The Past

My Beloved

[Kyuhyun POV]

 

Aku duduk di tempatku dengan tangan bersedekap dan wajah cemberut. Bagaimana tidak, jika sekarang aku berada di rumah sakit untuk menemani Siwon dan Tiff melakukan prosedur surrogacy awal yaitu mengecek kondisi masing-masing. Aku cukup terkejut ketika Tiff, arsitek interior apartemen kami, menawarkan diri untuk menjadi ibu surrogate bagi Siwon. Kalau kalian bertanya apakah aku cemburu, maka jawabanku adalah ya dalam huruf tebal dan kapital.

Namun apa yang bisa kuperbuat? Mencegah Siwon? Atau lebih gila lagi, mengandung anaknya? Sayangnya aku manusia jantan, bukan kuda laut jantan yang bisa mengandung! Kami memang memiliki opsi adopsi untuk memiliki anak, tetapi Hyundai Grup akan mempermasalahkan hak waris anak tersebut karena bukan darah daging Siwon.

Well, jangan salahkan aku jika kecemburuanku mencapai ubun-ubun. Tiff adalah keturunan Korea yang lahir di US. Dengan wajah yang cantik dan fisik yang indah, laki-laki mana pun akan terpesona, tak terkecuali Siwon. Ok, aku juga!

Jangan salahkan aku jika berprasangka buruk padanya yang ingin merusak hubunganku dan Siwon dengan menawarkan diri menjadi ibu surrogate. Dengan pekerjaannya sebagai arsitek profesional, Tiff praktis tidak kekurangan materi. Selain dari itu, dia adalah wanita single. Tentunya dengan menjadi ibu surrogate, dia tidak mengincar bayaran, melainkan Siwon! Dan aku muak setiap kali kutanyakan motifnya, jawabannya adalah …

Aku mengangkat kepalaku ketika mataku menangkap Siwon dan Tiff yang keluar dari ruangan dokter sambil bercakap-cakap hangat. Tawa kecil Tiff hingga membuat matanya melengkung sipit, meskipun terlihat memesona, malah semakin memanau. Aku bangun dari duduk, tidak berupaya mengubah raut wajahku yang muram.

…”Kyuhyun-ssi, aku hanya ingin membantu.” Senyum ramah Tiff sebelum kami berpisah.

***

Trimester pertama adalah terberat. Tiff memerlukan bed rest di awal kehamilannya, dan aku yang dipayahkan untuk bolak-balik menjaganya karena dia tinggal sendiri di apartemennya. Aku tidak begitu tahu mengenai keluarganya. Sepengetahuanku Tiff kehilangan ibunya ketika dia kecil, sementara kehidupan ayah dan dua kakaknya yang lain, aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Entah aku harus berterima kasih atau mengumpat karena setiap mengalami kesulitan menangani kehamilan, Tiff selalu menghubungiku, bukan Siwon. Walaupun aku dokter, tetapi aku bukan ob-gyn! My freaking goodness. Lagipula itu adalah risiko yang harus ditanggungnya sendiri. Dia yang mendapat bayaran menjadi ibu surrogate, bukan aku! Ditambah lagi Siwon selalu membelanya dan menyuruhku menuruti kemauannya, membuat kepalaku rasa-rasanya mau meledak!

Dengan mendongkol aku meletakkan shopping bag yang penuh dengan makanan sehat bagi Tiff, serta vitamin bagi kehamilannya. Tiff memberikan password apartemennya sehingga kapan pun aku datang ke apartemennya, aku tidak perlu merepotkannya untuk membuka pintu. “Anybody’s home?” kukeraskan suaraku dan dengan sengaja menambah intonasi jengkel.

Mendengar suara di kamar mandi, aku mendekat untuk memeriksa keberadaan Tiff. Mulutku baru akan membuka untuk menanyakan keadaan Tiff ketika kujumpai dirinya berdiri di depan washbasin kamar mandinya.

