Final

Black Rose

Warning!!!!

Death Cast

 

 

 

 

 

Mata Junmyeon terbelalak ketika sebilah pisau lipat keluar dari lengan kemeja Sehun dan kembali dilihatnya Lay yang tersungkur di atas lantai dengan wajah lebam dan tubuh di penuhi luka, kondisi tersebut tidak hanya dialami Lay karena Junmyeon bisa melihat jelas luka lebam di bawah mata Sehun dan juga darah yang menetes di sudut bibir pemuda yang kini mewarnai rambutnya dengan warna Blonde.

 

Junmyeon bisa melihat dengan jelas seringai di wajah Sehun ketika pisau di tangannya kini terbuka dan berkilat-kilat tertempa sinar matahari yang menyeruak dari balik jendela gudang yang pecah.

 

Sekuat tenaga  Junmyeon berusaha melepaskan diri dari dekapan Jongin yang berusaha menahan langkahnya, namun gagal, Jongin bukanlah tandingannya dan ia hampir putus asa ketika Sehun mulai berjalan pelan mendekat ke arah Lay yang kini dengan tubuh gemetar berusaha bangkit.

 

 

“Akan ku akhiri semuanya sekarang”Gumam Sehun sembari mengangkat pisaunya ke langit-langit.

 

“TIDAK!....Sehun..berhentiiiiii”

 

 

Sehun tak mempedulikan teriakan Junmyeon yang kini dengan sekuat tenaga berlari ke arahnya yang hendak menghunuskan pisau ke tubuh Lay yang masih sempoyongan berusaha bangkit.

 

 

‘Jlub’

 

 

Mata Jongin, Lay dan Sehun seketika terbelalak ketika melihat tubuh Junmyeon yang kini memeluk tubuh Sehun setelah sebelumnya berlari menghambur ke arah Sehun dan menahan pisau itu dengan tubuhnya sendiri.

 

Jantung Sehun seolah berhenti berdetak ketika ia merasakan Junmyeon yang mempererat pelukannya dan membuat pisau itu semakin dalam merobek perutnya dan mengucurkan semakin banyak darah segar dari dalamnya.

 

 

“H-Hyung...”Ujar Sehun tergagap

“B-bukankah...k-kau sudah berjanji padaku?”Ujar Junmyeon di tengah pelukan sembari menahan rasa sakit akibat tikaman pisau yang masih menancap di perutnya.

 

“Junmyeon!!” Teriak Lay sembari berusaha bangkit

 

“G-gomawo...Sehun-ah”Ujar Junmyeon sebelum akhirnya menutup mata dan tak sadarkan diri di pelukan Sehun yang kini jatuh terjerembab bersamanya.

 

“Ti....tidak.. Hyuuuung... !!!”Teriak Sehun ketakutan

 

 

#

 

 

Flashback

Sebulan telah berlalu semenjak hari dimana Lay melihat Junmyeon membawa Sehun yang mabuk berat ke dalam rumahnya.

 

Ia masih ingat betapa marahnya ia hari itu, ia cemburu dan ia benci melihat Junmyeon yang begitu patuh pada semua keinginan Sehun. Lebih buruknya sekarang Junmyeon seolah menjauh darinya, ia selalu terlihat bersama Sehun dan para iljins, bahkan di dalam kelas pun Junmyeon seolah menganggapnya tak pernah ada.

 

Seperti pagi ini ketika Lay menyapanya dan dengan acuh Junmyeon akan memalingkan wajahnya ke arah Jendela.

 

Lay tak pernah tahu bahwa semua yang Junmyeon lakukan hanyalah untuk melindungi dirinya, Lay tak pernah tahu betapa Junmyeon merindukannya, betapa ia ingin melihat senyumnya dan membalas sapaannya.

 

Betapa Junmyeon selalu mengkhawatirkannya ketika ia melihat lesung pipi pemuda china itu terlihat semakin dalam, dan lingkar hitam di mata pemuda itu semakin gelap dan membuatnya semakin terlihat menyedihkan. Betapa Junmyeon ingin mengatakan padanya untuk berhenti, betapa Junmyeon ingin pemuda yang di cintainya itu lebih menjaga kesehatannya ketimbang memikirkan dirinya yang tak mungkin lagi bertahan hidup.

