Part 4.a

CHANGE

CHANGE

Part 4.a

By Alexandra_Vasilev

***

Disclaimer: Kris Wu, Zhang Yixing, and the rest of EXO’s member in this story belong to the GOD, SM Ent., their parents, and themselves….

This story belong to the Author (Alexandra_Vasilev)…

Don’t copy paste this story anywhere without my permission, and  I don’t like PLAGIARIZM…

WARNING !!! : cerita mengandung hal-hal yang bersifat DEWASA…jadi buat yang belum cukup dewasa, just go back. Tapi kalo nekat, resiko tanggung sendiri, ne…

Agar reader-nim tidak capek bacanya, part ini aku bagi jadi dua....soalnya klo digabung part nya itu bisa lebih dari 12k words...*gak tau juga kenapa bisa panjang kayak gitu*.

Kalau nemu typo, just ignore it...*Author tidak bertanggung jawab*

Enjoy reading…^_^

 

***A_V***

 

Guratan oranye yang menghiasi cakrawala menjadi pertanda bahwa malam akan segera tiba. Segerombolan burung terbang melintasi langit, menuju sarang mereka yang entah berada di mana. Tapi setidaknya mereka memiliki tempat untuk kembali, sebuah tempat bernama rumah. Hal itu sedikit menimbulkan rasa iri dalam diri seorang namja yang sedang menatap ke arah langit sore, di balik jendela kamarnya. Dia tidak tahu, apa kah istana kecil yang menjadi tempatnya bernaung sejak menginjakkan kaki di Seoul masih bisa disebut sebagai rumah atau tidak? Dia juga tidak tahu, apakah istana megah yang kini menampungnya bisa disebut sebagai rumah atau tidak? Kalau jawabannya adalah tidak, lalu kemana dia harus ‘pulang’? apakah sudah tidak ada lagi tempat baginya untuk sekedar berlindung dari serbuan penderitaan yang tampaknya tidak pernah lelah untuk mencabik-cabik kehidupannya?

Rentetan pertanyaan tak terjawab itu selalu berkelebat di dalam kepala Yixing, semenjak insiden di kedai yang terjadi seminggu yang lalu. Sebelumnya, dia tidak pernah mengira kalau namja brengsek yang menghancurkan hidupnya, akan menampakkan diri lagi dihadapannya. dan namja itu pula yang telah mengubah ‘rumah’nya yang selalu diliputi kebahagian, menjadi neraka yang selalu membuatnya tersiksa. Sungguh, Yixing ingin sekali mengubur semua penderitaan yang dibawa oleh namja itu.

Namun, kemunculannya kembali mengingatkan Yixing dengan sebuah kenangan pahit yang seharusnya tidak ada lagi dalam memori otaknya. Sebuah kenangan yang memberikan titik hitam dalam kehidupan Yixing. Dan tampaknya titik itu tidak akan hilang meskipun berkali-kali Yixing mencoba untuk menghapusnya. Layaknya sebuah noda hitam diatas kain putih, yang akan terus meningalkan bekas meskipun telah dibasuh dengan air jutaan kali.

Ketika melihat namja paruh baya itu dieksekusi oleh bawahan Kris, terselip rasa puas dalam diri Yixing. Sudah lama ia ingin melakukan hal itu dengan tangannya sendiri, namun dia tidak merealisasikannya. Yixing tidak ingin melihat ibunya menjadi sasaran kemarahan namja itu. Pernah, Yixing melarikan diri saat namja itu hendak menjualnya ke sebuah nightclub, untuk kesekian kalinya. Dan saat dia pulang ke rumah, dia mendapati ibunya terbaring lemah dengan tubuh dipenuhi memar, bekas pukulan dan cambukan. Sejenak rasa benci dan amarah membutakan mata Yixing, namun suara lembut ibunya membuatnya tersadar.

“Jangan membalas sebuah kejahatan dengan hal yang sama, karena itu hanya akan memicu munculnya sebuah rasa dendam. Dan rasa dendam, tidak akan memberikan apapun kecuali sebuah penyesalan. Dan, ibu tidak ingin kau menjalani sisa hidupmu dalam sebuah penyesalan…karena itu sangat menyakitkan, melebih luka ini”

Kalau saja saat itu Yixing mengejar namja yang sudah melukai ibunya, mungkin sekarang dia akan menjalani kehidupan yang berbeda. Sebuah kehidupan, yang tidak akan mempertemukannya dengan Kris Wu. Seorang namja tampan yang telah membelinya dengan harga 100 juta. Memang sebuah pertemuan yang memiriskan. Tapi, tidak ada yang bisa menebak garis hidup seseorang, bahkan hal yang akan terjadi satu detik berikutnya tidak ada yang tahu.

Meski awalnya Yixing menganggap Kris tidak lebih dari seorang namja kaya yang selalu menutup mata dan hati mereka dari orang-orang yang berderajat rendah, perasaannya yang selalu diliputi rasa waswas setiap berada di dekat namja tampan itu, kini perlahan meluntur. Jika ada yang mampu mengambil kepercayannya dalam sekejap, meski orang itu telah menolongnya, juga telah membantunya untuk bangkit dari keterpurukan, tetap saja Yixing merasa heran saat menyadari bahwa ia telah dengan mudah mempercayai Kris. bahkan dalam seminggu ini, Yixing bisa merasakan bahwa tembok pertahan yang selalu dibangunnya perlahan terkikis oleh sikap Kris yang ‘berbeda’. Dia tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi. Apakah dirinya sudah tidak mampu lagi mendeteksi jiwa yang datang dengan niat baik atau tidak? Atau kah memang karena, saat ini dirinya sangat membutuhkan sebuah perlindungan yang nyata? Atau mungkin, dia sedang mengharapkan datangnya sosok lain yang akan membawanya ‘pulang’ ke rumah yang dipenuhi dengan kebahagiaan, seperti sosok seorang pangeran berkuda putih yang ada di dalam dongeng?

Yixing menggelengkan kepalanya, menghalau berbagai asumsi yang berkelebat sebelum semua itu menyesatkannya. Lagi pula, sampai hari ini, ia tidak menemukan alasan untuk tidak mempercayai namja tampan itu.

Sejenak, perhatian Yixing terlempar  ke arah pintu gerbang yang perlahan membuka, disusul dengan sebuah mobil hitam yang memasuki pekarangan mansion. Segera namja manis itu memutar tubuhnya, dan dengan sedikit berlari keluar dari kamar menuju pintu utama bersama para pelayan lainnya. Sebuah kegiatan rutin yang dilakukan tiap kali sang Pangeran kembali ke istananya.

“Selamat datang Tuan Muda…”

Bersama pelayan lainnya, Yixing mengucapkan salam seraya membungkuk hormat. Dia baru menegakkan badannya saat sang Tuan Muda memanggilnya.

“Iya Tuan…” ucap Yixing.

“Siapkan air hangat untukku…” ujar Kris datar, tanpa menoleh ke arah Yixing.

“Baik, Tuan…” jawabnya, lalu mengekor di belakang Kris menuju kamar. Setelah berada di dalam ruangan besar itu, Yixing segera masuk ke kamar mandi.

Kini Yixing mulai terbiasa dengan salah satu tugasnya itu. Walaupun memang awalnya dia merasa asing dengan berbagai peralatan yang mengisi kamar mandi milik Kris. pernah sekali dia mengunci dirinya di dalam bilik shower yang terus memancarkan air. Yixing mencoba mematikan shower dengan menekan deretan tombol yang ada di dinding, namun tindakannya itu malah membuat semburan air semakin deras dan dingin. Beruntung Kris segera datang dan mengeluarkan Yixing. Kalau tidak, mungkin namja manis itu akan pingsan karena kedinginan.

Setelah memastikan suhu di dalam bath up sudah pas, Yixing lalu mengeluarkan satu set baju mandi dari lemari dan menggantungnya di dekat pintu. Wangi masculine seketika menyeruak, saat Yixing menuangkan cairan ke dalam bath up. Wangi yang sama dengan yang selalu dirasakan Yixing tiap berada di dekat Kris. entah kenapa Yixing sangat menyukai wangi itu. hingga tiap kali menyiapkan air hangat untuk Tuannya, dia tidak akan lupa untuk menambahkan cairan itu ke dalam bath up.

“Air hangatnya sudah siap, Tuan. Apa masih ada yang Tuan perlukan?” Tanya Yixing begitu berada di luar kamar mandi.

“Tidak ada, kau bisa keluar” ujar Kris yang tengah berbaring telentang di atas tempat tidur. Tampaknya dia sedang kelelahan. Tugas sebagai Pemimpin memang nyaris menguras seluruh tenaganya. Dan Yixing menyadari hal itu. Setiap hari, Kris berangkat sebelum pukul tujuh, dan akan kembali pukul sebelas malam. Bahkan terkadang dia tidak pulang sama sekali, seperti kemarin malam. Rasa lega menyeruak di dalam hati Yixing, saat melihat Kris pulang sore ini. Menghapus rasa gelisah yang menggantung di hatinya sejak tadi malam.

Yixing menatap sejenak ke arah Kris yang tidak mengubah posisinya, lalu beranjak keluar dari ruangan itu, memberikan waktu bagi Kris untuk beristirahat sejenak. Karena setelah makan malam, namja tampan itu pasti akan kembali duduk di balik meja kerjanya, disibukkan dengan setumpuk map-map yang entah berisi apa, Yixing tidak berminat untuk mengetahuinya.

 

***A_V***

 

Yixing mendorong pintu dihadapannya setelah mendengar sahutan dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk.

“Aku mengantarkan minuman anda, Tuan” ujarnya setelah berada di dalam ruangan itu. kedua tangannya memegang sebuah nampan yang berisi secangkir black coffe hangat, yang sengaja dia buat untuk Kris.

“Hmm…” Kris hanya menggumam tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.

Yixing berjalan mendekat, dan dengan hati-hati dia meletakkan cangkir itu di sisi meja kerja Kris, berusaha untuk tidak menumpahkan isi cangkir itu di atas kertas-kertas yang berserakan diatas meja.

Dia lantas mengamati Kris. Namja tampan itu tampak serius menatap benda di hadapannya, lalu beralih melihat dokumen yang ada di samping laptopnya, detik berikutnya jari tangannya begerak di atas keyboard, mengetik sesuatu.

“Ada apa?”

Ucapan singkat dari Kris, memecah perhatian Yixing. Membuat namja manis itu sedikit terkejut. Yixing meneguk ludahnya, untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering. Kris mengajukan pertanyaan, dan dia ‘harus’ memberikan jawabannya. Dia tahu jabawannya, tapi dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan jawaban itu. Yixing merasa takut kalau ucapannya nanti akan membuat Kris merasa tersinggung.