Stay away,” usir Tiff dari dalam sambil mengibas tangannya. Kurasa dia memuntahkan sarapannya lagi; mengalami morning sick. Tangan Tiff ingin menjangkau pintu kamar mandi untuk menutupnya, mungkin agar aku tidak melihatnya, namun tidak bisa karena aku menahan pintunya. Kedua tangannya menyangga di masing-masing sisi washbasin, saking kuatnya dia perpegangan hampir-hampir ruas jemarinya memutih. Kakinya yang telah bergetar membuatku bergerak cepat untuk menyangganya. “Get out, it’s disgusting—“ belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Tiff kembali memuntahkan isi perutnya.

It’ll help to relieve your nausea,” aku menyodorkan secangkir lemon tea hangat untuk membantu Tiff mengurangi rasa mualnya. Aku terpaksa membopongnya ke sofa tadi karena dirinya yang limbung setelah memutahkan seluruh sarapannya. Duduk di sisi Tiff, aku mengamatinya menghabiskan separuh isi cangkir.

Thank you,” ucap Tiff sembari bersandar kembali dan memejamkan mata. Wajah dan bibirnya terlihat pucat.

Menyelimuti tubuh Tiff, kekesalanku seolah terkikis saat melihat kondisinya. Ketika dia mengabariku melalui telepon bahwa dia mengalami morning sickness dan menanyakan apakah aku bisa mampir ke apartemennya, aku tidak mengira keadaannya seburuk ini. Kupikir itu hanya akal liciknya untuk mengerjaiku. “I’ll prepare some snack for you—“

No need,” Tiff menahan lenganku saat aku ingin beranjak, “I can do it by myself. You can leave, Kyuhyun-ssiI’m sorry causing you late for work.”

I…uh,” aku mengusap tengkukku, “it’s ok.” Aku mengulum bibirku ketika Tiff tersenyum, “Well, since you felt better, I…think…I need to go,” suaraku entah mengapa terbata.

Thank you, Kyuhyun-ssi.”

Aku mengangguk untuk membalas terima kasihnya, namun sebelum menjauh, aku kembali memutar badanku. “Eum…you can call me oppa instead,” rasa-rasanya aku ingin memukul kepalaku setelah mengucapkannya, “but..but…it’s ok you don’t feel that way—“

Oppa, you’re cute!” tawa kecil Tiff membuatku sedikit menyesal.

Menyipitkan mataku, aku mengembus napas pasrah.  Not with this ‘cute’ word again… Aku sudah kenyang, jika itu mungkin, mendengarkan kata itu dari you-know-who. Kurasa otak Tiff telah dikorupsi oleh Siwon!

Akan tetapi penderitaanku tidak berakhir di situ. Beberapa bulan kehamilannya, aku lah yang sibuk mengurusnya; membawakan dan membelikan kebutuhannya, mengecek keadaannya, menemaninya melakukan pemeriksaan, bahkan menangani mood swing dan ngidamnya. Siwon? Jangan harap aku mengizinkan dia bertemu dengan Tiff lebih dari dua jam! Jika pun dia menderita, itu hanya karena Tiff pernah menginginkan pizza di lewat tengah malam sehingga aku terpaksa menarik Siwon untuk menjadi sopirku selama tiga jam berkeliling mencari pizza!

***

Hal yang membuatku panik dan kehilangan akal, adalah ketika mendapati Tiff meyandar di pintu kamarnya dengan wajah mengerut tanda kesakitan. Aku hanya berteriak “Oh God…oh God…” berulang kali dan mondar-mandir ketika mendengar Tiff berdesis, “The baby’s coming.” Apakah aku harus menelpon Siwon terlebih dahulu, atau aku harus membawa Tiff ke rumah sakit, atau…

Oppa, get the car!”

Oh, ok…ok…” dan itu adalah cue yang harus kulakukan. God, am I really a doctor?

