memberikan sesuatu yang berada dibawah standar itu, bisa membuat mereka tidak nyaman, dan bukan hal yang mustahil bagi mereka untuk menyeret kita turun dari panggung, bahkan sebelum kita menyelesaikan satu buah lagu…”jelas Lay, sembari memandang siluet wajah kekasihnya dari samping. Kedua tangannya menapak diatas tangan Chanyeol, berharap sentuhan itu bisa membantu untuk membuat namja tinggi itu mengerti. Bukannya Lay menganggap Chanyeol bodoh, hanya saja terkadang Chanyeol salah mengartikan perkataannya.

Chanyeol mendengus,”Kau mengatakan hal itu, seolah-olah kau berasal dari kalangan mereka saja. Atau jangan-jangan kau memang berasal dari lingkungan yang sama dengan mereka?”

Untuk beberapa saat kalimat terakhir Chanyeol sukses membuat Lay membeku ditempatnya. ”Eh…te-tentu saja tidak” Satu kebohongan lagi meluncur dari mulut Lay. ”Itu…hanya sebatas pemikiran ku saja”lirihnya dengan kepala tertunduk.

Lay tidak suka dengan segala macam bentuk kebohongan dan kepura-puraan. Karena dia lebih dari sekadar tahu, bagaimana efek yang ditimbulkan dari sikap palsu itu. Tapi, keadaan hanya memberinya dua pilihan, mengakuinya atau menutupinya. Dan dia mengetahui kemana ujung dari dua pilihan itu akan membawanya. Maka, jangan salahkan dia karena lebih memilih opsi yang kedua. Meskipun itu salah, tapi untuk saat ini itu adalah pilihan yang paling benar yang bisa diambilnya.

Namun, ada satu hal yang dia tidak ketahui. Bahwa terkadang pilihan yang kita ambil, bisa saja membawa kita pada sesuatu yang tidak ingin kita dijumpai.

Belum sempat Chanyeol kembali membalas ucapan Lay, Chen segera menengahi, “Pendapat Lay ada benarnya, Chanyeol-ah. Karena acaranya cukup ekslusive, tamu-tamu yang hadir hanya sebatas kolega bisnis dari Seoul dan beberapa tamu penting dari China. Kurasa lagu-lagu berirama jazz atau classic, bisa menjadi pilihan yang baik. Mengingat jenis irama musik seperti itu identik dengan kaum elite dan mapan. Tapi kalau kalian memiliki alternative lain, tidak masalah. Asalkan musik kalian tidak sampai merusak pendengaran mereka…”ujar Chen sedikit bergurau.

“Hei, jangan mengejek. Kalau selera musik kami tidak bagus tentu para pengunjung café tidak akan duduk berlama-lama mendengarnya…”bela Chanyeol tidak terima.

Chen tertawa,”Aku percaya... Untuk urusan seperti itu, aku tidak akan meragukan kapabilitas seorang Park Chanyeol…”

Chanyeol tertawa mendengar pujian yang dilontarkan oleh Chen. Sahabat lamanya itu benar-benar tahu cara membuatnya senang. Tentu saja rasa ‘senang’ yang dimaksud disini berbeda dengan rasa ‘senang’ yang dirasakannya setiap berada didekat Lay. Jangan bertanya dimana letak perbedaannya, karena Chanyeol tidak bisa menjelaskannya meskipun dia menggunakan semua kosa kata yang ada dikepalanya.

“Tapi, tidak kusangka kau berhasil mencapai titik ini. Menjadi seorang eksekutive muda bukanlah tujuan utamamu meninggalkan Korea, kan?”tanya namja tinggi itu sedikit mengernyit.

“Setiap orang punya alasan kuat untuk setiap pilihan yang mereka ambil, Chanyeol-ah. Tak terkecuali diriku. Meski awalnya terasa sulit, tapi sekali lagi, alasan itu mampu membuatku kembali berjalan hingga ke titik ini…”ujar Chen yakin.

“Apa Suho hyung salah satunya?”tebak Chanyeol langsung.

“Kurasa aku tidak perlu menjawabnya, Chanyeol-ah. Kau sudah lebih dari sekedar tahu, bukan..?”

Lalu keduanya tertawa lepas. Mengenang kembali masa lalu yang telah mereka lewati bersama. Sebuah kisah yang sebenarnya cukup menarik untuk didengar. Namun tidak cukup menarik bagi Lay.

Barangkali tidak ada yang terlalu memperhatikan espresi namja manis itu yang berubah drastis saat Chen menjawab pertanyaannya. Satu kata yang keluar dari mulut Chen, berhasil menyedot seluruh pikirannya ke dimensi lain. Hingga suara tawa Chanyeol yang berjarak kurang dari sejengkal dari telinganya terasa sepeti udara kosong baginya.

Dalam hati dia berharap kalau apa yang sedang dipikirkannya saat ini, tidak lebih dari sebuah dugaan.

 

***A_V***

 

“Lay…”

“Y-ya?” Lay tersentak.