Yixing kembali menatap Kris yang tengah membuka salah satu map. Dibalik kaca mata yang membingkai sepasang mata tajam itu, Yixing bisa melihat garis hitam di bawah mata Kris. Yixing tidak tahu dari mana asalnya rasa bersalah yang tiba-tiba muncul dalam dadanya. Saat Kris sedang bekerja keras diluar sana—menurut Yixing—sementara dia hanya duduk termangu di dalam kamarnya dan tidak melakukan apa-apa sepanjang hari. Kris sudah menampungnya, memberinya makan dan tempat bernaung, juga memenuhi kebutuhannya. Memang benar, Yixing adalah ‘milik’ Kris dan hal yang wajar kalau Kris melakukan semua itu. tapi, tetap saja Yixing tidak bisa menutup mata dan menerima semua perlakuan istimewa itu dengan cuma-cuma. Ia tidak bisa melupakan begitu saja alasan yang membuatnya berada di istana megah itu. Apalagi, Kris tidak memintanya untuk mengembalikan hutang itu, dan hanya mengklaim Yixing sebagai miliknya—yang hingga saat ini Yixing tidak tahu apa alasan Kris melakukan hal itu. Yixing ingin melakukan sesuatu untuk membantu Kris, bukan hanya menyiapkan air hangat, mengantarkan makan malam dan sarapan, atau menunggunya hingga pulang, yang Yixing yakin sudah menjadi tugas para pelayan di tempat itu sebelum dia datang. Meskipun tidak bisa mendapatkan posisi seperti Xiumin, tidak masalah, Dia hanya ingin menjadi sedikit berguna bagi Kris.

“Maaf sebelumnya, Tuan. Bukannya aku tidak bersyukur dengan keadaan ku sekarang, aku sadar akan status yang Tuan berikan. Hanya saja aku merasa tidak enak, pada Tuan. Tuan sudah memberikan banyak hal padaku, tapi aku sama sekali tidak bisa memberikan apa pun pada Tuan. Maaf, Tuan…bukannya aku meragukan kebaikan yang Tuan berikan, hanya saja aku tidak bisa—“

“Apa sekarang kau sedang mengeluh pada ku?” Kris meletakkan map yang dipegangnya di atas meja, lalu menolehkan kepalanya ke arah Yixing. Tatapan tajam itu membuat Yixing menggeleng keras.

“Ti…tidak Tuan. Bu…bukan seperti itu… Maaf Tuan, aku tidak bermaksud untuk mengeluh pada Tuan. Aku…aku hanya merasa seperti orang yang tidak tahu diri, yang memanfaatkan kebaikan Tuan. Aku hanya bisa berdiam diri menerima semua kebaikan Tuan, tanpa bisa melakukan apa-apa untuk membalasnya…walaupun tidak banyak yang bisa aku lakukan, aku ingin membantu Tuan”

Kris melepas kaca matanya, tanpa melepas pandangannya dari Yixing yang kini tertunduk.

“Kau ingin membantu ku?” Tanya Kris sedikit tidak percaya. Dia tidak menyangka Yixing memiliki pemikiran seperti itu. Kebanyakan orang biasanya akan menjadi buta kalau berada di posisi Yixing, buta akan segela kemewahan yang mereka dapatkan dengan percuma. Tapi, ucapan Yixing semakin meyakinkannya, kalau namja manis itu ‘berbeda’. ada sesuatu dalam diri Yixing yang membuat Kris merasa kagum. Saat Kris memintanya untuk tidak menangis, maka Yixing tidak akan menangis di hadapannya. saat Kris memintanya untuk melupakan masa lalunya dan hanya memikirkannya, maka Yixing akan melakukannya. Namja manis itu sangat penurut pada Kris, hal itu membuktikan bahwa Yixing sadar akan keadaannya, dia tahu apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dia lakukan.

Namun, ucapan Yixing terdengar sedikit lucu di telinga Kris. memangnya apa yang bisa dilakukan namja manis itu untuk membantunya? Dia tidak punya apa-apa yang bisa dia berikan untuk Kris. bahkan dirinya pun, saat ini sudah menjadi milik Kris.

“memangnya apa yang bisa kau lakukan untuk membantuku?” Tanya Kris saat melihat kepala Yixing mengangguk, menanggapi pertanyaannya sebelumnya.

Yixing tersentak. Dia belum berpikir sampai disitu.

“a…aku…” Yixing tidak tahu harus mengatakan apa.

“tidak tahu?” potong Kris.

Yixing menggeleng, dengan kepala tertunduk. Hal itu membuat Kris tersenyum. Bagaimana mungkin ada anak sepolos dia? Pikirnya.

“Kau bisa membaca dan menghitung?” tanya Kris.

“Iya Tuan…” jawab Yixing, walau merasa sedikit tersindir dengan pertanyaan Kris. Meskipun dia miskin, tapi dia tidak bodoh. Kalau saja bukan karena ingin membantu ibunya, pasti dia akan menggunakan uang tabungannya untuk melanjutkan sekolah.

“Kalau begitu, kurasa kau bisa membantu ku mengerjakan sesuatu…”

Yixing mengangkat kepalanya, dan menatap Kris dengan dengan pandangan berbinar. Sorot matanya lebih terang dari bulan purnama yang bersinar malam itu.

Kris meraih tumpukan map-map yang ada di bawah meja kerjanya. Lalu menunjukkannya pada Yixing.

“Map-map ini berisi tentang data pemasukan, dan penjualan barang dari beberapa perusahaan. Pisahkan berkas-berkas ini menurut jenisnya. Setelah itu sortir masing-masing jenis berkas itu berdasarkan bulannya, mulai dari data terlama hingga data terbaru… Sampai disini, apa kau mengerti?”

“Aku mengerti, Tuan…” ujar Yixing sambil mengangguk.

Bukan pekerjaan yang sulit. Kris memang sengaja memberikan pekerjaan seperti itu. *tumben baik, bang…#dijitak Kris*

“Bagus. Kau bisa mengerjakannya disana…”ujar Kris sambil menunjuk ke arah sofa yang terletak tidak jauh dari meja kerjanya.

“Baik Tuan…”

Yixing segera mengambil map-map itu, dan membawanya ke sofa. Detik berikutnya, Yixing mengambil salah satu map dan mulai melakukan pekerjaannya. Dia terlalu serius memilah-milah berkas-berkas itu, hingga tidak menyadari sejak tadi Kris terus mengawasinya. Jarak meja kerja Kris dan sofa yang hanya berjarak beberapa langkah, membuat Kris bisa memandang wajah Yixing dengan jelas. Ketika namja manis itu menggigit bibir bawahnya saat menemukan sedikit kesulitan, atau ketika namja manis itu tersenyum saat berhasil menyelesaikan pekerjaannya, semua itu tidak luput dari mata Kris. tampaknya dia tidak perlu meminum wine lagi untuk menghilangkan rasa lelahnya, karena kehadiran Yixing disampingnya, mampu menghilangkan rasa lelah itu. menggantinya dengan perasaan lain. Sebuah perasaan yang asing, namun Kris sangat menyukainya.

“Apakah seperti ini Tuan?”

Yixing menyodorkan beberapa berkas yang sudah disortirnya. Kris mengambil berkas itu dan mengeceknya. Jari-jari panjangnya bergerak membalik setiap kertas yang ada di map.

“Ini sudah benar. Sekarang cocokkan datanya dengan data yang ada di map biru ini. Kalau ada yang tidak sesuai, simpan berkasnya dalam map hitam ini. Ingat, perhatikan baik-baik, jangan sampai kau melewatkan selembar kertas pun…Kau mengerti?” ujarnya lalu menyodorkan map biru dan hitam ke arah Yixing.

Yixing mengangguk “Aku mengerti Tuan. Akan ku kerjakan dengan teliti…”

Yixing mengambil berkas-berkas itu dan map yang disodorkan Kris. Lalu kembali melanjutkan pekerjaanya. Ini pertama kalinya Yixing melakukan pekerjaan seperti ini. Dan tidak bisa dipungkiri kalau dia merasa sedikit khawatir, kalau saja dia melakukan kesalahan. Meskipun dia kurang mengerti tentang hal seperti ini, dia tetap merasa takut kalau dia melakukan kesalahan sedikit saja, bisa membuat perusahaan Kris merugi.

 

***A_V***

 

Hari-hari berikutnya, Yixing mulai disibukkan dengan pekerjaan barunya. Setiap pagi setelah Kris meninggalkan mansion, namja manis itu kembali berkutat dengan berbagai berkas-berkas yang belum sempat diselesaikannya. Terkadang deretan angka nominal yang tertera disetiap lembar kertas membuatnya tercengang. Dia tidak bisa membayangkan berapa hasil yang didapatkan jika semua nominal itu dijumlahkan, dan tentunya itu belum bisa mewakili keseluruhan aset yang dimiliki seorang Kris Wu. Yixing baru menyadari bahwa orang yang membelinya bukanlah orang sembarangan.

“Kerjamu semakin bertambah baik” ujar Kris saat memeriksa pekerjaan Yixing.

“Terima kasih Tuan…”ujar Yixing sedikit tersipu, mendengar pujian yang diberikan Kris.

“Walaupun masih ada beberapa kesalahan kecil mengenai penyortirannya. Ku rasa itu tidak masalah, belum terlalu fatal untuk membuat perusahaan ku mengalami kerugian…”ujar Kris lalu menutup map yang ada ditangannya, lalu meletakkannya di atas meja.

Mendengar hal itu membuat Yixing tertunduk,“Maaf Tuan…” ujarnya pelan.

Kris tertawa pelan melihat ekspresi Yixing yang seperti ingin menangis. Namja tampan itu selalu menikmati tiap kali menggoda Yixing. Melihat berbagai ekspresi di wajah Yixing membuatnya merasa senang.

“Tidak usah khawatir. Kalau pun kau melakukan kesalahan yang fatal, aku tidak akan memberimu hukuman yang berat. Mungkin… aku hanya akan menyuruhmu melakukan sesuatu untukku…”

“Tu…Tuan…” ujar Yixing gugup. Sungguh, tatapan Kris saat ini seolah-olah sedang menelanjanginya. Membuatnya ingin lari dari tempat itu secepat mungkin.

“…dan kau tidak bisa menolaknya, Zhang Yixing”

Tiba-tiba jantung Yixing berdetak lebih cepat, seiring dengan rasa panas yang merambat di wajahnya. Kepalanya tertunduk semakin dalam. Tanpa perlu mengangkat kepalanya, Yixing tahu Kris masih menatapnya. Menatapnya dengan sorot mata yang membuat tubuhnya panas dingin, membuat persendiaanya terasa kaku, hingga dia tidak mampu bergerak, seperti saat ini. walaupun ini bukan kali pertamanya, Yixing tetap tidak bisa berkutik saat Kris memberikan tatapan mematikan itu untuknya.

 

Tok…tok…tok…

 

Ketukan pintu dari arah luar membuat kepala Kris menoleh, memberi sedikit ruang bagi Yixing untuk menormalkan detak jantungnya. Dari ekor matanya, dia meihat Xiumin berjalan mendekat sambil membawa sesuatu.