Aku ikut menunggui prosesi kelahiran Tiff dengan bedah caesar. Tentu aku dapat menunggu di luar seperti yang Siwon lakukan, namun melihat wajah kesakitan Tiff dan kebimbangan di matanya, aku memutuskan untuk menemaninya. Bukan masalah besar untukku melihat pembedahan, namun entah mengapa kali ini terasa berbeda. Aku gugup, sangat. Jemariku yang menangkup pipi Tiff terasa dingin, mungkin karena kegugupanku atau keringat dingin Tiff, mungkin juga keduanya.

Ketika mataku menangkap bayi kemerahan dan telingaku mendengar tangis pertama bayi tersebut, aku tidak dapat menahan diri untuk menyuruk wajahku di puncak kepala Tiff. “You did it, you did it,” repetitifku, “thank you.” Kepalaku menegak begitu bunyi keras alarm, tanda vital pasien menurun, terdengar, “Damn it!” umpatku sambil menepuk-nepuk pipi Tiff untuk menyadarkannya, “No…no…no…hold on pleaseplease…”

***

Aku bergegas memasuki apartemen begitu suara tangis bayi terdengar menggema. Menuju kamar bayi, aku menjumpai si bayi di boksnya. “Leave the baby to me!” teriakku menjawab teriakan panik Tiff yang sedang berada di kamar mandi. Jangan salahkanku yang memanggilnya ‘si bayi’ karena meskipun ini sudah bulan pertama, aku dan Siwon masih berdebat mengenai namanya. Alhasil, kami belum menentukan nama untuk si bayi.

Hello, baby,” walaupun masih sedikit kikuk untuk menggendongnya, kuberanikan untuk mengangkatnya keluar dari boks. Aku masih belajar, ok?! “Sshhh…shhh…are you hungry?” aku mengayun-ayun si bayi dalam gendonganku sambil menunggu Tiff datang. Untuk mendukung perkembangan si bayi, kami sepakat untuk membiarkan Tiff merawatnya selama paling tidak tiga bulan awal sehingga Tiff dapat memberinya ASI secara intens.

The baby is indeed pretty; warna kulitnya yang masih merah, pipi chubby-nya, hidung mungilnya, alis tipisnya yang tidak kentara, dan bibirnya yang entah mirip siapa. Aku tidak yakin bibir ini milik Siwon atau Tiff, dan itu membuat Siwon berbisik padaku, “Her lips are yours.” But how could? Aku bukan orang tua biologisnya, kan.

Let me hold her, Oppa,” Tiff menganjurkan tangannya untuk mengambil si bayi dari gendonganku.

I’m waiting outside,” ujarku untuk memberi Tiff privasi saat memberikan ASI.

Aku mengganti-ganti saluran TV dengan tidak berminat sambil menunggui si bayi selesai disusui. Tentu saja aku sendiri yang masih mondar-mandir memenuhi kebutuhan keduanya, Tiff dan si bayi. Toh meskipun Siwon ingin melakukannya dan aku mengizinkannya, dia tidak akan bisa karena sedang disibukkan dengan pembukaan sub cabang Hyundai di NY.

You wanna hold her, Oppa?” tanya Tiff yang muncul dan mengagetkanku yang sedang melamun.

Oh…I…” aku meletakkan remote TV, kemudian memposisikan tanganku untuk menerima si bayi. Mawas diriku selalu dalam kesiagaan tinggi ketika menggendongnya, takut andai aku terlalu erat memeluknya yang membuatnya sesak atau terlalu lemah yang nanti membuatnya jatuh. Ketika menggendongnya untuk pertama kali, jantungku rasa-rasanya ingin melompat dari dalam rusuk. Rasa haru dan banggaku tatkala melihatnya secara penuh pertama kali melebihi tatkala aku melakukan operasi untuk pertama kali. Aku bahkan tidak sadar Siwon memotret momen itu, yang membuatku mendengus padanya dan memintanya untuk menghapus foto tersebut karena wajahku pasti terlihat sangat bodoh. Akan tetapi Siwon terlalu persisten, bahkan foto itu diperbesar dan dipajang di kamar kami.

