Part 3

CHANGE

Disclaimer: This story belong to the author (Alexandra_Vasilev)*that’s me…^_^*…

Kris Wu, Zhang Yixing, and the Other EXO member in this story belong to the GOD, SM Ent., and themselves…*aku cuman minjem aja…*

Be ready for the long chapter…I hope you enjoy this part…^_^… ada beberapa scene yang mungkin agak ‘keras’ *aku gak tau apa sebutannya#plakkk… typo bertebaran dimana-mana just ignore it....Enjoy reading..^_^

***

CHANGE

Part 3

***A_V***

 

All the lights lose their shine compared to you,

a constantly shining flashlight…

What remains in my mind won’t go away,

images of you playing a never-ending flashback…

A sudden heart attack I can’t move 

Destroying my world, as I live in the heart attack you gave me

Losing my breath, as you get even more close

EXO-M (Heart Attack)

***

Bulan bersinar terang malam itu. setelah malam-malam sebelumnya cahayanya diredupkan oleh derasnya air hujan. Suasana tampak lebih cerah, tidak ada lagi awan mendung yang menggantung dilangit kota Seoul. Tergantikan dengan jutaan titik terang yang menghampar dilangit. Kehidupan malam kembali mulai terasa di setiap jalan dan sudut kota. Warung-warung pinggir jalan yang sempat tutup beberapa waktu lalu, kini mulai membenahi diri. Entah itu menawarkan menu baru atau memberikan potongan harga demi menarik pengunjung untuk menyinggahi tempat mereka. Taman-taman kota pun juga sudah mulai dipadati oleh orang-orang yang hanya sekedar berjalan-jalan menikmati pemandangan malam.

Sebuah mobil hitam mewah membelah keramaian jalan. Laju mobil itu perlahan melambat, begitu mendekati sebuah mansion megah yang terletak disudut kota. Para penjaga yang melihat kedatangan mobil itu, segera membuka pintu gerbang. Mereka lantas menundukkan kepala, saat mobil itu melintas melewati gerbang yang berdiri kokoh mengelilingi bangunan megah itu. Setelah mobil itu terparkir dengan baik, para penjaga kembali menutup pintu gerbang dan menguncinya.

“selamat datang Tuan muda…”

Salah seorang pelayan yang membuka pintu belakang mobil hitam itu, membungkukkan badannya memberi hormat. Diikuti dengan pelayan lain yang berjejer rapi di sepanjang pintu utama. Menyambut kedatangan seorang namja tampan yang baru saja keluar dari mobil hitam itu. Dia hanya mengangguk sekilas, lalu melangkahkan kaki panjangnya ke dalam mansion. Alis tebal, rahang yang kokoh, sorot mata yang tajam membuat sosok namja yang disebut Tuan Muda itu terlihat seperti patung es. Dingin, tenang, mempesona, namun memancarkan aura menakutkan bagi yang ingin menyentuhnya.

Langkah lebarnya terhenti saat matanya menangkap sosok namja yang berdiri di ujung barisan para pelayan. Sosok itu terlihat berbeda dengan yang dilihatnya tadi pagi. Bukan karena dia mengenakan pakaian yang berbeda dengan para pelayan lainnya. Melainkan tidak ada lagi sisa-sisa kesedihan yang menaungi tubuh mungil namja itu, seperti hari-hari sebelumnya.

“Xiumin…”panggil namja tinggi itu pada seorang namja yang bertubuh agak pendek yang sejak tadi mengekor dibelakangnya.

“Iya, Tuan muda…” ujar Xiumin seraya menundukkan kepalanya.

“Siapkan makan malam diruanganku, dan biarkan anak itu yang mengantarnya” ucapnya sambil menunjuk seorang namja yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya.

“Baik, Tuan muda…”

Namja tinggi itu kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya yang terletak di lantai atas. Setelah namja bergelar Tuan Muda itu menghilang, barisan pelayan segera membubarkan diri, kembali melanjutkan tugas mereka.

 “Tunggu sebentar…”ucap Xiumin sambil menahan lengan seorang namja yang hendak melintas disampingnya.

“Ada apa Tuan?” ujar namja itu pelan.

Xiumin tertawa pelan, merasa sedikit geli dengan sebutan itu.

“Zhang Yixing…itu nama mu kan?” ujarnya setelah membaca sederet kalimat yang ada di dalam buku agenda yang selalu dibawanya.

“Benar Tuan…” ucap Yixing, masih enggan untuk mengangkat kepalanya.

“Jangan panggil aku tuan. Yang bisa kau panggil dengan sebutan itu, hanya Tuan Muda Wu. Panggil saja aku hyung, bukankah aku lebih tua darimu?” ujar Xiumin sambil tersenyum ramah.

Yixing mengangkat kepalanya, menatap sejenak wajah Xiumin sebelum mengangguk pelan.

“Baik tuan--ah..maksudku hyung…” ujarnya berantakan.

Lidah Yixing terasa kaku untuk memanggil Xiumin dengan sebutan hyung. Baginya didunia ini hanya ada dua kelompok manusia. Pertama, orang yang memiliki kekuasaan, dan yang kedua adalah orang yang berada dibawah kekuasaan kelompok pertama. Sepertinya halnya kedudukan seorang majikan dan pelayan. Dan bagi dirinya yang sejak lahir berada di kelompok kedua, memanggil orang-orang yang memiliki derajat lebih tinggi dengan sebutan ‘tuan’ adalah suatu keharusan. Namun sepertinya, hal itu tidak berlaku bagi Xiumin. Walaupun ini kali pertamanya Yixing bertemu dengan namja itu, Yixing bisa merasakan keramahan yang terpancar dari wajah namja itu tiap kali ia tersenyum.

“Tuan Muda ingin kau mengantarkan makan malam ke ruangannya…”

Walaupun sedikit terkejut, Yixing tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan Tuannya. Lagi pula ini pertama kalinya, Yixing diminta untuk mengerjakan sesuatu, sejak dia berada di tempat itu. Tanpa menunggu jarum jam bergeser dari posisinya, Yixing segera melangkah menuju dapur.

 

***A_V***

 

“Masuk…”

Yixing membuka pintu dihadapannya, setelah mendengar sahutan dari dalam. Dia lantas melangkahkan kakinya sambil mendorong troli makanan ke dalam ruangan itu, lalu menutup pintunya kembali.

“Aku mengantarkan makan malam anda Tuan” ujarnya sambil menatap ke arah seorang namja yang sedang duduk bersantai di atas sebuah sofa yang terletak di dekat perapian. Kedua matanya yang terbingkai oleh kaca mata menatap sebuah buku yang tergantung di tangan kanannya, sementara tangan kirinya terkulai di atas pahanya yang saling bertumpuk. Rambutnya yang masih terlihat lembab, menandakan namja itu baru saja selesai membersihkan dirinya. Pakaian santai yang membalut tubuh tingginya tidak mampu menutupi sedikitpun kharisma yang dimiliki oleh namja bernama Kris Wu itu.

“Letakkan disana…”ujarnya, menunjuk sebuah meja yang menjadi pembatas antara sofa dengan perapian. Matanya tidak beranjak dari buku yang sedang dibacanya.