 

Betapa Junmyeon menginginkan itu semua, namun dengan begini, dengan bersikap seperti ini lah Junmyeon melindungi pemuda yang di cintainya itu, berharap Lay akan bosan dan berhenti memikirkannya, sehingga ia bisa melanjutkan kehidupannya dengan baik.

 

 

 

 

“Junmyeon-ah... dengarkan aku, sejauh ini aku berhasil mengumpulkan seperempat dari total hutangmu, ini untukmu, kau.... tunggulah sdikit lagi, ok!” Ujar Lay dengan senyum yang mengembang di wajahnya yang semakin tirus sembari menyerahkan amplop berisi uang pada Junmyeon

 

 

Mereka tengah berada di jalan depan rumah Junmyeon ketika perbincangan itu di mulai, dan bisa terlihat jelas wajah Junmyeon yang memandang datar pada amplop di tangannya, dan dengan kasar ia melempar kembali amplop itu kepada Lay yang berhasil menangkapnya.

 

“Aku tak lagi membutuhkannya, kau... bukankah sudah ku suruh kau untuk berhenti”Ujar Junmyeon dingin

“Junmyeon-ah.... kau ini kenapa?, apa kau tak ingin hidup bebas dan bahagia?”Tanya Lay yang bingung

“Bahagia? Aku bahagia bersama mereka... dan Kau.. pergilah, pergi dari kehidupanku, tak ada gunanya kau di sini”

 

Lay menatap tak percaya pada sosok di hadapannya, pemuda yang dulu ia kenal dengan baik penuh senyum dan kehangatan kini bahkan berani mengatakan itu semua tanpa memandangnya, tanpa mempedulikan hatinya yang telah lama remuk, dan hancur demi dirinya.

 

“Junmyeon-ah... lihat mataku dan katakan itu semua!”Gertak Lay penuh amarah

“Aku mencintainya... aku mencintai Oh Sehun dan tak ada alasan bagiku untuk lari darinya!”Ujar Junmyeon mantap dengan menatap Lay tajam

 

Lay tersenyum getir begitu menerima kenyataan bahwa Junmyeon bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tak ada lagi harapan baginya, namun tetap saja selama ini ia bekerja keras untuk Junmyeon, jadi ia putuskan untuk tetap memberikan uang itu pada Junmyeon sebelum akhirnya berjalan pergi.

 

“Tunggu!, aku tak bisa menerima uang ini begitu saja”Ujar Junmyeon setengah berteriak

 

Lay menoleh dan melihat Junmyeon yang masih menatap dingin padanya, dan entah mengapa ia merasa ada kesedihan di balik wajah dinginnya.

 

“Ikuti aku”Perintah Junmyeon dan diikuti oleh Lay.

 

Keduanya kini berada di dalam ruang tengah rumah Junmyeon.

Sesaat lay tersenyum melihat keadaan sekitar yang masih tetap sama seperti sebelum ia meninggalkan korea untuk tinggal bersama keluarganya di China dan meninggalkan teman-temannya di Korea, termasuk Junmyeon.

 

 

“Bruk!”

 

 

Lay cukup terkejut ketika Junmyeon berhasil mendorongnya hingga terjatuh di atas sofa.

 

“bukankah kau menginginkanku?”Desis Junmyeon menggoda sembari membuka satu persat kancing kemejanya.

 

“A-apa yang kau lakukan Junmyeon-ah?”Ujar Lay yang kini sedikit demi sedikit mundur menjauhi Junmyeon yang semakin mendekatinya.

 

“Apa yang aku lakukan?, bukankah kau menginnginkanku? Tubuhku?, kau membayar untuk itu kan?”Ujar Junmyeon yang kini berhasil menyudutkan Lay dan semakin mendekatkan wajahnya pada pemuda berlesung pipi yang masih tak mengerti apa yang dimaksud Junmyeon.