Relax, Oppa,” Tiff menyentuh bahuku sambil terkekeh kecil sebab menangkap keteganganku. “She will save on your arms.” Dia duduk di sampingku.

Oh, ok,” bisikku dengan nada rendah, “can you please turn the volume tv down?” Aku hanya tidak ingin mengganggu tidur si bayi. Berbuntal kain merah muda, wajahnya benar-benar tenang saat tertidur. Maybe, just maybe, the angels look like her.

You’ll be a great daddy,” komentar Tiff.

Uh…I…,” aku mendongakkan kepalaku setelah tadinya terhanyut menatapi ketenangan si bayi. “Can I ask you for something? And please be honest for this time.” Aku masih tidak mengerti motifnya menjadi ibu surrogate. Tiff bahkan mengembalikan bayaran tambahan merawat bayi ini yang diberikan oleh Siwon. Lagipula setelah selama ini menemaninya, aku menjadi ragu dia ingin menjadi pemecah hubunganku dan Siwon. “Please,” mintaku.

Tiff terlihat berpikir, agaknya dia menebak-nebak pertanyaanku, namun kemudian mengangguk ragu.

Why did you offer yourself to us to become a surrogate mother?”

I already answered—“

Please, be honest,” potongku pada penolakkan Tiff. Aku tahu dia mengorbankan suatu proyek pembangunan jembatan saat mengandung, dan itu merupakan proyek besar yang berpotensi melambungkan namanya. Selain itu bayarannya tidaklah kecil. Melihat pandangan mata Tiff yang menjadi tidak fokus, aku memberanikan diri menganjurkan tanganku dan meremas jemari Tiff. “Please, for once.”

And why do you so want to know about it?”

Because for me, all you’ve done to us, to me and Siwon, is unbelievable. I do really thank to you, but it’s just,” aku mengangkat bahuku, “I just felt it didn’t enough to repay you.”

You’ve done enough for me, Oppa.”

And why is it?”

You always on my side when the pregnancy took toll on me, even by now when the baby—

Of course. I will do that. It’s my responsibility, but why?” Aku meremas jemari Tiff untuk menjaminkan dirinya bahwa apa pun alasannya, aku tidak akan marah. Bahkan jika dia melakukannya demi Siwon. “Fany-ya,” panggilku.

Alih-alih menjawab, Tiff memandangku dengan terheran. “You just called me by my name,” lirihnya.

Aku mengerutkan kening, “Oh,” senduku. “I’m…,” giliran aku yang gugup. Bodohnya diriku yang baru menyadari bahwa selama ini aku tidak pernah memanggil nama Tiff, setidaknya hanya sekadar nama formal, bukan panggilan. Ini pun membuatku merasa bersalah telah memperlakukannya dengan kurang baik karena prasangkaku. “Is it for Siwon?” tanyaku mengalihkan topik. Melihat mata Tiff yang membulat, aku menjadi gamang. “It’s ok now. I won’t mad at you.”

“I…I…” Tiff kembali mengalihkan pandangannya ke sembarang arah selain aku. Dia mengembus napas ringan untuk menenangkan diri, sebelum, “I fall in love with you, Oppa. It is you, not Siwon-ssi. My reason is you, Cho Kyuhyun.”

What?” aku melebarkan mataku. “I didn’t understand—“

I know you have Siwon-ssi, but I just can’t help to fall in love with you.” Tiff mengulum bibirnya, “Sometimes, I wonder if I stole you away from Siwon-ssi, could I have a chance to have you? But then, I knew you do love him so much and I didn’t have a chance to have you even the slightest. The important thing is you’re really happy with him.

