Part 5

Never Ending Song
Please Subscribe to read the full chapter

 

“Kehidupan seperti sebuah lagu. Yang tidak akan berhenti sebelum mencapai batas durasinya. Nikmatilah, karena jika lagu itu telah berhenti. Maka kau tidak akan bisa me-replay-nya lagi…”

Alexandra_Vasilev(Never Ending Song)

 

****

 

Gemericik air yang berasal dari pancuran menjadi alunan musik di dalam kamar mandi. Udara malam yang membekukan tidak menjadi alasan bagi seorang namja tinggi untuk menyingkir dari semburan air yang terasa seperti tusukan jarum dikulitnya. Bahkan dia pun enggan bergerak untuk sekedar melepas pakaian yang membalut tubuhnya. Kulitnya tampak memucat akibat terlalu lama terkena serbuan butiran air.

Helaan napas berat, dan dalam terdengar dari bibirnya yang tampak membiru. Sepertinya basuhan air tidak mampu mendinginkan kepalanya yang terasa ingin meledak sejak tadi. Rentetan kalimat yang membuat jantungnya hampir berhenti berdetak terus berputar dikepalanya seperti kaset rusak. Tidak hanya telinganya yang terasa sakit mendengarnya, namun dadanya juga merasakan sesak yang luar biasa. Tepat di dada kiri.

Dia memang sangat ingin mengetahui segala hal tentang kekasihnya. Namun dia tidak menyangka keingintahuannya itu membawanya pada sebuah kenyataan baru. Sebuah kenyataan yang sangat jauh dari apa yang dibayangkannya selama ini.

 

Flashback

“Kau mencintainya?”

Chanyeol mengernyit begitu pertanyaan aneh itu keluar dari mulut seorang namja yang berdiri dihadapannya. Tidak ada lagi Chen yang berdiri disampingnya. Namja bertubuh pendek itu berlalu setelah memperkenalkan dirinya dengan namja asing itu.

“Orang yang tampil bersama mu tadi. Apa kau mencintainya?”ulang namja tinggi itu, yang kali ini berhasil ditangkap oleh otak Chanyeol.

“Ah, maksudmu Lay…”Chanyeol mengangguk sekilas. ”Dia kekasihku, tentu saja aku mencintainya. Kenapa bertanya? Kau tertarik padanya?” tanya Chanyeol curiga. Sedikit bercanda sebenarnya.

Terdengar suara tawa pelan dari namja tinggi itu. ”Aku akui kekasihmu itu menawan dan terbilang cantik untuk ukuran seorang namja. Keahliannya memainkan gitar, membuat orang-orang tidak punya alasan untuk menolak pesonanya. Dan hal yang wajar kalau kau menganggap aku tertarik padanya, karena memang dia terlalu ‘menarik’ untuk diabaikan…” sebuah senyum simpul mengakhiri pujian panjang Kris.

“Woah..!! Kris-ssi, aku tidak tahu apa aku harus berterima kasih padamu karena kau telah memuji kekasihku, atau merasa kesal karena secara tidak langsung kau menaruh ‘perhatian’ pada kekasihku?”ujar Chanyeol takjub.

Namja bernama Kris itu kembali tertawa. “Kurasa kau tidak perlu melakukan keduanya, Chanyeol-ssi. Sebentar lagi status kalian akan berubah. Dan kau tidak perlu berterima kasih untuk hal itu”

Kalimat ringan itu seketika mengubah drastis eskpresi Chanyeol. Sama sekali diluar dugaannya bahwa namja tampan yang baru beberapa menit yang lalu dikenalnya akan melontarkan komentar seperti itu. yang menurutnya cukup berlebihan untuk dijadikan bahan lelucon diawal pertemuan mereka.

“Mungkin ini akan membuatmu mengerti”. Namja tinggi itu merogoh sesuatu dalam saku jasnya dan menyodorkannya pada Chanyeol. Dengan enggan Chanyeol meraih benda itu. Seketika matanya melebar saat melihat potret seseorang yang sangat dikenalnya diselembar kertas tebal itu.

“Lay…”gumamnya seakan tidak percaya.

“Lebih tepatnya Zhang Yixing. Mungkin kau tidak percaya, tapi namja yang kau panggil Lay dan namja bernama Zhang Yixing yang ada difoto itu adalah orang yang sama”

Chanyeol mengalihkan tatapannya ke arah Kris,”Kau mengenalnya?”tanyanya penuh rasa ingin tahu.

