The Decision

My Beloved

The Decision

Kyuhyun’s POV

 

Aku memanjangkan tanganku untuk menekan jam digital yang terletak di atas meja kecil sisi ranjang. Dering alarmnya yang nyaring membuatku terjaga. Menurunkan selimut yang menutup separuh wajahku, aku menggosok mata dengan kepalan tangan sebelum membuka kelopaknya. Keningku mengerut menjumpai sisiku yang rapi seolah Siwon tidak menempatinya semalam. Deh, dia pasti tertidur lagi di ruang kerjanya.

Menuruni ranjang, aku bersegera mengecek keberadaan Siwon di ruang kerja yang terletak tepat di sebelah kamar ini. Tanpa repot mengetuk pintu, aku melongokkan kepalaku untuk mencari sosok Siwon. There he is! Tertidur di kursi kerjanya dengan kepala yang meneleng penuh ke sisi kanan.

Aku mendekat bermaksud membangunkan Siwon, namun tanganku yang terulur untuk mengguncang tubuhnya tertahan di udara. Bukannya meneruskan maksudku, aku malah lebih berniat untuk melorot suatu surat yang hanya kelihatan logo perusahaannya; Google. Siwon memang memiliki kolega dari perusahaan itu, hanya saja akhir-akhir ini, terlebih sebelum kami kembali ke Seoul, dia sering bertemu atau sekadar berkomunikasi dengan kolega tersebut.

“Kyu, you do here…”

Aku terlonjak kecil dan terpaksa mengurungkan niatku ketika Siwon terbangun. “Good morning,” senyumku.

Tangan Siwon menyusup ke pinggangku, kemudian kepalanya menyuruk di perutku. “Good morning, Babe. I’m sorry. I’m not intended to sleep here.”

Seems like it becomes your bad habit,” komentar ringanku yang mengundang tawa ringan Siwon. Aku baru akan membuka mulut untuk menyuruhnya bersiap sebelum dering ponselnya menggema. Melirik display name, entah mengapa aku risau ketika nama kolega Siwon dari Google tertera di layar.

Sorry, I’ve to pick up this call,” Siwon dengan sigap menggapai ponselnya.

Ok, I’ll wake Steph up. Meet us down there.”

Ok,” Siwon menjawab lirih dan dengan cepat mendaratkan kecupan di bibirku sebelum berpaling.

Oh, Mr. Smith,” sapa Siwon yang kudengar sebelum aku meninggalkan ruangan kerjanya.

***

“Dan dihadapan kita adalah dr. Cho Kyuhyun, suami dari Choi Siwon-nim.”

Aku membungkuk dengan sikap hormat ketika Hyukjae, asisten pribadi sekaligus rekan Siwon, memperkenalkanku di hadapan para anggota direksi Hyundai. Mau tidak mau, kami harus menghadapi situasi sekarang. Menyapukan pandanganku pada wajah-wajah mereka, aku hanya menyeringai kecil ketika mendapat tatapan merendahkan. Berjalan ke sisi, aku mengambil tempat duduk di belakang kursi pimpinan yang ditempati oleh ayah Siwon.

“Selanjutnya, putri tunggal Choi Siwon-nim dan Cho Kyuhyun-ssi, Stephanie Abigael Choi,” Hyukjae mengumumkan. Namaku memang tercatat sebagai orang tua Steph di akta kelahirannya bersama Siwon dan Tiff. Selain itu kedudukanku juga dikukuhkan di depan pengadilan sebagai ayah Steph. Oleh karena itu, meski Steph bukan putri kandungku, namun aku secara sah berkekuatan hukum sebagai orang tuanya. 

Steph digandeng oleh Siwon, memberikan salam hormat. Dia berdiri di hadapan kami yang duduk membentuk huruf U. Matanya menelusuri sepanjang ruangan hingga berhenti menangkap posisiku duduk. Raut ketidaknyamanan tercetak jelas di wajah cantiknya yang menggemaskan hingga rasa-rasanya aku ingin berlari mendekati dan memeluknya. Menarik senyum, aku menyemangatinya dari tempatku.