 

Lay tersontak ketika bibir Junmyeon bermain di atas bibirnya, melumatnya dengan agresif dan ia semakin terbelalak ketika tangan Junmyeon menuntun tangannya untuk menyentuh tubuh Junmyeon yang kini telah terekspose dengan jelas, dan bisa ia rasakan lembut dan hangatnya tubuh Junmyeon di bawah sentuhan tangannya.

 

 

 

“Brak!”

 

 

Lay berhasil berontak dan mendorong tubuh Junmyeon hingga terjerembab di atas lantai yang dingin dan membuat saliva keduanya menetes dari sudut bibir mereka.

 

Lay menyeka salivanya kasar dan memandang ke arah Junmyeon yang masih tertunduk di bawahnya dengan perasaan yang kacau, antara sedih, tak percaya dan jijik.

 

Ia memang meninginkan Junmyeon, ia menginginkan pemuda itu tersenyum di pelukannya, namun bukanlah ini yang ia inginkan bukan hubungan yang hanya di dasarkan pada nafsu.

 

 

Cinta yang ia miliki murni dan yang ia butuhkan hanya melihat Junmyeon bahagia.

 

“Kau... menjijikan, kau bukan lagi Suho yang kukenal”Ujar Lay dingin sebelum akhirnya meninggalkan Junmyeon yang tertunduk lemas di atas lantai dengan senyum getir menghias wajahnya yang kini juga nampak kacau akibat derai air mata yang sedari tadi tertahan akhirnya jatuh dan membasahi pipinya.

 

Dengan terisak, berkali-kali ia memukul dadanya yang entah mengapa terasa begitu sesak dan sakit seolah tertancap pisau yang tajam.

 

 

 

 

 

Lay dengan penuh amarah mendobrak pintu gudang bawah tanah yang biasa digunakan para iljins sebagai markas mereka, dan benar saja Sehun Jongin dan beberapa iljins memang terlihat berkumpul bersama dengan beberapa botol wine terserak di bawah kaki mereka

 

Sehun menyadari keberadaan Lay, dan dengan santai ia membuang ludah ketika melihat amarah di mata pemuda China itu.

 

“Apa yang kau inginkan huh?”Tanya Sehun santai.

 

“Kembalikan Junmyeon yang dulu padaku!”Ujar Lay dingin

 

“cih... kau menginginkannya?, langkahi dulu mayatku!” Gertak Sehun sembari berdiri dan bersiap untuk menyerang Lay.

 

 

Flashback End

 

Sehun terduduk lemas di atas lantai, tubuhnya masih gemetar dengan begitu banyak noda darah yang mengotori seragamnya, dan berkali-kali ia menjambak rambutnya sendiri seolah tak percaya akan apa yang telah ia lakukan.

 

Sementara itu Lay berkali-kali mondar-mandir di depan ruangan ICU tempat Junmyeon kini terbaring lemah, berkali-kali pemuda itu mengigiti kuku ibu jarinya penuh keresahan setelah satu jam lamanya menunggu Gegenya keluar untuk memberinya kabar tentang bagaimana keadaan Junmyeon. Sesekali ia pun melirik ke arah Sehun yang nampak kacau dan ketakutan, dan saat itulah ia menyadari Sehun yang sesungguhnya.

 

‘Ia mencintai Junmyeon dengan sepenuh hatinya’Pikir Lay

 

Lay berhenti mengigiti ibu jarinya, ketika dilihatnya Luhan yang keluar semabri berbincang-bincang sesaat dengan beberapa tim medis, sebelum akhirnya menemui dirinya yang terlihat khawatir.

 

“dia kehilangan banyak darah dan sekarang masih tak sadarkan diri, namun sejauh ini dia telah melewati masa kritisnya”Ujar Luhan menjelaskan

 

“Benarkah?, a-apa dia akan baik-baik saja?”Tanya Lay sembari mengguncangkan tubuh Luhan berharap kepastian dari gegenya itu

 

“dia akan baik-baik saja untuk 3 hari ke depan”Ujar Luhan dengan wajah tertunduk

 

“A-apa maksudmu Ge?, bu-bukankah dia telah melewati masa kritisnya, lalu...”