“Tuan Muda, ini berkas yang anda minta. Apa perlu aku memeriksanya dulu?” Tanya Xiumin saat namja berwajah bulat sudah berada di samping Kris, seraya menyodorkan beberapa dokumen.

“Tidak perlu. Berikan saja berkas itu pada Yixing, biar dia yang memeriksanya…”

Xiumin menatap heran ke arah Kris yang tengah tersenyum sambil menatap Yixing yang sejak tadi terus menundukkan kepalanya, menyembunyikan semburat merah di wajahnya yang timbul akibat ‘ancaman mematikan’ Kris. Memang sedikit janggal, karena biasanya untuk hal seperti ini Kris tidak pernah menunyuruh orang lain selain dirinya. Tapi, Xiumin tidak bisa melakukan apa-apa selain menuruti perintah tuannya.

“Baik Tuan Muda…” ujar Xiumin, lalu menyerahkan berkas itu pada Yixing. Namja manis itu segera beranjak menuju sofa, tempatnya biasa ‘bekerja’. Sedikit terburu-buru hingga nyaris membuatnya tersandung oleh kakinya sendiri.

Kris tersenyum melihat sikap Yixing yang lucu. Dia tidak bermaksud untuk bersenang-senang di atas penderitaan Yixing, hanya saja Kris tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menggoda nama manis itu.

“Tuan Muda, apa tidak berbahaya membiarkan orang lain untuk memeriksa berkas sepenting itu?” Tanya Xiumin.

“Sejak kapan kau meragukan keputusanku?” Kris menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Xiumin. Membuat namja bertubuh lebih pendek itu terkejut lalu segera menundukkan kepalanya.

“Maaf Tuan Muda, saya sama sekali tidak meragukan keputusan yang Anda buat. Hanya saja—”

“Kau tidak perlu khawatir…”potong Kris. “Dia terlalu polos untuk memahami isi berkas-berkas itu. Aku yakin dia tidak akan berbuat hal yang berbahaya, setelah mendengar ancaman kecil dariku” ujar Kris sambil menyeringai.

“Ancaman? Apa Tuan Muda bermaksud membunuhnya?”Tanya Xiumin dengan matanya yang membulat.

“Sepertinya aku terlalu banyak memberi mu tugas yang berat, sehingga pikiranmu dipenuhi oleh hal-hal seperti itu. Mana mungkin aku memberikan ancaman seperti itu, pada namja polos seperti dia. Yang ada sebelum aku menodongkan senjata di kepalanya, mungkin dia akan mati duluan…” ujar Kris.

“lalu, Tuan Muda memberikan ancaman seperti apa?”

Kris memegang dagunya dengan sebelah tangannya, seperti membayangkan sesuatu.

“Ehm…bukan ancaman yang berat, tapi cukup ampuh untuk memberikan efek jera. Dan pastinya, tidak akan melukainya sedikitpun…”

Meskipun rasa bingung masih menaungi isi kepalanya, Xiumin tetap mengangguk pelan. Bekerja selama bertahun-tahun pada Kris tidak memberikan jaminan baginya untuk bisa menebak apa yang ada dalam pikiran namja tinggi itu. terkadang ada hal-hal menarik yang hanya bisa dipikirkan oleh seorang Kris Wu.

“Xiumin…”panggil Kris, memecah lamunan singkat bawahan setianya itu.

“Iya, Tuan Muda…”

“Periksa ulang dokumen ini. Tampaknya ada ‘tikus-tikus’ kecil yang ingin bermain-main di sarang ‘ular’” ujar Kris sambil menyodorkan map hitam ke arah Xiumin. Xiumin mengambil map itu, lalu mengecek isinya.

“Kumpulkan semua informasi mengenai tikus-tikus itu, kemudian kirimkan datanya pada Little Deer. Dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk membasmi mereka. Dan sebaiknya kau berhati-hati, karena tampaknya ada pihak lain yang sengaja menyusupkan mereka ke sarang kita. Pergerakan mereka yang sangat halus hingga nyaris tak terdeteksi, membuktikan bahwa pihak yang menggerakkan mereka bukanlah orang sembarangan…”

“Baik Tuan Muda, akan saya laksanakan” ujar Xiumin kemudian beranjak meninggalkan ruangan Kris.

 

***A_V***

 

Sahutan serangga malam yang kian nyaring terdengar, menandai bahwa malam sudah mencapai puncaknya. Kris sedikit meregangkan ototnya yang terasa kaku akibat posisi duduk yang terlalu lama. Sebaris senyum terukir di wajahnya saat menatap sosok namja yang sepertinya tidak sengaja tertidur di sofa. Kris melepas kaca matanya kemudian melangkah menghampiri sofa. dengan hati-hati dia mendudukkan tubuh tingginya di samping namja itu. kedua tangannya bergerak merapikan kertas-kertas yang berserakan di sekitar tubuh mungil itu.

Kedua tanganya kemudian menyusup di balik leher, dan lutut Yixing. Hanya mengerahkan sedikit tenaganya, Kris bisa mengangkat tubuh mungil itu. dan membawanya menuju kamar Yixing.

“Tuan Mu—“ Xiumin segera menutup mulutnya saat hendak memasuki kamar Kris.

“Shhhh…jangan berisik, dia sedang tertidur…” ucap Kris tanpa suara, yang dibalas dengan anggukan oleh Xiumin.

Yixing menggeliat pelan dalam dekapan Kris. membuat namja tinggi itu berhenti di tempatnya. Masih dengan mata terpejam, Yixing mengalungkan lengannya di leher Kris dan semakin merapatkan wajahnya di bahu lebar Kris, mencari posisi yang nyaman untuk tidurnya. Gerakan kecil itu membuat nafas Kris terhenti sejenak, dengan susah payah dia menegak ludahnya saat nafas hangat Yixing menyapu permukaan lehernya.

“Tuan Muda…”

Kris hanya melirik sekilas ke arah Xiumin, dia tidak ingin menggerakkan lehernya, takut kalau Yixing akan terbangun.

“Biar saya saja yang menggendongnya, Tuan Muda…”

“Tidak perlu, kau rapi kan saja tempat tidurnya…”

Xiumin mengangguk, dan dengan patuh melaksanakan perintah tuannya. Kris berjalan perlahan menuju kamar Yixing.

“Zhang Yixing, jangan buka matamu…”bisik Kris, yang di balas dengan rangkulan erat Yixing di lehernya. Membuat langkah namja tinggi itu terasa berat. Bukan karena berat tubuh Yixing, karena menurut Kris, Yixing tergolong ringan untuk ukuran seorang namja. Namun, karena permukaan bibir Yixing yang tidak sengaja menyentuh rahang Kris. walau hanya terjadi sepersekian detik, namun sukses membuat tubuh namja itu berjengit. Dengan ‘susah payah’ Kris akhirnya tiba di depan kamar Yixing.

Xiumin sudah berdiri di sana, lantas membuka pintu kamar untuk Kris. sebuah senyuman menghiasi wajah bulatnya, saat melihat Kris meletakkan tubuh Yixing dengan hati-hati di atas tempat tidur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh namja manis itu. Tidak ingin menggangu tuannya, Xiumin lalu menutup pintu, meninggalkan Kris berdua dengan Yixing yang masih tertidur, seperti orang mati.

Kris yang tengah berjongkok di sisi tempat tidur, kembali terpaku menatap sosok Yixing yang tengah tertidur pulas itu. Mengagumi setiap lekuk indah yang membentuk wajah polosnya. Bibir merah yang sedikit terbuka, seolah memanggil Kris untuk merasakan kelembutan yang tersembunyi dibaliknya. Desah nafasnya yang teratur, seperti nyanyian yang sangat menenangkan di telinga Kris.

Namun, tiba-tiba kening Yixing sedikit berkerut. Tampaknya Yixing sedang bermimpi. Ada gurat keresahan yang menggores wajahnya. Dan Kris tidak menyukai hal itu. dia ingin melihat wajah Yixing yang tenang dan damai, bukan wajahnya yang terlihat ketakutan. Hal itu mendorongnya untuk menggerakkan sebelah tangannya untuk menggapai wajah Yixing.

 

Deg~

 

Kris bisa merasakan darahnya berdesir hebat, saat merasakan sensasi lembut merayapi urat syaraf jemarinya. Kini wajah Yixing kembali tenang. Kris menegak ludahnya, lalu dengan ragu-ragu, Kris menggerakkan jemarinya menyusuri pipi Yixing, terus bergerak kebawah hingga menyentuh permukaan lembut yang sejak tadi terus menggodanya.

 

Deg~

Deg~

 

Tubuh Kris seperti terbakar saat ujung jarinya menyentuh bibir Yixing. Sengatan-sengatan halus merambat di setiap pembuluh darahnya. Detakan jantung Kris semakin menggila, ketika tanpa sadar Yixing menggerakkan bibirnya, membuat ujung jari telunjuk Kris terperangkap di antara permukaan lembut itu. posisi Kris yang begitu dekat dengan Yixing semakin memperparah kondisinya. Nafas hangat Yixing yang menyapu wajahnya, membuat namja tinggi itu tidak bisa bernapas dengan benar. Sungguh, situasi seperti ini lebih mematikan bagi Kris dari pada terkurung dalam ruangan yang berisi bom.

“ngghh…”

Suara erangan kecil yang keluar dari mulut Yixing semakin membuat Kris terkapar tidak berdaya. Dia tidak menyangka tindakan kecilnya akan berdampak sangat besar untuknya. Dan sebelum hal itu membunuhnya, Kris segera menarik jemarinya. Dengan terburu-buru, dia keluar dari kamar Yixing.

“Zhang Yixing, kau adalah orang yang paling mengerikan yang pernah aku temui. Bahkan dalam keadaan tertidur pun, kau hampir membunuhku…”ucapnya sambil memandang namja manis yang tertidur pulas itu, sebelum menutup pintu kamarnya. Kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Dengan langkah gegas dia berjalan menuju lemari kaca yang berisi berbagai jenis wine. Mulai dari berkadar alcohol rendah, hingga berkadar tinggi, yang mampu membuat seseorang mabuk dalam sekali teguk. Kris mengambil minuman yang berkadar alcohol tinggi, lalu segera meminumnya. Bagi Kris, yang sudah terbiasa dengan minuman jenis itu, tidak akan membuatnya mabuk dalam waktu singkat meskipun dia menghabiskan setengah botol.

“Ck…sial…!!!” umpat Kris seraya menyandarkan kepalanya pada sisi pintu lemari kaca itu. dengan agak kasar dia mengusap wajahnya yang diwarnai semburat merah. Efek yang ditimbulkan setelah menegak minuman beralkohol. Tangan kirinya menapak di lemari kaca, untuk menopang tubuhnya yang terasa lemas.

“apa yang terjadi padaku?” ujarnya sambil menatap pantulan dirinya di kaca. Sekilas tidak ada yang berubah dari wajah tampannya. Namun, Kris menyadari ada sesuatu yang berubah pada dirinya. Dia merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya.