Tiff menarik bibirnya dengan sedikit keterpaksaan, “But then again, I’m just human. I want my feeling for you is reciprocated without hurting both of you and Siwon-ssi. So I decided to be a surrogate mother for you.

Aku mengerutkan kening tidak mengerti, “How could?”

Because I’m sure you will love the baby entirely,” Tiff menarik napasnya panjang, “the baby, the part of me.

Oh, Fany-ya,” aku menarik dirinya merapat dan memeluknya menggunakan sebelah tangannya.

I’m sorry,” Tiff bergumam di sela wajahnya yang terkubur di pundakku.

No, it’s nothing to be sorry about.” Aku mendaratkan kecupan di puncak kepala Tiff sebagai rasa syukurku dan permintaan maafku karena tidak mampu membalasnya.

Will you love her, Oppa?” Tiff menjauhkan wajahnya dariku.

Aku tersenyum kecil, kemudian mengalihkan pandanganku pada buntalan bayi yang menggemaskan di tanganku. “Of course, I love her, entirely and literally.” Setelah mengucapkannya, mulutku membulat ketika mataku menangkap senyum si bayi meski sedang tertidur. “I know what name I should gave her,” aku menganjurkan telunjukku untuk mengusap pipi lembut si bayi, “Stephanie, your name is Stephanie Choi.” Aku tahu nama asli Tiff adalah Stephanie, hanya saja dia lebih menggunakan nama Tiffany sebagai permintaan dari sang ibu.

Mengangkat bayi tersebut lebih naik, aku memberikan kecupan hati-hati di kedua pipi merah mudanya. “Stephanie, I fall in love with you since the day you’re born. And I know, my love for you grows day by day.” Mengangkat wajahku, aku menoleh ke arah Tiff dan mendapati matanya berkaca-kaca.

Thank you, thank you,” ucapnya lirih dan serak.

Menganjurkan tanganku, aku merengkuh Tiff lagi dan menghadiahinya dengan kecupan di dahi; tanda rasa terima kasihku karena telah mencintaiku dan memberikan hadiah terbaik bagiku. “Thank to you too, Fany.”

***

Thank to you too, Fany.” Aku menyelesaikan kalimatku dan melirik Steph yang berada di pangkuanku. Dengan kepala meneleng, mata menerawang, dan mulut sedikit membuka, tidak bisakah dia mengecilkan volume kelucuannya barang sedikit? Aku tahu dia menyimak ceritaku mengenai alasan namanya. Aku mengecup mulut terbuka Steph dan membuatnya terlonjak kecil.

Appa, you’re gross,” ucapnya sambil mengelap liur yang menempel di bibirnya.

Aku hanya terkekeh geli mengamati Steph.

So, later Auntie Tiff found Uncle Nickhun, the one whom she love and love her back?”

Yeah,” jawabku. Aku masih ingat kala Tiff mengabari akan menikahi Nickhun yang notabene baru dikenalnya setengah tahun, kemudian aku langsung menemuinya untuk menentang. Kupikir kala itu Tiff hanya gegabah mengambil keputusan, namun setelah bertemu secara personal dengan Nickhun, aku tahu lelaki itu sungguh-sungguh mencintai Tiff.

Appa?”

Hmm?”

Someday, will I find a man whom I love and love me back? Like daddy to you and Uncle Nickhun to Auntie Tiff?”

Aku mengernyit, berpikir, kemudian berteriak, “No!” dengan panjang.

Eh? But why?” protes Steph.

If it means he will steal you away from me, then no!” Aku menggeleng ringan, “No in the million galaxy!”

But appa…,” protes Steph.

Still no,” aku menurunkan Steph dari pangkuanku, “end of discussion, time to bed, baby.”

Appa…

Tawa rendah Siwon yang tiba-tiba hadir di kamar menginterupsi perdebatan kecilku dengan Steph. “Your appa is just worried a lot, Sweetie,” Siwon mengambil tempat di sisi ranjang. “He’s acting like a mommy who worries about her daughter’s future husband.”

