(K)iss You -- ChanHo

Collection of 2PM One-Shot FF [Chan-Ho]

ONE-SHOT Fanfiction

CHANHO/CHANNUNEO

 

 

 

 


-2PM-

In JYP's Dance Practice Room...

#NowPlaying Winter Games - 2PM

Ruangan berukuran 8x6 m ini dipenuhi oleh member 2PM yang sedang berlatih untuk koreografer lagu Jepang terbaru mereka, Winter Games. Semua member terlihat fokus berlatih, kecuali sang Emperor. Biasanya ia yang paling bersemangat dan paling fokus latihan dance, namun tidak untuk saat ini.

Junho memutuskan untuk berhenti berlatih sejenak, ia duduk di pinggir ruangan. Sejak Ia dan member 2PM lainnya masuk ke ruangan ini untuk berlatih, matanya tak bisa lepas dari sosok seseorang.

"Yack, Nuneo, Gwenchana?" Minjun, member tertua di 2PM, memberikan sebotol air kepada Junho, lalu ikut duduk disebelahnya.

"Ah, Ne, Gomawo hyung." Junho menerima botol minum dari Minjun dan langsung meminumnya.

Junho terus memperhatikan kearah Chansung tanpa ekspresi.

"Minjun-hyung! Kau bilang kau akan berlatih keras untuk koreografer kali ini, tapi yang kau lakukan sekarang hanya duduk-duduk saja. Cepatlah kemari, atau aku tidak mau mengajarimu lagi!" Ancam Wooyoung.

"Aigoo, dasar dongsaeng kurang ajar." Ucap Minjun pelan, sehingga hanya terdengar oleh Junho. "Aku hanya minum sebentar Udong-ah, aku segera kesana..." Teriak Minjun lagi.

Junho tidak memperdulikan Minjun dan Wooyoung. Tatapannya masih terpaku pada seseorang.

Merasa diperhatikan, Chansung menoleh kearah hyung kesayangannya itu, Lee Junho. Tapi yang di dapati oleh Chansung hanyalah Junho yang langsung membuang muka darinya. Sekali, dua kali, Chansung membiarkannya. Tapi ini sudah ke-sekian-kalinya ia mendapati Junho menatapnya, lalu membuang muka setiap kali Chansung menatap balik. Kesal, ia langsung menghampiri Junho yang duduk di pinggir ruangan, tak memperdulikan pertanyaan Taecyeon di belakangnya, "Chan, kau mau kemana?"

Baru Chansung melangkah dua tiga langkah, Junho terlihat buru-buru berdiri, memanggil Nichkhun, menghampirinya dan langsung bercanda-gurau dengannya.

Panas. Hatinya terasa panas melihat Junho berdekatan dengan Nichkhun. Sangat-sangat dekat, walaupun semua member 2PM memang terbiasa dengan kedekatan fisik seperti berpelukan satu sama lain, merangkul, berpegangan tangan dan sebagainya. Tapi rasanya berbeda jika ia melihat Junho berdekatan dengan member lain. Rasanya seperti 'itu terlalu dekat'. Namun apalagi yang bisa ia lakukan, ia bukan siapa-siapa Junho, belum.

"Chan, kau mau kemana? Ayo latihan lagi..." Taecyeon menepuk pundak Chansung, menyadarkan lamunannya.

"Aku lelah hyung, aku kembali duluan." Setelah berkata itu, Chansung langsung berjalan keluar ruangan.

"Mwo?? Kita bahkan baru 15 menit latihan." Taecyeon melihat jam di dinding. Lalu matanya beralih kearah pandang Chansung tadi, Nichkhun dan Junho.

"Kalau cemburu bilang saja, kenapa harus menghindar... Cinta tidak akan datang padamu, kau yang harus mengejarnya sendiri." Ucap Taecyeon dalam hati sambil menatap punggung Chansung. Lalu matanya menatap Minjun, namja-chingunya, yang sedang berlatih bersama Wooyoung.