“Lebih dari itu. Dia adalah tunangan ku…”

 

Deg…

 

Sesaat Chanyeol terhenyak. Kalimat singkat itu sukses membuat udara disekitarnya membeku. Hingga suara tawa hambarnya memecah keheningan tak wajar itu.

“Hahaha…meski dari luar terlihat dingin, ternyata kau punya selera humor juga, Kris-ssi”ujar Chanyeol seraya menepuk pelan lengan Kris. Sementara yang disentuh hanya memandang Chanyeol, tanpa mengubah sedikit pun ekspresi wajahnya.

“Terima kasih atas pujiannya, Chanyeol-ssi. Tapi aku sedang tidak ingin bercanda. Orang yang kau kenal sebagai Lay memang adalah tunanganku. Dan kalau saja waktu itu dia tidak melarikan diri, mungkin saat ini kami telah menikah…”

 

Deg…

 

“Tidak mungkin…”

Kembali, jantung Chanyeol seakan di hantam oleh godam. Jauh lebih kuat getarannya ketimbang saat mendengar nama asing yang disandingkan dengan Lay meluncur dari bibir Kris. Spontan kedua tangannya yang menggantung disisi tubuhnya mengepal erat. Berusaha mengalihkan rasa perih yang bersarang didadanya ke bagian tubuh yang lain.

“Dan aku harap kau mengerti tentang posisimu saat ini Chanyeol-ssi. Menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan bukanlah suatu hal yang pantas dilakukan oleh orang sebaik dirimu, yang telah bersedia membantu dalam pelariannya selama ini. Meskipun kau tidak tahu banyak tentangnya, aku sangat berterima kasih karena kau telah menjaganya…” Kris sedikit membungkukkan tubuhnya ke arah Chanyeol.

“Untuk seterusnya biarkan aku yang melakukan hal itu…”lanjutnya dengan suara tegas.

Kondisinya yang belum sepenuhnya pulih dari serangan tiba-tiba Kris, membuat Chanyeol tidak bereaksi selama beberapa detik. Hingga satu tarikan napas panjang berhasil menurunkan beberapa persen kadar ketengan dalam dirinya. Ditatapnya mata tajam Kris dalam-dalam berharap dia bisa menemukan setitik celah yang bisa membuatnya yakin kalau apa yang dikatakan oleh namja tampan itu tidak lebih dari sebuah lelucon. Namun sayang, semakin lama dia menyelami, sorot mata itu menenggelamkannya pada sebuah kesimpulan yang tidak pernah diduganya.

“Dan kau ingin agar aku percaya dengan semua omong kosongmu? Maaf, Kris-ssi aku tidak sebodoh itu. Dan kalau kau memintaku untuk melepaskannya, aku tidak bisa…”Chanyeol mengembalikkan selembar foto yang sudah remuk dalam genggamannya kepada Kris. “Dan keputusan Lay untuk pergi meninggalkanmu, sudah lebih dari cukup menjadi alasan bagiku untuk tetap mempertahankannya”

Kris menghela napas, sembari memasukkan foto itu ke tempatnya semula. Kemudian sorot matanya kembali mendarat tepat dimata namja bermarga Park yang berdiri hadapannya.

“Aku hanya mengatakan apa yang seharusnya kau ketahui. Percaya atau tidak, itu terserah padamu Chanyeol-ssi. Kau bebas memakai alasan apapun untuk mempertahankannya. Tapi apa menurutmu perbuatan ku salah, kalau aku mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku?”

Sekali lagi, Chanyeol kembali merasakan perih. Ucapan Kris bagaikan tamparan telak untuknya. Mulutnya bungkam, tidak tahu harus berkata apa lagi untuk membalas ucapan Kris. Karena memang apa yang dikatakan oleh namja asal China itu tidaklah salah.

Perlahan pertahanan Chanyeol mulai goyah. Kris yang menyadari hal itu, segera memanfaatkan kesempatan itu untuk kembali melemparkan serangan. Secepat mungkin dia harus menyelesaikan negosiasi ini.