Yixing mengangguk lalu mendorong troli makanan itu dengan hati-hati. Tidak ingin merusak karpet mahal yang terhampar di atas lantai. Ini adalah kedua kalinya Yixing berada di dalam ruangan itu. dan tetap saja dia tidak bisa berhenti mengagumi kemewahan yang terdapat disetiap sudut ruangan itu. tidak jauh dari perapian, terdapat sebuah lemari kaca besar yang didalamnya tersusun berbagai macam botol yang berbeda ukuran dan bentuk. Dalam benak namja manis itu, berkelebat berbagai angka yang cocok untuk menghargai tiap botol itu. yang pastinya tidak akan pernah sanggup diraih oleh seseorang sepertinya.

“Apakah masih ada yang anda perlukan, Tuan?” Tanya Yixing setelah menata makanan di atas meja.

“Tidak ada. Kau bisa keluar sekarang…” ujar Kris sambil menutup bukunya dan meletakkannya di atas sofa.

Kris mencondongkan tubuhnya ke arah meja. Kedua tangannya begerak meraih sendok dan garpu yang ada di samping piring  keramik dihadapannya. Berbagai makanan lezat yang hanya terdapat di restoran kelas atas telah siap untuk disantapnya.

Namun gerakan tangannya yang sedang mengiris daging terhenti sejenak, saat ekor matanya masih menangkap bayangan Yixing di dekat perapian. Namja tampan itu sedikit mengerutkan keningnya, melihat Yixing tidak beranjak meninggakan ruangan itu seperti yang dikatakannya.

“Apa kau ingin mengatakan sesuatu?” tebak Kris setelah memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya. Tidak sulit baginya untuk membaca apa yang sedang dipikirkan oleh orang lain melalui gerak tubuhnya.

Tubuh Yixing bergetar pelan mendengar pertanyaan Kris. jari-jarinya sibuk memilin ujung baju yang dikenakannya. Dia menarik nafas sejenak sebelum mengeluarkan apa yang sudah dipikirkannya sejak tadi pagi. Dan pertanyaan Kris memberikan kesempatan itu untuknya.

“Sebelumnya aku minta maaf, Tuan… aku sama sekali tidak bermaksud untuk berbuat lancang pada Tuan…”ujar Yixing terdengar sangat hati-hati. Dia tidak ingin ucapannya yag keliru akan membawa masalah baru untuknya.

Kris yang tengah mengunyah makanan, hanya terdiam menunggu lanjutan kalimat Yixing.

Yixing kembali menarik nafas. Berusaha untuk mengumpulkan keberanian yang ada di dalam dirinya.

“Aku…aku punya sebuah permintaan kecil, Tuan”

Perlahan makanan di dalam mulut Kris masuk ke dalam lambungnya, seiring dengan tatapannya yang tidak terlepas dari sosok Yixing. Seolah-olah yang menjadi santapannya malam itu adalah Yixing.

“Kalau kau meminta ku untuk melepaskanmu, maka aku tidak bisa mengabulkannya…”

Yixing segera mengangkat kepalanya, dan menggeleng keras. Kedua tangannya ikut bergerak di depan dadanya.

“Tidak…Bukan hal itu Tuan… aku tidak akan berani meminta hal seperti itu pada Tuan” ujar Yixing cepat. Rasa khawatir perlahan mengikis keberanian yang tadi kumpulkannya. Nyalinya sedikit menciut melihat eskpresi Kris saat ini. Mata tajam yang terus menatapnya, membuat lapisan kulitnya terus memproduksi keringat dingin.

“Lalu apa yang kau minta?” Tanya Kris semakin penasaran.

Yixing kembali berpikir apakah dia harus mengatakannya atau tidak. Bagaimana kalau permintaannya membuat Kris marah dan tidak menyetujuinya? Tapi, kalau dia tidak mengatakannya sekarang, mungkin dia tidak akan menemukan kesempatan yang kedua kalinya. Yixing harus cepat mengambil keputusan, dia tidak mungkin berlama-lama menganggu waktu makan malam tuannya.

“Aku ingin…Tuan mengizinkan ku untuk mengunjungi makam ibuku”ujarnya pelan.

Kris menyandarkan punggung lebarnya di sandaran sofa. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Dia terdiam beberapa saat, mencerna perkataan Yixing. Dia pikir pembicaraan tadi pagi mampu membuat namja manis itu berhenti memikirkan masa lalunya.

Sikap diam Kris, membuat Yixing semakin gelisah di tempatnya.

“ka-kalau Tuan tidak mengizinkan, tidak apa-apa…aku—“

“untuk apa? bukankah aku sudah menyuruhmmu untuk tidak memikirkan hal lain selain diriku?”

Pertanyaan Kris memutus ucapan Yixing. Namja manis itu menunduk dalam, hingga dagunya nyaris menyentuh dadanya. Jari-jarinya sibuk saling meremas. Dengan suara lirih dia menjawab pertanyaan Kris.

“aku mengerti, Tuan…semua yang Tuan katakan pada ku tadi pagi membuatku sadar akan sesuatu. Terkadang kita harus melupakan orang-orang yang berada di masa lalu kita hanya karena satu alasan sederhana… mereka bukan milik masa depan kita. Tapi, izinkan aku untuk menyimpan satu kenangan itu. Karena hanya itu satu-satunya alasan yang membuat ku bertahan…”

Sesaat, Kris terpana. Tidak menyangka Yixing akan memberikan jawaban seperti itu. Jawaban yang seperti sebuah tamparan telak untuknya. Kenangan? Sebuah alasan untuk bertahan? Kris sama sekali tidak paham dengan kata-kata itu. bukan karena dia memiliki keterbatasan untuk menyerap arti kata. Hanya saja, kata-kata itu terdengar asing. Bukan untuk telinganya, melainkan untuk hidupnya.

Kenangan. Untuk apa ada kata itu, kalau waktu terus akan bergerak kedepan dan membuat hal-hal yang terjadi dimasa lalu menghilang dan tergantikan dengan hal baru di masa depan. Apa kata itu ada untuk orang-orang yang ingin mengenang masa lalunya? Lantas dengan mengingat apa terjadi di masa lalu akan membuat mereka kembali di masa itu? Tentu saja jawabannya, Tidak. Mungkin kebanyakan orang akan berpikir, dengan mengenang masa lalu akan membuat mereka mengingat kembali setiap peristiwa yang telah terjadi dalam hidupnya. Tapi bagi namja seperti Kris, kenangan tidak ada bedanya dengan rumput liar. Tiap kali dia mencoba untuk mencabutnya dari ingatannya, kenangan itu akan tumbuh kembali. Dia sangat ingin membakarnya, membuatnya menghilang dari ingatannya. Tapi tetap saja, seiring dengan perjalanan waktu, kengan itu akan kembali memunculkan tunasnya yang baru. Dan kembali tumbuh meliar di dalam hidup Kris yang gersang.

Lalu bagaimana dengan, alasan untuk bertahan? Sejak dulu Kris sama sekali tidak memilikinya. Satu-satunya yang membuatnya bertahan hingga saat ini adalah, karena nyawanya masih melekat di raganya. Dan, jika nyawanya sudah meninggalkan raganya, maka tidak ada lagi yang perlu dipertahankan. Sebuah pemikiran logis, yang ditanamkan dalam dirinya sejak dia menginjakkan kaki kecilnya di dunia ini.

