Part 5

Our Love Like This

Beberapa jam setelahnya…

“Wah, aku tak menyangka teaternya akan sebagus ini,” ucap Eunji yang berjalan menyusuri kursi-kursi penonton di dalam sebuah teater.

Naeun mengangguk, “Lebih baik daripada di Busan?” ucapnya sambil tertawa kecil. “Teater ini dibangun selama enam bulan, dua tahun yang lalu,” jelasnya.

“Hmm…” Eunji mengangguk. “Inguk oppa pasti akan senang,” ucap Eunji.

“Inguk oppa? Siapa dia?”

Eunji duduk di salah satu kursi penonton sembari melihat dengan leluasa ke arah panggung. Naeun mengikutinya dengan duduk disebelahnya. “Pacarku.”

Naeun mengedipkan matanya beberapa kali, “Bukannya kau dengan….”

“Baekhyun?”

Naeun mengangguk.

Eunji menghela nafas sembari terenyum sedih. “Sejak kelulusan aku dan dia memutuskan untuk berpisah. Dan aku tidak pernah lagi bertemu dengannya.”

“Aku pikir kalian akan bersama terus… Aku ingat terakhir kali kalian jauh-jauh datang dari Busan ke rumahku hanya untuk merayakan kelulusan SD ku,” ucap Naeun.

“Mungkin kita tidak ditakdirkan bersama,” balas Eunji. “Lagipula aku bahagia dengan Inguk oppa,” lanjutnya sambil tersenyum lalu menoleh pada Naeun. “Berhenti menanyakan tentang kehidupan percintaanku, kau sendiri bagaimana? Apa akhirnya kau berpacaran dengan Taemin?” tanya Eunji.

Naeun tergagap, “A… anu… a… tidak tidak kenapa harus pacaran dengan Taemin?” sanggah Naeun.

“Lalu siapa sekarang pacarmu?”

Naeun menggeleng, “Aku tidak punya pacar…”

“Apa?” tanya Eunji kemudian tertawa. “Yah… mungkin tidak ada yang mau denganmu karena kau itu berandalan.”

Naeun mengerucutkan bibirnya kesal. “Aku bukan berandalan!”

“Ibuku selalu bercerita kalau Bibi Son sering mengeluh karena kamu yang selalu membuat masalah di sekolah. Bahkan Bibi Son sempat bingung waktu beliau di panggil ke sekolah karena ulahmu dan murid-murid seluruh sekolah menyapa Bibi dengan hormat sambil menunduk formal,” jelas Eunji. “Kau itu berandal.”

“Aku hanya mencoba keren seperti eonni!” balas Naeun sambil melipat kedua tangannya dan bersandar pada kursi.

“Tapi aku bukan berandal dan tidak pernah membuat masalah.”

“Ah sudahlah! Setidaknya mereka menghormatiku.”

“Kalau begitu kita kembali ke topik percintaanmu?”

Naeun menggeleng, “Tidak!”

Gadis berambut sebahu itu tidak mau menyerah. “Ayolah Naeun aku hanya ingin kau berbagi kisah cintamu. Tak mungkin kau tidak merasakan rasa cinta di umur segini itu mustahil.”

“Mungkin karena aku kebanyakan berteman dengan lelaki,” ucao Naeun sambil menghela nafas.

“Apakah beberapa dari mereka ada yang pernah membuatmu berdebar?” tanya Eunji.

Naeun terdiam sebentar. Berdebar? Sepertinya ia pernah merasakannya tapi kapan? Ia kembali mengingat-ingat perasaan itu. Oh… dia ingat saat-saat dimana Jongin menyatakan perasaannya pada malam itu dan sempat merasa jantungnya berdetak sedikit kencang dan menimbulkan perasaan kurang nyaman.

Apakah itu cinta?

=0=

Setelah mengantar Eunji yang memutuskan untuk tinggal di basecamp seni teater, Naeun kembali pulang sendirian. Kini ia menjadi uring-uringan.

Pikirannya bercampur aduk. Ia juga sempat memikirkan seperti apa rasanya ‘berpacaran’ dengan Jongin. Namun dibeberapa kesempatan bayangan Taemin selalu datang di pikirannya.