Kris kembali menegak minuman yang ada ditangannya hingga habis. Kesadarannya yang perlahan menipis, membuat kedua kakinya tidak sanggup lagi untuk berdiri tegak. Namja tampan itu jatuh terduduk di atas lantai marmer yang dingin. Dia kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya terlihat sedikit berantakan, wajahnya yang sudah memerah, sorot kedua matanya pun sudah mulai meredup.

Kris tertawa pelan melihat sosoknya yang terlihat berbeda.

“Apa aku terlihat menyedihkan?” tanyanya parau.  “Ku harap kau tidak menertawakan ku dalam mimpimu saat ini…”

Tentu saja kalimat itu dia tujukkan pada satu orang.

 

Zhang Yixing

 

Orang pertama yang membuatnya menjadi seperti. Ah..bukan orang pertama. Melainkan, ‘satu-satunya’ orang yang mampu membuat seorang Kris Wu menjadi lemah. Ada sesuatu yang dimiliki oleh Yixing. Sesuatu yang membuatnya merasa tidak tenang saat kedua matanya tidak melihat sosok Yixing. Sesuatu yang membuat dadanya terasa ingin meledak saat berada di dekat Yixing. Sesuatu yang membuatnya merasa terbakar saat melihat Yixing terluka. Sesuatu yang membuatnya bertekuk lutut pada namja manis itu.

“Arghhhh…” geramnya sambil meremas rambut coklat terangnya. Membuatnya semakin berantakan.

Dan, yang membuatnya semakin frustasi adalah, karena dia tidak tahu penyebab dari perasaan yang menyiksanya itu. seluruh urat syarafnya tidak mampu mengenali perasaan asing itu. Hatinya terlalu beku untuk mengenali berbagai perasaan yang berkelebat tiap kali wajah Yixing muncul dalam pikirannya.

Kris kembali mengangkat wajahnya, menatap pantulan dirinya di kaca.

“Suatu saat, kau harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kau lakukan padaku, Zhang Yixing…”

 

***A_V***

 

“TIDAAAAAKKKKK….!!!”

Jeritan nyaring itu membuat Yixing terbangun. Deru nafasnya memburu seiring dengan aliran deras dari keringat yang membasahi wajahnya yang memucat. Kedua mata coklat itu terlihat berkaca-kaca, mengingat mimpi buruk yang kembali menghantui pikirannya. Yixing menutup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu terisak pelan.

Sungguh, dia tidak ingin menangis. Tapi, mimpi itu benar-benar membuatnya takut. Kalau orang mengangap mimpi hanyalah bunga tidur, maka bagi Yixing mimpi itu adalah sebuah duri. Yang membuatnya merasakan sakit tiap kali mimpi itu datang. Dan saat dia membuka mata, rasa sakit itu masih terasa, tidak berkurang atau menghilang sedikit pun.

Kesendiriannya saat ini semakin memperparah kondisinya. Ibunya sudah tidak ada lagi disisinya untuk menenangkannya. Dia tidak memiliki siapa-siapa yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk bersandar. Tidak ada.

Kenyataan pahit itu kembali menghantam Yixing. Membuatnya tersadar, kalau dia benar-benar membutuhkan ‘seseorang’ disampingnya. Jangan menganggap Yixing manja, atau tidak mandiri. Karena sekuat apapun orang itu, dia pasti tetap membutuhkan seseorang di sampingnya untuk menopang tubuhnya saat dirinya terjatuh. Dan memang sudah menjadi hukum alam, kalau manusia itu tidak bisa hidup sendiri.

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, siapa? Apakah ada orang yang mau melindungi namja sepertinya, yang tidak memiliki apa-apa, selain masa lalu yang kelam? Apakah ada orang yang mau mengulurkan tangannya untuk memeluk namja sepertinya, yang seumur hidupnya harus hidup di bawah naungan penderitaan? Apakah ada orang yang mau menghapus air matanya, saat dirinya menangis? Apakah ada orang seperti itu di dunia ini?

Hanya ada dua pilihan jawaban. Ada atau tidak ada. Tapi Yixing terlalu takut untuk memilih di antara keduanya. Dia sangat mengharapkan pilihan pertama yang menjadi jawabannya, namun bagaimana jika seandainya kenyataan membawanya pada pilihan lain?

Tapi, itu hanyalah sebuah pengandaian. Banyak hal yang akan terjadi seiring berjalannya waktu. Dan hingga saat ini, sang waktu masih berjalan. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan untuk mencari jawaban atas semua pertanyaan itu.

 

“…Percayalah, ketika kau bisa merelakan masa lalu, maka akan datang ‘sesuatu’ yang baik untuk menggantikannya…”

 

Perlahan Yixing melepas tangkupan tangannya, saat dia teringat ucapan Kris. Kalimat itu seperti menguatkan dirinya.

“aku percaya…” batinnya.

Yixing menarik nafasnya, lalu menghembuskannya pelan. Kedua tangannya bergerak menghapus jejak air mata di wajah cantiknya, disusul dengan kedua ujung bibirnya yang tertarik membuat sebuah garis melengkung. Ceruk kecil yang muncul dipipi kananya membuat senyum itu semakin bersinar, mengalahkan cahaya matahari pagi.

“eh…apa ini?” ujar Yixing saat melihat sebuah note di atas nakas. Dia mengambil note itu, dan membaca isinya.

“jam 9 pagi…!! Sekarang jam berapa?” dia segera mengedarkan pandangannya mencari alat penunjuk waktu itu. matanya hampir keluar dari rongganya saat melihat jarum pendek hampir menyentuh angka 9.

“aku terlambat…!!” Yixing segera melompat dari tempat tidur, lalu bergegas menuju kamar mandi. Saking terburu-burunya, dia tidak sengaja menabrak pintu kamar mandi yang masih dalam keadaan tertutup. Sepertinya pagi ini, dia harus mempersingkat ritual mandinya, yang biasanya memakan waktu sejam.*nih anak, mandi atau jualan sih?*

 

***A_V***

 

“Masuk…” ujar Kris disusul dengan gerakan pintu yang perlahan membuka, menampilkan seorang pria berbalut jas hitam yang membawa sebuah kotak berukuran kecil.

“Barang yang Anda minta sudah siap, Tuan Muda” ucap pria itu seraya membungkuk hormat. Kedua tangannya terjulur meletakkan benda yang dibawanya, di meja kerja Kris.

Kris meraih benda itu, dan mengeluarkan isinya. Dia mengecek benda ditangannya dengan teliti. Salah satu jarinya menekan tombol untuk menyalakan benda itu. seketika layar benda berbentuk persegi itu, yang semula buram kini berwarna putih terang, disusul dengan berbagai huruf yang muncul memenuhi layar itu. Jemari Kris sibuk bermain di atas touch screen, hingga terdengar bunyi bib, ponsel itu kemudian terestart  dengan sendirinya.

“Apa kau sudah memasukkan perangkat tambahan yang aku minta?” Tanya nya sambil mengeluarkan ponselnya sendiri dari saku jas abu-abu nya.

“Iya, Tuan Muda…”

“Bagus. Kau bisa keluar sekarang…” perintah Kris, yang dijawab dengan anggukan oleh bawahannya itu. detik berikutnya, pria berjas hitam itu melangkah keluar dari ruang kerja Kris.

Namja tampan itu tersenyum, lalu memasukkan kembali ponsel yang dibawa oleh bawahannya ke dalam kotak.

“Ugh…”

dia mengerang tertahan sambil memegang kepalanya yang berdenyut keras. Segera dia meraih obat yang selalu ada di laci meja kerjanya, dan memakan dua butir sekaligus. Semenit kemudian rasa sakit itu perlahan menghilang. Tampaknya dia harus menekan kebiasaannya untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, kalau dia tidak ingin terbangun dengan kepala yang terasa mau pecah.

Kris menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil memejamkan matanya. Kejadian di kamar Yixing kembali berkelebat di dalam kepalanya. bahkan hanya membayangkannya saja sudah membuat tubuh Kris memanas. Bagaimana kalau malam itu dia benar-benar ‘menyentuh’ Yixing? Tapi, itu tidak masalah bukan? Toh, Yixing adalah ‘miliknya’, dan dia punya hak untuk melakukan apa saja pada namja manis itu. tidak ada yang bisa melarangnya, bahkan Yixing sekalipun.

Namja tinggi itu menggelengkan kepalanya. menghapus pikiran liar yang merasuki otaknya. Kris bukanlah tipe namja mesum yang suka mengumbar nafsunya. Walaupun begitu banyak yeoja atau namja yang berada tak jauh dari pinggangnya, berusaha untuk menarik perhatiannya dengan cara apapun. Kris tak pernah bersikap ramah atau lembut sebagaimana namja-namja tampan dan berkantong tebal yang suka menebar pesona pada siapa saja.  Kris juga tidak tertarik untuk bersosialisasi pada dunia luar, seolah hal itu tidaklah terlalu penting baginya untuk terlibat. Kecuali, hal itu menyangkut pekerjaannya. Dia memang sering mengunjungi nightclub dan tempat sejenisnya, tapi itu pun karena urusan pekerjaannya. Dia sama sekali tidak tertarik untuk menikmati ‘pelayanan’ yang ada di tempat itu. Dan kalau bukan untuk menghilangkan rasa penat dan lelah, maka Kris tidak akan menyentuh minuman beralkohol, yang selalu membuat kepalanya ingin meledak setiap pagi. Seluruh tenaga dan pikiran Kris yang tertuju pada satu titik, yaitu menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin.

Namun, kini Kris harus membaginya untuk seorang namja manis. Meski namja manis itu tak pernah benar-benar memerangkapnya dalam jerat, selain hanya melayaninya dengan tulus. dan mungkin saja karena hal itu yang membuat Kris segera menarik dirinya malam itu. sebelum dia melakukan hal yang akan membuatnya menyesal seumur hidup.

“Tuan…”

“Tidak hanya wajahnya, kini suaranya pun terasa nyata…”lirih Kris masih menutup matanya.

“Tuan…”

“Apa sekarang aku sudah gila, karena terus mendengar suaranya?”

“Tuan Kris…”

“Ah…mungkin benar, aku sudah gila. Kalau saja Xiumin ada disini mungkin dia akan seegra menelpon psikiater…” Kris masih terus berbicara, dengan mata yang terpejam.

“Tuan, anda baik-baik saja?”

Kris mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan terakhir itu. segera dia membuka matanya.

“Tuan…”

Kris mengusap matanya berkali-kali, untuk memastikan bahwa sosok yang ada dihadapannya bukanlah halusinasinya saja. Dan yah…sosok itu nyata.

“Yixing…” ujarnya tidak percaya.