Taecyeon tersenyum seperti orang bodoh kearah Minjun dan Wooyoung. Mereka sama-sama mengernyitkan alis,

"Hyung, berhentilah menatap kami seperti itu, kau membuatku takut." Teriak Wooyoung.

"Dasar Pabbo!" Umpat Minjun pelan, namun senyuman tipis tak bisa ia sembunyikan dari wajahnya.

 

 

 

 



In 2PM's dorm...

"Nuneo..." Panggil Chansung.

"Hmm," Sahut Junho singkat, matanya masih menatap ke piring dihadapannya.

"Lihat aku," Pinta Chansung. Ia duduk di bangku tepat di depan Junho.

"Aku sedang makan Chan." Ucap Junho.

Chansung berhenti berbicara, ia menunggu Junho menghabiskan makanannya. Saat Junho selesai makan, matanya tak sengaja berhadapan dengan Chansung. Junho tersentak, mukanya memerah dengan cepat. Ia memalingkan mukanya dan segera beranjak pergi kalau saja tangannya tidak ditahan Chansung.

"Kau, marah padaku?" Tanya Chansung pelan.

"Ani, lepaskan aku Chan." Pinta Junho. Mau tak mau Junho menoleh ke arah Chansung, mencoba melepaskan tangannya, namun Chansung tidak melepaskannya.

"Lalu kenapa kau terus menghindariku?" Tanya Chansung lagi. Ia sudah tidak tahan didiamkan oleh hyungnya yang satu ini.

"A-aku tidak menghindarimu kok," Ucap Junho terbata-bata. Well, tidak mungkin kan Junho mengatakan yang sesungguhnya terjadi. Terlalu memalukan, pikirnya.

"Lepaskan aku," Pinta Junho lagi dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya.

"Tidak mau, aku tahu kau menghindariku. Katakan alasan sesungguhnya." Ucap Chansung tak mau kalah, tangannya mencengkram tangan Junho kencang, sekencang Junho berusaha menarik tangannya.

"Lepas!" Bentak Junho kesal, dan entah mendapat kekuatan dari mana ia berhasil melepas tangannya dari Chansung.

"Kau menyebalkan." Ucap Junho dingin sambil mengelus pergelangan tangannya yang sedikit memerah.

"Tunggu, aku belum selesai bicara Nuneo..." Panggil Chansung saat Junho meninggalkannya sendirian di ruang makan.

Chansung mengejar Junho, namun Junho lebih cepat masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam.

"Buka pintunya Nuneo, kita harus bicara!" Teriak Chansung sambil menggedor-gedor pintu kamar Junho tapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Nuneo... Buka atau aku ak--"

Seseorang menepuk bahu Chansung, memotong kata-katanya, "Jangan seperti itu Chan, kau hanya akan membuat Junho bertambah kesal."

"Ah, Khun-hyung, Junho sepertinya marah padaku." Ucap Chansung.

"Kau tidak tahu kenapa?" Tanya Nichkhun.

"Tahu apa hyung? Dia bahkan tidak mau berbicara denganku, menatapku pun tidak." Keluh Chansung.

Tiba-tiba pintu kamar Junho terbuka, memunculkan kepala Junho di sela-sela pintu, "Khun-hyung... Bisa kau kemari sebentar."

Junho menatap Nichkhun penuh harap, mengabaikan Chansung yang ada disebelah Nichkhun.

"Baiklah," Nichkhun masuk ke kamar Junho.

'Apa-apaan dia, menganggapku tidak ada hah,' Pikir Chansung dalam hati. Ia mematung sejenak di depan kamar Junho, lalu ia memutuskan untuk pergi ke kamar Wooyoung.


 

 

 

 

 

In Junho's room...

Nichkhun duduk di pinggir kasur Junho, berhadapan dengan Junho yang duduk meringkuk di pojok kasur.