Ah mungkin ia hanya khawatir karena Taemin saat ini sedang sakit. Ia mengeluarkan handphone-nya dan memeriksa beberapa pesan yang masuk dari teman-teman kelasnya. Setelah itu ia langsung menekan tombol pesan baru dan mulai menulis pesan.

To: Taem

Bagaimana keadaanmu? Sudah makan dan minum obat?

Naeun menekan tombol send dan terkejut saat melihat layar indikator baterai di handphonenya yang sisa 3%. “Ya ampun! Kenapa aku tak sadar?” ucapnya.

“Tak sadar apa?”

Naeun menoleh untuk melihat suara seseorang yang menyahutinya dari belakang. “Jongin?” ucapnya. Dan ia kembali merasakan perasaan tidak nyaman itu.

“Kau sedang apa malam-malam begini?” ucap Jongin lalu melihat pakaian Naeun yang ia sadari belum berganti setelah mereka berpisah tadi pagi. “Kau belum pulang dari tadi?”

“Aku baru saja mengatar Eunji eonni ke basecamp,” jelas Naeun dengan malu-malu sambil memasukkan handphonenya ke saku celananya.

“Eunji itu siapa?” tanya Jongin

“Sepupuku yang berasal dari Busan,” jelas Naeun sambil tersenyum. “Kau darimana?” tanya Naeun.

“Aku baru saja pulang latihan,” jawab Jongin, “Ayo tunggu bus bersama?” ajaknya sambil menunjuk sebuah halte bus yang jaraknya tidak jauh dari mereka. Naeun mengangguk dan merekapun pergi ke halte bersama.

Jongin mempersilahkan Naeun duduk di sebuah spot bangku panjang yang menurutnya nyaman dan ia sendiri duduk di sebelah Naeun. “Kau sudah makan?” tanya Jongin basa-basi.

Naeun mengangguk, “Sudah. Kau sendiri?” tanyanya balik.

“Belum. Ibu bilang sedang memasak sup rumput laut dan memasak beberapa makanan enak. Ayahku berulang tahun hari ini,” jelas Jongin.

“Oh… Sampaikan salamku pada ayahmu ya. Semoga beliau sehat selalu,” ucap Naeun.

Lelaki disampingnya mengangguk sambil tersenyum, “Baik, akan aku sampaikan. Terima kasih, Naeun.”

Naeun tersenyum. Ia menunduk kemudian berusaha mencuri pandang ke Jongin. Namun Jongin yang saat itu memang tengah memandang Naeun sedari tadi membuat gadis itu seakan tertangkap basah. Ia pun kembali tertunduk dan tidak berani menatap lelaki di sebelahnya lagi.

“Naeun…” panggil Jongin.

“Hm?” ucap Naeun tanpa melihat ke samping.

“Ada masalah?” tanya lelaki itu.

Naeun menggeleng. “Tidak… tidak ada masalah.”

“Tapi kau bersikap aneh. Tidak seperti biasanya.”

Terdengar bunyi helaan nafas dari Naeun membuat Jongin menatap gadis itu intens. “Hey, ceritakan padaku,” pinta Jongin.

Naeun melirik sebentar ke arah Jongin dan mulai memberanikan diri menatap pria itu. “Hmm…  Bagaimana… perasaanmu… tentang pernyataan… waktu itu?” tanya Naeun terbata-bata.

“Pernyataan?” tanya Jongin kemudian melihat ke atas, berusaha mengingat sesuatu.

Wajah Naeun mulai bersemu merah. “Saat kau bilang suka padaku waktu itu!” ucap Naeun dengan cepat.

Glup.

Jongin menatap Naeun malu-malu, kemudian memalingkan wajahnya, lalu memberanikan diri menatap Naeun lagi yang tengah menunduk karena malu. Perlahan, Jongin tersenyum. “Naeun… Bisakah kau melihatku sebentar?” ucap Jongin.

Naeun menggeleng, “Aku tidak bisa…”

Tangan Jongin terangkat dan menyentuh wajah Naeun, untuk pertama kali dan sering membuatnya gila karena penasaran bagaimana rasanya kulit wajah Naeun, membuat darahnya berdesir cepat. Perlahan ia memalingkan wajah Naeun untuk membuat gadis itu menatapnya.