“Aku mengerti kalau kau sangat mencintainya, karena aku pun memiliki perasaan yang sama, jauh sebelum kau bertemu dengannya. Aku pun akan melakukan hal yang sama jika dihadapankan pada pilihan yang serupa. Tidak ada yang salah dengan perasaanmu, Chanyeol-ssi. Hanya saja… kau mencintai orang yang salah”ujar Kris terdengar sedikit mengintimidasi. Pandangannya tidak lepas dari Chanyeol. Mencoba untuk membaca apa yang sedang dipikirkan oleh namja bermata besar itu.

”Aku …tidak bisa” tegas Chanyeol disertai gelengan keras darinya.

Kris tak segera menanggapi ucapan Chanyeol. Ia sendiri sudah menduga akan mendapat respon seperti itu. dan dia sudah mempersiapkan berbagai alasan untuk ‘membujuk’ Chanyeol.

“Memang berat untuk melepaskan sesuatu yang begitu berharga. Tapi akan sangat menyakitkan jika kau tetap bersikeras untuk mempertahankan sesuatu yang tidak bisa kau miliki. Karena cepat atau lambat dia tetap akan pergi. Semakin lama kau menahannya, maka bukan dirimu saja yang akan terluka, tapi dia juga akan merasakan hal yang sama. Bisa jadi lebih menyakitkan dari yang kau rasakan…”

Nada bicara Kris tidak berubah sama sekali. Datar dan tenang. Seperti raut wajahnya yang tidak menampakkan perubahan sedikitpun sejak awal perbincangan. Berbeda dengan namja dihadapannya yang sedang berusaha keras untuk meredam luapan emosi di dalam dadanya. Beruntung Chanyeol masih bisa mengendalikan dirinya untuk tidak meninju wajah Kris ditengah keriuhan acara malam itu.

“Aku percaya kau bisa membuat keputusan yang benar, Chanyeol-ssi”

 

Flashback end

 

“Arghhhh…!!!”

Chanyeol tersungkur dilantai kamar mandi yang dingin. Kedua tangannya yang memucat, mencengkram erat helai rambutnya. Bibirnya bergetar pelan kembali mengeluarkan erangan tertahan.

Keputusan? Keputusan seperti apa yang harus di ambil oleh Chanyeol. Bahkan sampai detik ini dia masih belum sepenuhnya percaya dengan apa yang didengarnya. Identitas Lay yang sebenarnya, hubungan antara Kris dan Lay, hingga Kris yang secara halus memintanya untuk melepaskan Lay. Semua hal itu seakan menjebaknya dalam keraguan yang akut.

Dan gundah di hati Chanyeol kini diperparah lagi oleh deraan rasa bimbang. Satu sisi dalam hatinya amat mendambakan agar Lay hanya menjadi miliknya. namun, ia menyadari satu-satunya jalan untuk mewujudkan keinginan itu adalah dengan menutup hatinya dan membiarkan ego yang menguasai.

Tapi, sanggupkah orang seperti Chanyeol melakukan hal kejam seperti itu? bagaimana jika dia berada di posisi Kris? Berada di pihak yang ditinggalkan yang mencoba untuk meraih kembali apa yang menjadi miliknya.

“Zhang…Yixing”

Sebuah nama itu terasa pahit begitu terucap dari mulutnya. Sel-sel dalam benak Chanyeol serentak membentuk bayangan sosok itu. wajah manis yang selalu menampilkan ekspresi teduh tiap kali menatapnya. Sosok yang telah menjadi matahari dalam hidupnya. Dia tidak dapat membayangkan, segelap apa dunianya jika sosok itu tidak ada lagi dalam dekapannya.

 

***A_V***

 

Terdengar suara derit pelan begitu sebuah tangan menarik pintu kamar mandi ke arah dalam. Disusul dengan seorang namja yang melangkah keluar. Tubuh tingginya hanya dibungkus dengan celana panjang hitam yang menggantung asal di pinggangnya. Tetesan air dari rambutnya mengalir turun ke pundaknya, bergerak ke punggung lebarnya, dan menghilang begitu menyentuh serat kain. Langkahnya terhenti sejenak di depan pintu kamar. Memandang seorang namja yang sedang duduk bersila diatas tempat tidur dengan memangku gitar, tangan kanannya yang menggenggam pulpen tampak menari di atas kertas. Beberapa saat kemudian jemari namja manis itu kembali memetik senar gitar dengan lincah. Memainkan sebuah lagu yang baru beberapa jam yang lalu mereka mainkan bersama di sebuah acara.