 

Terlihat jelas ketakutan dan kebingungan di wajah Lay, begitupun Sehun yang sedari tadi mendengarkan, meski ia masih tak berani mendekat ke arah Luhan, namun bisa dilihatnya Luhan yang memandang ke arahnya seolah juga memberikan informasi itu untuknya.

 

 

“Sirosis hati stadium 3”Ujar Luhan tegas

 

Seketika air mata mengalir begitu saja dari sudut mata Lay yang kini bahkan hampir terkulai lemas sebelum akhirnya berhasil di tangkap oleh Luhan dan membiarkan sepupunya itu menangis di pelukannya.

Luhan bisa melihat di balik punggung Lay sosok Sehun yang kini menekuk kedua lututnya dan memeluk erat kakinya sebelum akhirnya membenamkan wajahnya ke dalam tubuhnya hingga terdengar suara isak dari bibir Sehun yang gemetar.

 

Luhan menghela nafas panjang, sebelum akhirnya melepaskan pelukannya dari tubuh Lay.

 

“Apa aku boleh melihatnya?”Tanya Lay penuh harap

 

“bersihkan dulu tubuhmu, dan temu dia jika kau merasa siap”Ujar Luhan yang dijawab dengan anggukan lemah dari Lay yang kini berjalan lemas menjauh dari ruang ICU.

 

#

 

 

Luhan menghentikan langkahnya tepat di hadapan Sehun yang masih tertunduk di salah satu kursi tunggu di sudut rumah sakit. Tubuh pemuda itu tak lagi berlumuran darah, ia telah mengganti bajunya dengan kemeja yang bersih, dan luka di wajahnya telah tertutup plester.

 

“Kau Oh Sehun?”Tanya Luhan sembari menempatkan dirinya di samping Sehun yang masih tertunduk

“Junmyeon sering bercerita tentangmu”Timpal Luhan, membuat Sehun yang sedari tadi tertunduk, kini menoleh ke arahnya.

“Dia...?..tentu saja, dia pasti menceritakan tentangku, pemuda brengsek yang menghancurkan hidupnya”Ujar Sehun dengan senyum getir

“benarkah kau seperti itu?, karena yang selalu ku dengar adalah Oh Sehun bocah bodoh dan manja, namun memiliki senyum manis yang terlalu jarang diperlihatkannya pada orang lain”Ujar Luhan

 

Seketika jantung Sehun berdegup kencang ketika mengetahui hal itu, karena sejujurnya ia tak menyangka jika Junmyeon tak mengatakan hal buruk tentangnya setelah apa yang selama ini dilakukannya terhadap pemuda berwajah malaikat itu.

 

“Kau.. tak ingin melihatnya?”Tanya Luhan lembut

“Aku yakin ia tak ingin melihatku”Ujar Sehun lemah

“Benarkah?... baiklah kalau begitu aku akan pergi, aku masih harus menge-checknya”Ujar Luhan sembari beranjak dari tempatnya duduk

 

Langkah Luhan terhenti oleh genggaman erat jemari Sehun yang kini menatapnya penuh harap, membuat dokter berwajah imut itu mengerutkan dahinya.

 

“beritahu aku cara menyelamatkannya!”Ujar Sehun berusaha tegar

 

Sesaat Luhan Menghela nafasnya, sebelum akhirnya tersenyum dan menjelaskan semuanya kepada Sehun.

 

 

#

 

 

Lay segera keluar dari gedung rumah sakit ketika ia menerima pesan singkat dari Oh Sehun. Dengan menumpang taxi ia pun sampai di gedung sekolahnya untuk menemui Sehun yang bersandar pada gerbang sekolah dengan sebatang rokok menempel di bibirnya.

 

“Ikuti aku”

 

Itu adalah kata-kata Sehun begitu ia melihat sosok Lay yang terengah berlari mendekatinya, dan keduanya pun berjalan bersama sampai di gudang tempat perkelahian sebelumnya.