Meskipun begitu, Naeun tetap melihat ke bawah karena ia kembali diserang perasaan tidak nyaman itu.

“Mengapa kau bertanya seperti itu?”  ucap Jongin sembari mengusap-usap pipi Naeun.

Naeun memberanikan diri melihat ke dalam mata Jongin yang menatapnya lembut namun mengikat.

“Aku hanya ingin tahu… Hmm… sejak kapan kau suka padaku?”

Jongin melepas tangannya dari wajah Naeun, walau dia agak tidak rela. Ia melepas jaketnya dan menyampirkan pada bahu Naeun karena ia merasa Naeun kedinginan setelah menyentuh wajahnya tadi.

“Aku menyukaimu sejak pertama kali aku bertemu denganmu…”

“Sejak… kecil?” tanya Naeun. Jongin mengangguk.

“Ya, sejak kecil. Kau adalah perempuan kecil pertama yang membuatku resah, kesal, dan penasaran. Kita bertemu saat ibumu dan ibuku reuni, bukan? Saat itu beberapa bibi dan paman lainnya malah memperhatikan dirimu, tapi yang aku lihat, kau tidak begitu menarik. Sampai aku menemukan sendiri mengapa mereka bisa menyukaimu,” jelas Jongin.

“Apa?”

“Kau itu orang yang sangat tulus. Baik, tanpa pamrih, penyayang, peduli dan sopan dengan orang tua. Yah… walaupun sekarang berubah sih, kau jadi pembangkang dengan guru-guru di SMA mu,” ucap Jongin sambil tertawa.

Naeun merengut, “Karena aku harus melindungi diriku sendiri!” ucap Naeun.

Jongin mengangguk. “Ya ya ya… Aku tahu.. Hmm.. mau aku lanjutkan?” tanya Jongin. Naeun mengangguk.

“Yah… jadi, malam itu adalah kesempatanku. Kita sudah lama bersama-sama. Aku pikir aku bisa punya kesempatan untuk menjadi lebih dari sekedar teman lama,” lanjutnya.

Naeun menggigit bibir bawahnya. Ia tidak biasa dalam situasi seperti ini. Sesaat tadi ia tengah membayangkan berkencan dengan Jongin. Namun seketika Taemin ikut membayanginya. Mereka bertiga selalu bersama dan tak terpisahkan. Naeun sadar ia memang naïf. Ia berpikiran bahwa semua akan baik-baik saja jika mereka tetap bersama hanya dengan status sahabat.

Kalaupun masing-masing dari mereka mempunyai pacar masing-masing, pasti mereka akan menghabiskan waktu lebih dengan pacar ketimbang sahabat.

Naeun tidak pernah berpikir seperti itu.

Sekarang ia tahu ia cukup bodoh karena hanya menilai dari sisi kebaikan dirinya, bukan kebaikan untuk bersama.

“Naeun?” panggil Jongin.

“Eh? Hm?”

“Bus nya sudah datang,” ucap Jongin sembari menunjuk sebuah bus yang perlahan menuju halte tempat mereka duduk. “Ayo kita naik dan cepat pulang.”

Naeun mengangguk dan tersenyum dengan canggung. “Ayo.”

Mereka berdua pun berdiri bersama-sama. Jongin membiarkan Naeun naik ke bus tersebut duluan dan ia naik setelahnya.

Perjalanan mereka berlangsung canggung. Mungkin hanya Naeun yang merasa seperti itu. Jongin tahu Naeun pasti merasa terbebebani dan merasa tak enak dengan situasi seperti ini. Ia pun memutuskan untuk membiarkan Naeun asik dengan kediamannya.

Namun keadaan sebenarnya, Naeun mati-matian menahan degup jantung yang semakin cepat di dalam dadanya. Ia jadi bingung sendiri ada apa dengannya. Naeun melirik dari sudut matanya ke arah Jongin. Mereka duduk dekat sekali. Naeun tidak pernah berpikiran rasanya akan secanggung ini duduk berdua dengan Jongin.

Ia berpikir Jongin jahat sekali karena mendiamkannya padahal ia tidak bisa berada dalam keadaan seperti ini.

=0=

“Baiklah, sampai disini saja,” ucap Jongin setelah ia berhenti di depan pagar rumah Naeun.