Chanyeol menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya cukup kuat. Mencoba untuk mengumpulkan segenap keyakinan dalam dirinya bahwa keputusan yang diambilnya adalah yang terbaik. Meskipun dia tahu, resiko yang akan ditemuinya nanti adalah hal terburuk yang pernah dialaminya.

”Chanyeol-ah…” Namja manis itu mendongak begitu menyadari kehadiran Chanyeol di dekatnya. “Aku kira kau tertidur dikamar mandi” lanjutnya sambil mengulas senyum, yang selalu terlihat manis dimata Chanyeol.

“Mungkin aku akan melakukannya, kalau kau mau menemaniku…” Chanyeol menghempaskan tubuhnya tepat disamping kekasihnya. Kedua lengannya secara otomatis melingkari pinggang ramping Lay. Membuat punggung Lay sedikit menindih dada bidangnya.

“Lalu kita berdua akan mati kedinginan disana… Wow! Kau benar-benar romantis Park Chanyeol”ejek Lay.

“Hei… Tentu saja aku tidak akan membiarkanmu mati kedingingan. Aku akan memelukmu dengan erat hingga kau merasa hangat. Seperti ini…”Chanyeol semakin menarik tubuh Lay ke dalam rengkuhannya. Membuat namja berlesung pipi itu tenggelam dalam belitan lengan panjang Chanyeol.

Lay terkekeh pelan. Sedikit menoleh, dia mendaratkan satu kecupan lembut di pipi kanan Chanyeol. ”Terdengar menggelikan. Tapi aku menyukainya…”

Dan seperti biasa Chanyeol akan membalasnya dengan ciuman lembut di bibir Lay. Sentuhan yang sama, tapi dengan rasa yang berbeda. Terbukti dengan kerutan di kening Lay begitu tautan itu terputus. Tidak biasanya Chanyeol yang menarik diri terlebih dahulu. Dengan wajah yang bersemu merah, Lay menatap kekasihnya dengan tatapan bingung.

“Apa yang kau tulis?” tanya Chanyeol sedikit membungkuk untuk menyandarkan dagunya di bahu Lay. Sebelah tangannya terjulur mengambil kertas yang ada dihadapan Lay.

“Lirik untuk lagu yang kita mainkan tadi. Tapi belum sepenuhnya selesai…”ujar Lay masih dengan tatapan yang sama. Tapi sepertinya Chanyeol yang tengah memperhatikan tulisan Lay tidak memperhatikan ekspresi kekasihnya itu. Atau mungkin pura-pura tidak memperhatikan?

“Sedih sekali liriknya…”

“Bukankan kau sendiri yang bilang musik seperti itu memang cocok untuk lirik yang menguras air mata?”Lay balik bertanya.

Chanyeol mengangguk,“Tapi, kau tidak menulisnya karena kau sedang merasakan hal yang sama kan?”

Sekejap Lay tertegun. Sebuah senyum canggung terukir diwajahnya. Berusaha menutupi rasa terkejutnya yang sebenarnya masih bisa terbaca oleh Chanyeol.

“Te-tentu saja tidak” Lay merutuki dirinya yang tidak mampu menyembunyikan kegugupannya.

Helaan nafas Chanyeol terdengar jelas ditelinganya.”Baguslah kalau begitu. Karena aku tidak suka melihatmu bersedih…”

Kembali Lay terdiam. Ada yang berbeda dari sikap Chanyeol saat ini. Seperti ada awan kelabu yang menggantung diatas kepalanya. Memaksa Lay untuk menebak apa yang tengah meresahkan orang yang dicintainya itu.

“Chanyeol-ah, kau baik-baik saja?”

“Hmm…hanya pusing sedikit. Mungkin karena mandi terlalu lama”

Lay mendengus. Dia melepas rangkulan Chanyeol, kemudian beranjak dari tempat tidur. Gitar yang tadi ada dipangkuannya kini telah bersandar di sisi tempat tidur.

”Kau benar-benar bodoh, Park Chanyeol. Sudah tahu sekarang sedang musim dingin, masih saja keras kepala untuk mandi di malam hari. Bagaimana kalau nanti kau sakit lagi?” Disambarnya sweater yang menggantung di dinding kamar, lalu kembali ke sisi Chanyeol.