Siwon membungkukkan badannya hingga sejajar dengan kepala Steph, membisikkan sesuatu, kemudian mencium puncak kepalanya. Dia melepaskan tangan Steph, lalu mengambil tempat duduk bersebrangan dengan ayahnya.

“Putri kalian tampak mengesankan, Kyunie. Jangan khawatir,” lirih Hyukjae yang duduk di sampingku. Dia menepuk kecil pundakku, kemudian memeriksa tablet-nya.

Gomawo, Hyung.”

Annyeonghasimika,” Steph menjalin kedua tangannya di depan perut. English adalah bahasa ibunya sehingga dia belum terlalu fasih Hangul. “Namaku Stephanie, dan aku berumur 10 tahun. Saat ini aku bersekolah di sekolah bilingual Hyundai Grup.”

Annyeong, Stephanie,” sapa seorang anggota direksi.

“Lee Byong-Un, dia memegang 5% saham keseluruhan Hyundai Grup,” bisik Hyukjae yang menginformasikanku mengenai data diri orang yang tengah berbicara.

“Bisakah kau menjelaskan pada kami mengenai detail kehidupanmu dan orang tuamu?” tanya Lee Byong-Un yang membuatku menggeratkan gigi.

“Aku memiliki seorang daddy dan seorang appa. Daddy Siwon bekerja sebagai co-CEO Hyundai Grup, sementara Kyuhyun Appa bekerja sebagai dokter spesialis bedah di Assan. Kami tinggal di New York sebelum pindah ke Seoul,” jawab Steph dengan percaya diri.

“Lima hari dalam seminggu daddy selalu pulang malam, tapi daddy akan menghabiskan weekend bersamaku dan appa. Daddy menangani cabang Hyundai di New York dengan baik. Ahjussi tentu tahu kalau cabang itu memiliki profit kecil. Namun setelah daddy menanganinya, sekarang cabang itu bahkan mampu membuka beberapa sub-cabang,” terang Steph dengan detail.

Aku mengelus dahiku atas ucapan Steph. Siwon memang sering menceritakan atau pun menelusupkan masalah bisnisnya kepada Steph. Dia berdalih untuk menyiapkan Steph sedini mungkin sebagai pewaris Hyundai. Akan tetapi aku sering mengoposisinya karena, astaga, Steph bahkan baru berusia sepuluh tahun. Walaupun tidak disangkal bahwa putri kami menangkapnya dengan baik; amat baik.

“Sementara appa meskipun hanya bekerja lima hari dalam seminggu, namun sering menangani pasien pada waktu weekend. Dan itu terkadang membuatku kesal,” Stephy mengerutkan kening dan mengetuk bibirnya, “tapi appa melarangku merengek dan menggunakan puppy eyes untuk memintanya tinggal karena hal itu akan menyebabkan pasiennya mati!”

Aku mengulum bibirku untuk menahan tawa, demikian juga dengan Siwon yang menunduk. Hyukjae menyikutku dan melirikku dengan raut komikal.

Lee Bong-Un agaknya menahan diri tidak menyengir, juga dengan direksi lain. Akan tetapi sebagian besar mereka memilih mempertahankan raut kaku. “Jadi kau memiliki dua ayah tanpa seorang ibu, keure?”

Astaga! Aku sungguh ingin menelan bulat-bulat orang tersebut yang menyinggung hal sensitif ini. Meskipun beberapa kali kami memberikan pengertian terhadap Stephy mengenai kedudukan ibu baginya, namun dia tetaplah anak yang merindukan sosok ibu.

Ne,” jawab lesu Stephy. Dia memandang ke arahku dengan sendu yang kubalas dengan senyum walau aku juga merasa getir. “Tapi aku memiliki ibu surrogate bernama Tiffany Hwang. Dialah yang mengandung dan melahirkanku.”

“Lalu apakah kau tidak menginginkan memiliki seorang ibu seperti anak-anak yang lain?”

Aku mengerutkan kening untuk menggali kemana arah pertanyaan menyudutkan ini. Melirik Siwon, aku menjumpai tatapan tajamnya mengarah pada Lee Byong-Un.