Suara berat itu menghantarkannya kembali ke dimensi tempat dan waktunya berada. Di atas tempat tidur, duduk bersandar pada tembok bersama Chanyeol yang terlihat lebih tertarik pada gitar kesayangannya—yang kini menjadi milik Lay. Meskipun dia sudah membeli sebuah gitar baru, tapi tampaknya dia tidak bisa menahan jemarinya untuk tidak menyentuh gitar yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun itu. Lagi pula Lay tidak pernah melarang Chanyeol untuk menggunakannya, malah terkadang mereka biasa memainkannya secara bersama-sama.

Lay mengamati sejenak lembaran kertas ditangannya, yang diangsurkan oleh Chanyeol. Entah berapa lama dia melamun hingga Chanyeol berhasil menyelesaikan satu buah lagu. Mereka memang sepakat untuk menulis lagu baru untuk mengisi acara nanti. Mengingat acara itu memiliki kelas yang berbeda, sehingga mereka melakukan sedikit perubahan pada style musik mereka.

“Karena kita akan membawakannya secara akustik, aku melakukan sedikit perubahan di bagian intronya. Dan rencanaku kita hanya memainkan instrumentalnya saja, jadi aku tidak menulis liriknya. Lagi pula konsep lagu seperti ini hanya cocok diisi lirik-lirik yang memancing air mata, dan tentu saja kita tidak mungkin menyanyikan lagu seperti itu. dan untuk mengantisipasi agar lagu tanpa lirik ini tidak membosankan, aku memberikan sentuhan classic dibagian reffnya. Bagaimana menurutmu?”

Bola mata Chanyeol berbinar-binar saat mengutarakan ide yang mengendap dalam pikirannya. Membuat Lay ikut terlarut dalam setiap ucapan yang meluncur dari bibir Chanyeol, dan sedikit melupakan apa yang membebani pikirannya beberapa saat yang lalu. Mungkin julukan sebagai Happy Virus pantas disandang oleh Chanyeol. Dia menghela napas, namun kali ini diiringi senyum penuh yang membuat wajah manisnya tampak lebih simpatik dan nada suaranya yang melemb

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xingiefan #1
Chapter 7: Bakal ngira happy ending ama chanyeol
Ternyata sama kris
Daebakk lah ceritanya buat ane ampe nangis
JauziaYusiHN
#2
Chapter 7: ah, pliss... jgn pisahkan ChanLay couple... T_T suer, aku nangis beneran ngebaca ni ff. keren dah ceritanya. walau agak kecewa karena berakhir dgn KrAy couple. tp nggak papa lah. biar Chanyeol buat Hyoyeon eonni #HyoChanShipperjuga atau nggak buat aku #Plakk , hehe... nice story! thank you, thor for this fanfiction. kami selalu mendukungmu! muah :* <3

*NB:sering2 buat ff chanlay couple ya thor. atau sekali2 buat HyoLay sama HyoChan couple, hehe #readerngelunjak :v
MaiXingYeol1027 #3
Chapter 7: Wow,sedikit terlambat untuk membacanya.sebenernya aku udh baca sampe chapter 4 di blognya kak author tp karena chapter 5 nya di password jadi gk tek lanjutin,hehe..
Untuk endingnya menurutku masih sedikit menggantung,karena menyisakan cukup banyak pertanyaan,seperti 'kenapa kris dulu ninggalin lay?' 'Bagaimana bisa chanyeol selamat?''apa yg membuat lay kabur waktu itu?'.harapanku sih dibikin sequel biar semuanya jelas,tuntas,dan tdk ada kesalahpahaman yg berkelanjutan/?.yg terakhir good job kak author,keep writing ya.sering2 aja bikin ff pair nya ChanLay,mereka bias aku semua soalnya,hehe.. :D
Tikakyu #4
Chapter 7: Hah??? Kenapa LAY malah balik ke kris, pdhal aku harap selamanya bersama CHANYEOL.

Hah sangat disayangkan mereka bubar......:(:(:(
styleunicorn #5
Chapter 7: chapter 7 : nice story...
padahal aq berharap yixing truz bareng ma chanyeol..tp trnyta sma kris ya.
hilwani #6
Chapter 7: tak adakah niat untuk membuat sequelnya??? sungguh...saya penasaran kenapa yixing jadi benci gitu ama kris??? apa alasan kris meninggalkan yixing dulu?? knapa yixing kabur dari rumahnya.....masa lalu kris ama yixing itu gimana....ah....terlalu banyak yah pertanyaan saya ^__^
lukailukai8
#7
Chapter 7: TuhanKu....ini Nyesek lho demi Apa -,-

sequel thor :D
florezzta #8
Chapter 7: verita nya bagus . gag nyangka ending nya bakalan kray bukan nya chanlay .. sempet nangis juga ..
XiahKy #9
Chapter 7: jadi.. ttp kray kan.. kan udh ada baekkie gantiiin lay.. xD nice story
sorahsorah
#10
Chapter 7: Mama.... Ceritanya bagus.
Aku selalu bilang kalo aku suka gaya bahasa tulisan kamu.
Rasanya beda gitu, kaya' punya kelas sendiri, singkat kata nggak kacangan.
Bagus bagus. Aku suka.
Semangat ya! Makasih