“Maaf Tuan, aku datang terlambat. Xiumin hyung tidak membangunkanku saat dia meletakkan note ini—”

Kris tidak lagi mendengar kalimat Yixing selanjutnya. Kedua matanya sibuk menatap namja di hadapannya. entah kenapa, sosok Yixing yang hanya mengenakan sweater hitam dipadukan dengan celana jins, dan topi kupluk yang menutupi sebagian rambutnya, membuatnya terlihat cantik manis.

“Tuan baik-baik saja?”

Pertanyaan Yixing mengalihkan perhatian namja tinggi itu.

“Ehem…tentu saja. Apa aku terlihat seperti orang sakit?” ujar Kris sambil berpura-pura sedang merapikan dasinya. Dia harus melakukan sesuatu agar tidak terlihat bodoh di depan Yixing.

“Maaf, Tuan…aku tidak bermaksud—“

“Ini untuk mu…” potong Kris cepat. Seraya menunjuk kotak kecil di atas meja kerjanya.

Walaupun bingung, Yixing berjalan mendekat lalu mengambil kotak itu.

“Tuan, ini apa ?”

“Bukalah, kau akan tahu apa isinya…”

Gerakan Yixing yang sedang membuka kotak itu tidak luput dari mata Kris. namja tinggi itu berusaha menahan senyumnya, saat melihat ekspresi Yixing begitu melihat isi kotak itu.

“Tuan…ini…ini…” Yixing menatap benda ditangannya dan wajah Kris bergantian, dengan mata membulat.

“bagaimana kau suka?”

“Tuan…sungguh-sungguh memberikan…ini…untukku?” ujar Yixing tidak percaya.

“Ehm…kenapa? Kau tidak suka? Aku bisa menggantinya dengan yang la—“

“Tidak Tuan…!! Aku sangat menyukainya…aku benar-benar menyukainya..!!” seru Yixing sambil mendekap erat ponsel berwarna putih itu di dadanya.

Kris tertawa pelan melihat sikap Yixing.

“Tapi kenapa Tuan memberikan ini padaku?” Tanya Yixing sambil memiringkan kepalanya ke kiri. Gesture kecil itu membuat tangan Kris terasa gatal untuk segera menarik Yixing ke pangkuannya.

“Ehm…anggap saja, sebagai hadiah kecil dari ku karena kau sudah banyak membantuku. Lagi pula, kau membutuhkan benda itu, kalau kau ingin menggantikan posisi Xiumin hari ini…”

Yixing mengangguk mengerti. Dia hampir saja lupa, tujuannya datang ke gedung besar itu.

“Terima kasih, Tuan…” ujarnya tulus seraya menyungingkan senyum termanisnya. Dan untuk kesekian kalinya, Kris harus menyerah pasrah saat dirinya kembali terperangkap dalam perasaan asing itu.

“Tuan, wajah anda memerah… Apa Tuan benar-benar tidak apa-apa?” Tanya Yixing khawatir. Karena sejak kedatangannya, Kris terlihat aneh.

“Ehem…Tentu saja. Tidak usah membahasnya lagi. Sekarang periksa berkas-berkas ini. aku ada urusan sebentar…” ujar Kris sambil menunjuk map-map yang ada di mejanya.

“Baik Tuan…” Yixing terus menatap Kris, hingga sosok tinggi itu menghilang di balik pintu.

“Hh…hh…hh…” Kris menyadarkan tubuhnya di tembok, sambil berusaha mengatur nafasnya. Berada di dekat Yixing membuat dadanya ingin meledak. dia hanya berharap bisa menahan dirinya, karena sepanjang hari ini Yixing akan terus berada di sampingnya.

“Xiumin, lain kali aku tidak akan mengizinkanmu menyuruh Yixing untuk menggantikan pekerjaanmu…”

 

***A_V***

 

Sejak tadi Kris duduk dengan gelisah di tempatnya. Sinar matahari yang perlahan meredup di tambah dengan pendingin mobil yang distel hingga suhu terendah, tidak mampu mengentikan aliran keringat yang membasahi wajahnya. Detakan jantungnya bahkan melebihi kecepatan mobil yang ditumpanginya. Jangan bertanya pada Kris apa yang membuatnya terlihat seperti orang yang meregang nyawa. Karena pasti dia tidak akan bisa menjawabnya. Bukan karena dia tidak tahu jawabannya. Melainkan dia lebih memilih untuk menjadi patung dari pada harus mengeluarkan suaranya, yang bisa saja mengusik tidur seseorang, yang sejak meninggalkan gedung kantornya terlelap di bahu Kris.

Mobil perlahan memasuki area parker di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Seoul, membuat Kris bisa bernafas dengan lega. Dia bermaksud untuk membangunkan Yixing, tapi sebelum dia melakukan itu, Yixing sudah terbangun lebih dulu dengan nafas memburu.

“Kau baik-baik saja?” Kris tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya saat melihat wajah Yixing yang memucat.

Yixing menggeleng, sambil mencoba mengatur nafasnya.

“Aku baik-baik saja, Tuan…”ujarnya pelan.

“Kau yakin? Kalau kau merasa tidak enak badan, kau bisa pulang sekarang…”

“Tidak perlu Tuan. Aku baik-baik saja… Tadi aku… hanya bermimpi buruk”

Kris menatap sejenak wajah Yixing, sebelum akhirnya dia mengangguk. “Baiklah…kita keluar sekarang”

Mereka berdua lalu turun dari mobil mewah milik Kris. dan berjalan beriringan memasuki pusat perbelanjaan itu. penampilan Kris yang memang menarik, di tambah beberapa pria berjas hitam yang mengelilinginya, membuatnya menjadi pusat perhatian dari para pengunjung tempat tersebut. Dan bukan Kris Wu namanya, kalau dia tidak mengenakan wajah dingin dan angkuhnya. Berbeda dengan namja disebelahnya, yang sejak tadi menunduk. Merasa malu dengan tatapan orang-orang disekitarnya.

“Berikan pakaian formal yang pas untuknya” ujar Kris pada salah karyawan di sebuah toko pakaian, seraya menunjuk Yixing yang sibuk melihat-lihat isi toko.

“Baik, Tuan Muda” ujar karyawan itu.

Beberapa menit kemudian, karyawan itu kembali sambil menenteng satu set black suite dan white suite di kedua tangannya.

“Ini Tuan Muda…”

Kris menatap pakaian itu sebentar,” Aku ambil yang ini…”ujarnya sambil mengambil pakaian yang berwarna putih.

“Yixing, kemarilah…”

Mendengar panggilan Kris, Yixing segera menghampiri.

“Iya, Tuan…”

“Pakai ini…”ujar Kris seraya menyodorkan pakaian ditangann ke arah Yixing.

“Tuan, ini…untuk apa?” Tanya Yixing bingung. Begitu banyak kejutan yang diberikan oleh Kris hari ini.

“Sebentar aku akan menghadiri sebuah acara peresmian perusahaan, dan kau tidak mungkin menemaniku dengan pakaian seperti itu…”

Yixing menatap pakaian seadanya yang membalut tubuhnya. Lalu tersenyum canggung ke arah Kris.

“ah…Tuan benar…”

“Cepatlah berganti pakaian, sebentar lagi kita akan kesana…”

“Baik Tuan…”ujar Yixing, lalu masuk ke dalam kamar ganti.

Kris duduk di sofa bundar, sambil menunggu Yixing. Beberapa saat kemudian, tirai kamar ganti itu terbuka, menampilkan sosok malaikat yang berada di dalamnya.

Dan tidak perlu bertanya lagi bagaimana reaksi Kris. mulutnya yang menganga, matanya yang tidak berkedip, sudah cukup untuk menggambarkan bahwa dia sangat menyukai apa yang ada didepan matanya saat ini.

“Tuan, aku sudah selesai…”

“Ah…baiklah. Ki-kita pergi sekarang…” ujar Kris lalu bangkit dari posisinya.

“Tuan, kita belum membayar pakaian ini…” ujar Yixing.

Kris tertawa pelan.” Untuk apa aku membayarnya, kalau semua yang ada di tempat ini adalah milik ku...”

“Eh..?!”

 

***A_V***

 

Suasana di ballroom hotel mewah itu tampak ramai. Pria dan wanita, dalam jumlah yang lumayan banyak, berlalu lalang dalam balutan jas dan gaun malam mewah. Masing-masing tamu wanita seakan bersaing untuk menampilkan pesona dengan memakai gaun hasil karya perancang ternama, juga berbagai aksesoris berkilau yang terpasang di tubuh mereka. Sementara tamu pria tampil dalam balutan jas mewah dan berkelas. Aroma parfum Hugo Boss, Hilton, Bvlgari, saling berbaur, menebar keharuman yang elegan.

Di salah satu sisi ruangan terdapat empat meja prasmanan berlapis alas putih bersih, menghamparkan berbagai jenis menu dari seluruh dunia. Dan diantara deretan makanan itu terselip lilin-lilin cantik dan vas-vas mungil berisi rangkaian bunga. Di ujung barisan meja itu, terdapat tiga meja berbentuk oval yang dikhususkan untuk menyajikan berbagai hidangan penutup dan minuman. Kebanyakan adalah dari jenis cold desert, potongan-potongan cake berhias buttercream warna-warni, fruit shorbet, cupcake dengan berbagai topping, hingga berbagai jenis pudding. Sementara untuk minumannya didominasi oleh minuman berkelas, seperti red wine, atau champagne. Belasan pelayan berseragam hitam putih, tampak sibuk menjinjing nampan yang telah berulang kali di isi dengan goblet minuman dari meja khusus itu.

Suara obrolan yang berdengung di setiap sudut tempat itu yang ukurannya hampir seluas sepertiga lapangan sepak bola, perlahan meredup begitu seorang namja tinggi yang mengenakan jas berwarna abu-abu gelap memasuki tempat itu. semua orang yang berada di ruangan itu pasti sudah mengetahu siapa namja tampan itu. siapa lagi kalau bukan sang pemilik hotel, yang malam ini kembali mengadakan acara untuk meresmikan sebuah perusahaan barunya, Kris Wu.

“Selamat Tuan Wu…”

“Tuan Wu anda benar-benar hebat, mampu mengembangkan perusahaan dalam waktu singkat…”

“Tidak hanya tampan ternyata, Anda juga lihai mengelola perusahaan…”

“Tuan Wu, apakah anda punya waktu luang akhir pekan ini? Mungkin kita bisa mengobrol sebentar di apartemen ku…”

Semua ucapan yang terlontar dari rekan bisnisnya, hanya dijawab dengan senyuman kecil di wajah Kris. apa lagi untuk pertanyaan yang terakhir, Kris bahkan tidak sempat untuk melihat siapa yang mengatkannya. Paling hanya wanita-wanita yang tertarik dengan wajah tampan dan hartanya saja. Dan Kris tidak punya waktu untuk meladeni manusia seperti mereka.

Meskipun saat ini, Kris tampak sibuk meladeni obrolan dari para koleganya yang berasal dari berbagai negara, namja tampan itu tidak pernah melepas pengwasannya dari Yixing.

