Part 2

Our Love Like This

From : Naeunie

               Kamu dimana?

From : Kai Kim

               Taemin, kau sudah pulang? Kenapa meninggalkan kami?

 

Taemin terus men-scroll handphone layar datarnya yang berisi beberapa pesan yang sama, beberapa pesan kutukan dari Naeun dan pesan dari Jongin. Saat ia beralih ke Menu Call Record, ia langsung saja menghapus history 57 missed calls yang ia yakin berasal dari Naeun atau Jongin.

Setelah sampai di rumah, ia langsung saja berbaring di atas kasur dan mengabaikan panggilan bibi nya untuk makan malam bersama, lalu memeriksa handphone-nya yang baru saja berhenti bergentar lima menit setelah ia sampai di rumah.

Taemin menaruh handphone-nya di sisinya dan matanya mulai menerawang pada langit-langit kamarnya.

“Apa ini?” Taemin meraba dadanya yang terasa begitu sesak saat tak sengaja memutar ulang kejadian yang tadi ia lihat. Dimana Jongin memegang tangan Naeun.

Sesaat muncul perasaan benci terhadap Jongin namun ia segera menggelengkan kepalanya dengan kuat. Jongin adalah sahabat terbaik yang selalu mengerti dirinya dan tak mungkin ia membencinya begitu saja.

Drrt Drrt

Handphone Taemin bergetar lagi. Dengan malas ia mengambil benda hitam tersebut dan memeriksanya. Terlihat gambar Naeun yang berbentuk persegi dan sebuah gambar telepon. Naeun tengah menelponnya.

Taemin dilanda dilema antara ingin menjawab telepon tersebut atau tidak. Terlalu lama ia berpikir mengakibatkan telepon tersebut terputus. Ia tampak menyesalinya namun ia tak tahu harus berbuat apa karena ia sendiri masih merasa kacau.

Namun, tak lama berselang sebelum ia menaruh kembali handphone-nya, sebuah pesan masuk dan ia membukanya.

From : Naeunie

               Aku tadi menelpon ke rumah dan bibi joohyun bilang bahwa kau sudah pulang… kau sakit? Aku harap kau baik-baik saja. Aku sudah di rumah, tadi Jongin mengantarku. Selamat malam, Taem…

“Ya… aku sakit…” ucapnya pelan sambil memeluk handphone-nya yang masih menampilkan pesan dari Naeun dan jatuh dalam mimpi yang sama sakitnya.

=0=

Naeun baru saja ingin berlari agar dapat cepat sampai ke sekolah karena hari ini adalah jadwal ia membersihkan kelas bersama beberapa teman sekelas lainnya. Namun ia urung setelah melihat sosok yang dikenalnya berjalan tertunduk dengan lesu beberapa meter di depannya.

Senyumnya merekah, “Jong!” teriaknya.

Sosok itu berhenti dan menoleh perlahan. Sosok itu, Jongin, memaksakan tersenyum saat ia melihat Naeun dengan riang berlari menghampirinya. “Hey,” sapanya.

“Ayo lanjut jalan,” ucap Naeun saat ia sudah sampai di samping Jongin. Lelaki itu mengangguk dan mereka mulai berjalan beriringan.

“Ada apa denganmu?” tanya Naeun. “Belum sarapan?”

Jongin menggeleng. “Kau tahu sendiri aku tidak mungkin melewatkan sarapan,” jawab Jongin. Naeun mengangguk. Ya, Jongin walaupun terlihat keren, tapi nafsu makannya sangat besar dan sarapan pagi adalah prioritas pertamanya. Ia rela terlambat masuk sekolah atau tidak masuk sama sekali jika tidak ada sarapan di rumah. Meskipun pada saat itu ia tengah ujian.

“Lalu? Kenapa?” tanya Naeun lagi.

Jongin menghela nafas panjang. “Taemin… ia jadi aneh sekarang… tadi aku ke rumahnya dan bibi Joohyun bilang bahwa ia sudah berangkat beberapa menit yang lalu bersama paman Yong—ah maksudku Guru Jung ke sekolah,” jelasnya.

Naeun terlihat kaget. “Apa? Benarkah? Aku pikir ia tidak akan pernah sudi duduk berduaan di mobil bersama paman Yonghwa?”

Jongin mengangguk. “Nah, itu dia yang aku pikirkan. Ia juga tidak mengangkat teleponku atau membalas pesanku. Aku tidak tahu ia membacanya atau tidak.”

“Jangan berpikir negatif dulu, mungkin saja paman Yonghwa menyitanya. Kalian kan' ada ujian musim panas yang tidak jelas itu dan sebagai keponakan kepala sekolah beken, Taemin harus mendapat nilai bagus!” seru Naeun dan membuat Jongin tertawa.

“Sekarang saja kau sudah berpikir negatif meskipun itu terhadap Guru Jung.”

Naeun mengerucutkan bibirnya. “Apaan, sih. Yang penting Taemin tidak akan sejahat itu terhadap kita!” ucapnya sambil menyenggol lengan Jongin.