Ia lantas menatap lurus ke sepasang bola mata Yixing. Meski mulutnya berucap dengan pasti, Kris bisa melihat rasa gelisah, khawatir, takut, terpatri di kedua mata itu, sebagai bentuk cerminan perasaan yang berada di dalam hati sang pemilik. dan itu sudah cukup untuk menjadi alasan bagi Kris dalam mengambil keputusan.

Yixing yang hendak mengucapkan sesuatu, kembali membungkam mulutnya saat suara baritone memecah kehingan itu.

“Baiklah, kau boleh pergi”

Yixing membulatkan matanya, begitu kalimat yang diucapkan Kris mengenai gendang telinganya.

“Tu-tuan…”

Yixing tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Tapi anggukan pelan dari Kris membuat butiran bening terjatuh dari kedua matanya tanpa dapat dikontrol oleh otaknya.

“Sudah ku katakan, aku tidak ingin milikku rusak karena benda itu…” ujar Kris sambil menunjuk wajah Yixing. Dengan cepat Yixing menghapus air matanya dengan lengan bajunya.

“Terima kasih Tuan…terima kasih…” ujar Yixing sambil membungkuk berkali-kali. Dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang dia rasakan.

Kris tersenyum kecil melihat sikap Yixing yang terlihat lucu dimatanya. Dia tidak menyangka, hanya dengan memenuhi permintaan kecil namja itu bisa membuatnya sesenang ini.

“Tuan…ehm…bolehkah aku pergi malam ini? Aku ingin singgah ke rumah ku terlebih dahulu…”

“Apa sekarang kau menganggap ku seperti jin lampu ajaib yang akan mengabulkan tiga permohonanmu?” ucap Kris, bermaksud ingin menggoda Yixing.

Kris berusaha keras untuk tidak tersenyum, saat melihat perubahan cepat ekspresi di wajah Yixing. Matanya yang melebar, dan kedua tangannya yang menutup mulutnya membuatnya terlihat…ehm, cute?

“Ma-maaf, Tuan…aku tidak bermaksud—“

Kalimat Yixing kembali terputus untuk kesekian kalinya, saat suara tawa menyeruak ruangan itu. Yixing tertegun menatap Kris yang sedang tertawa lepas. Ini adalah pertama kalinya mata Yixing melihat wajah dingin itu tertawa. Seperti ada sebuah sebuah magnet yang menariknya untuk terus menatap wajah Kris yang terlihat semakin tampan. Hingga dia tidak menyadari jantungnya yang mulai berdetak semakin cepat.

“Akan kusuruh Xiumin untuk mengantarmu, karena aku masih ada urusan lain malam ini…” ujar Kris setelah meredakan tawanya. Walau suaranya masih terdengar dingin, Yixing bisa merasakan sebuah kehangatan dalam kalimat Kris.

“Ti-tidak perlu, Tuan…A-Aku bisa berangkat sendiri” ujar Yixing gugup.

“Sepertinya aku harus mengingatkan kembali tentang statusmu, Zhang Yixing…”

Kris berdiri, kemudian melangkah mendekati Yixing. Tubuh Kris yang menjulang dihadapan Yixing, membuat namja manis itu semakin merasa kecil. Kris menundukkan wajahnya agar pandangannya sejajar dengan Yixing.  Menatap sejenak wajah Yixing, sebelum membuka suaranya.

“Aku adalah tuan mu. Dan aku berhak sepenuhnya atas dirimu, karena kau adalah milkku. Satu hal lagi yang perlu kau ingat… Aku tidak menyukai sebuah penolakan”

Kalimat singkat itu semakin memperjelas dunia seperti apa yang akan dihadapi oleh Yixing. Dia tidak bisa lari atau menghindar. Karena status baru yang melekat padanya, membuatnya terikat kuat pada seseorang. Yixing kembali menunduk dalam. Membiarkan jantungnya terus berdetak kencang, untuk suatu alasan yang tidak diketahuinya.

 

***A_V***

 

Cahaya lampu yang berjejer di sepanjang jalan, menarik perhatian Yixing. Membuatnya terus menatap keluar jendela, sejak meninggalkan mansion milik Kris. Yixing jarang menikmai pemandangan seperti ini, karena dia tidak memiliki waktu untuk sekedar berjalan-jalan seperti kebanyakan orang seusianya. Setiap hari waktunya dihabiskan untuk membantu ibunya di kedai. Dalam hati dia juga ingin menikmati kehidupan malam di kota itu, berjalan-jalan di bawah cahaya bulan, berbaur bersama orang-orang, atau sekedar berkunjung ke tempat yang sering dikunjungi oleh orang-orang seusianya. Sebuah keinginan sederhana, yang sampai saat ini belum pernah di rasakan oleh seorang Zhang Yixing.

“Pemandangan yang indah bukan?”

Yixing menoleh ke arah namja yang duduk bersamanya di jok belakang mobil mewah milik Kris. Yixing mengangguk menanggapi ucapan namja itu.

“Maaf, aku merepotkanmu hyung…” ujar Yixing lirih.

Xiumin tersenyum.

“Tidak masalah. Lagi pula tidak biasanya Tuan Muda menyuruhku melakukan pekerjaan seperti ini…”

Kedua alis Yixing saling bertaut mendengar kalimat Xiumin.

“Biasanya Tuan Muda akan bersikap dingin dan tidak peduli pada sekitarnya, tapi belakangan ini dia menunjukkan sikap yang berbeda terhadapmu. Aku tidak tahu harus membahasakannya seperti apa…ehm, mungkin aku bisa mengatakan kalau, Tuan Muda menaruh perhatian lebih padamu”

Yixing tidak menyangkal kalau terbersit rasa senang di dalam hatinya mendengar hal itu. tapi, dia harus sadar dengan posisinya saat ini.

“Mungkin Tuan hanya kasihan padaku…”ujarnya lirih.

“Kurasa tidak. Kalau Tuan Muda merasa kasihan padamu, sejak awal dia pasti akan melepaskanmu dan menganggap lunas semua hutang ayahmu…”

“Tapi, bukankan karena aku adalah jaminan, sehingga dia menyuruhku untuk tinggal bersamanya?”

Xiumin tertawa pelan akan kepolosan Yixing. Dia menatap wajah Yixing yang memasang eskpresi bingung, kedua matanya menuntut akan sebuah penjelasan.

“Tuan Muda tidak mungkin menggunakan seseorang sebagai jaminan atas sebuah pinjaman. Apalagi hanya untuk pinjaman sebesar 100 juta, yang sama sekali tidak akan mengurangi kekayaan yang dimilikinya sekalipun pinjaman itu tidak di kembalikan. Selain itu, dengan segala kekuasaan yang dimiliki oleh Tuan Muda, bukan hal yang sulit untuk menangkap ayahmu dan meminta pelunasan hutang itu. Tapi nyatanya, Tuan Muda tidak melakukan itu semua. Dia lebih memilih dirimu dari pada uang…”

Yixing menahan nafas. Rasa terkejut dan tidak percaya sesaat menyeruak. Butuh waktu lama bagi otaknya untuk mencerna maksud dari kalimat panjang yang diucapkan Xiumin. Bahkan saat mobil mewah itu tiba di depan rumah Yixing, lalu kembali melaju di tengah kegelapan malam, Yixing masih memikirkannya.