Namja yang terlihat cantik dalam jas berwarna putihnya itu tengah berdiri disudut ruangan, memandang deretan orang berkelas yang memenuhi tempat itu. baru kali ini dia berada di tempat seperti itu, dan hal itu sedikit membuatnya merasa takut.

“Hai, manis…tampaknya kau sendirian, apa kau mau menemaniku?” seorang pria yang entah datang dari mana, tengah menggoda Yixing. Yixing sedikit menjauh saat pria itu mencoba untuk menyentuhnya.

“Tidak perlu takut manis, aku hanya ingin bermain denganmu…” ujar pria itu masih mencoba untuk mendekatinya. Yixing tidak berani untuk melawan, dia takut kalau pria itu adalah satu rekan bisnis Kris.

“Pe-permisi…” ujar Yixing singkat lalu meninggalkan pria itu. dia berjalan cepat menuju tempat Kris berada. Kris adalah satu-satunya orang yang dia kenal di tempat itu, jadi hal yang wajar kalau Yixing mencari perlindungan dari tuannya.

“Yixing…” Kris menolehkan kepalanya saat dia merasakan kehadiran Yixing di dekatnya.

“Apa aku menganggu Tuan?” tanyanya.

Kris menggeleng.

“Umm…bisa aku berada di dekat Tuan selama acara ini? Aku…um…sedikit takut, berada di tempat ini sendirian…”ujarnya malu-malu.

Kris tersenyum,” Tentu saja…”

“Terima kasih Tuan…”ujar Yixing seraya tersenyum. Dan Yixing terus mengekor kemana namja tinggi itu pergi.

“Tuan Wu, apa dia ‘mainan’ baru anda?” Tanya salah seorang kolega Kris sambil menunjuk Yixing yang berdiri di belakang Kris, dengan dagunya.

“Kenapa?” balas Kris datar.

“Bukan apa-apa… saya hanya merasa pernah melihatnya di suatu tempat…”

“Mungkin itu hanya perasaan Anda saja, Tuan Lee”ujar Kris, yang tampaknya kurang suka dengan arah pembicaraan ini.

“Yah…mungkin Anda benar, Tuan Wu. Tapi, kalau anda sudah bosan dengannya. Anda bisa memberikannya padaku…” ujar Tuan Lee seraya menyeringai.

Kris menatap tajam ke arah rekan bisnisnya, membuat salah satu rekan bisnisnya yang berasal dari Korea itu tampak memucat.

“hahaha…saya hanya bercanda, Tuan Wu” jawabnya kaku.

“Saya tidak ingin bercanda dengan anda, Tuan Lee…” ujar Kris dingin.

“Maaf…jadi bagaimana apa kita bisa bekerja sama?” Tuan Lee segera mengalihkan pembicaraan.

“Akan saya pikirkan lebih dulu. Saya tidak mau bekerja sama dengan orang yang tidak berkompeten dan suka ‘bermain-main’…”

“Saya mengerti, Tuan Wu… Saya harap bisa mendengar kabar baik itu secepatnya” ujar Tuan Lee, seraya mencuri pandang ke arah Yixing.

Sejak Kris berbicara dengan Tuan Lee, namja manis itu terus menunduk. Berusaha untuk menyembunyikan raut ketakutan yang terlukis di wajahnya. Dia sangat ingin lari dari tempat itu, tapi kakinya terasa kaku untuk bergerak. Bayangan mimpi buruk yang selalu menghantuinya, seperti mematikan seluruh urat syarafnya.

 

Tap…

 

“Jangan sentuh aku…!!!”

 

Prangg…

 

Satu teriakan nyaring yang disusul dengan suara pecahan gelas kaca di atas lantai, membuat semua pasang mata yang ada di ballroom memandang ke arah Yixing. Tak terkecuali Kris. namja tinggi itu tidak menyangka sentuhan ringan yang dia berikan di pundak Yixing akan mendapat reaksi seperti ini.

“Yixing…”

Butuh waktu beberapa detik bagi Yixing untuk menyadari apa yang baru saja terjadi padanya. Tubuhnya bergetar pelan. Tatapan sinis dari para tamu yang mengangganya seperti seorang pencuri, membuatnya semakin ketakutan.

“Ma-maaf, Tuan…Maaf…Aku…aku tidak sengaja…”ujarnya dengan suara bergetar. Dia masih menunduk, tidak ingin melihat wajah Kris.

Kris menghela napas. Dia ingin menarik Yixing ke dalam pelukannya dan menenangkan namja manis itu. tapi tentu saja, dia tidak bisa melakukan hal itu. dia tidak ingin membuat Yixing semakin ketakutan.

“Tidak perlu meminta maaf. Kau tidak salah apa-apa. Lebih baik, sekarang kau ke toilet dan bersihkan tumpahan jus itu. kau tidak mungkin menemaniku semalaman, dengan pakaian kotor seperti itu…” ujar Kris seraya tersenyum lembut ke arah Yixing.

Namja manis itu mengangkat kepalanya, dan membalas senyuman Kris dengan anggukan pelan. Setelah Kris menunjukkan arah toilet, Yixing segera melangkah pergi, mengabaikan seseorang yang mengekor di belakangnya.

“Hei, tunggu sebentar cantik…”

Seorang pria berjas biru tua menahan bahu Yixing, membuat langkahnya terhenti sebelum dia mencapai pintu toilet. Yixing bermaksud untuk melanjutkan langkahnya, namun pria itu menarik lengannya dan dengan kasar menghempaskan tubuh Yixing ke tembok.

Mata Yixing membulat, begitu melihat wajah pria itu. dia adalah salah satu rekan bisnis Kris. Tuan Lee.

“Apa kita sebelumnya pernah bertemu?” Tanya Tuan Lee seraya mengeratkan cengkramannya di pergelangan tangan Yixing.

Tentu saja itu bukan pertanyaan sulit bagi Yixing. Dia sangat tahu jawaban dari pertanyaan singkat itu. namun, lebih memilih untuk mengunci rapat bibirnya. Tidak ingin peristiwa kelam kembali muncul dalam memori otaknya.

“tunggu sebentar…” Tuan Lee tampak mengawati wajah Yixing. Hingga detik berikutnya dia berseru. “Ah… aku ingat…!!! Kau adalah namja yang ada di klub waktu itu kan? Ck…tidak kusangka, setelah menolak untuk melayani ku, kau malah menyerahkan dirimu pada Tuan Wu…”

 

Cess…

 

Ucapan yang seolah menyindir itu, membuat luka lama yang belum sepenuhnya sembuh kembali berdarah. Yixing bisa merasakan rasa perih perlahan merambat di rongga dadanya.

“Lepaskan aku…biarkan aku pergi …”lirihnya tak berdaya.

“Kenapa terburu-buru sekali? Kita baru saja bertemu… Bagaimana kalau kita melanjutkan permainan kita yang dulu sempat tertunda?”

Seriangian di wajah Tuan Lee melebar saat melihat gelengan keras yang diberikan oleh namja cantik di hadapannya. Penolakan Yixing malah membuatnya semakin tergoda untuk ‘bermain’ dengan namja cantik itu. tidak bisa dipungkiri, dia sudah terjerat pada namja itu, sejak pertama kali kedua matanya menangkap keindahan yang tak mampu di sembunyikan oleh derasnya air mata. dan untuk kedua kalinya, dia kembali di mabukkan oleh keindahan itu. sebuah keindahan yang belum sempat untuk dinikmatinya, dan sekarang mereka kembali bertemu. Tentu saja, Tuan Lee tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

“Tidak usah takut cantik… Aku berteman baik dengan tuanmu. Bahkan dia sudah ku anggap seperti saudara ku sendiri. Jadi, kurasa dia tidak akan marah kalau kau bermain-main sebentar dengan ku…”

“Tidak…!! Lepaskan aku…!!...Ku mohon…” Suara Yixing semakin melirih seriring dengan gerakan tubuhnya yang semakin beringas, untuk melepaskan diri dari cengkraman Tuan Lee. Walaupun memiliki postur tubuh yang lebih pendek dari Kris, namja itu cukup kuat untuk menahan pergerakan tubuh Yixing.

Tidak peduli dengan raungan Yixing, Tuan Lee segera menyeret namja manis itu menyusuri koridor-koridor kamar hotel yang tampak sepi, ditinggalkan oleh para penghuninya yang tengah sibuk berpesta. Sedikit kesulitan ketika Tuan Lee membuka pintu kamarnya dengan satu tangan, sementara sebelah tangannya yang lain harus memegang Yixing dengan erat agar namja manis itu tidak bisa melarikan diri. Karena hal itu sangat berisiko. Bukan hanya masalah bisnisnya yang terancam ‘tewas’, dia pun juga bisa mengalami hal yang sama kalau sampai Kris tahu apa yang dilakukannya.

Dengan terburu-buru, dia mengunci pintu kamarnya, lalu dengan cukup keras menghempaskan tubuh Yixing ke arah tempat tidur.

“Kau pasti sudah sering melakukan hal ini pada tuanmu. Jadi, kurasa kau tahu apa yang harus kau lakukan untuk memuau…” Senyuman nakal menghiasi wajah Tuan Lee, sembari kedua tangannya begerak melepas jas mahal yang membalut tubuhnya yang cukup atletis. Kemudian giliran jemarinya yang dengan lincahnya melepas satu persatu kancing kemeja birunya, hingga menampakkan bagian tengah tubuhnya.

Saat Tuan Lee tengah sibuk melepas pakaiannya, secara sembunyi-sembunyi Yixing mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya. Ide itu tiba-tiba saja muncul di dalam kepalanya. Posisi tubuhnya yang membelakangi Tuan Lee, membuat gerakannya tidak disadari oleh namja itu. setelah benda persegi itu berada di depan matanya, ibu jarinya bergerak dengan cepat di atas touch screen. Dan saat dial pad muncul, dia segera menekan speed dial 1. Yang akan menghubungkannya dengan satu-satunya orang yang bisa menolongnya.

Kris Wu

 

***A_V***

 

Suasana mencekam yang terjadi di salah satu kamar, sangat kontras dengan kemeriahan pesta yang tengah berlangsung di ballroom hotel bintang lima itu. Malam yang semakin mendekati titik puncak, lantas tidak membuat manusia-manusia kelas atas itu untuk beranjak meninggalkan pesta. Kejadian yang sempat mengheningkan kebisingan di ruangan itu, hanya mampu bertahan dalam hitungan detik. Karena beberapa saat setelah Yixing menghilang menuju toilet, suara sumbang, gelak tawa, dan dentingan gelas yang saling beradu kembali terdengar, bahkan lebih nyaring dari sebelumnya.

Namun, tak semua orang melebur dalam kemeriahan. Sejak tadi raut kecemasan menggores wajah tampan namja itu. deretan wanita cantik yang sejak tadi berusaha untuk mendapatkan satu senyuman darinya, harus menelan kembali keinginan mereka. Walaupun mereka tahu kalau namja itu terkenal dengan sikap dinginnya, itu tidak membuat mereka menyerah untuk mencari sebuah kehangatan yang tersembunyi di balik sosok seorang Kris Wu.