Jongin tertawa kecil sambil menyenggol balik lengan Naeun. “Baiklah… baiklah… Nah kita sekarang berada di perempatan. Siapa yang harus memutar?” tanya Jongin. Seketika mereka berhenti di jalan perempatan yang sepi.

Ya, salah satu dari mereka harus melalui jalan memutar. Mereka tidak bisa berjalan beriringan di sekitar lingkungan sekolah. Jika beberapa murid dari kedua sekolah tahu, mereka akan memulai pertarungan karena adanya salah paham.

“Aku saja,” ucap Naeun. “Aku berubah pikiran untuk menjadi rajin. Hari ini jadwalku piket kelas dan aku sudah terlanjur malas. Kau duluan saja dan bicara pada Taemin, bertanya apa yang terjadi, OK?” lanjutnya.

Jongin mengangguk. “Baiklah, jaga dirimu baik-baik, Naeun,” ucap Jongin.

Naeun tersenyum. “Kau pikir aku siapa?” ia mendengus lalu mulai melangkah ke kanan, mengambil jalan memutar untuk samapi ke sekolah.

Sementara itu, jongin masih terus memperhatikan Naeun hingga gadis tersebut mengambil jalan kecil di kanan dan tak terlihat lagi olehnya, ia pun melanjutkan langkahnya ke sekolah mengambil jalan yang lurus dimana ia akan lebih cepat sampai.

=0=

Sungguh Taemin tidak sampai hati untuk menghindari Jongin. Ia tak tahu mengapa ia harus melakukan ini.

Saat ia tiba di sekolah, ia menyuruh Hyeri agar bertukar tempat duduk dengannya dengan alasan kurang penglihatan.

Hyeri yang saat itu memang diketahui menaruh hati pada Jongin pun suka-suka saja dan meninggalkan Yura, teman sebangkunya dari awal, langsung ke tempat duduk Taemin.

Taemin pun duduk dengan berat hati disamping Yura yang kini mencak-mencak terhadapnya dan ia mulai menyibukkan diri dengan buku fisikanya.

Beberapa lama kemudian, Hyeri memekik kegirangan pertanda Jongin sudah datang. Taemin semakin menunduk dalam, berpura-pura mempelajari buku fisika yang terbuka di hadapannya.

Di sisi lain, Jongin yang melihat kejadian di depannya seketika merengut. Ia menuju bangkunya yang kini di bersihkan oleh Hyeri dengan sapu tangannya. Jongin tidak langsung duduk, ia hanya menaruh tasnya di atas meja dan langsung berjalan menuju meja Taemin yang berada di depan.

“Kita perlu bicara,” ucap Jongin.

“Kurasa tidak ada masalah yang perlu dibicarakan,” ucap Taemin cuek yang masih setia menatap bagian kosong pada buku fisikanya.

“Apa perlu kita ribut disini?” ucap Jongin dengan nada penuh penekanan.

Taemin mengangkat kepalanya dan memaksakan diri untuk menatap sahabat terbaik yang membuatnya galau tersebut. “Kita bukan anak perempuan yang suka mencari ribut.”

Jongin mendengus sambil tertawa mengejek. “Aku sudah lama mengenalmu dan aku mengetahui sifat serta kebiasaan belajarmu. Apapun yang terjadi, kau tidak mungkin belajar di pagi hari,” ucap Jongin sambil menatap tajam Taemin. “Ikut aku,” lanjutnya sambil melenggang pergi dari Taemin.

Punya sahabat yang teramat peka seperti Jongin memang tidak mudah, namun ia tidak peka dalam satu hal,  begitu pikir Taemin. Ia pun beranjak dari tempat duduknya dengan malas dan bergegas mengikuti Jongin yang sudah agak jauh di depannya.

Seoul High masih sepi pagi ini dan mungkin ini kesempatan yang bagus untuk berbacara agak serius dengan Taemin. Jongin mengambil langkah pasti menaiki anak tangga yang langsung menuju ke atap sekolah, tempat favorit mereka untuk makan dan tempat favorit bagi Jongin untuk melakukan freestyle dance,

Senyum nya mengengembang saat ia mendengar langkah sepatu di belakangnya dan saat ia berbelok menuju anak tangga lainnya, ia dapat melihat Taemin yang menatap lurus padanya dari sudut matanya.

Akhirnya merekapun sampai di tempat tujuan, di atap sekolah datar yang dikelilingi pagar kawat besi setinggi dua meter dan terdapat gudang kursi rusak di ujung sisi kanan area tersebut.

Jongin terus berjalan ke depan sambil menyisipkan kedua tangannya di masing-masing sisi kantong celananya. Namun tak lama kemudian, ia berhenti dan berbalik ke belakang, membuat Taemin terkejut dan menghentikan langkahnya.

“Ada apa?” seketika Taemin memasang wajah dingin.

“Seharusnya aku yang bertanya padamu seperti itu,” ucap Kai.

“Jangan membuang-buang waktu.”

Jongin menghela nafas. Dipikirnya memang ada yang aneh dengan sahabatnya yang satu ini. “Katakan padaku dengan jujur. Kenapa kau tiba-tiba menghilang kemarin?”