Naeun mengangguk sembari melepas jaket Jongin yang masih ia pakai. “Terima kasih.”

Jongin menyambut Jaket itu dengan senyum. “Sama-sama,” ucapnya. “Masuklah, aku akan pergi setelah kau masuk ke rumah.”

“Kau pulang saja, tidak usah seperti itu. Malam ini dingin sekali,” ucap Naeun khawatir.

“Aku akan jadi es batu di depan rumahmu kalau kau hanya membuang waktumu untuk mengomeliku,” jawab Jongin sambil mengacak-acak rambut Naeun. “Masuklah.”

Naeun merengut sambil membenarkan rambutnya. “Yasudah. Ngomong-ngomong, jangan lupa sampaikan salamku pada ayahmu,” ucap Naeun. Kemudia ia membuka gerbang dan masuk ke halaman. “Sampai jumpa besok, Jongin!” seru Naeun dan ia segera berlari masuk ke dalam rumah agar Jongin cepat pulang.

Jongin tertawa melihat tingkah Naeun yang menurutnya ‘cute’. Setelah memastikan gadis itu sudah aman dan hangat, pikirnya, ia pun segera melangkahkan kakinya pulang menuju rumah.

“Hufff…” desah Naeun kelelahan.

Setelah ia memberi salam bahwa ia pulang kepada orang rumah, Naeun segera pergi ke kamarnya untuk mengganti baju dan memeriksa handphone.

“Oh. Benar juga. Apa Taemin membalas pesanku?” ucapnya pada dirinya sendiri.

Namun saat ia melihat handphonenya, yang ia temukan hanyalah layar kosong yang menandakan daya battery nya habis. Ia merengut dan segera mengambil charger yang terletak di samping tempat tidurnya.

Setelah menunggu sekitar tiga menit, handphone Naeun berbunyi. Naeun yang memang tidak beranjak dari tempatnya langsung saja menyambar handphonenya. Tulisan ‘Taem’ yang tertera di layar membuatnya tersenyum lebar.

Dengan segera, Naeun membuka isi pesan tersebut.

“Naeun? Ayo keluar sebentar bantu ibu membereskan sesuatu,” perintah seseorang dari luar. Ibu Naeun.

Naeun adalah orang yang patuh pada orang tua, oleh karena itu ia segera menaruh kembali handphonenya kembali ke atas meja yang saat itu tengah menampilkan isi pesan dari ‘Taem’. Ia pun bergegas keluar kamar dan membantu ibunya.

Mungkin seharusnya Naeun memang tidak melihat pesan itu. Pesan yang mungkin menyakitkan hatinya dan mengubah pandangan hidupnya. Pesan yang merubah status persahabatan dan keakraban yang telah mereka jalani sejak kecil.

From ; Taem

Naeun… Maafkan aku. Tapi… Jangan pernah temui aku lagi atau menghubungi aku lagi sekarang. Anggap saja kita tidak pernah bertemu atau menjalin persahabatan. Selamat malam.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Ydvvfjkch #1
Chapter 5: Please update it......
emifrida #2
Chapter 5: Author, update lg dong please aduh penasaran tingkat dewa akhirat nih
koala_panda #3
Chapter 1: author kpn update lg?
moonlevine #4
I cannot read author
leenaeun
#5
Chapter 5: Thor, serius nih.. Kmu bikin aq galau pas baca endingnyaaa, please update yaaaaa T^T #nangisdarah
myraajah
#6
Chapter 5: uuuuu....sedih banget siyy...
leenaeun
#7
Chapter 4: ikh pedih amat sih thooorrr, paling ribet deh kalo cinta segitiga begini T^T
sneong
#8
Chapter 4: aaa kak, taeminnya jgn disuruh nyerah yayaya.. taemin jadi aja ya sama naeun biar kai sama aku muehehehe *disembelihkaklia*
myraajah
#9
Chapter 3: baru kali ini baca fic yg pake bahasa indonesia....seru ceritanya authornim!! please update soon...
leenaeun
#10
Chapter 3: eiiiii jaehyo kocak amat sih wakakakaka, soal naeun haduuuhh ada apa ni? Ada yg ngincer dy ya? Btw paman yonghwa kayaknya ga suka sih sama naeun? >.<