 

Dia lebih memilih dirimu dari pada uang…

 

Kalimat itu terus berputar-putar di dalam kepala Yixing. Dia terlalu takut untuk memaknai kalimat sederhana itu. dia tidak ingin asumsi-asumsi yang ada di dalam pikirannya membuatnya terbuai dan tidak mampu lagi melihat perbedaan antara khayalan dan kenyataan. Dia tidak ingin terjatuh ke dalam kebahagiaan semu, yang selama ini menyelimuti hidupnya. Dia tidak ingin kembali dipermainkan oleh kehidupan.

 

***A_V***

 

Kicauan burung yang bertengger di ranting-ranting pohon menambah hangatnya suasana pagi itu. sinar matahari yang menerobos sela-sela dedaunan membuat pemandangan disekitar pemakaman itu tampak indah. Jauh dari kesan angker dan mengerikan yang sering di pikirkan oleh kebanyakan orang.

“selamat pagi, Ma…”ujarnya Yixing pelan, sambil tersenyum. Hal yang biasa diakukannya tiap kali menyambut pagi. Hanya saja yang berbeda kali ini, Yixing tidak mendengar jawaban atau pun melihat senyuman sebagai balasan sapaannya itu.

Setangkai bunga lili putih diletakannya di dekat nisan ibunya. Lalu memejamkan mata sambil menautkan kedua tangannya, mengirim sebait doa untuk ibunya. Berharap doa-nya akan membuat ibunya merasa tenang disana.

“Mama…Yixing sangat merindukanmu” ujarnya lirih, di akhir doanya.

Yixing membuka matanya, menatap nisan yang mengukir nama ibunya disana. Mendekat, hingga tangannya menyentuh nisan ibunya yang terasa dingin. Masih ada sisa-sisa embun di permukaannya.

“apa Mama masih ingat kalimat yang sering Mama ucapkan saat Yixing sedih? Tuhan tidak pernah membiarkan hambanya terlarut dalam kesedihan, pasti ada rencana indah untuk membayar semua air mata. Walau itu tidak sesuai dengan keingingan kita. Percayalah, itu adalah yang terbaik untuk kita. Kini Yixing akan menjalani takdir kehidupan yang baru. Walau Yixing tidak tahu ini akan berakhir seperti apa, tapi, seperti yang Mama ucapkan, ini adalah yang terbaik. Dan Yixing berjanji akan bertahan, hingga saat itu tiba…”

Yixing lantas mendaratkan satu kecupan di nisan ibunya. Satu tetes air mata yang terjatuh di atas nisan itu, seolah menjadi bukti tumbuhnya keyakinan dalam dirinya. Sebuah keyakinan untuk memulai awal yang baru.

Setelah kembali dari pemakaman, Yixing berencana untuk membuka kembali kedai makanan milik ibunya. Karena, mungkin setelahnya, mungkin dia tidak akan datang lagi ke tempat itu.

Yixing mulai membersihkan tempat yang tidak terlalu besar itu, yang hanya cukup menampung belasan pelanggan. Kursi-kursi plastic di atur berjejer di depan meja kayu yang merapat ke tembok. Tidak butuh waktu lama, tempat itu sudah rapi. Walaupun tenda yang menaunginya terdapat lubang disana sini, itu tidak masalah. Lagi pula, hari cukup cerah saat itu. kecil kemungkinan akan turun hujan.

Kedai itu sama seperti kedai-kedai lainnya. Meskipun tampak luarnya tidak begitu menarik perhatian, tapi menu yang ditawarkan tidak kalah dengan menu yang ada direstoran. Kedai itu menjual menu khas China. Tidak jarang, ada orang China yang berkunjung ke tempat itu untuk melepas kerinduan akan masakan tanah kelahirannya. Yixing yang sudah terbiasa mengolah menu di kedai itu, mulai menyiapkan masakannya sambil menunggu kedatangan pelanggan.

 

***A_V***

 

“Apa setelah ini aku masih ada meeting?” tanya Kris seraya mengecek dokumen yang disodorkan Xiumin. Membaca dengan teliti setiap kata yang tertulis di sana, dan saat dia merasa tidak ada hal yang perlu diubah, maka dia akan membubuhkan tanda tangannya. Kris tidak ingin bertindak ceroboh, karena itu bisa berakibat fatal bagi perusahaan dan organisasi yang dipimpinnya.

“Iya, Tuan Muda…”jawab Xiumin sambil mengecek buku agendanya yang berisi jadwal kegiatan Kris.

“Kalau begitu atur pertemuan itu secepatnya…”

“Baik Tuan Muda…”

Menjadi seorang tangan kanan bagi Kris Wu, mengharuskan Xiumin untuk cepat tanggap atas semua yang diperintahkah Kris. Walau pun selama ini pekerjaannya selalu memuaskan Kris, tetap saja Xiumin akan terus berusaha untuk melakukan yang terbaik. Satu kesalahan saja, maka bukan hal yang mustahil kalau Kris akan meledakkan kepalanya.

Sejak awal Xiumin tahu resiko apa yang akan dia terima, saat dia mengucapkan sumpah itu. sebuah sumpah yang membawanya pada dimensi kehidupan yang berebeda. Namun, dia tidak menyesalinya sedikitpun. Bekerja untuk Kris selama bertahun-tahun, membuatnya belajar banyak hal dari tuannya itu. sebuah pelajaran yang tidak akan pernah dia dapatkan, jika dia tetap menjadi Xiumin yang dulu.

“singkirkan dokumen ini, kita tidak memerlukannya…”ujar Kris sambil menyodorkan sebuah map biru ke arah Xiumin.

Satu lagi kebiasaan Kris yang terkadang membuat Xiumin merinding. Namja tinggi itu akan menyingkirkan hal-hal yang tidak berguna untuknya. Menyingkirkan bukan berarti membuangnya di tong sampah. Melainkan sebuah perintah untuk menghilangkannya, melenyapkannya, hingga tak ada lagi yang tersisa. Dan maksud perkataan Kris tadi, bukan berarti dokumen itu yang harus di hilangkan. Melainkan isi dokumen itu. Xiumin cukup heran saat melihat dokumen itu yang menurutnya bisa memberikan keuntungan besar untuk perusahaan. Tapi, tidak ada yang bisa dia lakukan selain menuruti keinginan Kris.

“Baik, Tuan Muda…”

“jam berapa kau akan menjemput anak itu?” tanya Kris seraya memperbaiki letak kaca matanya.

“Maafkan aku Tuan Muda... Aku sudah menawarkan untuk menjemputnya, tapi dia menolak”

“Kalau begitu biar aku sendiri yang akan menjemputnya…”

Xiumin menatap heran ke arah Kris. Sebuah pemandangan yang langka bagi matanya. Karena biasanya Kris tidak akan menyia-nyiakan waktunya, apalagi hanya untuk menjemput seorang namja biasa yang sebenarnya bisa dilakukan dengan menyuruh bawahannya. Dan hari ini Kris seperti ingin menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat, seolah-olah ada hal penting yang sedang menunggunya.