Steph diam dan tampak berpikir keras untuk menjawab pertanyaan tersebut. “Terkadang aku menginginkan hal yang sama seperti teman-temanku yang lain, tapi menjadi berbeda bukanlah hal yang buruk. Aku tetap memiliki dua orang tua, dan mereka sangat menyayangiku.”

“Tapi kau tahu, memiliki dua orang ayah bukanlah hal wajar—“

“Cukup!” Siwon membentak dan berdiri dari duduknya. Wajahnya mengejur dan matanya menyorot marah. Dia berjalan menghapiri Stephy, kemudian menggandeng tangannya. Namun Stephy melepaskan genggaman tersebut dan bergerak mendekat ke tengah.

Ahjussi, aku tidak mengerti mengapa ahjussi menganggap buruk terhadapku yang memiliki dua ayah. Aku memiliki catatan akademis yang memuaskan, bahkan mengungguli teman-temanku yang memiliki ibu. Demikian juga dengan daddy, daddy tetap dapat bekerja dengan baik walaupun tidak memiliki seorang istri seperti yang lain, melainkan suami yaitu appa-ku. Jika ahjussi mengkhawatirkanku atau appa akan mengganggu pekerjaan daddy, maka aku berjanji tidak akan melakukannya.” Steph merampungkan kalimatnya yang membuatku merasa trenyuh.

Siwon menekuk kakinya di sisi Steph, membisikkan sesuatu sebelum menggendong Steph keluar ruangan. Secara intuitif aku akan berdiri menyusul mereka, namun Hyukjae menahanku. “Kau harus di sini mendengarkan keputusan.”

Aku mengerutkan kening, namun menuruti perkataan Hyukjae untuk tinggal walaupun aku merasa resah mengenai keadaan Stephy. Inti pertemuan kali ini memang akan menentukan kelangsungan karir Siwon di Hyundai, apakah disetujui untuk mencalonkan diri sebagai CEO atau tidak. Selain itu, juga menetapkan Steph sebagai salah satu generasi penerus Hyundai selain dua orang anak dari adik Siwon.

Kembali ke dalam ruangan, Siwon duduk kembali di tempatnya. Sementara ini, dia meninggalkan Steph di luar di bawah pengawasan seorang karyawan.

Lee Byong-Un maju ke muka podium untuk mempresentasikan hasil meeting hari ini. Dia berdeham ringan dan berekspresi professional, seakan tidak merasa bersalah telah mengintimidasi anak berusia 10 th. “Mempertimbangkan kinerja Choi Siwon-nim dan dedikasinya terhadap Hyundai, maka kami direksi memutuskan untuk mendukung Choi Siwon-nim menjadi salah satu calon CEO Hyundai Grup.”

Aku cukup melega dengan keputusan tersebut, namun ketika memandang Siwon, alisku mengadu. Wajah Siwon sama sekali tidak menunjukkan kelegaan, bahkan bermimik kejur.

“Menimbang bahwa Stephanie Abigael Choi merupakan putri kandung dari Choi Siwon-nim, maka kami menyetujui pengukuhannya sebagai salah satu pewaris Hyundai Grup.”

Ketika keputusan ini dibacakan pun, mimik wajah Siwon tidak membaik, dan aku tidak tahu penyebabnya.

“Untuk menjamin perkembangan psikologis Stephanie Abigael Choi sebagai pewaris Hyundai Grup, maka kami direksi memutuskan agar asuhan Stephanie diberikan kepada keluarga normal yang dalam hal ini akan ditentukan kemudian hari.”

Ne?!” Aku memekik dengan spontan dan berdiri dari dudukku begitu mendengar keputusan ini. “Aku tidak akan menyetujuinya!” tandasku tanpa berpikir dua kali.

“Kyuhyun-ah, duduklah, tenangkan dirimu dulu,” Hyukjae menarik lenganku ketika semua perhatian tertuju padaku.

“Kalian tidak akan bisa mengambil putriku!”

