The Fighting

My Beloved

[Kyuhyun's POV]

 

Aku mengelus pelipisku dan memanjangkan napasku ketika wanita di sebelahku mengoceh tiada henti mengenai putrinya yang terluka. Ingin rasanya kusumpal telingaku dengan benda apa pun yang ada di meja kelapa sekolah agar aku tidak perlu mendengarkan suaranya yang mengiritasi. Pantatku sudah terasa panas meski baru lima belas menit duduk di sini. Demi jenggot merlin, aku bahkan sudah melihat luka lebam di wajah putrinya yang tidak seberapa; sedikit lebih jika aku jujur. Masalahnya di sini adalah bahwa Stephy yang menyebabkan luka itu.

“Bagaimana Anda membiarkan seorang preman masuk ke sekolah ini?!” maki wanita itu pada kepala sekolah yang sedari tadi mencoba menghentikan cerocosannya. Dia menghentakkan tas Louis Vuitton limited edition di pangkuannya, sekadar pamer. Dan entah untuk berapa kali dia mendongak angkuh atau meraba kalung mutiara yang dikenakan. “Saya sangat tidak mentolerir apa yang telah menimpa Hyena. Jika perlu saya akan membawa masalah ini ke jalur hukum.”

Aku membaca profil Grup Shinan yang dikirimkan asisten Siwon padaku beberapa menit lalu. Jika bukan karena Stephy berkelahi dengan putri generasi keempat Shinan, Lee Hyena, maka aku juga malas menganalisis hal-hal bersangkutan dengan bisnis dan perusahaan. Selesai merampungkan bacaanku, aku menutup halaman web mengenai Shinan. Berdeham keras untuk menarik perhatian, aku meletakkan tabletku. “Ny. Lee, preman yang kau maksudkan hanyalah seorang gadis berumur sepuluh tahun bernama Stephanie Choi. Jika boleh kukatakan, putri anda cukup beruntung karena yang meninjunya adalah generasi kelima Hyundai Grup. Masalah pengobatan Hyena, kami akan menanggungnya penuh. Silakan kunjungi Assan untuk melakukan pemeriksaan. Jika dirasa kurang, kami akan merekomendasikannya ke luar negeri.”

Dalam hati aku bersorak girang ketika wanita berumur hampir 40-an itu mengangakan mulutnya. Kulihat kepala sekolah hanya menunjukkan raut prihatin kepadanya.

“Tidak masalah bagi kami andai Anda memilih jalur hukum, namun Anda harus mempertimbangkan pembatalan akuisisi Hyundai terhadap Shinan.” Aku menyungging seringai kemenangan saat menjumpai kepanikan mulai melanda wanita itu. “Lagipula, siapa yang bersedia membeli perusahaan hampir bangkrut karena terlilit hutang dan minim produktivitas.”

Eum…” Ny. Lee mulai gelagapan di tempatnya, “Tuan Cho tentu tidak mengambil perkataanku sebagai suatu hal serius, bukan?”

Aku menepuk pahaku, kemudian berdiri. “Akan kupikirkan matang-matang mengenai hal ini.” Kualihkan pandanganku kepada kepala sekolah yang agaknya miris mendengar ucapanku. “Mengenai hukuman Stephanie, kami menerima skorsing yang Anda berikan.” Aku membungkuk singkat untuk menghormat, sebelum keluar dari ruangan kantor salah satu sekolat elit di bawah gelontoran dana dari Hyundai.

Stand up,” ucapku datar begitu menemukan putriku duduk dengan kepala tertunduk dalam. “Oh no, Sweetie,” aku mengangkat kedua tanganku ke udara saat Stephy merangsek maju untuk memelukku. “You’re on the punishment state, so no hug no kiss,” tolakku. Sekadar menolak pelukannya adalah hal berat bagiku.

Stephy menjatuhkan kedua tangannya dengan lesu, kemudian mengambil tas punggungnya. Matanya yang sudah berair dan bibirnya yang melengkung ke bawah membuatku tidak tega mengerasinya. Akan tetapi dia perlu didisiplinkan mengenai sikapnya. Mengekorku di belakang, Stephy terlihat sangat muram dan aku berharap dia menyesali perbuatannya.