"Sampai kapan kau akan mendiamkannya?" Tanya Nichkhun.

"Aiih hyung, kau kan tahu aku tidak bermaksud seperti itu..." Junho membenamkan mukanya ke bantal.

"Kalau aku jadi kau, aku akan senang jika Wooyoung melakukan itu padaku." Ucap Nichkhun.

"Aigoo hyung, ini berbeda. Kalian kan memang couple, sedangkan kami?" Junho mengambil nafas dalam-dalam.

"Aku merasa seperti dipermainkan, rasanya menyakitkan hyung." Ucap Junho lagi.

Nichkhun melihat mata Junho yang sudah berkaca-kaca. Ia langsung memeluk dongsaengnya itu, menghiburnya, "Apa kau benar-benar menyukainya?" Tanya Nichkhun.

Junho mengangguk pelan.
 

 

 

 

 

 

In Wooyoung's room...

"Bagaimana ini Uyoungie??" Tanya Chansung setelah ia menceritakan masalahnya pada Wooyoung.

"Mengapa kau begitu bingung? Ayolah, Junho memang sedikit moody. Tunggu saja mood nya membaik, nanti juga ia akan berbicara lagi dengan sendirinya." Kata Wooyoung acuh sambil memainkan smartphonenya.

"Tapi kali ini berbeda Uyoung, Aku takut ia akan benar-benar menjauh dariku." Aku Chansung.

Wooyoung menghela nafas lalu melihat ke arah Chansung, "Yah, pabbo... Cobalah mengingat-ingat kembali, kira-kira apa yang kau lakukan dan itu membuat Junho kesal?"

Chansung tampak berpikir keras, lalu ia menggelengkan kepalanya.

"Sepertinya tidak ada." Jawab Chansung.

"Yasudah kalau begitu tidak ada yang bisa kita lakukan." Wooyoung kembali memainkan smartphonenya.

Chansung mengambil smartphone Wooyoung secepat kilat, "Ayolah, bantu aku..."

"Kembalikan Smartphoneku, Hwan Chansung." Wooyoung berusaha menggapai Smartphonenya, namun sia-sia. Perbedaan tinggi mereka tidak bisa dipungkiri.

"Bantu aku dulu." Chansung malah berdiri, mengangkat smartphone Wooyoung tinggi-tinggi, menjauhkannya dari pemiliknya.

"Apa yang bisa kulakukan?" Wooyoung melompat-lompat diatas kasurnya, berusaha mangambil smartphonenya.

*Brruuukk*

Wooyoung yang tak sengaja menginjak kaki Chansung, membuat Chansung kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa Wooyoung yang ada di depannya. Posisi mereka sungguh tidak mengenakan. Bibir Chansung berada tepat di pipi Wooyoung, hampir mengenai bibir Wooyoung. Dan tepat pada saat itu, pintu kamar Wooyoung terbuka.

"Uyoungie..." Ucap Nichkhun pelan.

Chansung melihat ke arah pintu, sosok disebelah Nichkhun menarik perhatiannya. Mukanya memerah, dan tatapan matanya menunjukkan rasa kesal, marah, dan sakit hati? Entahlah, Chansung merasa tidak yakin.

"Hyung, Junho, ini tidak seperti yang kalian pikirkan." Wooyoung mendorong tubuh Chansung dari atas badannya.

Junho berlari ke kamarnya, tak memperdulikan Chansung, Nichkhun, ataupun Wooyoung yang memanggilnya dari belakang.


 

 

 

 

 

In Studio...

Hari ini Chansung mendapat schedule pemotretan bersama Wooyoung dan Nichkhun. Sejak kejadian di kamar Wooyoung, Junho kembali bersikap biasa, seolah tidak ada yang terjadi. Chansung merasa lega karena hyungnya itu sudah mau berbicara dengannya lagi, meski hanya kata-kata singkat. Namun ada hal yang mengganggunya belakangan ini, hampir tiap malam Nichkhun pergi ke kamar Junho. Entah apa yang mereka lakukan atau bicarakan, satu hal yang Chansung yakini, setiap Nichkhun keluar dari kamar Junho, mood Junho terlihat lebih baik.