“Demi perkembangan Stephanie yang lebih baik, kami harus melakukan ini, Kyuhyun-ssi.”

“Dengan mengambilnya dari orang tuanya?” sinismeku.

“Stephanie akan mendapatkan keluarga normal seperti anak-anak pada umumnya. Selain itu, kami tidak akan memutus komunikasi kalian dengannya.”

You’ve got to be kidding me, Byong-Un-ssi!”

Siwon berdiri dari duduknya, yang sekarang kumengerti mengapa dia beraut masam. Mungkin Siwon telah mengetahui hal ini sebelumnya. Berjalan ke depan, dia mengambil tempat di tengah. Akan tetapi sebelum dia angkat bicara, pintu ruangan terbuka dan seseorang karyawan menerobos masuk dengan cepat. Karyawan tersebut mendekati Siwon untuk membisikkan sesuatu hingga membuat matanya melotot. “Aku mengajukan penundaan untuk meeting kali ini,” informasinya pada kami. “Kyu-ah, come on!”

Meskipun tidak mengerti apa yang tengah terjadi, aku mengikuti Siwon keluar ruangan.

“Periksa semua CCTV, tutup semua pintu keluar termasuk basement, periksa lift dan escalator, siagakan semua petugas keamanan,” teriak Siwon.

***

Lebih dari setengah jam, dan kami masih berkeliling mencari Steph. Suhu tubuhku memanas dan napasku memburu karena diriku berlarian di basement. CCTV merekam Steph menuju ke basement beberapa menit sebelum meeting diakhiri mendadak. Aku masih mempertanyakan bagaimana dan mengapa tiba-tiba Steph melarikan diri. Meskipun demikian aku sedikit melega karena hal ini bukan penculikan atau kronologi buruk lain yang ada di pikiranku. Hal yang terpenting saat ini adalah kami menemukan Steph sebelum hal buruk terjadi padanya.

“Won!” aku berteriak dan berlari menghampiri Siwon yang memutari sisi lain dari basement. Banyaknya kendaraan dan luasnya basement mempersulit kami untuk menemukan Steph. Hyundai Grup memiliki dua lantai basement sebagai parkir kendaraan, basement pertama adalah tempat parkir petinggi-petingginya, sementara basement di bawahnya adalah tempat parkir karyawannya.

Siwon melambaikan tangan untuk mengisyaratkanku mendekat. “Sektor A? Ne? Arrasso,” dia menjaga komunikasi dengan operator di ruang CCTV untuk mengkontaknya apabila mereka melihat Steph. “Kyu, kita menyisir sektor A di bagian blind spot yang tidak tertangkap CCTV.”

Aku menggangguk dan mengekor Siwon. Kami membungkuk untuk memeriksa bawah mobil, serta ruang di bagian belakang mobil atau diantara dua mobil yang berlawanan. Telingaku menegak ketika menangkap benda terjatuh. Meluruskan punggungku, kepalaku memutar untuk mencari sumber kegaduhan yang baru saja terjadi. Kutajamkan pendengaranku untuk mendengarkan suara.

Tidak mendapatkan hal lain selain suara tadi, aku hampir meninggalkan tempat ini sebelum pemikiranku tersentak. Ruangan di ujung parkir, tempat menyimpan alat kebersihan, mengingatkanku pada walking closet-ku dan Siwon. Saat Steph kecil, dia sering bersembunyi di closet, menyelipkan dirinya diantara kemeja-kemeja yang tergantung.

Mendekati ruangan tersebut, aku memutar kenop pintu. “Steph? Baby?” Suasana ruang penyimpanan yang hanya berukuran 2 x 3 ini gelap, hanya pencahayaan yang masuk dari pintu yang kubuka sedikit memberi penglihatan bagiku. Meraba sisi samping pintu, aku menemukan saklar lampu. Namun ketika aku menekannya beberapa kali, lampu tidak menyala. “Damn it,” umpatku lirih.