“Sepertinya kehadiran Zhang Yixing sedikit mempengaruhi sikap Tuan Muda …”

 “Maksudmu?” Kris melirik sekilas ke arah Xiumin.

“Belakangan ini Tuan Muda terlihat lebih bersemangat…”ujar Xiumin sambil tersenyum.

Kris tertawa pelan mendengar gurauan namja yang berdiri disampingnya. Dia tidak menyangkal ucapan Xiumin. Karena sesungguhnya dia juga merasakan hal itu. walaupun itu masih terlihat samar-samar untuknya.

“Sepertinya keahlianmu menilai orang semakin bertambah baik…” ujar Kris, kembali melanjutkan kegiatannya mengecek berbagai berkas yang disodorkan oleh Xiumin.

 

***A_V***

 

Menjelang sore kedai kecil itu semakin ramai. Beberapa orang yang datang merupakan pelanggan tetap kedai itu. Dua hari cukup membuat mereka merasa rindu akan masakan khas kedai itu. memang menu yang disajikan hanya menu masakan China biasa, tapi bagi perantau seperti mereka, itu sudah lebih dari cukup untuk melepas rasa rindu mereka akan kampung halaman.

Dengan telaten Yixing melayani setiap pelanggan yang kebanyakan berusia lanjut itu. Kebiasaan membantu ibunya, membuat Yixing mengenal beberapa pelanggan itu. Sambil tersenyum ramah Yixing meladeni setiap obrolan dari orang-orang itu. mengurus kedai seorang diri memang cukup membuat Yixing kewalahan. Memasak menu dan melayani pelanggan dilakukannya seorang diri. Tapi tidak mengapa, melihat wajah bahagia orang-orang itu mengurangi rasa lelah yang rasakan namja manis itu.

 

Brrakkk…

 

Suara kursi yang terbanting membuat seisi kedai itu terkejut. Membuat suasana yang semula ramai dengan suara tawa, mendadak hening seketika seperti berada di area pemakaman. Mencekam.

Mata Yixing membulat saat melihat seorang namja paruh baya berjalan sempoyongan memasuki kedainya. Sebatang rokok terselip di antar kedua bibirnya yang menghitam. Menghisapnya kuat-kuat, lalu mengeluarkan asap pekat dari mulut dan hidungnya.

“sepertinya kau mendapatkan uang yang cukup banyak hari ini, anak manis…”ucap namja itu. Bau alkohol yang menyengat tercium tiap kali namja itu membuka mulutnya.

“untuk apa kau datang ke sini?” ujar Yixing dingin, kedua tangannya mengepal erat disisi tubuhnya.

Hawa panas yang tiba-tiba menyeruak di kedai itu membuat satu persatu pelanggan meninggalkan tempat itu. menyisakan Yixing dan namja paruh baya itu.

“Memangnya salah, jika seorang ayah menunjungi anaknya?” ujar namja itu sambil menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang tak berwarna putih lagi. dia membuang puntung rokoknya dan menginjak benda itu hingga hancur.

“Orang seperti mu tidak pantas dengan sebutan itu, dan sampai kapan pun aku tidak sudi menjadi anakmu…” desis Yixing.

Namja itu mengabaikan kalimat Yixing. Dan berjalan mendekati Yixing yang terus menatapnya sinis.

“Kau terlalu cantik untuk mengerjakan hal seperti ini… Bagaimana kalau aku membawa mu ke klub malam? Mungkin kau akan laku keras dan dalam waktu singkat kau bisa menghasilkan banyak uang…” ujar namja itu hendak menyentuh helai rambut Yixing.

“Singkirkan tangan kotormu, namja brengsek…!!” hardik Yixing sambil menepis tangan namja itu dengan kasar.

 

Plakkk…

 

Sebuah tamparan mendarat di pipi Yixing. Cukup keras, hingga meninggalkan bekas kemerahan di pipi kiri Yixing.

“DASAR ANAK KURANG AJAR...!!! Beraninya kau mengatakan hal seperti itu pada orang tuamu…!!” bentak namja paruh baya itu, matanyayang memerah melotot ke arah Yixing.

“Aku sudah tidak punya orang tua. mereka kini sudah berada disurga. Dan kau hanyalah namja brengsek yang merenggut semua kebahagiaan yang kami miliki…” geram Yixing menahan emosi.

“Eh? Ternyata wanita tidak berguna itu sudah mati. Baguslah, aku tidak perlu lagi melihat wajahnya…”ujar namja itu seraya menyeringai.

Yixing semakin geram saat namja paruh baya itu mengatakan hal buruk tentang ibunya.

“Namja brengsek seperti mu tidak pantas menghina ibuku. Asal kau tahu, ibuku yang harus menanggung semua penderitaan karena perbuatanmu. Kalau kau adalah seorang manusia seharusnya kau tidak menampakkan dirimu lagi dihadapanku. Dan sekarang, kehadiranmu semakin menguatkan keyakinan ku, KALAU KAU TIDAK LEBIH DARI SAMPAH…!!!” teriak Yixing penuh emosi. Dadanya naik turun seiring dengan luapan amarah yang keluar dari mulutnya.

“ANAK SIALAN…!!!”

Namja paruh baya itu tidak bisa menahan emosi mendengar cacian yang di keluarkan Yixing. Kepalan tangannya terayun ke arah Yixing. Namja manis itu tidak takut sedikit pun. Tubuhnya sudah kebal dengan rasa sakit. Yixing menutup matanya bersiap untuk merasakan rasa sakit yang akan mendera tubuhnya.

 

Brughhh….

***A_V***

 

“Senang bekerja sama dengan anda Tuan Wu…”

Kris membalas uluran tangan salah satu rekan bisnisnya sambil mengangguk. Setelah melakukan perundingan yang cukup panjang mengenai keuntungan yang akan di dapatkan masing-masing pihak, pertemuan yang berlangsung kurang lebih setengah jam itu akhirnya mencapai kata sepakat.

“Cepat siapkan mobil…”perintah Kris sambil memakai jasnya dan beranjak dari kursi.

Xiumin yang mengerti maksud tuannya segera menyuruh salah seorang bawahan Kris. begitu Kris keluar dari lobi hotel miliknya, dua buah mobil hitam sudah menunggu di depan hotel.

“silahkan Tuan Muda…”

Salah seorang bawahannya membuka pintu untuk Kris. Namja tinggi itu segera mendudukkan tubuhnya di jok belakang. Sementara Xiumin duduk di jok depan di samping kemudi. Sedangkan mobil yang berada di depan, berisi bawahan Kris yang senantiasa mengawal kemana sang Pemimpin pergi. Kedua mobil itu bergerak perlahan keluar dari area hotel.

“Butuh berapa lama untuk sampai ke tempatnya?” tanya Kris.

Xiumin tersenyum kecil melihat sikap Kris yang biasanya tenang, kini menjadi agak tidak sabaran.