Aku membukakan pintu bagian penumpang belakang ketika kami mencapai mobil.

Could I sit beside you instead, Appa?”

No, you couldn’t,” jawabku dengan tegas.

But—“

No buts, Stephy. We will talk about your problem when we arrive,” tekanku.

Stephy menyorong tasnya ke dalam, lalu mematuhi perintahku untuk duduk di belakang. Lagipula dia duduk seperti biasanya di belakang karena lebih aman bagi anak-anak untuk duduk di sana ketimbang di bangku penumpang yang bersisian dengan bagian kemudi.

Setelah menutup pintu dan memastikan Stephy mengencangkan sabuk pengamannya, aku memutar untuk mencapai bagian kemudi. Aku mengemudi dengan santai untuk melenggang di jalanan Seoul. Dalam waktu sebelas tahun, Seoul sudah begitu asing bagiku. Tempat dan jalanan yang dulu kuhafal tidak lagi kukenali sehingga aku sangat bergantung pada GPS.

Berbicara mengenai Stephy, jika aku diperintahkan menggambarkan gadisku dalam satu kata, maka aku akan bilang “lovable”; a plump lips, a pair of beautiful eyes with perfect double eyelids, a cute nose, and chubby rosy cheeksShe’s Siwon’s anyway dan ketika aku mengatakan ini, aku sungguh-sungguh mengenai artinya. Stephy lahir dari program surrogacy yang diikuti oleh Siwon. Namanya diambil dari nama barat ibu surrogate-nya sebagai kenangan dan rasa terima kasih kami.

Secara fisik, Stephy memiliki karakter wajah Siwon dengan minoritas dari ibu surrogate-nya. Akan tetapi dalam pertumbuhannya, dia menjadi sedikit banyak mirip denganku; kata Siwon yang aku akui. Secara psikologi, hal demikian bisa terjadi karena banyaknya interaksi yang terjadi antaraku dengan Stephy semenjak dia bayi. Jangan tanyakan bagaimana Stephy meng-copy-paste ekspresi dan gerak-gerikku. Bagaimana cara Stephy mencemberutkan bibirnya ketika kecewa, membuat puppy eyes ketika merengek, dan mengakukan rautnya ketika berkonsentrasi adalah milikku.

Hidup kami, aku dan Siwon, tidak pernah sederhana dan berjalan mulus tanpa kendala. Begitu besar konsekuensi yang harus kami terima termasuk penolakkan dari keluarga, pada mulanya. Kami pindah, mungkin lebih tepatnya didupak, ke New York oleh keluarga kami sebelas tahun silam karena Korea tidak melegalkan hubungan yang kami jalani. Mungkin akan lebih mudah jika kami berdua berpisah jalan dan menjalani kehidupan normal, namun sayangnya aku terlalu dalam mencintai Siwon dan vise versa. Katakanlah aku seorang gay, namun jika pria itu bukan Siwon, aku tidak akan memilih jalan ini. Donghae Hyung, teman dekatku, pernah berkata bahwa aku adalah fifty-fifty chance, peluangku jatuh hati dengan pria maupun wanita bernilai equal.

Hidupku dan Siwon sulit, dan aku tidak ingin membawa orang lain untuk ikut menanggung beban kami. Itu sebabnya aku menolak usulan Siwon untuk mengikuti program surrogacy pada awalnya. Akan tetapi kami tidak bisa lebih egois lagi, kami punya keluarga dan Hyundai maupun Assan butuh generasi penerus. Oleh karena itu lahirlah Stephy.

Aku mendongak dan melihat raut masam Stephy di spion. Lihat-lihat bagaimana ekspresinya persis denganku ketika dalam statement yang sama; dan aku sangat bangga dengan hal kecil seperti ini. Memang benar aku dan Stephy tidak berhubungan biologis, namun aku adalah ayahnya; bold untuk pernyataan itu. Orang tua bukan hanya melahirkan, melainkan juga membesarkan dan aku mengambil peran yang kedua.

