Part 4

Our Love Like This

Pagi-pagi sekali Jongin datang ke rumah Naeun, bermaksud untuk mengajak gadis tersebut untuk menikmati hari minggu di pagi hari ke taman dekat rumah mereka. Namun, sebelum lelaki itu menginjak halaman rumah Naeun, ia melihat gadis yang ingin diajaknya tengah bersiap-siap pergi dengan sebuah tempat makan besar di sampingnya.

 

“Naeun-ah, selamat pagi,” sapa Jongin dari luar pagar.

 

Naeun yang tengah mengikat tali sepatunya mendongakkan kepalanya, “Oh, Jongin! Selamat pagi!” serunya sambil tersenyum. Pada saat itu juga Naeun selesai mengikat tali sepatunya, setelah itu mengambil tempat makan yang terletak di sampingnya dan pergi menuju Jongin.

 

“Kau mau kemana?” tanya Jongin.

 

“Aku ingin pergi ke rumah Taemin,” jawab Naeun.

 

Mendengar nama Taemin, Jongin sedikit merengut. “Kenapa pagi-pagi sekali?”

 

“Bibi Joohyun tadi menelepon ku, bertanya apakah aku ada waktu atau tidak. Beliau memintaku untuk menemani Taemin karena Bibi Joohyun dan Paman Yonghwa akan pergi ke rumah orang tua mereka,” jelas Naeun.

 

“Kenapa Taemin harus ditemani?”

 

“Karena dia sakit...” sesaat muncul ide di kepala Naeun. “Ah! Bagaimana kalau kita kesana bersama? Aku yakin Taemin akan senang! Ayo ayo!” ajak Naeun sambil menarik tangan Jongin.

 

“Ah tidak tidak tidak Naeun tidak perlu,” ucap Jongin sambil berusaha melepaskan diri namun sepertinya Naeun tampak bersemangat sehingga tenaganya menjadi dua kali lipat dari laki-laki tersebut.

 

“Tidak usah malu-malu,” ucap Naeun riang. Mereka pun berbelok arah yang merupakan jalan menuju rumah Taemin. Jongin pun hanya bisa pasrah.

 

=0=

 

Tidak sampai lima menit, mereka sampai di depan rumah Taemin. Naeun dan Jongin melihat keadaan sekitar.

 

“Sepertinya paman dan bibi sudah pergi,” ucap Naeun saat melihat garasi rumah tersebut kosong. “Mari kita masuk saja,” ajak Naeun sambil menarik tangan Jongin, namun Jongin menahan langkahnya. Naeun menoleh, “Eh, kenapa?” tanya gadis itu.

 

Jongin menggeleng. “Sebaiknya aku pulang saja,” ucapnya sambil berusaha melepaskan diri dari Naeun.

 

“Kenapa begitu? Teman kita ‘kan sedang sakit. Aku yakin pasti Taemin senang kita di sisinya saat ia sakit seperti ini, ayolah...” ucap Naeun sambil mengeluarkan sedikit jurus aegyonya yang tidak terlalu ia sukai.

 

Jongin menatap Naeun dalam-dalam. Ia tahu Naeun sekarangan sangat bersusah payah mengeluarkan wajah imut tersebut hanya untuk membuatnya ikut ke rumah Taemin. Jongin menghela nafas panjang. “Baiklah,” jawabnya pada akhirnya.

 

Naeun meloncat-loncat kesenangan. “Ayo kita masuk~” ucapnya senang sambil menarik Jongin masuk ke dalam rumah.

 

“Permisi?” ucap Naeun sesaat setelah membuka pintu rumah Taemin yang tidak terkunci. Kini ia tidak lagi memegang tangan Jongin.

 

Jongin melihat ke bawah dan menunduk setelah melihat sebuah notes kecil tergeletak di lantai. “Sepertinya ini terjatuh tadi... dari paman dan bibi,” ucap Jongin sambil menyerahkan notes tersebut pada Naeun.

 

Naeun mengambilnya dan membacanya. “Kemungkinan kami akan pulang malam, di dapur sudah ada makanan untuk kalian, tinggal di hangatkan. Terima kasih, Naeun dan Jongin,” ucap Naeun yang tengah mendikte notes tersebut.

 

“Mereka tahu aku akan datang?” ucap Jongin keheranan.

 

“Tentu saja, kau 'kan sahabat Taemin sejak kecil,” jawab Naeun. “Ayo ke dapur dulu,” Naeun pun pergi meninggalkan Jongin dan pergi ke dapur.