 

“apa yang kau inginkan? Mengapa mengajakku ke sini?”Tanya Lay dengan sikap was-was

 

Sehun tak memberinya jawaban selain sebuah senyuman tipis, dan dengan santai ia pun memubuang putung rokoknya serta menginjaknya hingga lumat di tanah.

 

“Apa kau masih berniat untuk membunuhku?”Tanya Lay yang kini telah bersiap dengan kedua tangan mengepal bersiap untuk menyerang

 

Tapi tidak, Sehun masih tak bergeming dan senyum di wajahnya kini berubah menjadi tawa kecil

Tawa yang lebih terdengar getir dan menyedihkan

Dengan sigap Sehun mengambil pisau lipat yang sebelumnya telah ia gunakan untuk merobek perut Junmyeon, membuka pisau itu dan menyerahkannya pada Lay yang kini kebingungan

 

“A-apa ini?”Tanya Lay bingung

“itu pisau bodoh”

“b-bukan itu, maksudku... apa yang kau inginkan, mengapa memberikannya padaku?”

.

.

.

.

.

.

.

.”Bunuh aku dan berikan hatiku padanya?”Jawab Sehun dengan senyum yang tulus

 

Lay terkesiap mendengar jawaban itu dari mulut Oh Sehun, ia tak menyangka pemuda dihadapannya akan mengatakan hal yang mungkin terdengar berani atau mungkin bodoh bagi sebagian orang, dan menurut Lay itu gila.

 

“Kau sudah gila huh?”

“benar... dan biarkan aku mengakhiri kegilaanku ini, sekarang bunuh aku dan berikan hatiku padanya”Ujar Sehun datar

 

Lay menatap pemuda di hadapannya itu dengan tajam, membuang pisau itu jauh hingga tertancap pada salah satu kardus di sudut ruangan dan dengan sekali hentakan ia berhasil memukul Sehun tepat di wajahnya hingga pemuda itu terjerembab di tanah.

 

“Apa kau sudah gila?!, apa menurutmu Junmyeon akan bahagia jika aku membunuhmu!”Teriak Lay penuh amarah sembari terus menarik kerah kemeja Sehun

“percayalah... dia akan bahagia jika hidup bersamamu, selain itu.. hanya ini yang bisa kulakukan untuknya.”

 

Lay melepaskan cengkramannya dari kerah kemeja Sehun dan membiarkan pemuda itu terduduk di sampinya yang kini memandang langit-langit gudang yang dipenuhi sarang laba-laba.

 

“Sepupumu Luhan mengatakan semuanya padaku, sekaipun aku ingin mendonorkan sebagian hatiku, itu hanya akan membuatnya bertahan kurang dari 5 minggu. Transplantasi hati tak akan merubah keadaanya, ia membutuhkan hati seseorang seutuhnya”Jelas Sehun masih dengan senyum getirnya.

“aku tetap tak akan melakukannya, sekalipun dengan hatimu ia akan hidup dan sekalipun aku begitu ingin membunuhmu, aku... aku tak ingin melakukannya”

“kau takut?”

“aku tak ingin dia membenciku setelah ini, karena yang aku tahu.... dia juga mencintaimu, aku bisa melihatnya... ia mencintaimu Oh Sehun”

 

 

Dengan itu Lay pun pergi meninggalkan Sehun yang masih tak bergeming dari tempatnya, dan dari luar dapat Lay dengar suara isak tangis Sehun yang menggema di gudang sekolah.

Lay berjalan menyusuri jalan pulang dan bayangan Junmyeon yang berlari bersamanya di bawah rintik hujan pun muncul membuat lesung pipinya kembali muncul.

Senyuman Lay tak bertahan lama ketika ia mendengar suara deru mesin dari arah belakang dan betapa terkejutnya ia ketika ia melihat mobil Sehun yang melaju begitu kencang hingga melewatinya, dan Lay pun dengan segera mengejar mobil itu penuh ketakutan.

.

.

.

.

.

.

.

“BRAAKKK!”

 

 

Langkah Lay terhenti di persimpangan jalan, tubuhnya gemetar dan ia terperangah begitu melihat mobil mewah Sehun yang menabrakk salah satu tiang listrik hingga kap mobilnya terbuka dan asap gelap menyeruak dari sana.