“Tidak akan lama, aku harap Tuan Muda bersabar sedikit. Jalanan memang sedikit padat saat ini…”

“ck…Sial !” Kris mendecak kesal. Dia tidak punya pilihan lain, selain menuruti ucapan Xiumin. Dengan gelisah dia menatap kendaraan yang bergerak secepat kura-kura melalui kaca jendela. Tatapannya menerawang jauh. Mengabaikan suara bising kendaraan yang semakin padat. Otaknya kini sibuk membayangkan sosok namja yang akan segera di temuinya. Perasaan yang meledak-ledak di dalam dadanya tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Akhirnya, mobil berhenti di sebuah area pemukiman yang agak terisolir dari kebisingan pusat kota. Tanpa membuang waktu Kris segera melompat keluar, tidak menunggu pintu dibuka oleh bawahannya. Menyadari kadar kesabaran Kris sudah menipis, Xiumin segera mengantar Kris ke rumah Yixing.

Tidak sampai tiga detik setelah Kris melihat sosok Yixing, namja tinggi itu menggeram marah. Dan dengan cepat dia berlari menghampiri Yixing, yang berdiri bersama seorang namja paruh baya.

 

Brugghhh…

 

Tendangan Kris mendarat tepat diperut namja paruh baya yang hendak melayangkan pukulannya ke arah Yixing, membuat tubuh namja itu mendarat keras di atas tanah setelah berbenturan dengan tembok.

“Berani kau menyentuhnya, aku akan meledakkan kepalamu…”ujar Kris dingin.

 “Tu-Tuan Kris…”

Namja paruh baya itu mendadak pucat pasi saat melihat sosok Kris yang tiba-tiba muncul. Sementara Yixing hanya bisa menatap punggung lebar Kris yang berada dihadapannya dengan tatapan bingung.

Tiga orang bawahan Kris segera meringkus namja paruh baya itu, saat dia ingin mendekati Kris.

“Bereskan…”

Mengerti dengan perintah tuannya, tiga orang bertubuh kekar itu segera menghajar namja paruh baya itu. detik berikutnya, suara pukulan, tendengan dan suara erangan yang memilukan bersahut-sahutan di dalam kedai kecil itu. Kris hanya berdiri, tidak berniat sama sekali untuk menghentikannya. Dia tampaknya sedikit menikmati pemandangan yang ada dihadapannya. melihat namja itu berlumuran darah dan mengemis padanya, memberikan sensasi yang berbeda, dari pada meledakkan kepala namja itu dengan tangannya sendiri. Raungan meminta ampun dari namja itu terdengar seperti sebuah lagu kematian yang sangat merdu di telinganya. Mengerikan? Tapi itu adalah cara Kris menghukum orang yang berani menyentuh miliknya.

Kris terus menatap pemandangan itu dingin, tidak ada sama sekali raut belas kasihan yang tergambar di wajah tampannya.

“AARRRGGGHHHH….!!!” Raungan memilukan namja paruh baya itu keluar dari sela-sela mulutnya yang robek. matanya setengah terpejam menahan rasa sakit yang meremukkan tulang-tulangnya. cairan merah pekat yang menetes dari sela-sela kulitnya, terjatuh membasahi tanah dibawahnya. Menampilkan sebuah pemandangan yang menyedihkan.

 “Tu-tuan…tolong hentikan…” ujar Yixing dengan suara tercekat. Dia tidak sanggup melihat yang lebih parah dari ini. Tangannya yang menarik ujung jas Kris, membuat namja tinggi itu menoleh ke arah Yixing.

 

Deg…

 

Tatapan Kris membuat Yixing bergidik ngeri. Mata itu seperti sebilah pedang yang siap menusuk siapa pun yang mengusiknya. Yixing seperti melihat orang lain, pada sosok Kris saat ini. Ada perasaan asing yang terpancar dari sepasang mata elang itu.

“Tuan, itu sudah cukup…”ujar Yixing dengan tatapan memohon.

Sorot mata teduh Yixing seolah menyadarkan Kris.

“Berhenti…”perintah Kris sambil memalingkan wajahnya. Dia lalu berjalan mendekati namja yang tengah sekarat itu.

“sekali lagi kau memperlihatkan wajahmu dihadapannya, aku akan membuatmu menyesal telah terlahir ke dunia…”ancam Kris.

Namja paruh baya itu tidak bersuara, tubuh lemahnya terkapar tidak berdaya.

“singkirkan dia…”

Dengan segera bawahan Kris menyeret namja itu menjauh.

Kris segera menghampiri Yixing yang tengah berdiri menyandar pada tembok. Melihat kejadian tadi membuat kepalanya terasa pusing.

“kau tidak apa-apa?” Tanya Kris khawatir.

Tangannya bergerak ingin menyentuh bekas tamparan dipipi Yixing, namun namja manis itu menjauhkan wajahnya. Membuat tangan Kris hanya menyentuh udara kosong.

“a-aku baik-baik saja, Tuan…”ucap Yixing pelan.

“kita pulang sekarang…”

“maaf, Tuan… aku mau mengambil barang-barang ku dulu di rumah…”

Kris mengangguk, lalu memberi isyarat pada Xiumin untuk menunggunya di mobil. Namja tinggi itu mengikuti Yixing yang telah berjalan lebih dulu, hingga mereka tiba ditempat yang dimaksud dengan rumah oleh Yixing.

“maaf Tuan tempatnya agak sedikit kotor…”

Ucapan Yixing, membuyarkan lamunan Kris yang sedang mengamati keadaan isi rumah itu yang tidak jauh berbeda dari tampak luarnya. Kris bahkan tidak pernah membayangkan untuk tinggal di tempat seperti itu walau hanya sedetik. Tapi Yixing mampu melakukannya. Terbersit rasa kagum dalam dirinya pada namja manis itu.

Kris sedang memperhatikan Yixing yang sibuk membereskan rumahnya, walaupun sebenarnya tidak ada yang perlu dibereskan karena barang-barang yang ada dirumah itu juga sangat sedikit. Hanya sebuah lemari kayu, meja, kasur, dan perabotan rumah seadanya.

“silahkan duduk Tuan…”

Kris menatap kasur usang yang dilapisi oleh selembar kain yang warnanya telah memudar.

“Ah…maaf, aku akan mencari alas yang lebih bersih…” ujar Yixing cepat

“tidak perlu…” ucap Kris lalu mendudukkan tubuhnya di atas kasur itu. mengabaikan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh tubuhnya, mata Kris kembali memperhatikan sosok Yixing yang kembali sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas ranselnya.

“apa itu ibumu?” Kris menunjuk satu-satunya foto yan terpajang di tempat itu.

Yixing mengangguk ”benar Tuan…”

Kris bisa menebak wajah seperti malaikat milik Yixing, dia dapatkan dari mana. Kris ingin bertanya lebih lanjut, namun melihat mata Yixing yang berkaca-kaca melihat foto ibunya, membuatnya mengurungkan niatnya.

“apa kau sudah selesai?” Tanya Kris.

Yixing buru-buru menunduk, menyembunyikan wajahnya.

”sedikit lagi Tuan, maaf membuat Tuan menunggu…”

Beberapa menit kemudian Yixing selesai berkemas. Mereka berjalan menuju pintu yang sudah tidak terpasang pada tempatnya. Yixing mengambil salah satu papan bekas, dan menggunakannya sebagai penutup. Namja manis itu, terdiam sejenak menatap rumahnya. Tempat di mana dia menghabiskan waktu terkahir bersama ibunya. Matanya teralih pada kedai makan milik ibunya. Sepertinya keinginannya untuk menjadikan kedai makan itu menjadi resoran besar tidak bisa terwujud. Ditambah lagi karena kejadian tadi, mungkin Yixing tidak bisa lagi membuka kedai itu.