Kupelankan laju mobil ketika memasuki parkir basement Assan. Jangan heran mengapa aku tidak langsung membawa Stephy pulang. Inilah kebiasaan kami beberapa tahun ini; aku menjemput Stephy dan membawanya ke tempatku bekerja. Dia bermain di tempat penitipan anak di rumah sakit sehingga aku lebih mudah untuk selalu memantau kegiatannya di waktu luang. Akan tetapi di usia sekarang, Stephy lebih banyak mengunjungi departemen anak di RS untuk sekadar mengobrol atau bermain dengan para perawat atau pasien anak.

Kami, aku dan Siwon, menyadari sekuat apa kami mencoba menggantikan sosok ibu bagi Stephy tetaplah tidak cukup sehingga sebisa mungkin kami mengasuh sendiri Stephy. Oleh karena itu kami tidak memperkerjakan baby sitter, kecuali di awal kelahiran Stephy. Jangan kira aku tidak bertengkar dengan Siwon setiap malam karena kerepotan mengurus seorang bayi. Demi celana merlin, saat itu kami hanya dua pria y, free, dan tidak single, yang sama sekali tidak berpengalaman mengasuh bayi.

Aku keluar dari mobil dan membukakan pintu belakang untuk Stephy. “Come on, Sweetie. We have something to talk about.” Aku mengedikkan kepalaku ketika melihat Stephy malas-malasan mengangkat pantatnya keluar dari mobil.

Begitu memasukki ruanganku di departemen bedah yang baru kutempati dua minggu ini, aku duduk di kursiku dan menyeret kursi pasien tepat ke depanku. “Sit down,” perintahku sambil menyilangkan kedua tangan. “Mind to explain what happened with you today?” Selama di NY Stephy tidak pernah terlibat perkelahian dengan siswa lain. Dia selalu menjadi putri kami yang manis dan penurut.

Stephy bergeming sembari memainkan jemari mungilnya. Dia menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan mataku.

You have mouth to speak up, haven’t you?”

Lagi-lagi pertanyaanku diabaikan oleh Stephy.

Why did you fight with that girl?”

Stephy mengunci rapat mulutnya.

Do you know, you did something terrible this time?”

Stephy kian mencebikkan bibirnya mendengar komentarku.

Ok, if you don’t want to speak about it. Just answer my basic question with yes or no.”

Stephy mengangkat kepalanya, kemudian terlihat berpikir sebelum mengangguk lemah.

Did you the one who start the fighting?”

Stephy mengambil jeda untuk berpikir dengan menautkan kedua alisnya. “Yes,” ucapnya lirih.

That’s enough for you not having video games and ice creams this entirely week!” Tolong jangan tanyakan bagaimana putri kami memiliki hobi bermain game ketimbang mengkoleksi Barbie. Kalian akan terkejut melihat isi kamarnya yang walaupun didominasi warna pink, namun memiliki bertumpuk kaset video game di sudutnya.

But Appa, she—“

She what?”

Stephy menggelengkan kepala untuk menolak melanjutkan ucapannya.

Aku menghela napas pasrah untuk menanggapi kebisuannya. “Don’t think we won’t continue this conversation, Stephy. After we back home, we will talk about your issue with your daddy.” Aku memundurkan kursi dan berdiri untuk menjangkau jas putihku. “You’re not allowed to go anywhere until I finish my operation.” Aku melangkah keluar dari ruanganku, namun ketika menjangkau kenop pintu, aku menyempatkan diri menoleh untuk memastikan Stephy.

Stephy menaikkan kedua kakinya ke kursi dan menekuknya merapat ke dada. Kedua tangannya memeluk kakinya hingga benar-benar membola. Setelahnya, dia menenggelamkan kepalanya di antara kaki dan dadanya. Bahunya bergetar dan sesenggukan kecil segera terdengar keluar dari mulutnya.

Melihat kondisi Stephy saat ini, rasanya aku ingin memeluknya dan menghujaninya dengan ciuman. Mendengar suara sesenggukan tertahannya membuat hatiku pilu, meskipun dia bersalah dalam situasi ini. Akan tetapi aku harus melakukan ini untuk mendidiknya. Menutup pintu ruanganku, aku merogoh ponsel untuk mengetikkan pesan pada Siwon agar pulang lebih awal.