 

Jongin menunduk dalam-dalam. “Sahabat, ya?” gumamnya sambil tersenyum miris. Terlintas perasaan menyesal sesaat dalam dirinya. Kemudian Jongin sadar dari lamunannya dan menutup pintu depan rumah Taemin. Ia pun menyusul Naeun ke dapur.

 

Di dapur, Naeun tengah mengeluarkan bubur hangat dari tempat makan yang ia bawa. Kemudian ia menambahkan beberapa potong jamur dan ayam. Setelah itu ia menyiapkan susu cokelat hangat untuk Taemin.

 

“Kenapa Taemin bisa sakit di musim panas?” tanya Jongin sambil menyandar di sebuah kursi makan sambil melihat Naeun.

 

“Kemarin kami pergi ke taman setelah pulang sekolah sampai malam,” jelas Naeun.

 

“Oh...” ada sedikit rasa sakit di dada Jongin. “Oleh karena itu kau menolak ajakanku untuk pulang bersama?”

 

Naeun terdiam dan menghentikan aktifitasnya yang tengah mengaduk susu cokelat hangat yang ia persiapkan. “Maksudku... bukan begitu...”

 

Jongin menghela nafas, ia sudah merasa bersalah beberapa kali hari ini. Ia pun berjalan menuju Naeun dan merpersiapkan makanan yang ia persiapkan di atas nampan. “Ini untuk Taemin ‘kan? Ayo kita ke atas,” ajak Jongin.

 

Melihat perbuatan Jongin, Naeun pun merasa lega dan tersenyum. Ia berpikir Jongin akan marah namun lelaki itu bersikap seperti biasa. “Sebentar,” ucapnya sambil mengaduk susu tersebut sampai beberapa kali, memastikan susu tersebut tidak ada bubuk susu yang tertinggal.

 

“Nah, sudah selesai,” ucap Naeun sambil menaruh susu tersebut di atas nampan. Sebelum Naeun mengangkat nampan itu, Jongin sudah mengambilnya duluan.

 

“Biar aku saja, kau duluan jalan, aku akan mengikutimu dari belakang,” ucap Jongin.

 

Naeun tersenyum. “Baiklah, kau sangat baik hati, Jongin. Ayo,” ucap Naeun dan memulai melangkah di depan Jongin dan berjalan menuju kamar Taemin yang terletak di lantai dua.

 

Merekapun sampai di depan sebuah pintu dengan tulisa ‘T’s’ di depan kamar tersebut. Itu adalah kamar Taemin. Tanpa ada tanda tersebut pun Naeun sudah tahu karena ia sudah sering pergi ke kamarnya.

 

Di belakang Naeun, Jongin tengah mengatur degub jantungnya yang tak karuan karena ia belum siap bertemu Taemin.

 

Naeun pun membuka pintu tersebut, “Taemin?” ucap Naeun sambil melihat ke sekeliling. Ia pun mendapati Taemin yang tengah berbaring sambil menutup mata dengan headphone yang tersampir di telinganya.

 

Naeun menggelengkan kepalanya dan berjalan masuk ke kamar diikuti oleh Jongin. “Sepertinya volume yang ia setel terlalu keras,” ucap Naeun sambil menoleh pada Jongin.

 

Jongin hanya tersenyum sambil menaruh nampan yang ia bawa di atas meja belajar yang berada di dekatnya. Ia pun memilih duduk di kursi yang merupakan satu pasang dengan meja tersebut daripada memilih mengikuti Naeun yang tengah mendekati Taemin.

 

“Taemin?” ucap Naeun sambil melepas headphone yang berada di atas kepala Taemin. Perlahan tapi pasti, Taemin membuka matanya dan melirik ke arah Naeun.

 

“Oh, Naeun?” ucap Taemin. Ia pun mengambil headphone yang berada di tangan Naeun dan menaruhnya di atas nakas. Kemudian ia mencoba bangun namun ia merasakan kepalanya berdenyut karena bergerak ke atas secara tiba-tiba, “Duh,” ucapnya sambil kembali berbaring dan memegangi kepalanya.

 

“Kau tertidur terus makanya seperti itu,” komentar Naeun. “Apa kau sudah makan?” tanyanya.

 

Taemin menggeleng. “Belum, tadi aku menolak makanan yang di tawarkan bibi karena aku merasa mual...” ucap Taemin lemah.

 

“Apa sekarang kau merasa baik?” tanya Naeun.