Baby?” panggilku lagi sambil memasuki ruang sempit ini. Kanan dan kiri ruangan merupakan rak yang dipenuhi dengan perkakas kebersihan. Tidak mendapatkan jawaban, aku menajamkan telingaku untuk mendengarkan kehadiran orang lain di tempat ini. “Sweetie, please?” ulangku. Mendongakkan kepalaku, mulutku menganga saat melihat gaun Steph yang menjulur dari rak teratas. “My goodness…” desisku.

Aku melebarkan mataku untuk menangkap sosok Steph yang bersembunyi di antara dua kardus di rak teratas. Agaknya dia memanjat dengan bantuan rak-rak di bawahnya. “Steph, Baby? What’re you doing there, huh?”

Kepala Steph melongok sedikit, “Appa…”

Let’s come down, Sweetie,” aku memanjangkan tanganku untuk menjangkau Steph.

No…” tolak Steph dengan nada serak sehabis menangis.

What is it, Baby? Were you crying? Come down, then we’ll settle your issue, ok?”

Don’t wanna…don’t wanna…

Baby please…” bujukku. Aku sungguh tidak mengerti mengapa Steph menolak turun. Mendengar bunyi derit kecil, kesiagaanku melejit. Agaknya rak tidak cukup kokoh untuk menahan bobot Steph. “Steph, come on Baby. Hurry up and take my hand.”

No…no…” tolak Steph. “I don’t want to live with others family.”

What?” pekikku. “Who’d say you’ll live with others, huh?”

The board member—“

No! Of course not! I won’t let them take you!”

But they won’t let daddy to be a CEO if I live with both of you.” Isak Steph semakin kentara, “Please, Appa…” rintihnya, “I had promised not to be a burden, but I also didn’t want to live with others because I only have you and daddy as family.

Oh God…” Siwon muncul di pintu sebelum aku sempat menjawab Steph. “Baby, what on earth are you doing there?”

Aku mengisyaratkan Siwon untuk merentang tangannya ketika mendengar derit lain, pertanda rak ini benar-benar tidak kuat menahan berat.

Baby, let us help you to come down, ok?” bujukku, “so we can talk about it. I’ll never ever let you taken from my side. I give my words.

No! They will still take me even if appa hold me!”

Baby, listen,” aku hampir tersedak air mata yang kukulum, “you’re my only daughter and I love you so much, so how could you have a thought that I’ll let you be taken away from me, huh? I assure no one can’t take you from me, from us!” rujukku pada Siwon, “no one!”

But daddy will lose his chance to be a CEO, and I don’t want him to be sad because of me…”

“Steph, baby…” Siwon menyela. “to me, you’re more important than to be a CEO. Being a CEO is nothing if I can’t be with you.

But daddy will disappoint grandpa if—“

“Steph, you and Kyu Appa are my family now. I’ll do anything just to make sure both of you protected, understand?”

But it means daddy will act against grandpa’s will. Grandpa won’t please, Daddy,” tangis Stephy, “He hates me…”

Hatiku terasa diremas mendengar penuturan Steph. Jangan salahkan pengakuannya karena begitulah adanya. Dia terlalu peka dengan penolakkan keluargaku maupun keluarga Siwon.

Babe, how about we’re going back to New York?” tawar Siwon yang membuatkuk menoleh padanya.

“Won…” lirihku untuk mencegah dia membuat janji yang tidak dapat dipenuhinya.

But—“

You’ll be able to meet your old friends,” lanjut Siwon, “Ah! I remembered that Anna girl lives in our next door who always played with you, rite?

How about daddy and appa?”

Don’t worry, Sweetie. We’ll find job there, like we used to be, rite?”

Melihat determinasi Siwon, aku yakin dia telah merencanakan sesuatu bagi kami. “Baby, take my hand, please,” tawarku lagi. “Hurry up, Sweetie!” Suaraku meninggi ketika derit susulan terdengar, sementara Steph masih ragu untuk mengulurkan tanganya. “I hold you…I hold you!” pekikku ketika memegang tangan mungil Steph. Dengan hati-hati, aku menarik Steph dari rak dengan bantuan Siwon.