Chansung tahu tidak ada gunanya cemburu pada Nichkhun. Meski Nichkhun sudah menjadi milik Wooyoung, ia memang selalu peduli pada setiap member 2PM tak terkecuali Junho. Wooyoung sendiri pun bukan tipe pencemburu, jadi bukan masalah bagi Wooyoung melihat kedekatan Nichkhun dengan Junho. Wooyoung yakin dan percaya Nichkhun tidak akan bermain di belakangnya.

"Hyung, apa itu?" Wooyoung menunjuk kearah bungkusan yang dibawa Nichkhun.

"Obat untuk Junho,"

Mendengar kata-kata Nichkhun, Chansung menghampiri Nichkhun dan Wooyoung yang sedang mengobrol bersama.

"Memangnya Junho sakit apa?" Tanya Chansung, ikut bergabung dalam pembicaraan mereka.

"Chan? Kau tidak tahu? Kau kan yang biasanya paling dekat dengan Junho." Goda Wooyoung.

"Dia demam dari kemarin malam, sebenarnya aku tidak tega meninggalkannya sendirian hari ini. Mungkin saja dia membutuhkan sesuatu, lalu bagaimana jika penyakitnya bertambah parah." Ucap Nichkhun sakartis.

Raut wajah Chansung berubah khawatir. 'Junho, sendirian, di dorm. Ah, aku baru ingat, hari ini semua ada jadwal sampai malam.' Pikir Chansung.

"Mungkin sebaiknya hyung menelepon Junho untuk mengecek keadaannya." Usul Wooyoung.

Nichkhun mengikuti usul Wooyoung,

"Junho-ssi?? Gwenchana?? Apa kau sudah makan?"

"..."

"Jinjja? Kau belum makan?" Nichkhun sedikit memperbesar volume suaranya.

"..."

"Kami mungkin baru kembali malam hari, kau yakin kau baik-baik saja? Suaramu terdengar buruk. Junho?! Junho??!" Muka Nichkhun berubah panik, seolah menunjukkan kondisi Junho yang memburuk.

Chansung berjalan mencari managernya, ia ingin segera pulang tak peduli apapun. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Junho.

"Chan, kau mau kemana? Pemotretan kita belum selesai." Teriak Wooyoung.

"Bagianku sudah hyung. Aku mau kembali ke dorm." Balas Chansung tanpa melihat kearah Wooyoung ataupun Nichkhun lagi.

Seperginya Chansung dari ruangan itu, Wooyoung tertawa keras.

"Hyung, aktingmu benar-benar meyakinkan." Puji Wooyoung.

"Ohya hyung, ada satu hal lagi yang harus kita urus." Wooyoung mengingatkan Nichkhun.

"Kau benar," Ucap Nichkhun. Lalu ia mengambil handphone disakunya, dan menelpon seseorang, "Minjun-hyung, apa kau bersama Taecyeon? Bagaimana jika malam ini kita karaokean sampai pagi?"


 

 

 

 

 

In 2PM's dorm...

Dalam tidurnya, Junho bermimpi ia berada di taman bunga yang cukup luas. Disitu hanya ada dia dan sesosok namja yang memeluknya. Namja itu mengelus rambut Junho. Nyaman sekali rasanya. Ia berusaha melihat siapa sosok tempat ia bersender, namun cahaya menyilaukan menghalangi pandangannya.

Junho terbangun dari tidurnya, ia memegang kepalanya yang sedikit pusing. Dilihatnya jam di dinding, pukul 18.00.

'Lama juga aku tidur,' Pikir Junho.

Ia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar. Mendengar suara seseorang di dapur, ia berjalan kesana.

"Hyung? Kau kah itu?" Panggil Junho dengan suara serak.