Dan tanpa mereka ketahui ‘seseorang’ sudah merasakan kehangatan itu, bahkan tanpa harus bersusah payah menggoda atau pun merayu dengan berbagai imingan-imingan yang akan membuat otak seorang pria menjadi tak berfungsi.  Seseorang yang tidak menyebar perangkap apapun, tapi mampu menjerat Kris seutuhnya. Seseorang yang tidak memiliki apapun, tapi mampu memberikan Kris semua hal yang tidak pernah dimilikinya. Seseorang yang terlihat lemah, tapi mampu membuat orang seperti Kris bertekuk lutut tak berdaya.

Namja tinggi itu sudah bertemu dengan jutaan orang dengan karakter yang berbeda. namun, baru kali ini dia bertemu dengan seseorang yang nyaris membuatnya lepas kendali saat pertemuan pertama. Jadi jangan heran kalau saat ini Kris terlihat seperti bom waktu yang siap meledak jika Yixing tidak muncul dihadapannya beberapa detik lagi.

 

Drttt…drttt…drttt…

 

Sejenak perhatiannya teralih ke ponsel yang bergetar di saku celananya. Sepasang mata tajamnya membeliak saat melihat id yang tertera di layar ponselnya.

“Yixing…” Nama itu meluncur begitu saja dari sela bibirnya, saat benda berwarna hitam itu menempel di telinga kanannya.

“Yixing…halo…Yixing…?” Kening Kris sedikit berkerut. dia tidak mendengar suara Yixing, melainkan suara orang lain. Hal itu membuat kadar kecemasan dalam diri Kris semakin meningkat.

“Zhang Yixing…bicara padaku. Apa yang—“

“Ku mohon…jangan…jangan lakukan ini pada—AKKKHHHHH…!!!”

 

Sreettt…

 

Jeritan yang disusul dengan suara kain yang disobek, membuat seluruh urat syaraf Kris menegang. Genggaman tangannya pada ponsel semakin erat. Tidak perlu melihat, dia sudah tahu siapa pemilik suara itu.

“Zhang Yixing…Bicaralah dengan jelas…Apa yang terjadi padamu..?!” ujarnya panic. Tapi, beberapa detik berikutnya dia tidak mendapat jawaban apa-apa.

Kris mengepalkan tangannya, hingga nyaris membuat ponselnya remuk. Rahangnya mengeras, seiring dengan wajahnya yang memerah menahan emosi. Dia segera mengutak atik ponselnya. Beberapa detik berikutnya muncul titik biru dan merah yang berkedip-kedip di layar ponselnya.

Beruntung, Kris menanamkan alat pelacak di ponsel Yixing. Bukan bermaksud apa-apa, ini hanyalah salah satu cara untuk menjaga apa yang menjadi miliknya. Tanpa membuang waktu, Kris segera bergerak menuju lokasi yang ditunjuk oleh titik merah itu.

 

***A_V***

 

“Lepaskan aku…!!”

Entah sudah berapa kali Yixing mengucapkan kalimat itu. tenggorokannya terasa seperti tercekik, karena sejak tadi dia terus berteriak.

“Tentu saja aku akan melepaskanmu, cantik… tapi setelah kau memuau. Lebih cepat kau melakukannya, maka aku akan segera melepaskanmu…”

Tuan Lee bergerak menindih tubuh Yixing. Kedua pahanya mengapit pinggang namja dibawahnya, sementara tangannya menjalari dada Yixing yang masuh terbungkus oleh kemeja putih. Jas putih yang tadi membalut tubuhnya, dia tidak tahu sekarang berada dimana. Bahkan ponsel yang dia gunakan untuk menghubungi Kris, entah terlempar kemana saat tiba-tiba Tuan Lee menerjang tubuhnya.

“Ku mohon…jangan…jangan lakukan ini pada—AKHHHHH…!!”

 

Srett…

 

Dengan satu sentakan kemeja itu sobek menjadi dua bagian. Mata Tuan Lee membelalak saat melihat keindahan yang berusaha ditutupi oleh Yixing dengan kedua tangannya. Mengingat dulu ia gagal menikmati keindahan itu, membuatnya segera mendekatkan wajahnya ke arah Yixing. Posisinya saat ini yang membuatnya tidak bisa bergerak, memaksa Yixing untuk mencari cara lain untuk melindungi dirinya. Dan dia tidak punya pilihan lain, selain meludahi wajah Tuan Lee.

 

Plakkk…

 

“Dasar sampah…!! Beraninya kau melakukan itu…!!” geram Tuan Lee dengan wajah memerah. Dia mengusap kasar wajahnya yang diludahi oleh Yixing.

Dengan garang dia menatap wajah Yixing yang telah basah karena air mata.

“Kau harus membayar perbuatanmu…!!”desis Tuan Lee.

Mengabaikan raut kesakitan diwajah Yixing, Tuan Lee kembali mendekatkan wajahnya ke dada namja manis itu, yang hanya tertutupi kemeja yang telah sobek. Tubuh Yixing berjengit merasakan nafas namja itu menyapu kulitnya. Sungguh, dia ingin mengakhiri penderitaan ini. Tubuhnya terus meronta, tangannya bergerak liar menggapai benda disekitarnya. Hingga, tangannya menyentuh vas bunga, lalu memukulkannya ke kepala namja itu.

 

Prangg…

 

“ARRRGGGHHHHHH…!!!”

Tubuh Tuan Lee terjatuh di atas tempat tidur, dengan kedua tangan memegang kepalanya. berusaha menahan rembesan darah yang keluar dari sela-sela kulit kepalanya yang bocor akibat pecahan vas bunga. Yixing menggunakan kesempatan itu untuk segera berlari menuju pintu kamar. Namun sayang, pintu itu terkunci. Dan saat dia berbalik untuk mengambil kunci, Tuan Lee menarik tubuh mungilnya dari belakang.

“Kau tidak bisa lari kemana-mana…” ujar Tuan Lee yang diakhiri dengan suara tawa. Seperti dia tidak merasakan sakit sedikitpun. Padahal luka dikepalanya cukup parah. Dia kembali mendorong tubuh Yixing ke arah tempat tidur. Setelah membuka celana panjangnya, Tuan Lee mendekati Yixing dan mulai menggerayangi tubuh Yixing yang bergetar. Dengan sisa kekuatannya, Yixing mendorong tubuh namja itu hingga terjatuh dan membentur lantai. Walaupun sekujur tubuhnya terasa ngilu, dia berlari menuju kamar mandi dan mengunci pintunya dari dalam.

“Ya !!! Namja sialan…!! Buka pintunya…!!” Teriak Tuan Lee sambil menggedor pintu kamar mandi.

Tubuh Yixing yang bergetar meringkuk di dalam bilik shower. Kedua matanya terpejam erat dengan kedua tangan yang bergerak menutup telinganya. Tubuh atasnya yang tidak tertutup apapun bersandar pada dinding kaca yang dingin. Perlakuan yang diterimanya beberapa detik yang lalu sukses mencabik-cabik dirinya. Membuat luka di dalam hidupnya kembali menganga. Bahkan tak cukup sampai disitu, bayangan-bayangan kelam masa lalunya yang sangat ingin dilenyapkannya, kembali mengiris jantungnya. Mematikan sel-sel tubuhnya, hingga ke urat syarafnya. Membuatnya tidak bisa merasakan apapun, selain rasa sakit. Bukan secara fisik. Namun, terkadang luka yang tak terlihat lebih menyakitkan dari pada luka fisik. Karena tidak cukup hanya dengan kedua tangan sendiri, butuh tangan-tangan lain untuk menyembuhkannya. Dan Yixing sangat membutuhkan itu… sekarang. Sebelum dia benar-benar kalah, dalam permainan kehidupan.

“Siapapun…tolong aku…”lirihnya di sela tangis pilunya.

 

***A_V***

 

Derap langkah beberapa pasang kaki menggema di koridor hotel lantai 11. Lantai yang dikhususkan untuk orang-orang berkantong tebal yang menginap di hotel mewah itu. Suara itu berhenti di depan salah satu kamar. Kris mengepalkan tangannya hingga ruas-ruas jarinya memutih. Sepasang mata tajamnya menatap pintu kamar itu dengan geram.

Salah satu dari tiga pria di belakangnya membisikkan satu nama, yang menyewa kamar itu. dan satu nama itu membuat kepalanya terasa mendidih.

“Ck…Namja Keparat…!!” umpatnya.

Setelah mendapat instruksi dari sang Pemimpin, tiga pria itu mendobrak pintu dengan keras, hingga membuatnya nyaris terlepas dari engselnya.

 

Brakkk…

 

 “Tu-tuan Kris…” Namja penyewa kamar itu langsung memucat begitu melihat sosok Kris berjalan memasuki ruangan bersama ketiga bawahannya.

“Sepertinya saya mengganggu kegiatan anda, Tuan Lee…” ujar Kris terlihat santai. Namja tampan itu sangat lihai memainkan ekspresi wajahnya. Berbeda dengan namja dihadapannya, yang sama sekali tidak bisa menyembunyikan ketakutannya.

“Ah, tidak apa-apa…aku…aku hanya sedang bermain-main…hahaha…Anda tahu sendiri Tuan Wu, terkadang kita perlu meluangkan waktu sejenak, untuk melepas kepenatan dari kegiatan mengejar materi…”ujar Tuan Lee mencoba untuk berkelit.

Kris mengangkat sebelah alisnya, “Benarkah? Apa boleh saya ikut dalam permainan anda Tuan Lee?” Tanya Kris. namun kalimat itu lebih terdengar seperti ancaman dari pada pertanyaan. Membuat Tuan Lee tidak tahu harus menjawab seperti apa. kalau dia mengiyakan, itu sangat berbahaya. Tapi, kalau dia menolak, itu akan lebih buruk lagi.

 “Sepertinya permainan anda cukup kasar, sampai kepala anda berdarah seperti itu…”ujar Kris seraya menunjuk kepala Tuan Lee yang sebagiannya sudah ditutupi oleh darah yang agak mengering.

Wajah Tuan Lee semakin memucat. Tubuhnya yang hanya berbalut celana pendek, tidak mengurangi rasa panas yang perlahan merambati kulitnya.

“Ah…ini…ini…”

“Bagaimana kalau saya menyembuhkan luka Anda dulu, sebelum kita bermain…”tawar Kris, sambil mengukir senyum. Sepintas terlihat menawan, namun siapa yang menduga makna dibalik senyum itu sangat mengerikan.

“Tu…Tuan, Anda tidak perlu melakukannya…” ujar Tuan Lee yang mulai merasakan hawa mencekam disekitarnya.

“Kenapa? Aku hanya ingin menolong rekan bisnis ku yang sedang terluka. Apa itu salah?”