Meskipun dibebani tanggung jawab meneruskan Hyundai, Siwon masih menyempatkan diri dan mencuri-curi waktu di tengah kesibukkannya hanya untuk bersama Stephy. Dia pria yang rela memindahkan meja kerjanya di depan kolam renang hanya untuk menunggui Stephy berenang. Bahkan menelantarkan pekerjaannya untuk sekadar datang ke pertemuan wali murid atau pementasan drama musikal Stephy; yang kemudian harus dia tebus dengan kerja lembur di malamnya.

Setelah sebelas tahun ditugaskan mengurus dan mengembangkan cabang Hyundai di NY, dua minggu lalu Siwon ditarik ke pusat Hyundai di Korea.  Dia di sini untuk mencalonkan diri sebagai CEO menggantikan sang ayah. Mau tidak mau, aku dan Stephy akhirnya ikut pulang ke Korea.

Aku sendiri menggunakan kesempatan mengambil doctoral-ku ketika di NY. Sepulang dari NY, aku kembali ke Assan sebagai tenaga spesialis. Bagaimana pun aku memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan Assan.

Memelorotkan bahu, aku mengembus napas pendek. Memikirkan masalah Stephy, yang walaupun sepele, membuatku merasa terbebani. Aku yakin gadisku memiliki alasan untuk tindakkan brutalnya; mungkin nanti aku akan mengetahuinya kemudian memaafkannya.

TBC*

I’m just can’t stand to make this story. Please, open your mind with this issue. Tenang saja, ff ini tidak ada sangkut paut dengan akhir cerita BTBE. Aku hanya mengambil beberapa karakter yang sama saja dari BTBE. 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
affiascadr #1
Chapter 5: Ya ampun stephy omongannya untuk ukuran anak berumur 10 tahun itu termasuk berat bangeettt. Too genius berarti si steph.
affiascadr #2
Chapter 5: Ya ampun stephy omongannya untuk ukuran anak berumur 10 tahun itu termasuk berat bangeettt. Too genius berarti si steph.
affiascadr #3
Chapter 4: Sudah hampir satu tahun aku gak buka aff dan pas kebetulan iseng buka aff hari ini liat ada ff ini nyantol di story updated aku itu rasanya asdfghjkl. Aaaa seneng banget deh sama keluarga yg satu ini meskipun gak kayak keluarga normal lainnya. Stephy is just too lucky to have them and I do envy her lol. But stephy is too cute to be hated
BabyBugsy
#4
Chapter 7: finally keluarga siwon menerima kyu? Ohh itu menyenangkan skali. Bagaimana dgn keluarga kyu? Jangan tamat dong,, lanjut smpai steph dewasa dn kembali menjd wnta yg sperti diinginkan appa choi.
BabyBugsy
#5
Chapter 6: jadi alasannya karna tiff suka kyu? Oh goshh dia rela jdi ibu anaknya wonkyu . Dia baik skali. Sayang takdir tdk bs membuatnya bersma kyu :') tetp dia bersma nickhun. Good job girls.
BabyBugsy
#6
Chapter 5: gadis sekecil steph tp memiliki pemikiran yg mengagumkan. Keren... Semoga merka tdk terpisahkan. Kasihan sekali.
BabyBugsy
#7
Chapter 4: yeayy akhirnya steph baikan sama siwon. Hehehee... Siwon kasih sogokannya pinter banget si bugsy. Kkk
BabyBugsy
#8
Chapter 3: so pretty steph. This is why she fight. I know how was her feeling when her friend said that. Huh.. So annoy.
BabyBugsy
#9
Chapter 2: aww so cheesy. Kkk.... Smoga stephy baik-baik saja. Ini hanya sebuah kesalah pahaman steph. Believe it.
BabyBugsy
#10
Chapter 1: jadi mereka menikah tanpa restu? Lalu apa skrng udh direstui? Ummm....