 “Aku sudah bilang kalau tubuhku itu kuat, hal-hal remeh seperti ini tidak akan membuatku sakit, Lay”bela Chanyeol.

Lay berdecak kesal ”Kau memang tidak pernah mau mendengarkanku…”tukasnya. Kedua tangannya bergerak memasang sweater itu di tubuh atas Chanyeol.

“Bukannya aku tidak mau mendengar, hanya saja kau yang terlalu khawatir. Aku tidak akan mati hanya karena hal seperti ini. Bahkan aku pernah mengalami hal yang lebih buruk dari itu, sebelum kau datang. Dan lihat…aku masih hidup bukan?”

Tangan Lay berhenti bergerak. Perasaan aneh itu kembali mendominasi dirinya.

“Aku hanya tidak ingin melihat mu sakit, Chanyeol-ah…”lirihnya sendu. Kepalanya tertunduk. Matanya sibuk menatap jemarinya yang saling meremas.

Kedua tangan besar Chanyeol menapak di pundak Lay, dan dengan sedikit tarikan, wajah namja manis itu kini terarah padanya. Ada rasa perih menjalari hatinya. Tidak terbayangkan rasa sakit seperti apa yang akan dirasakannya, jika dia benar-benar melepaskan Lay.

“Aku tahu, Lay…Aku tahu. Karena aku juga memiliki perasaan yang sama terhadapmu. Bahkan mungkin lebih besar dari yang kau bayangkan. Hingga berhasil menjerat ku dengan hasrat ingin memiliki yang begitu besar. Sebuah keegoisan. Tapi…”Chanyeol menatap Lay semakin dalam.

“Apakah termasuk egois kalau aku mengatakan hanya aku yang bisa memilikimu? Apakah termasuk egois kalau aku meminta agar kau tetap disisku? Apakah termasuk egois, kalau aku meminta agar kau tidak mencintai orang lain selain diriku?”

Lay menjawab deretan pertanyaan Chanyeol dengan sebuah gelengan.“Tidak Chanyeol-ah…kau tidak egois. Tidak sama sekali. Memikirkan diri sendiri tidak sepenuhnya salah. Karena kau tidak bisa terus menerus memikirkan orang lain, dan membiarkan dirimu terluka…”jawab namja manis itu pasti. Seolah-olah ingin menegaskan sesuatu yang tersirat dalam ucapannya.

“Tapi bagaimana kalau keegoisan itu melukai orang yang paling berharga dalam hidupku, apakah aku masih pantas mempertahankan ego itu?”

Kerutan dikening Lay kembali muncul, menandakan namja manis itu tidak mampu menangkap maksud perkataan namja dihadapannya.

“Kau benar Lay, bersikap egois saat orang lain tidak peduli lagi bukanlah hal yang salah. Namun disisi lain itu tidak sepenuhnya benar…”ujar Chanyeol seraya melepas kedua tangannya dari pundak Lay.

“Chanyeol-ah, apa maksudmu?”

Namja tampan itu tersenyum kecil. Sebelah tangannya mengusap pipi Lay selama beberapa detik. Menyimpan baik-baik sensasi lembut yang dirasakan jemarinya didalam kotak memorinya. Berharap dia masih bisa merasakan sensasi itu, sekalipun dia tidak mampu lagi menyentuh kelembutan itu.

“Lay, apa aku boleh mengambil gitar itu kembali?” Chanyeol menunjuk gitar yang bersandar disisi tempat tidur. Lay menolehkan kepalanya ke arah yang ditunjuk Chanyeol, lalu kembali menatap kekasihnya.

“Tidak. Kau sudah memberikannya padaku, jadi kau tidak bisa mengambilnya kembali”jawab Lay tegas.

“Tapi, bagaimana kalau sejak awal aku tidak bermaksud memberikannya pada mu? Apa aku masih bisa mengambilnya kembali?”

Lay terdiam. Sejak awal pembicaraan, dia hanya mampu memahami penjelasan Chanyeol secara parsial. Memaksanya harus menerka apa yang hendak disampaikan oleh orang yang dicintainya itu. Namun sayangnya semua dugaan yang berkelebat di dalam kepala Lay, malah membuatnya semakin resah.