 

***A_V***

 

Yixing segera membuka pintu kamarnya saat mendengar suara ketukan dari luar.

“hyung…” ucapnya saat melihat sosok Xiumin berdiri dibalik pintu kamarnya.

“apa aku menggangumu?” Tanya Xiumin.

Yixing menggeleng,” aku hanya sedang mengatur barang-barang ku. Masuklah hyung…”

Xiumin melangkahkan kakinya memasuki kamar yang mulai berpenghuni itu sejak kedatangan Yixing. Xiumin membuka jendela, membiarkan angin malam berhembus memenuhi ruangan itu.

“kau baik-baik saja?”

“aku baik-baik saja hyung, hanya saja …aku…hmmm…” Yixing menggumam sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam lemari.

“apa kau terkejut dengan sikap Tuan Muda tadi sore?” tebak Xiumin.

Yixing menghentikan kegiatannya. Dia lalu memutar tubuhnya menatap Xiumin yang sedang duduk di atas tempat tidur.

“…sedikit” jawabnya pelan.

Xiumin tertawa pelan.

“tidak apa-apa, aku juga sempat merasakan hal itu saat pertama kali melihat tuan muda mengacungkan pistol ke arah seorang namja…”

Yixing membulatkan matanya. Memandang Xiumin dengan tatapan terkejut.

“Jangan bepikiran buruk. Tuan Muda tidak akan melakukan hal seperti itu tanpa alasan yang jelas. Waktu itu Tuan Muda melihat namja itu sedang memukuli seorang wanita tua. Saat itu, Tuan Muda yang baru berumur 12 tahun segera menodongkan pisolnya ke arah namja itu menyuruhnya untuk berhenti dan melepaskan wanita tua itu. Tapi namja itu tidak menghentikan perbuatannya dan kalau saja Tuan Muda itu tidak menembak kaki namja itu, mungkin wanita tua itu tidak akan selamat…” ujar Xiumin mengakhiri cerita singkatnya.

Yixing yang ssejak tadi duduk gelisah telah meneguk ludahnya berkali-kali mendengar kisah singkat yang diceritakan Xiumin, hingga persediaan saliva di dalam rongga mulutnya kian menyusut. Kalau saja dia adalah seorang anak kecil, setelah mendengar cerita itu dia akan memilih untuk tidur bersama ibunya selama sebulan. Yixing tidak menyangka, di usia yang masih sangat belia, Kris sudah ‘bermain’ dengan benda berbahaya itu. sekelebat peristiwa sore tadi kembali hadir dalam ingatan Yixing, membuat sosok Kris yang berbeda, kembali muncul dalam benaknya.

“Kenapa kau masih membelanya? Bukankah dia yang membuatmu seperti ini?”

Yixing tahu siapa yang di maksud dia oleh Xiumin. Siapa lagi kalau bukan namja brengsek yang hampir saja meregan nyawa, kalau saja Yixing tidak meminta Kris untuk berhenti.

“aku hanya tidak ingin menyaksikan kematian di depan mataku…lagi” ujarnya lirih.

Xiumin menangguk mengerti. Dia tidak bertanya lebih lanjut. Kedatangannya ke kamar Yixing hanya untuk memastikan keadaan namja manis itu, tentu saja atas perintah Kris. namja tinggi itu mengkhawatirkan keadaan Yixing yang dalam perjalan pulang tadi tidak membuka suara. Dan karena dia merasa Yixing sedikit terbuka pada Xiumin, akhirnya dia menyuruh Xiumin untuk mengecek keadaan Yixing.

“Sebaiknya kau menemui Tuan Muda…” ujar Xiumin sambil melangkah menuju pintu.

Yixing mengernyitkan alisnya.

“Tidakkah kau ingin mengucapkan sesuatu padanya?” Tanya Xiumin sebelum benar-benar keluar dari kamar itu. meninggalkan Yixing yang sedang menyerap maskud kalimat Xiumin.

 

***A_V***

 

Jarum jam terus bergerak. Namun Yixing masih tidak bergerak sedikitpun di tempatnya. Di depan kamar Kris, Yixing terus memikirkan hal apa yang harus dia katakan. Dia merasa harus mengatakan sesuatu, tapi dia tidak tahu apa yang harus dia katakan pada Kris. kalau saja otaknya bisa berpikir lebih cepat, mungkin dia tidak perlu berdiri selama setengah jam seperti orang bodoh.

Tepat saat kaki Yixing akan melangkah, pintu di depannya terbuka. Membuat tubuh Yixing membeku seketika.

“apa yang kau lakukan disini?” ujar Kris datar.

“a-aku…”

“masuklah…”

Yixing mengangguk, lalu mengikuti perintah Kris. ini adalah ketiga kalinya Yixing memasuki kamar itu, dan selalu dengan alasan yang berbeda. sepertinya, dia akan sering menginjak karpet mewah di dalam ruangan itu.

Kris masuk ke dalam kamar mandi lalu keluar sambil membawa sebuah kotak ditangannya.

“duduklah…”Kris menepuk sisi kosong di dekatnya. Dengan patuh, Yixing duduk di samping Kris di atas tempat tidur.

“Tuan, tidak perlu…aku bisa—“

“Diamlah…bukankah aku sudah memberitahumu, kalau aku tidak suka penolakan?”

Ucapan Kris membuat Yixing terdiam. Dia membiarkan Kris mengobati luka di wajahnya. Mata Yixing tidak lepas menatap wajah Kris yang berjarak cukup dekat dengan wajahnya. Memperhatikan setiap komponen yang membentuk wajah tampan itu. Yixing tidak melihat sosok dingin yang dijumpainya tadi sore. Sorot mata yang mencekam tidak terpancar lagi dari kedua mata tajam Kris.

“masih sakit?” Tanya Kris setelah menyelesaikan kegiatannya.

Yixing segera menundukkan kepalanya. Lalu menggeleng pelan. suasana  hening menyelimuti keduanya. Hingga Yixing memecah kebekuan itu.

“Terima kasih Tuan Kris…”

Gerakan tangan Kris yang sedang memasukkan obat kedalam kotak, terhenti saat suara lembut Yixing menyusup masuk ke telingannya. Sejenak rasa tidak percaya menyelimuti dirinya, memaksanya untuk menolehkan kepalanya. Tapi, Sial! Itu adalah tindakan yang fatal.

Kini dirinya kembali terperangkap dalam dunia yang tercipta tiap kali dia menatap wajah Yixing. Senyuman tulus yang menghiasi wajah Yixing, seketika mengalirkan kehangatan yang begitu cepat di sekujur tubuhnya, lebih cepat dari sebuah peluru yang ditembakkan, membuatnya tidak sempat untuk sekedar menghindar. Dan akibatnya perasaan itu terus merambat, menyusup, hingga berhasil menerobos sel-sel yang paling sensitive dalam hatinya yang ia kira telah lumpuh dan tidak mampu lagi mengenal rasa apapun.

“ke-kembalilah ke kamarmu… masih ada hal yang ingin aku kerjakan” ujarnya berantakan, sebagai suatu reaksi cepat yang bisa direspon oleh tubuhnya saat perasaan aneh itu muncul.