Junho terkejut melihat Chansung yang ada di dapur mengenakan celemek kuning. Tangan kanannya memegang panci dan tangan yang satunya lagi mengaduk isi panci itu dengan sendok. Chansung melihat kearah Junho sebentar, lalu kembali ke panci yang ada di hadapannya.

"Mianhae, apa aku membangunkanmu?" Tanya Chansung.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Junho. Pertanyaan bodoh memang. Jelas-jelas terlihat Chansung sedang membuat bubur untuknya, walaupun itu sama saja dengan membuat dapur menjadi kapal pecah. Chansung tidak bisa memasak dengan rapih.

"Bagaimana keadaanmu? Apa kau sudah merasa baikan?" Baik Chansung maupun Junho tidak ada yang mau mengalah, keduanya terus saja mengajukan pertanyaan satu sama lain.

Junho duduk di meja makan. Masih memperhatikan Chansung memasak. Chansung selalu seperti ini, bersikap sangat baik dan lembut terhadap Junho, seburuk apa pun Junho bersikap padanya. Junho sadar kalau Chansung bersikap seperti itu tidak hanya pada Junho. Tapi terkadang ia merasa perlakuan Chansung padanya sedikit berbeda. Bolehkah ia sedikit berharap?

"Aku baik-baik saja, ini hanya flu biasa." Jawab Junho mengalah.

"Apa yang kau lakukan? Bukankah jadwalmu masih sampai malam nanti?" Tanya Junho.

Chansung menghentikan gerakannya, "Aku izin pulang lebih awal, lagipula pemotretanku selesai lebih cepat dari Wooyoung dan Nichkhun-hyung."

"Aku mengkhawatirkanmu." Tambah Chansung lagi dengan suara pelan yang hanya bisa didengar Junho.

Oh tidak, Chansung membuat perasaan Junho berdesir lagi. Ini berbahaya, pikir Junho. Ia tidak ingin Chansung mengobrak-abrik perasaannya lagi. Terkadang membuat Junho seperti berada di atas awan, tapi juga bisa menghempaskannya lagi dalam sekejap.

Chansung menaruh semangkuk bubur dihadapan Junho, "Makanlah, kau pasti belum makan dari tadi siang."

"Gomawo."

Junho mulai menyendok bubur dihadapannya, memakannya dengan lahap.

Tangan Junho berhenti mengangkat sendok di udara saat tangan Chansung tiba-tiba menyentuh dahinya. Rasa panas menjalari muka Junho. Semburat merah muncul di pipi Junho.

"Sedikit hangat," Gumam Chansung.

"A-apa yang kau lakukan?" Tanya Junho, melihat Chansung mengobrak-abrik lemari di belakang Junho.

"Aku akan menjadi doktermu hari ini. Ah, ketemu, ini dia obatnya." Chansung kembali duduk di depan Junho, menaruh sebotol obat di samping mangkok bubur.

"Kurasa, aku sudah sembuh sekarang." Junho beranjak pergi, menghindari botol obat yang ada dihadapannya.

Chansung yang sangat mengenal hyungnya yang satu ini dengan cepat mengambil botol obat di meja, lalu menghalangi Junho di pintu. Ia tahu kalau Junho sangat tidak suka minum obat. Yah, siapa juga yang suka minum obat, rasanya pahit, benarkan? Tapi kalau ini demi kesembuhan Junho, Chansung akan melakukan apapun termasuk memaksa Junho.

"Chan!"

Muka Junho terlihat sebal saat kaki Chansung menghalangi pintu. Kedua tangan Chansung sudah sibuk menyendok obat.

"Ayolah Nuneo, ini hanya sesendok. Aaaa..." Chansung mengangkat sendok berisi cairan berwarna orange ke depan mulut Junho.

Junho tidak berusaha melawan Chansung karena ia sudah tahu pasti siapa pemenangnya. Ia memilih untuk mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan memalingkan mukanya dari Chansung.