Oh, Baby…” eluku sembari menggendong dan mendekap kuat tubuh Steph. Sementara aku menciumi pundak Steph, Siwon menghujani kecupan di puncak kepala  Steph. “We love you, and never ever let them take you from us, understand?” Merasakan antukkan dagu Steph yang menyandar di pundakku, aku semakin erat memeluknya.

“Hyuk, tolong siapkan mobilku dan jemput aku di sektor A,” perintah Siwon. Dia membimbing kami keluar hingga bertemu dengan Audi-nya yang dikendarai oleh Hyukjae. Membukakan pintu belakang, Siwon menempatkan tangannya di atas kepala Stephy untuk menjaganya agar tidak terbentur.

You didn’t come with us?” tanyaku ketika melihat Siwon tidak bergegas menuju kemudi.

No, Kyu. Hyukjae will drive you home cause I have to kick someone who made my baby suffered.” seringainya.

Deh,” balasku, “make sure they can’t even walk with their fatty for a week.”

Of course, Baby. Be safe.” Setelah Siwon menutup pintu mobil, Hyukjae membawaku dan Steph keluar dari kantor pusat Hyundai.

You’re with me, Sweetie. Don’t be afraid,” ucapku menenangkan Steph yang berada di pangkuanku yang memelukku seperti bayi koala. Menyurukkan hidungku di pundak sempit Steph, aku membaui wangi lembutnya yang mencanduiku. Steph adalah hidupku dan Siwon, dia adalah energi kami. Jikalau pun, seperti kata Siwon, kami harus kembali ke New York, demikian kurasa akan lebih baik. Daripada bertahan di Seoul, yang hingga sekarang kutahu hanya melukai kami lebih dalam, aku lebih rela mulai mengais kembali kehidupan di negara orang. Sekian tahun hidup bersama, aku yakin Siwon mampu merelakan haknya di Hyundai demi menjaga keutuhan keluarga kecil kami. 

 


Sorry about my English. I know it's .

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
affiascadr #1
Chapter 5: Ya ampun stephy omongannya untuk ukuran anak berumur 10 tahun itu termasuk berat bangeettt. Too genius berarti si steph.
affiascadr #2
Chapter 5: Ya ampun stephy omongannya untuk ukuran anak berumur 10 tahun itu termasuk berat bangeettt. Too genius berarti si steph.
affiascadr #3
Chapter 4: Sudah hampir satu tahun aku gak buka aff dan pas kebetulan iseng buka aff hari ini liat ada ff ini nyantol di story updated aku itu rasanya asdfghjkl. Aaaa seneng banget deh sama keluarga yg satu ini meskipun gak kayak keluarga normal lainnya. Stephy is just too lucky to have them and I do envy her lol. But stephy is too cute to be hated
BabyBugsy
#4
Chapter 7: finally keluarga siwon menerima kyu? Ohh itu menyenangkan skali. Bagaimana dgn keluarga kyu? Jangan tamat dong,, lanjut smpai steph dewasa dn kembali menjd wnta yg sperti diinginkan appa choi.
BabyBugsy
#5
Chapter 6: jadi alasannya karna tiff suka kyu? Oh goshh dia rela jdi ibu anaknya wonkyu . Dia baik skali. Sayang takdir tdk bs membuatnya bersma kyu :') tetp dia bersma nickhun. Good job girls.
BabyBugsy
#6
Chapter 5: gadis sekecil steph tp memiliki pemikiran yg mengagumkan. Keren... Semoga merka tdk terpisahkan. Kasihan sekali.
BabyBugsy
#7
Chapter 4: yeayy akhirnya steph baikan sama siwon. Hehehee... Siwon kasih sogokannya pinter banget si bugsy. Kkk
BabyBugsy
#8
Chapter 3: so pretty steph. This is why she fight. I know how was her feeling when her friend said that. Huh.. So annoy.
BabyBugsy
#9
Chapter 2: aww so cheesy. Kkk.... Smoga stephy baik-baik saja. Ini hanya sebuah kesalah pahaman steph. Believe it.
BabyBugsy
#10
Chapter 1: jadi mereka menikah tanpa restu? Lalu apa skrng udh direstui? Ummm....