 

“Tidak, karena aku merasa lapar,” jawabnya sambil tersenyum kecil.

 

Naeun tertawa, “Kalau begitu kami datang disaat yang tepat,” ucap Naeun.

 

“Kami?”

 

Naeun mengangguk. Ia menoleh ke belekang. “Jongin-ah, tolong bawa kemari bubur dan susunya.”

 

Taemin melirik sedikit ke belakang Naeun. Wajahnya mengeras saat melihat Jongin yang berjalan ke arahnya sambil membawa nampan dan tersenyum pada Naeun. Entah mengapa ia merasa muak, namun senang juga di saat bersamaan.

 

“Ini,” ucap Jongin dan menaruh nampan tersebut di atas nakas.

 

“Terima kasih,” ucap Naeun sambil mengambil bubur dan mengaduk-aduknya.

 

Sementara itu, Jongin yang berdiri di belakang Naeun tengah mengadapi perang tatapan dengan Taemin yang menatapnya dengan tatapan yang sama, tatapan benci.

 

“Nah, makanlah ini,” Naeun menyuapi sesendok bubur yang sudah ia tiup sedikit pada Taemin.

 

Taemin menerimanya dan menelannya perlahan. “Hmmm... enak sekali. Seperti biasanya,” puji Taemin yang membuat Naeum tersenyum malu-malu. Sedangkan Jongin yang di belakangnya merasa panas dan membuat Taemin tersenyum penuh kemenangan.

 

“Jika begitu, kau harus menghabiskan bubur ini,” ucap Naeun sambil menyuapi Taemin sesendok bubur lagi.

 

Taemin mengangguk sambil menelan bubur tersebut. “Pastinya...”

 

Jongin memilih kembali duduk di kursinya tadi daripada melihat adegan memuakkan di depan matanya. Ia pun menyibukkan diri dengan handphonenya daripada ikut berbincang-bincang dengan Taemin dan Naeun.

 

=0=

 

“Eh, sudah jam sepuluh?” ucap Naeun saat menyadari suasana sekitar dan melirik ke arah jam dinding.

 

Jongin yang sedari tadi tengah chatting dengan beberapa teman-teman dancenya juga ikut tersadar.

 

“Apa kau punya janji?” tanya Taemin dengan nada sedih.

 

Naeun mengangguk dengan tidak ikhlas. “Aku berjanji akan mengantar Eunji eonni ke teater untuk survey drama musikal berikutnya,” jelas Naeun.

 

“Oh? Eunji noona ada disini?” tanya Taemin yang mengundang rasa penasaran Jongin. Bagaimana bisa hanya ia yang tidak tahu sosok ‘Eunji’ disini.

 

Naeun mengangguk lagi, “Ya. Dia datang tadi malam,”

 

Taemin tersenyum. “Baiklah kalau begitu, pergilah. Sampaikan salamku untuk Eunji noona,” ucap Taemin.

 

Naeun tersenyum, “Aku bersihkan ini dulu, baru aku akan membantumu minum obat,”

 

Taemin mengangguk. Naeun bangkit dari duduknya dan mengambil nampan yang sudah terisi mangkuk dan gelas kosong. “Jongin, apa kau mau menunggu Taemin?” tanya Naeun.

 

“Ah... aku ada janji temu dengan klub dance,” ucap Jongin. Naeun mengannguk.

 

“Baiklah kalau begitu, tunggu aku, ya?” ucap Naeun dan kemudian pergi keluar dari kamar Taemin ke dapur untuk mencuci bekas makan Taemin.

 

Di kamar itu pun hening. Jongin lebih memilih membalas pesan-pesan kakao talk dari anggota-anggota klub dancenya yang menurutnya gila, maka dari itu ia terkikik tanpa suara sendiri.

 

Taemin memperhatikan Jongin dari atas tempat tidurnya. Ia tidak mau Jongin ada disini. Lebih baik ia sendirian. Namun ia juga merindukan sahabat yang sudah ia kenal sejak kelas satu sekolah dasar tersebut.

 

Tapi tetap saja ia masih marah atas kejadian tiba-tiba ia memengang tangan Naeun apalagi kini ia tengah mengetahui perasaan Jongin yang sesungguhnya.

 

“Untuk apa kau kemari?” tanya Taemin.

 

Jongin melirik Taemin dengan jari-jarinya yang masih menari di atas layar handphonenya. “Apakah bicaramu sekasar itu terhadap tamu?” ucap Jongin. Matanya pun kembali ke layar untuk memeriksa tulisan yang tadi ia ketik.