"Kau benar-benar menyebalkan." Desis Junho.

"Kau boleh berkata apapun, ini demi kebaikanmu hyung," Chansung menanggapi Junho dengan sangat sabar.

1 menit...

3 menit...

5 menit...

10 menit...

"Buka mulutmu atau aku akan--" Habis sudah kesabaran Chansung menanggapi kekeras-kepalaan Junho yang tiada batasnya.

"Akan apa? Apa kau akan menciumku untuk meminumkan obat itu?? Sama seperti tindakan pengecutmu malam itu?" Teriak Junho emolsi.

Seolah baru menyadari apa yang dikatakannya, Junho langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Melihat Chansung yang terdiam, Junho mengambil kesempatan untuk kabur kembali ke kamarnya.

Otak Chansung berusaha keras mencerna kata-kata Junho barusan. Tanpa sadar tangannya menyentuh bibirnya sendiri, mengingatkannya pada malam saat ia tidak bisa mengendalikan dirinya.

Malam itu Chansung baru saja pulang ke dorm dan mendapati Junho tertidur di sofa. Tak tega membangunkannya, Ia menggendong Junho ke kamarnya. Butuh usaha besar untuk Chansung mengendalikan dirinya saat ia memperhatikan Junho tertidur diseperti bayi. Jangan salahkan Chansung karena tiba-tiba pertahanan dirinya runtuh saat Junho mengigo memanggil namanya.

 

 

 

 

 

 


Junho meringkuk dibawah selimut, merutuki kebodohan yang baru saja ia lakukan.

"Aish, pabbo... pabbo... pabbo..."

Bunyi pintu terbuka dan langkah kaki seseorang membuat Junho mengeratkan selimutnya.

"Nuneo," Panggil Chansung lembut.

Junho tidak membalas Chansung, ia justru lebih merapatkan dirinya dengan selimut. Entah sudah semerah apa mukanya saat ini.

"Nuneo kau... Belum minum obat." Ucap Chansung ragu.

Emolsi Junho naik turun mendengar kata-kata Chansung. Bisa-bisanya ia malah berkata itu setelah apa yang Junho katakan padanya. Junho menyingkapkan selimutnya sambil berteriak kesal, "YACK, NAMJA PABB--"

Kata-kata Junho menghambur di udara. Untuk pertama kalinya Junho melihat muka Chansung semerah saat ini, bahkan sampai ke telinganya. Chansung menunduk memandangi lantai.

"Channie, kau..." Ucap Junho tak percaya.

"Ne, aku menyukaimu Nuneo."

Kepala Junho tertunduk kebawah, menyembunyikan senyuman yang mengembang di bibirnya. Sudah lama Junho menantikan pernyataan ini dari Chansung.

"Aku tidak percaya padamu, berhenti bermain-main denganku." Junho berusaha menahan agar suaranya terdengar serius.

"Hyung! Sungguh, tidakkah kau melihat semua perhatianku padamu selama ini? Aku benar-benar menyukaimu, ah ani, aku mencintaimu hyung." Ucap Chansung, suaranya semakin memelan.

"Bagaimana jika aku tidak menyukaimu?"

DEG. Perasaan Chansung seolah dicabik-cabik oleh kata-kata Junho. Matanya memerah, menahan air mata yang siap mengalir kapanpun.

"Kalau begitu anggap saja aku tidak pernah mengatakan suka padamu. Biarlah aku mengurus sendiri perasaanku padamu, aku, berjanji tidak akan memaksamu membalas perasaanku. Karena itu, aku harap kita bisa... berteman seperti biasa." Ucap Chansung sedih, hatinya sudah hancur karena perasaan yang tak terbalaskan.

"Tapi bukan begitu caranya dua orang menjalin hubungan Channie," Ucap Junho lembut.

Chansung menatap Junho tidak percaya, ia menatap dirinya dengan senyuman terlebar yang pernah dilihat Chansung.