“mungkin tidak ada yang bisa aku berikan untuk membalas kebaikan Tuan, selain ucapan terima kasih. Sekali lagi…terima kasih, Tuan Kris…” ujar Yixing sebelum meninggalkan ruangan itu.

Kris langsung memegang pinggiran tempat tidur untuk menopang tubuhnya. Kalimat terakhir Yixing terus terdengar di dalam kepalanya. Terus berputar membuat sebuah pusaran yang semakin menenggelamkan Kris dalam jutaan perasaan yang begitu asing untuknya.

 

Terimakasih Tuan Kris…

 

Tuan Kris…

 

Kris…

 

Suara lembut Yixing saat mengucapkan kata itu benar-benar membuat Kris tidak berdaya. Ini pertama kalinya, Yixing menyebut namanya. Dan dia tidak menyangka akan separah ini akibat yang ditimbulkan pada jantungnya.

 

Kris…

 

Namja tampan itu mengerang tertahan sambil tersungkur di atas karpet. Keningnya bersentuhan dengan pinggiran tempat tidur, sementara kedua tangannya mencengkram seprai putih yang melapisi ranjangnya. Nafasnya yang tidak teratur menandakan dia sedang meredam sesuatu di dalam dadanya.

Malam itu, Kris Wu kembali menunjukkan titik terlemahnya. Sebuah titik yang hanya mampu disentuh oleh satu orang.

 

Zhang Yixing

 

***TBC***

A/N: Mian, baru bisa update...T_T...buat yang udah nungguin*emang ada?* I'll give BAOZI for you...*lemparin Xiumin*...yup, Xiumin jadi bawahan Kris, yang biasa jualan es kalo siang, trus malamnya jualan baozi di dekat kantor SM...#ditabok Xiumin...*Xiumin: enak aja, wajah imut-imut baby face kayak gini masa jualan begituan, yang lebihh elit donk... Me: kayak gimana?...Xiumin: ehm...kacang goreng?...#abaikan* Aku post ff ini abis liat MV Jin 'GONE'... Baozi keren bgt di situ, yah walau imej anak-anaknya gak bisa hilang...#plakk...aktingnya juga bagus, walau endingnya bikin jantung ini sesek(?)....hwuaa...Minseok-ssi, aku padamu...!!! cesssss*dibekuin Xiumin*

Aku harap kalian gak bosan baca part yang agak panjang ini...>_<...Seperti biasa...Give your comment…^_^

Anneyong...

SUITC...SARANGHAEYO...AUWWW....*tebar gigi Chanyeol*

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
---A_V---
Coming back...

Comments

You must be logged in to comment
jinkiesa #1
pengen baccaaa kelanjutan ini lagiiii
main ke blog ada update baru tapi kekunci
sedih
comeback soon authornim
RieYuri #2
Chapter 13: kampret disituasi kyk gtu masih sempet aja mesum naga tonggos satu itu ah..
dan btw eniwe baswe updatenya kurang lama thoooorr.. nunggunya dari cakep smp jadi kusut..
tapi tetep big thanks lah, soalnya masih mau update..
hahaha diawal uda siapin tissue segepok..
buat Tao cuma satu kata "syukuriiiiiinnn.. makanya jangan lancang dedek pandaaaa.. kena semburan api naga penjaga kuil juga kan?"
trus buat Suho "kesiannyaaaaa.. sini mas sama aku aja.. mumpung lagi nganggur #plaaakk"
dan buat authornya no coment :D sekian saja bye !!!
kjungxox88 #3
Chapter 13: akhrnya......
update jga....
sneng bgt.....
tp ko di kbun g update yh.....
lukailukai8
#4
Chapter 13: Jèng Jèng Jèng~~~~!!!!!

pinter ya author kasih TBC pas dibagian itu (?). wks.

btw , aku suka pas bagian Yixing minta dibunuh dan meronta-ronta bareng pisau nya. ngena banget. kayak...wow ni anak dah bener2 putus asa ama hidupnya. hopeless. CAPEK. MENDING MATI AJA. BYE.
Muahaha.
tapi serius. suka pas bagian itu. /APALAGI AKHIRNYA MEREKA KISSEU/ /MELTED/

Suho.... ngenes amat dirimu huhuhu~~ nasib jadi orang ketiga (?).

anyway, aku baru 'ngeh' ada satu Chapter yg aku lewatkan. Chapter 4.b kayaknya. uhm , di protek ya ?! huhuhu. sumpah ini aku lemot banget. pas baca ulang barulah nyadar hahaha. maklum ff ini ada semenjak aku belum bikin akun AFF, jadilah dulu masih nakal (?) karena baca diem2 tanpa ninggalin komentar.
uhm, kalau aku minta PW buat Chapter yg di protek itu....author mau berbaik hati ngasih gak ya ? hihi~

thx author-nim. lanjutnya jangan lama2 ya ^^
Clovexo
#5
Chapter 13: omaigat.. yifan gerak cepat bgt ya.. kasian tao.. tapi ya wajarlah.. siapa jga yg seneng kalo org yg disukai digituin.. untungnya kris cepat nemuin lay ya..
kimzy1212 #6
Chapter 13: Ya ampun tisu mana tisu #lebay,
Ya ampun fanxing momentnya bikin lumer nyesek jadi satu,
Buat suholangkaya mohon maaf anda kurang beruntung silahkan coba lagi wkwkw
Dan buat Tao,ngak usah resek deh lo nyahok diri kan#jahat
Ditunggu kelanjutannya thor~
xolovefinz #7
Chapter 13: Al.... akhirnya update jg nih ff. T.T #terharu
itu scene terakhir nanggung bgt sebenernya, tp g puas y kalo main disaat tubuh lebam2 gtu wkwk

semoga ya xing, kamu g kepentok apa lg gtu smpe lupa sama janji kalo g bakal ninggalin kris T.T
dan buat tao ati2 lg ya nak, jgn smpe nekat lah ngeracunin pikiran yixing buat ninggalin kris.
junmen oh man, disetiap ff fanxing dirimu memang selalu kalah sama kris bahaha #puk2

ini msh bersambung yak.. ending chap nya udh jd kaaan? di kunci yak, jd di post di kebun :-D #sotoy

ditunggu next chap nya.. thanks Al :p
sorahsorah
#8
Chapter 13: Saking semagantanya pas tau ff ini update aku sampe teriak "Aaah change update yes! yes!" >///<
Makin rumit dan plotnya nggak gampang di tebak, aku pikir tadinya Yifan telat ketemu Yixing soalnya Yixing udah dibawa kabur Choi eh ternyata masih bisa diselametin sama Yifan. Gaul banget, keren!
Aku excited banget nunggu lanjutannya. Soalnya aku berharap Yixing bakalan percaya terus sama Yifan, nggak pake putus asa lagi.
Makasih banyak ya udah update.
Good luck buat kelanjutannya ^^
chamii704 #9
Chapter 13: tao...tao...mk'a lu jangan sok ngusir2 yixing,,,ujung2'a elu babak belur...utng g mati lu....
suho...puk2 sllu telat selangkah ma kris...
yixing...tlng jgn prgi2 lg yah...ttplh bersama suka duka ma kris yaa..eeaa..
ok next chap sabar mnunggu...