 

“Kau punya nyali juga untuk kemari. Kalau saja aku sehat, aku sudah menendangmu keluar,” ucap Taemin.

 

“Asal tau saja, Naeun yang menarik-narik tanganku kemari sampai-sampai ia mengeluarkan wajah aegyo yang sangat tidak dikuasainya itu untuk membawaku masuk. Kau pikir aku sudi masuk kesini?” ucap Jongin tak kalah kasar. Ia sudah tidak berniat untuk chatting dan menaruh handphonenya di kantong jaketnya.

 

Sesaat Taemin merasa sakit hati dengan ucapan kasar dari sahabatnya, atau mungkin bisa di sebut dengan mantan sahabatnya. Namun Taemin menyadari ia yang memulai semuanya, maka dari itu ia merasa pantas untuk menerimanya.

 

Tak lama kemudian, Naeun datang dengan membawa segelas air putih dan obat yang sudah disiapkan bibi Joohyun. “Taemin, minum ini,” ucapnya setelah duduk di atas tempat tidur Taemin.

 

Taemin bangun perlahan dan Naeun membantunya, setelah itu gadis itu memberikan segelas air dan beberapa pil tersebut. Taemin pun meminumnya.

 

“Terima kasih, Naeun,” ucap Taemin. Naeun mengangguk.

 

“Beristirahatlah, beberapa hari lagi kau ‘kan ada tes. Aku akan mengusahakan akan datang lagi setelah mengantar Eunji eonni,” ucap Naeun.

 

Taemin meraih tangan Naeun dan menggenggamnya erat, membuat Naeun salah tingkah.

 

“Jangan paksakan dirimu, kau sudah datang kemari saja aku sudah senang. Aku bisa jaga diri kok,” ucap Taemin sambil tersenyum, membuat Jongin mendecak kesal karena adegan memegang tangan itu seharusnya tidak perlu.

 

“Kalau begitu, aku dan Jongin pergi dulu, ya?” ucap Naeun sambil bangkit dan melepas tangan Taemin. “Ayo Jongin,” ucap Naeun.

 

Jongin berdiri dari duduknya dan melempar senyum yang dibuat-buat pada Taemin. “Semoga lekas sembuh.” Ia pun pergi menyusul Naeun yang sudah duluan pergi meninggalkannya.

 

Sekarang tinggallah Taemin sendirian di kamarnya. Ia merasa sedih luar biasa hari ini. Taemin meraih handphone layar datarnya yang terletak di atas nakas. Taemin menekan menu Gallery dan membuka sub-menu Childhood and Forever.

 

Disana terdapat beberapa foto anak kecil. Foto masa kecilnya. Juga terdapat foto masa kecil Jongin dan Naeun. Ia meminta foto-foto tersebut pada Naeun dan Jongin dan ada beberpa foto yang ia foto sendiri dari album masa kecil mereka.

 

Taemin terenyum miris.

 

Selamanya...

 

Apakah ia harus melepaskan cintanya terhadap Naeun agar persahabat yang terjalin di antara mereka tetap bertahan, selamanya?

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Ydvvfjkch #1
Chapter 5: Please update it......
emifrida #2
Chapter 5: Author, update lg dong please aduh penasaran tingkat dewa akhirat nih
koala_panda #3
Chapter 1: author kpn update lg?
moonlevine #4
I cannot read author
leenaeun
#5
Chapter 5: Thor, serius nih.. Kmu bikin aq galau pas baca endingnyaaa, please update yaaaaa T^T #nangisdarah
myraajah
#6
Chapter 5: uuuuu....sedih banget siyy...
leenaeun
#7
Chapter 4: ikh pedih amat sih thooorrr, paling ribet deh kalo cinta segitiga begini T^T
sneong
#8
Chapter 4: aaa kak, taeminnya jgn disuruh nyerah yayaya.. taemin jadi aja ya sama naeun biar kai sama aku muehehehe *disembelihkaklia*
myraajah
#9
Chapter 3: baru kali ini baca fic yg pake bahasa indonesia....seru ceritanya authornim!! please update soon...
leenaeun
#10
Chapter 3: eiiiii jaehyo kocak amat sih wakakakaka, soal naeun haduuuhh ada apa ni? Ada yg ngincer dy ya? Btw paman yonghwa kayaknya ga suka sih sama naeun? >.<