"Nuneo, kau mempermainkanku..." Ucap Chansung datar, mukanya sedikit menekuk, namun ia mengambil tempat duduk disebelah Junho.

"Aku tidak menyukaimu, tapi aku mencintaimu." Tepat setelah berkata itu, Junho meraup bibir y Chansung yang tentu saja dibalas oleh Chansung.

Ciuman panas itu terpaksa berhenti karena Junho merasa kehabisan asupan oksigen, namun sepertinya tidak dengan Chansung. Junho berusaha mendorong bahu Chansung, "Sepertinya aku mengambil keputusan yang salah. Aku bisa kehabisan nafas karenamu."

Chansung hanya terkekeh melihat tingkah namjachingunya yang begitu menggemaskan.

"Jangan tertawa. Sekarang aku tahu kenapa kau bisa tidak kehabisan nafas, ini pasti karena hidung besarmu yang mengambil lebih banyak oksigen." Ejek Junho.

Chansung yang tahu kelemahan Junho saat ini hanya membalas, "Nuneo, kurasa sekarang saatnya minum obat."

Junho mengatupkan bibirnya rapat-rapat, memperhatikan Chansung yang tersenyum horror kepadanya sambil menyendok obat.

Chansung meminumkan obat pada Junho dengan cara yang paling menyenangkan bagi keduanya.


 

 

 

 

 

In another place...

Irama musik kencang berpadu dengan suara-suara sumbang memenuhi ruangan karaoke.

"Hyung, setelah ini giliranku..." Wooyoung meminta mic yang ada di tangan Taecyeon.

Taecyeon menggelengkan kepalanya, lalu berbalik kearah Minjun yang tertidur di sofa, "Chagiya, lagu berikutnya akan kupersembahkan khusus untukmu."

Alunan musik mulai mengalun, mata Taecyeon kembali terpaku pada layar, bersiap menyanyikan sebuah lagu untuk Minjun.

Taecyeon tidak benar-benar bernyanyi, terkadang ia malah terlihat seperti membaca lirik di layar, dan membuat nada sesuka hatinya.

Wooyoung menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu duduk disebelah Nichkhun yang sibuk memainkan handphonenya.

"Tadi mic nya dipegang Minjun-hyung, sekarang Taecyeon-hyung. Padahal mereka berdua sudah mabuk, tapi tetap saja aku tidak dapat kesempatan bernyanyi." Keluh Wooyoung.

Nichkhun terkekeh pelan, lalu mengacak-acak rambut Wooyoung gemas, "Tenang saja Uyoungie, besok kita akan makan-makan gratis."

 

_2PM_

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LenkaChakhi
#1
Chapter 6: great nextttttttt onnie
TikaChan
#2
Chapter 5: Di lanjutin ne

Fighting !!
mannuel_khunyoung
#3
Chapter 5: loh yg always next to you belum complate? fix harus dilanjuti nunnnnn hahaha

yg teaser lagi,mestiii cepet dilanjuti nuuunn oke fighting nunnn
myrajunho
#4
Chapter 4: Stop teasing us... pweaseee... this story dont deserve a chapie but a whole new story.. ^^
lurvejunho #5
Chapter 3: omo the cliffhanger ><
i hope everything will be fine
cant wait to read authornim
mannuel_khunyoung
#6
Chapter 2: OH GOD!AUTHOR SWEET WKWKWK~


THOR WOOHO OR KHUNYOUNG DONG WKWK?
ImaCnn #7
Chapter 2: Aigoo manis banget sich Thor, ayo Thor update lagi pic Chanho nya di tunggu ne~ ;)
myrajunho
#8
Chapter 2: Can u make an story about cnn..I mean new ff about this two.. can't get enough of this.. seriously.. I like the story cnn had a baby name hayi...love this!! Thanx author-nim
ImaCnn #9
Sosweet banget sich duo magnae ;) Thor itu chap 2 nya kok gag ada eoh?