“Choi Siwon!” pekikku.

What?” Siwon menatapku tanpa rasa bersalah, “I’m stating a matter of fact here.”

You—“ tunjukku pada Siwon.

Mommyyyy…!” jerit ceria Steph sambil mengangkat tangannya ke udara.

What?” aku mengalihkan pandanganku pada Steph.

Mommy…mommy…mommy…,” ulang Steph dengan senyum lebar.

Mommy,” gumam Siwon menirukan Steph.

Ya!” bentakku.

Mommy is really cute when getting mad, rite baby?” tanya Siwon pada Steph yang dibalas anggukan antusias Steph.

Mengentakkan kakiku, aku mengakukan wajahku, “Steph you’re grounded! No video games for the rest of week.” Aku menunjuk Siwon, “And you, Choi Siwon, you’ll sleep on the couch starting for tonight onwards until you take back your mommy word!”

What?!” suara kesatuan Steph dan Siwon dengan mimik komikal.

Memutar badanku, aku bermimik penuh kemenangan.

Mom—“

Aku memutar badanku kembali ketika mendengar suku pertama yang akan keluar dari mulut keduanya. Mereka menutup mulut begitu aku menghadiahi tatapan tajam.

Appa, I promise…”

“Kyu, how could I get punishment…”

Appa…”

“Kyu…”

Aku melenggang keluar kamar Steph dengan keduanya yang mengekor di belakangku. Sesungguhnya aku ingin tertawa terbahak-bahak ketika melihat raut lucu keduanya untuk bernegosiasi atas hukumanku. Aku tahu, aku tidak akan bertahan lama untuk kesal dengan mereka berdua. I’m just savouring the moment.

TBC*

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
affiascadr #1
Chapter 5: Ya ampun stephy omongannya untuk ukuran anak berumur 10 tahun itu termasuk berat bangeettt. Too genius berarti si steph.
affiascadr #2
Chapter 5: Ya ampun stephy omongannya untuk ukuran anak berumur 10 tahun itu termasuk berat bangeettt. Too genius berarti si steph.
affiascadr #3
Chapter 4: Sudah hampir satu tahun aku gak buka aff dan pas kebetulan iseng buka aff hari ini liat ada ff ini nyantol di story updated aku itu rasanya asdfghjkl. Aaaa seneng banget deh sama keluarga yg satu ini meskipun gak kayak keluarga normal lainnya. Stephy is just too lucky to have them and I do envy her lol. But stephy is too cute to be hated
BabyBugsy
#4
Chapter 7: finally keluarga siwon menerima kyu? Ohh itu menyenangkan skali. Bagaimana dgn keluarga kyu? Jangan tamat dong,, lanjut smpai steph dewasa dn kembali menjd wnta yg sperti diinginkan appa choi.
BabyBugsy
#5
Chapter 6: jadi alasannya karna tiff suka kyu? Oh goshh dia rela jdi ibu anaknya wonkyu . Dia baik skali. Sayang takdir tdk bs membuatnya bersma kyu :') tetp dia bersma nickhun. Good job girls.
BabyBugsy
#6
Chapter 5: gadis sekecil steph tp memiliki pemikiran yg mengagumkan. Keren... Semoga merka tdk terpisahkan. Kasihan sekali.
BabyBugsy
#7
Chapter 4: yeayy akhirnya steph baikan sama siwon. Hehehee... Siwon kasih sogokannya pinter banget si bugsy. Kkk
BabyBugsy
#8
Chapter 3: so pretty steph. This is why she fight. I know how was her feeling when her friend said that. Huh.. So annoy.
BabyBugsy
#9
Chapter 2: aww so cheesy. Kkk.... Smoga stephy baik-baik saja. Ini hanya sebuah kesalah pahaman steph. Believe it.
BabyBugsy
#10
Chapter 1: jadi mereka menikah tanpa restu? Lalu apa skrng udh direstui? Ummm....