Kris semakin tersenyum lebar menyaksikan ekspresi namja di depannya. melihat raut ketakutan di wajah Tuan Lee, membuatnya ingin tertawa keras.

“Tenang saja, prosesnya tidak akan lama. Hanya dengan satu gerakan, kau tidak akan merasakan sakit lagi…selamanya” ujar Kris lalu menarik sebuah pistol milik salah satu bawahannya. Ketika tangannya menyentuh gagang benda itu, ada gejolak dalam dirinya yang membuatnya ingin segera menembakkan peluru didalam benda itu hingga habis tak bersisa.

Mata Tuan Lee membeliak. Aliran keringat dingin telah membanjiri tubuhnya.

 “Tu…Tuan…”ujarnya takut. Sangat takut.

“Tidak perlu takut. Ini tidak akan menyakitkan… rasanya hanya seperti digigit serangga…” ucap Kris seperti membujuk seorang anak kecil yang menolak untuk disuntik. Matanya menatap benda hitam ditangannya. Mengecek peluru yang ada di dalamnya. Terisi full. Kris menyeringai, lalu menatap ke arah Tuan Lee. Mencari bagian yang pas untuk menjadi sasaran tembakannya.

Bagian kaki? Ah, itu terlalu ringan. Bagian perut? Tidak. Dia tidak suka menunggu hingga namja itu meregang nyawa. Bagian dada? Ck…dia tidak ingin kamar hotelnya terkena cipratan darah yang memancar dari pebuluh arteri yang putus. Bagian kepala? Shoot. Dengan sekali tembak, orang itu pasti akan langsung berpindah ke dunia lain.

Dengan menggunakan satu tangan, Kris mengacungkan pistolnya ke arah yang sudah menjadi bidikannya. Tuan Lee berdiri mematung di tempatnya. Jangan menyuruhnya untuk menghindar, apa lagi melawan. Itu sama saja dengan bunuh diri. Dia tahu, ini bukan pertama kalinya Kris memegang senjata. Dan bukan hal yang sulit bagi Kris, untuk menembak objek yang bergerak dalam ruangan yang terutup itu.

“Tuan Wu—”

“Tidak usah berterima kasih padaku. Karena dengan senang hati, aku akan mengirim mu ke… neraka”

 

Dorr…

 

Dalam hitungan sepersekian detik, tubuh itu rubuh ke lantai. Darah segar mengalir melalui lubang kecil yang terdapat di kepalanya. Kris menyeringai melihat tubuh namja itu yang terbujur kaku. mungkin sudah cukup lama sejak terakhir kali dia merasakan sensasi ini.

“Singkirkan namja itu…” perintah Kris sambil menyodorkan pistolnya ke salah satu bawahannya.

“Baik Tuan Muda…” Ketiga pria berjas hitam itu segera menutupi tubuh Tuan Lee dengan selimut, lalu membawanya keluar dari kamar itu.

Mata tajam Kris segara menyapu seluruh ruangan yang tampak berantakan. Namun, dia tidak menemukan sosok yang dicarinya. Hingga matanya tertuju pada kamar mandi. Kris mendekat, tanpa mencoba untuk memutar knop pintu, namja tinggi itu langsung menendang pintu itu hingga terbuka.

Begitu sol sepatunya menapak di atas lantai kamar mandi, perhatiannya langsung tertuju pada bilik shower. Atau lebih tepatnya pada sosok yang meringkuk memeluk lututnya di dalam bilik itu.

Sosok Kris yang tadinya memanas seperti bara api yang mampu membakar apa pun yang ada disekitarnya, kini terasa beku. Matanya terpaku menatap tubuh yang bergetar itu. telinganya bahkan bisa mendengar suara isakan lirih yang menggema dalam ruangan.

Sedikit ragu-ragu, kaki panjangnya melangkah mendekati sosok itu. tangannya terulur menyentuh lengan namja itu.

 

Tap…              

 

“TIDAKKK….!!!” Jerit Yixing,” Jangan lakukan itu… Ku mohon…” ujarnya seraya merapatkan tubuhnya ke arah dinding kaca.

Sesaat Kris tersentak mendengar jeritan memilukan itu. melihat kondisi Yixing di depannya, dia sudah bisa menduga apa yang sudah di lakukan oleh namja keparat itu pada Yixing.

“Aku tidak mau melakukannya…jangan…jangan sakiti aku…” lirih Yixing sambil terisak.

Kris tidak tahan lagi. Bukan karena dihadapannya Yixing berada dalam keadaan shirtless. Bukan pula karena debaran jantungnya yang semakin menggila. Melainkan, dia tidak sanggup lagi melihat lebih lama kondisi Yixing yang begitu hancur. Karena, hal itu membuatnya sangat tersiksa.

Kris segera menarik Yixing ke dalam pelukannya, begitu namja itu hendak mendorongnya

menjauh. Kris mengeratkan pelukannya di tubuh Yixing yang bergetar.

“Shhh…Yixing, tenanglah… Tidak ada yang akan menyakitimu…” bisik Kris. Kedua tangannya merengkuh tubuh rapuh itu dengan lembut, namun cukup erat untuk menahan tubuh Yixing yang terus bergerak.

“Jangan sakiti aku…ku mohon…jangan…”

Yixing kembali tersedu. Suara isakannya teredam dalam dada bidang Kris. Potongan-potongan peristiwa yang berkelebatan di dalam kepalanya, membuat air mata itu semakin deras. Sungguh dia tidak ingin menangis, namun hanya air mata lah yang mampu mengatakan seberapa sakit luka yang di alaminya.

 “Aku tidak akan membiarkan mu tersakiti, lebih dari ini…” bisik Kris, seolah berjanji pada dirinya sendiri.

 

***END***

*Dicekik reader....*

A/N: tulisan TBC nya nanti part 4.b aja...*gak ada yg nyari*

Gimana....lebih aneh dari gambarnya Kris..?? *dilempar Duizhang pake kanvas*

kalau mau ngasih komen di part ini boleh....atau di part selanjutnya, gak masalah....^_^

kalau ada yang gak di mengerti(?) silahkan tulis di komen, yah... Anneyong...*tebar gigi Kris*

for part 4.b readers-nim bisa baca disini (https://daisygardenlovers.wordpress.com/2013/12/16/change-chapter-4-b/) ... ^_^. Untuk pasword, just send me message...^_^

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
---A_V---
Coming back...

Comments

You must be logged in to comment
jinkiesa #1
pengen baccaaa kelanjutan ini lagiiii
main ke blog ada update baru tapi kekunci
sedih
comeback soon authornim
RieYuri #2
Chapter 13: kampret disituasi kyk gtu masih sempet aja mesum naga tonggos satu itu ah..
dan btw eniwe baswe updatenya kurang lama thoooorr.. nunggunya dari cakep smp jadi kusut..
tapi tetep big thanks lah, soalnya masih mau update..
hahaha diawal uda siapin tissue segepok..
buat Tao cuma satu kata "syukuriiiiiinnn.. makanya jangan lancang dedek pandaaaa.. kena semburan api naga penjaga kuil juga kan?"
trus buat Suho "kesiannyaaaaa.. sini mas sama aku aja.. mumpung lagi nganggur #plaaakk"
dan buat authornya no coment :D sekian saja bye !!!
kjungxox88 #3
Chapter 13: akhrnya......
update jga....
sneng bgt.....
tp ko di kbun g update yh.....
lukailukai8
#4
Chapter 13: Jèng Jèng Jèng~~~~!!!!!

pinter ya author kasih TBC pas dibagian itu (?). wks.

btw , aku suka pas bagian Yixing minta dibunuh dan meronta-ronta bareng pisau nya. ngena banget. kayak...wow ni anak dah bener2 putus asa ama hidupnya. hopeless. CAPEK. MENDING MATI AJA. BYE.
Muahaha.
tapi serius. suka pas bagian itu. /APALAGI AKHIRNYA MEREKA KISSEU/ /MELTED/

Suho.... ngenes amat dirimu huhuhu~~ nasib jadi orang ketiga (?).

anyway, aku baru 'ngeh' ada satu Chapter yg aku lewatkan. Chapter 4.b kayaknya. uhm , di protek ya ?! huhuhu. sumpah ini aku lemot banget. pas baca ulang barulah nyadar hahaha. maklum ff ini ada semenjak aku belum bikin akun AFF, jadilah dulu masih nakal (?) karena baca diem2 tanpa ninggalin komentar.
uhm, kalau aku minta PW buat Chapter yg di protek itu....author mau berbaik hati ngasih gak ya ? hihi~

thx author-nim. lanjutnya jangan lama2 ya ^^
Clovexo
#5
Chapter 13: omaigat.. yifan gerak cepat bgt ya.. kasian tao.. tapi ya wajarlah.. siapa jga yg seneng kalo org yg disukai digituin.. untungnya kris cepat nemuin lay ya..
kimzy1212 #6
Chapter 13: Ya ampun tisu mana tisu #lebay,
Ya ampun fanxing momentnya bikin lumer nyesek jadi satu,
Buat suholangkaya mohon maaf anda kurang beruntung silahkan coba lagi wkwkw
Dan buat Tao,ngak usah resek deh lo nyahok diri kan#jahat
Ditunggu kelanjutannya thor~
xolovefinz #7
Chapter 13: Al.... akhirnya update jg nih ff. T.T #terharu
itu scene terakhir nanggung bgt sebenernya, tp g puas y kalo main disaat tubuh lebam2 gtu wkwk

semoga ya xing, kamu g kepentok apa lg gtu smpe lupa sama janji kalo g bakal ninggalin kris T.T
dan buat tao ati2 lg ya nak, jgn smpe nekat lah ngeracunin pikiran yixing buat ninggalin kris.
junmen oh man, disetiap ff fanxing dirimu memang selalu kalah sama kris bahaha #puk2

ini msh bersambung yak.. ending chap nya udh jd kaaan? di kunci yak, jd di post di kebun :-D #sotoy

ditunggu next chap nya.. thanks Al :p
sorahsorah
#8
Chapter 13: Saking semagantanya pas tau ff ini update aku sampe teriak "Aaah change update yes! yes!" >///<
Makin rumit dan plotnya nggak gampang di tebak, aku pikir tadinya Yifan telat ketemu Yixing soalnya Yixing udah dibawa kabur Choi eh ternyata masih bisa diselametin sama Yifan. Gaul banget, keren!
Aku excited banget nunggu lanjutannya. Soalnya aku berharap Yixing bakalan percaya terus sama Yifan, nggak pake putus asa lagi.
Makasih banyak ya udah update.
Good luck buat kelanjutannya ^^
chamii704 #9
Chapter 13: tao...tao...mk'a lu jangan sok ngusir2 yixing,,,ujung2'a elu babak belur...utng g mati lu....
suho...puk2 sllu telat selangkah ma kris...
yixing...tlng jgn prgi2 lg yah...ttplh bersama suka duka ma kris yaa..eeaa..
ok next chap sabar mnunggu...