Dengan langkah gemetar Lay mendekati mobil itu, dan ditemukannya Sehun yang kini tak sadarkan diri di dalam mobilnya dengan bersimbah darah yang terus mengalir dari pelipisnya yang terbentur kemudi mobil.

 

“Sehun-ah!, Sehun-ah sadarlah!, Sehun-ah! Buka pintunya!” Teriak Lay sembari terus menggedor kaca pintu mobil Oh Sehun yang masih tak juga membuka matanya.

 

 

 

 

 

“Sehun-ah... apa kau punya impian?”

“tidak”

“benarkah?”

“kau sendiri hyung?”

“Aku... aku hanya ingin hidup bahagia selamanya”

“Kalau begitu.... impianku adalah... mengabulkan impianmu”

 

 

 

 

Sehun bisa merasakan sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Nafasnya yang mulai terasa berat hingga pandangannya yang mulai kabur.

Ruang penciumannya kini dipenuhi dengan aroma amis yang terkuar dari darah segar yang terus mengalir dari pelipisnya, membasahi pipinya dan jatuh begitu saja.

Samar ia mendengar suara Lay yang berteriak-teriak memanggilnya, dan meski ia berusa membuka mulutnya, tak ada satupun kata yang keluar dari bibirnya, hingga ketika ia mulai kehilangan kesadarannya, ia melihat Junmyeon yang tersenyum padanya.

 

“Hyung.... aku akan menepati janjiku itu”Gumamnya lemah

 

Ia tersenyum ketika bayangan Junmyeon menyentuhnya dengan lembut, dan kemudian tak ada lagi yang muncul di pandangannya.

 

 

 

Semuanya berubah Gelap.

 

 

 

 

 

 

6 Year after the accident

 

Alunan musik klasik terdengar dari salah satu sudut rumah yang memiliki cat berwarna biru langit cerah dengan wallpaper bunga mawar merah muda yang nampak cantik menghiasinya.

Terlihat beberapa mainan yang tertumpuk rapi di sebuah kardus di sudut ruang tengah. Terlihat pula foto-foto yang terpampang manis di dinding dan beberapa di meja-meja yang juga di hiasi dengan bunga mawar dan baby’s breath.

Terdengar suara dentingan dari sendok yang yang bergesekan dengan gelas keramik dari arah dapur, dan terlihatlah punggung seorang pemuda yang tengah mengaduk teh yang dari aromanya maka bisa dipastikan itu adalah aroma camomile tea.

Pemuda itu mengaduk teh di cangkirnya sembari tersenyum dan menutup matanya menikmati alunan musik klasik yang mengawali paginya hari ini.

Ia sedikit terlonjak ketika dua tangan kekar melingkar di pinggangnya, namun senyumnya semakin lebar ketika pemuda itu menyandarkan kepalanya di bahu dan dengan lembut mencium leher dan pipinya.

 

“Pagi Junmyeon...”Ujar pemuda yang kini mencium kening Junmyeon

“pagi Lay”Jawab Junmyeon dengan senyuman manisnya

“Teh untukku?”Tanya Lay sembari meraih gelas teh dari tangan Junmyeon dan menyeruputnya dengan pelan

“Kau sudah bangunkan dia?, hari ini hari pertamanya dan aku tidak mau dia telat”Ujar Junmyeon sembari berlalu dan mulai sibuk dengan roti isi dan mengacuhkan Lay yang kini memandangnya kesal.

“Bocah itu... kau tak tahu betapa ia begitu sulit dibangunkan, aku yakin dia telah mengelem tubuhnya di atas ranjang semalam”Ujar Lay sembari menyalakan TV di ruang tengah

“Aku akan melihatnya sendiri”Ujar Junmyeon yang kemudian berjalan menaiki tangga.

 

Junmyeon membuka sebuah kamar dan mendapati kamar itu kosong, bahkan kasur di dalamnya telah rapi, dan betapa terkejutnya ia ketika ia meraskan tangan-tangan kecil memeluk kakinya, dan sebuah senyuman pun menghiasi wajah pucatnya.