“Seseorang pernah berkata padaku bahwa, akan sangat menyakitkan jika kau tetap bersikeras untuk mempertahankan sesuatu yang tidak bisa kau miliki. Karena cepat atau lambat dia tetap akan pergi. Semakin lama kau menahannya, maka bukan dirimu saja yang akan terluka, tapi dia juga akan merasakan hal yang sama. Bisa jadi lebih menyakitkan dari yang kau rasakan… ”

Lay menatap Chanyeol. Perlahan dia merasa tidak enak dengan arah pembicaraan ini.

“Lay…kalau kau dihadapkan pada dua pilihan, merelakannya pergi atau tetap mempertahakannya dengan resiko kau akan melukainya. Kau akan mengambil pilihan yang mana?”

“Aku akan mempertahankannya”ujar Lay cepat. Seolah sesuatu yang buruk akan terjadi kalau saja dia menahannya sedetik saja.

“Meskipun kau tahu resikonya?”

“Cinta tidak pernah melukai, Chanyeol-ah”

“Benar. Namun cinta juga tidak pernah memaksa. Tidak pernah menuntut. Tidak pernah meminta…Dan kau akan tetap merasakannya meskipun tidak saling memiliki”

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xingiefan #1
Chapter 7: Bakal ngira happy ending ama chanyeol
Ternyata sama kris
Daebakk lah ceritanya buat ane ampe nangis
JauziaYusiHN
#2
Chapter 7: ah, pliss... jgn pisahkan ChanLay couple... T_T suer, aku nangis beneran ngebaca ni ff. keren dah ceritanya. walau agak kecewa karena berakhir dgn KrAy couple. tp nggak papa lah. biar Chanyeol buat Hyoyeon eonni #HyoChanShipperjuga atau nggak buat aku #Plakk , hehe... nice story! thank you, thor for this fanfiction. kami selalu mendukungmu! muah :* <3

*NB:sering2 buat ff chanlay couple ya thor. atau sekali2 buat HyoLay sama HyoChan couple, hehe #readerngelunjak :v
MaiXingYeol1027 #3
Chapter 7: Wow,sedikit terlambat untuk membacanya.sebenernya aku udh baca sampe chapter 4 di blognya kak author tp karena chapter 5 nya di password jadi gk tek lanjutin,hehe..
Untuk endingnya menurutku masih sedikit menggantung,karena menyisakan cukup banyak pertanyaan,seperti 'kenapa kris dulu ninggalin lay?' 'Bagaimana bisa chanyeol selamat?''apa yg membuat lay kabur waktu itu?'.harapanku sih dibikin sequel biar semuanya jelas,tuntas,dan tdk ada kesalahpahaman yg berkelanjutan/?.yg terakhir good job kak author,keep writing ya.sering2 aja bikin ff pair nya ChanLay,mereka bias aku semua soalnya,hehe.. :D
Tikakyu #4
Chapter 7: Hah??? Kenapa LAY malah balik ke kris, pdhal aku harap selamanya bersama CHANYEOL.

Hah sangat disayangkan mereka bubar......:(:(:(
styleunicorn #5
Chapter 7: chapter 7 : nice story...
padahal aq berharap yixing truz bareng ma chanyeol..tp trnyta sma kris ya.
hilwani #6
Chapter 7: tak adakah niat untuk membuat sequelnya??? sungguh...saya penasaran kenapa yixing jadi benci gitu ama kris??? apa alasan kris meninggalkan yixing dulu?? knapa yixing kabur dari rumahnya.....masa lalu kris ama yixing itu gimana....ah....terlalu banyak yah pertanyaan saya ^__^
lukailukai8
#7
Chapter 7: TuhanKu....ini Nyesek lho demi Apa -,-

sequel thor :D
florezzta #8
Chapter 7: verita nya bagus . gag nyangka ending nya bakalan kray bukan nya chanlay .. sempet nangis juga ..
XiahKy #9
Chapter 7: jadi.. ttp kray kan.. kan udh ada baekkie gantiiin lay.. xD nice story
sorahsorah
#10
Chapter 7: Mama.... Ceritanya bagus.
Aku selalu bilang kalo aku suka gaya bahasa tulisan kamu.
Rasanya beda gitu, kaya' punya kelas sendiri, singkat kata nggak kacangan.
Bagus bagus. Aku suka.
Semangat ya! Makasih