“Aku pulang ke rumah.”

“Kenapa meninggalkan kami?”

Taemin tidak menjawab. Ia menunduk. Tadi ia merutuki dirinya sendiri karena dengan mudahnya ia mengucapkan ‘Aku pulang ke rumah’ pada Jongin. Dan sekarang apa yang harus ia jawab lagi? Ia bisa menghindar tapi ia tidak pandai berbohong. Taemin pun kembali galau.

“Kau tega sekali. Naeun…. Sangat mencemaskanmu. Ia yang paling banyak meneleponmu, tapi disaat seperti ini ia masih saja berpikir positif tentang dirimu,” ucap Jongin sambil tersenyum getir.

Taemin mengangkat kepalanya dan menatap Jongin. “Kenapa ia harus mencemau? Bukankah kalian tengah berpacaran? Seharunya ia lebih menghawatirkan dirimu daripada aku,” ucap Taemin dengan kasar.

Jongin melongo namun sesaat kemudian otak pintarnya bekerja dan ia mendengus. “Jadi kau melihat adegan dimana aku memegang tangan Naeun?” tanya Jongin.

Nah, tepat sasaran. Taemin memang melihat hal tersebut namun ia terlalu gengsi untuk mengakuinya.

“Asal kau tahu saja, Naeun langsung menghempaskan tanganku begitu saja dan langsung melihat ke belakang demi mencari sosokmu. Itu sakit kau tahu?” lanjut Jongin.

“Kau… menyukainya?” tanya Taemin tidak percaya.

Jongin mengangguuk sarkastis. “Ya, aku menyukainya, kenapa? Kau mau bilang bahwa aku menghianatimu? Justru dirimu yang tidak pernah memperhatikan sahabatmu sendiri. Aku lelah terus-terusan memperhantikanmu seperti aku ini malaikat pelindungmu saja!”

Taemin membatu di tempatnya. Tak mampu berkata apa-apa.

“Kau memang yang pertama kali bertemu dengan Naeun aku tahu. Namun disisi lain aku juga bertemu dengannya pada kesempatan yang lain dan mulai menyukainya. Dan saat aku ingin menceritakannya padamu, aku terkejut karena kau menceritakan gadis kecil yang sama. Jadi karena aku menghormatimu sebagai sahabatku, aku lebih memilih diam.”

“Dan yang paling menyakitkanku apa kau tahu? Plot twist, kita adalah tiga sahabat dimana aku selalu jadi pihak menengah diantara kalian. Kau bahkan tidak pernah bertanya padaku siapa yang aku sukai. Lalu kini kau malah menjauhi kami seakan-akan kami berbuat jahat padamu!” lanjutnya. Jongin kini menutup wajahnya dengan telapak tangannya dan mendesah tak karuan karena sudah merasa menyakiti Taemin.

“Maafkan aku… Jongin…” ucap Taemin yang kini tengan tertunduk.

Jongin menggelengkan kepalanya pelan. “Dulu aku berpikir untuk mencoba jujur padamu tentang apa yang aku rasakan. Lalu kita akan bersaing secara sehat untuk mendapakan Naeun dan berusaha mempertahankan persahabatan yang kita jalani selama ini. Tapi kalau kau sudah mulai begini, aku berpikir lain.”

Taemin menganggkat kepalanya dan menatap mata Jongin yang kini menatapnya dengan penuh persaingan.

“Kurasa kita harus berpisah sebagai sahabat untuk sementara, demi mendapatkan Naeun,” ucap Jongin sambil berlalu pergi meninggalkan Taemin yang terdiam dengan bodohnya.

Pembicaraan itu, mereka tidak tahu seseorang tengah mendengarnya dan kini ia tengah berlari dengan cepat ke kelasnya hanya dengan kaki yang terbungkus oleh kaus kaki. “Naeun…” gumamnya dengan penuh amarah.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Ydvvfjkch #1
Chapter 5: Please update it......
emifrida #2
Chapter 5: Author, update lg dong please aduh penasaran tingkat dewa akhirat nih
koala_panda #3
Chapter 1: author kpn update lg?
moonlevine #4
I cannot read author
leenaeun
#5
Chapter 5: Thor, serius nih.. Kmu bikin aq galau pas baca endingnyaaa, please update yaaaaa T^T #nangisdarah
myraajah
#6
Chapter 5: uuuuu....sedih banget siyy...
leenaeun
#7
Chapter 4: ikh pedih amat sih thooorrr, paling ribet deh kalo cinta segitiga begini T^T
sneong
#8
Chapter 4: aaa kak, taeminnya jgn disuruh nyerah yayaya.. taemin jadi aja ya sama naeun biar kai sama aku muehehehe *disembelihkaklia*
myraajah
#9
Chapter 3: baru kali ini baca fic yg pake bahasa indonesia....seru ceritanya authornim!! please update soon...
leenaeun
#10
Chapter 3: eiiiii jaehyo kocak amat sih wakakakaka, soal naeun haduuuhh ada apa ni? Ada yg ngincer dy ya? Btw paman yonghwa kayaknya ga suka sih sama naeun? >.<