 

 

"Sehun-ah..."

 

“Junmyeon appa”Ujar anak kecil yang kini telah mengenakan seragamnya lengkap meski dasinya terlihat agak miring

 

Junmyeon berjongkok dan mensejajarkan wajahnya dengan anak kecil itu, dan dengan gemas mencubit pipi tembamnya sebelum akhirnya membetulkan dasi anak kecil itu.

 

“Lay appa yang menyiapkannya, dan dia agak payah”Ujar anak itu polos

“Hei.... kau menjelekanku ya?”Ujar Lay yang kini berdiri di ambang pintu

 

Dan segera anak kecil itu menutup mulutnya dan tertawa kecil pada Junmyeon.

 

“Sehunie siap?”Tanya Junmyeon sembari menyentil hidung mungil Sehun

“ehm!”Jawab Sehun sembari mengangguk cepat.

“Peluk appa”

 

Dengan cepat Sehun pun menjatuhkan tubuh mungilnya pada Junmyeon yang segera menangkapnya dan memeluknya dengan erat sembari mengusap punggung anak itu dengan lembut.

 

“Sehun sayang appa”Bisik Sehun lembut di telinga Junmyeon

“Junmyeon appa juga sayang Sehun”Jawab Junmyeon dengan mata yang ini berkaca-kaca.

 

Lay yang sedari tadi berdiri pun kini ikut berjongkok dan dengan lembut dihapusnya air mata Junmyeon dan memeluk kekasihnya dan juga anak asuh mereka dengan erat.

Sebuah kebahagiaan kecil di pagi hari Junmyeon yang selalu mengawali kehidupan bahagianya kini.

 

 

 

 

“Gomawo.... Sehun-ah”

 

 

 

Whuaaa akhirnya bisa happy end kan? hehe walaupun tuh thehun meninggal di sini yang penting my lovely Junmen hidup bahagia di sini kkk /Ketawa Jahat

 

Thanks semua yang udah subs dan Makasih banget buat yang sering banget komen ^^

maaf ya bila selama kalian baca banyak banget typo bergentayangan kkk XD

 

<3 <3 <3

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
lyra89 #1
Chapter 4: Oh my godness ini menyentuh banget T A T Mana saya bacanya sambil dngerin lagu Rose pula.
Keep fighting thor!
Yukiegalaxies
#2
sedih bangattttttttttttttt TT___________TT tapi yang pentingnya happy ending loh.... hiks hiks ....maunya sehun sama suhoooooooooooooooo ;(((
krishokids #3
Chapter 5: huwee T-T
mamah T-T
akoh terhura mamah T-T
kamvretto T-T akoh nangis mamah T-T
aaaaa akoh Mewek Terbahak bahak pelis T-T
hiks T-T
author Daebak hiks ToT (¬▂¬)
lay9095 #4
Chapter 5: gue nangis bombai kayak istri ditinggal mati suaminye...T.T
myeon88 #5
Chapter 5: aku kasian dengan Sehun. Dia itu cinta banget yaa sma Suho T^T nice ff thor ><
myeon88 #6
woah ... LayHo. SeHo... apapun itu yg Suhonya uke aku suka >///< Suho itu mungil lebi cck jd Uke XD. aaaah~~~ ini seru. perebutan Suho. coba ada Kriseu, pasti lbi seru XD
xounicorn #7
Chapter 5: LayHo!!!
aku sampe bikin akun di aff gara-gara pengen baca fict ini ><
daebak thor :)
kirain Lay yg bakal ngorbanin diri
ah tapi yg penting happy ending dan joonmyun tetep sama Lay hihi
keep writting ya authornim ^^
suho0210
#8
Chapter 5: Nooooooooooo.....it's already finish :<
Anyways nice story you write.hope you will write more about Suho's stories....haha :')
chickinae #9
Chapter 5: eung.. fyi, akhirnya baca cast LayHo yang bagus!

alur ceritanya unpredictable author-ssi, aku suka bgt hehe

keep writting~
JiaHannie #10
Chapter 5: Sedih kenapa harus ada death chara tapi gak apa ini tetep bagus